BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - SRI BINTANG PAMUNGKAS BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit adalah salah satu bagian integral dari suatu organisasi

  sosial dan kesehatan yang memberikan jasa pelayanan kesehatan dengan memberikan pelayanan selama 24 jam terus-menerus. Akan tetapi, keterbatasan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit dalam memenuhi tuntutan tersebut membuat rumah sakit memberlakukan sistem pembagian shift kerja. Pasien yang membutuhkan perhatian dan pemantauan kesehatan selama 24 jam terkadang mengharuskan perawat bekerja ekstra sehingga perawat kurang beristirahat. Perubahan jam kerja tentunya akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental yang salah satunya dapat menyebabkan perubahan tekanan darah (Kusumayanti, 2013).

  Menurut Maulana (2010) shift kerja dapat menyebabkan kelelahan dan mempengaruhi perubahan tekanan darah pekerja. Perubahan jadwal kegiatan dari siang ke malam pada pekerja shift menyebabkan kacaunya pola yang berakibat terganggunya berbagai fungsi tubuh, termasuk

  sirkadian

  menimbulkan kelelahan dan penurunan tekanan darah terutama pada pekerja shift malam. Seorang perawat yang mengalami penurunan tekanan darah dari tekanan mula-mula dapat berdampak negatif bagi perawat itu sendiri karena risiko kesalahan kerja semakin meningkat akibat kesigapan penurunan kesigapan waktu kerja. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakan kerja seperti

  1 memecahkan alat, pada waktu bekerja. Bahkan dapat lebih fatal dari itu yaitu kesalahan dalam melakukan pemberian obat, seperti dosis dan indentitas.

  Disamping dapat mengakibatkan kerugian fisik atau material bagi perawat juga dapat berakibat fatal bagi pasien (Comuniti, 2007 dalam Anis dan Fauzi, 2009).

  Shift kerja memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan akibat dari jadwal kerja dan irama sirkadian yang tidak sinkron sehingga pekerjanya lebih mudah terkena gangguan kesehatan. Ketika sirkadian tidak sinkron maka fungsi tubuh akan terganggu sehingga mudah mengalami gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, perubahan suhu tubuh, perubahan hormon, gangguan psikologi dan gangguan gastrointestinal.

  Sedangkan dampak positif dengan adanya shift kerja disuatu instansi adalah memaksimalkan sumber daya yang ada, memberikan lingkungan kerja yang sepi khususnya kerja shift malam dan memberikan waktu libur yang banyak. Sedangkan dampak negatifnya adalah penurunan kinerja, keselamatan kerjadan masalah kesehatan (Adnan, 2008). Menurut Suwazono (2008) ada pengaruh yang signifikan antara shift kerja dengan peningkatan tekanan darah pada pekerja lak-laki di Jepang.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Guo et. all. (2013) menunjukan bahwa sift kerja malam merupakan salah satu resiko untuk menyebabkan seseorang terkena penyakit hipertensi. Shift kerja dapat mengganggu sirkulasi peredaran darah dalam tubuh seseorang, sehingga peredaran darah tidak lancar untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Suma’mur (2009) menambahkan bahwa shift kerja malam perlu mendapat perhatian karena irama faal manusia (circadian ritme) terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal timbul rekreasi psikologis dan pengaruh kumulatif

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anis dan Fauzi (2009) menunjukan bahwa hasil pengukuran rata-rata tekanan darah tekanan sistole maupun diastole sebelum bekerja shift siang sebesar 104,11 / 71,591 mmHg dan sesudah 108,22 / 75,27 mmHg. Masing-masing ada perbedaan nilai rata-rata yaitu -5,050 / -4,558 setelah shift kerja pagi selama tiga hari adalah 106,13 / 73,43 mmHg. Hal ini menunjukan bahwa tekanan darah sistole mengalami peningkatana sampai – 5,050 mmHg yang masih dibatas normas yaitu 100 mmHg, sedangkan tekanan darah diastole masih dalam batas normal yaitu 73,43 dibandingkan dengan nilai normal dari minimal 60 mmHg. Hasil pengukuran pada shift kerja malam menunjukan penurunan tekanan darah yaitu sebelum shift 106,16/72,92 mmHg dan setelah shift 101,16/69,78. Hal ini menunjukan bahwa adanya penurunan tekanan darah pada perawat setelah shift kerja malam.

  Ibnu (2001) menjelaskan bahwa tekanan darah merupakan faktor yang penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah didalam arteri, arteriola, kapiler, dan system vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Adanya perubahan tekanan darah dalam kurun waktu yang cukup lama dan terus menerus pada diri seorang perawat maka dapat menimbulkan perubahan-perubahan baik secara psikologis maupun psikis seperti gangguan sirkulasi jantung dan yang nantinya akan mempengaruhi produktifitas kinerja dari perawat itu sendiri.

  Perubahan tekanan darah yang dialami seorang perawat dapat diakibatkan karena stres kerja. Stres kerja perawat sendiri muncul karena banyaknya tuntutan untuk bekerja secara profesional yang bertambah dalam setiap harinya. Selain itu, stres yang dialami perawat juga dapat dikarenakan adanya pekerjaan yang belum mereka mampu kerjakan dengan tepat waktu. Hal tersebut menjadikan sebuah beban yang selalu membayangi kehidupan mereka.

  Penelitian dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan bahwa perawat sebagai salah satu profesi yang memiliki resiko sangat tinggi terhadap stres (Schultz dan Schultz , 1994).

  Hasil penelitian Seyle (1996) menunjukkan alasan mengapa profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terpapar oleh stress adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggungjawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. Semakin bertambahnya tuntutan dalam pekerjaan maka semakin besar kemungkinan seorang perawat mengalami stres kerja. Setiap jenis pekerjaan tidak terlepas dari tekanan-tekanan baik dari dalam maupun luar yang dapat menimbulkan stres bagi pekerjanya. Dampak yang ditumbulkan dari stres bagi seorang perawat adalah mereka akan sakit baik secara fisik maupun mental, sehingga tidak bisa bekerja secara optimal. Menurut hasil survey dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi Indonesia mengalami stres kerja, yang ditunjukan bahwa mereka merasa sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan banyak menyita waktu.

  Darliah (2007) stres yang timbul dari tuntutan pekerjaan dan hubungan kepuasan kerja terhadap suatu pekerjaan akan terpapar stres yang dapat meningkatkan tekanan darah sepintas dan hipertensi dini cenderung reaktif. Matthews (1987) menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara stres kerja dengan perubahan tekanan darah diastolik pada pekerja laki-laki di Metropolitan Pittsburgh.

  Hasil penelitian yang dilakukan Kathleen (1999) yang menyatakan bahwa faktor stres merupakan salah satu pencetus terjadinya perubahan darah pada seseorang. Hal serupa juga diungkapkan oleh McCraty, Atkinson dan Tomasino (2003) dalam penelitiannya menunjukan adanya perubahan tekanan darah setelah pemberian manajemen stres kerja selama 3 bulan yaitu penurunan rata-rata 10,6 mm Hg tekanan darah sistolik dan 6,3 mm Hg pada tekanan darah diastolik. Perubahan tekanan darah sistolik berkorelasi dengan berkurangnya gejala stres yang dialami seseorang. Selain itu, karyawan yang terlatih juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam skala pekerjaan yang berhubungan dengan kepuasan kerja dan nilai kontribusi.

  RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah Purbalingga yang berstatus tipe C yang

  Mayoritas tingkat pendidikan di memiliki relatif banyak perawat. RSUD Dr. R.

  D III Keperawatan, ada yang bersetatus

  Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

  

Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil / tenaga kontrak, dengan

standart gaji yang berbeda.

  Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Ruang Rawat Inap. Hal ini dengan pertimbangan karena di ruang rawat inap tingkat beban kerjanya lebih banyak dan adanya sistem sift kerja.

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Oktober 2013 di ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata dengan wawancara terhadap 10 perawat. Dari 10 perawat tersebut didapatkan bahwa ada 4 (40%) perawat mengatakan bahwa setelah shift kerja malam mereka merasa pusing, mata terasa berkunang-kunang dan nafsu makan menurun, 2 (20%) perawat mengatakan bahwa merasa belum puas dengan imbalan yang diberikan oleh rumah sakit atas kinerjanya dan 4 (40%) perawat merasa stres dengan beban kerja yang dialminya. Hal ini karena mereka merasa masih terbatas dengan kemampuan yang dimilikinya.

  Disisi lain, peneliti juga melakukan observasi dengan melakukan pengukuran tekanan darah pada 6 perawat. Pengukuran tersebut ditujukan pada 2 perawat yang akan shift kerja malam, 2 perawat yang akan shift kerja pagi dan 2 perawat yang akan shift kerja siang. Peneliti melakukan observasi sebelum dan setelah shift kerja di tiap ruang perawat masing-masing. Hasil tersebut menunjukan bahwa ada 3 perawat yang mengalami kenaikan tekanan darah setelah shift kerja pagi dan malam yaitu perawat A sebelum shift kerja 120/90 mmHg naik menjadi 130/90 mmHg, perawat B sebelum shift 110/80 mmHg naik menjadi 130/90 mmHg dan perawat C sebelum shift kerja 120/80 mmHg naik menjadi 140/90 mmHg. Ada 2 Perawat yang tidak mengalami perubahan tekanan darah yaitu sebelum shift 120/90 mmHg setelah shift 120/90 mmHg dan 1 perawat yang mengalami penurunan tekanan darah setelah sift kerja yaitu tekanan darah sebelum shift 120/90 turun menjadi 110/80 mmHg.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Shift Kerja dan Tingkat Stres Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Perawat Ruangan Rawat Inap Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata.” B.

RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana Pengaruh Shift Kerja dan Tingkat Stres Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Perawat Ruangan Rawat Inap Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata”.

C. TUJUAN PENELITIAN 1.

  Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh shift kerja dan tingkat stres terhadap perubahan tekanan darah pada perawat ruangan rawat inap di RSUD dr.

  R. Goeteng Taroenadibrata.” 2. Tujuan Khusus a.

  Untuk mengetahui deskripsi shift kerja, tingkat stres ruangan rawat inap di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata. b.

  Untuk mengetahui deskripsi perubahan tekanan darah pada perawat ruangan rawat inap di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata.

  c.

  Untuk mengetahui pengaruh shift kerja terhadap perubahan tekanan darah pada perawat ruangan rawat inap di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata.

  d.

  Untuk mengetahui pengaruh tingkat stres terhadap perubahan tekanan darah pada perawat ruangan rawat inap di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata.

D. MANFAAT PENELITIAN 1.

  Bagi instatnsi terkait Memberi masukan bagi instansi ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng Taroendadibrata mengenai shift kerja, tingkat stres dan kepuasan kerja dengan perubahan tekanan darah pada perawat untuk bahan pertimbangan dalam membina dan meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia bagi tenaga keperawatan.

  2. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan shift kerja dengan perubahan tekanan darah pada seorang perawat.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai acuan dan refrensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. PENELITIAN TERKAIT 1.

  Maulana (2010) Hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja perawat dan perbedaan perubahan tekanan darah di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bukit Asam Tanjung Enim tahun 2009. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja perawat Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bukit Asam Tanjung Enim dan mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah antara perawat shift pagi, sore, dan malam. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Kuisioner digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dan shift kerja, reaction timer untuk mengukur tingkat kelelahan dan sphygnomanometer untuk mengukur tekanan darah. Hasil Penelitian : Berdasarkan uji Chi-square diperoleh nilai P value = 0,034 yang menunjukkan ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja. Berdasarkan uji Anova diperoleh nilai P value = 0,441 yang menunjukkan tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah antara perawat shift pagi, sore dan malam. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengunakan desaian pendekatan cross sectional, menggunakan kueisoner untuk mengukur kepuasan dan stres kerja dan sphygnomanometer untuk mengukur tekanan darah. Perbedaannya yaitu variabel yang digunakan penelitian ini hanya menggunakan sift kerja dan kelelahan kerja sedangkan peneliti menggunakan stres kerja, kepuasan kerja dan sift kerja.

2. Saleh (2002)

  Perubahan tekanan darah dengan shift malam pada perawat wnita di RSUD Unit Swadana Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perubahan tekanan darah dengan shift malam pada perawat wanita di RSUD Unit Swadana Pekalongan. Jenis penelitian ini adalah explanatory research sedang desain penelitian menggunakan quasi

  

eksperimen . Sampel diambil berdasrkan syarat-syarat tertentu berjumlah

  21 perawat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pengukuran tekanan darah setiap hari saat sebelum dan sesudah shift malam.

  Pengukuran kebisingan dan penerangan malam hari di ruang keperwatan yang diambil sebagai subjek penelitian. Analisa statistik menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan perubahan tekanan darah saat sebelum dan sesudah shift malam yaitu pada hari I, II dan hari ke IV. Hanya pada hari III tidak terlihat adanya perbedaan. Lingkungan fisik yang dinilai yaitu perubahan kebisingan menunjukkan diatas Nilai Ambang Batas sedangkan penerangan masih berada dibawah standar (Permenkes RI No 986/Menkes/Per/XI/92). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah dari desaian penelitiannya untuk penelitian ini menggunakan desaian explanatory research sedang dan menggunakan quasi eksperimen dan pengambilan data menggunakan wawancara, sedangkan peneliti mengguanakan desaian korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mencari perbahan tekanan darah.