ANALISIS KAPASITAS SEISMIK GEDUNG BETON BERTULANG DI KOTA PADANG - Politeknik Negeri Padang

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and
Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016

ISSN:2541-111x

ANALISIS KAPASITAS SEISMIK GEDUNG BETON BERTULANG
DI KOTA PADANG
Futi Annisa Akbar1), Maidiawati2), Agus2),
1)

2)

Mahasiswa Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang, Padang
Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Padang
email : akbar.annisa@ymail.com 1), maidiawati@yahoo.com 2)

Abstrak
Makalah ini memaparkan tentang kapasitas seismik gedung beton bertulang di kota Padang yang dievaluasi
berdasarkan standar Jepang, Standard for Seismic Evaluation of Existing Reinforced Concrete Building,
2001. Dalam analisis ini hanya meninjau element struktur, namun elemen dinding bata diperhitungkan
hanya untuk menentukan tinggi bersih struktur kolom. Analisis hanya dilakukan untuk lantai satu saja

karena dimana terdapat gaya geser terbesar pada struktur
Dalam penelitian ini dievaluasi kapasitas seismik gedung beton bertulang 3 (tiga) lantai yang dapat
bertahan selama gempa besar 30 Septemebr 2009 di kota Padang. Kapasitas seismik diberikan dalam bentuk
hubungan antara indeks kekuatan lateral dan indeks daktilitas. Kapasitas seismik gedung yang diinvestigasi
tersebut dibandingkan dengan kapasitas seismik gedung beton bertulang yang dirobohkan oleh gempa
Sumatra Barat September 2007. Sebagai hasilnya, didapatkan gambaran nilai kekuatan lateral untuk gedung
beton bertulang yang aman di daerah rawan gempa.
Kata kunci : gedung beton bertulang, kapasitas seismik, Padang

1. Pendahuluan
Sumatra Barat terletak pada pertemuan 2 (dua) lempeng, lempeng Eurasia dan Pasific, sehingga Sumatra
Barat khusunya kota Padang menjadi daerah dengan resiko gempa tinggi. Beberapa gempa besar telah terjadi
di Sumatra Barat yang mengakibatkan banyak gedung beton bertulang yang mengalami kerusakan dan roboh
seperti dalam referensi [1, 2]. Bangunan yang mengalami rusak dan roboh akibat gempa tersebut diasumsikan
memiliki kapasitas seismik yang kurang memadai untuk daerah rawan gempa.
Dalam penelitian ini dievaluasi kapasitas seismik gedung beton bertulang yang dapat bertahan ketika gempa
September 2009 di kota Padang. Karena belum adanya standar nasional untuk mengevaluasi kapasitas
seismik gedung beton bertulang eksisting, maka evaluasi dilakukan dengan berdasarkan pada standar Jepang,
Standard for Seismic Evaluation of Existing Reinforced Concrete Building, 2001, yang dipublikasikan oleh
The Japan Building Desaster Prevention Association [3] dalam referensi [1, 4]. Berdasarkan standar ini

kapasitas seismik gedung diberikan dalam bentuk hubungan antara indeks kekuatan lateral dan indeks
daktilitas.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Indeks kekuatan kolom
Indeks kekuatan kumulatif gedung, C adalah jumlah indeks kekuatan kolom-kolom pada daktilitas tertentu
yang ditentukan dengan persamaan (1) (JBDPA, 2001).
(1)
C  c Ci   j c C j
Qu
(2)
Wb
Dimana cCi adalah indeks kekuatan kolom yang memiliki indeks daktilitas yang sama yang dihitung dengan
Persamaan (2), Qu: Min {Qmu, Qsu}, cCj adalah indeks kekuatan kelompok-j yaitu kelompok anggota vertikal
memiliki indeks daktilitas yang lebih besar dari kelompok-i, αj adalah faktor kekuatan efektif untuk group j
(ditunjukkan dalam Tabel 1) yang dihitung berdasarkan pengaruh deformasi leleh kolom, Wb adalah berat
bangunan yang diasumsikan sebesat 12 kN/m2 setiap luas lantai [3].
168
c


Ci 

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and
Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016

Qmu 

ISSN:2541-111x

2M u
ho

(3)


N
M u  0.8a t  y .D  0.5.N .D 1 
b
D
.

. fc






(4)

 0.053Pt 0.23 (18  Fc ) t

 0.85 Pw w  0.1 o b. j
Qsu  
 M /(Q.d )  0.12


(5)

Dimana at adalah luas tulangan tarik, σy adalah tegangan leleh tulangan longitudinal, b adalah lebar kolom, D
adalah tebal kolom, N adalah gaya aksial kolom, Fc adalah kuat tekan beton, A adalah luas lantai yang

didukung oleh masing-masing kolom, Pt adalah rasio tulangan tarik (=at/(b.D).100%), Pw adalah rasio
tulangan geser (=Av/(b.s).100%) dimana Av adalah luas tulangan geser, apabila nilai Pw lebih besar dari 0.012,
maka nilai Pw yang digunakan adalah 0.012. σw adalah tegangan leleh tulangan geser. σ0 adalah tegangan
aksial dari kolom (=N/(b.D)), jika nilai σ0 bernilai lebih besar dari 8 N/mm2, maka nilai σ0 yang digunakan
adalah 8 N/mm2, adalah jarak antara center tulangan kearah luar selimut beton (=0,8 D). Ilustrasi penampang
kolom dan notasi dalam perhitungan ditunjukan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi penampang kolom dan notasi
Tabel 1. Faktor kekuatan efektif (αj)

Kelompok
Kedua dan
yang lebih
tinggi

Kelompok
Kedua dan
yang lebih
tinggi


Jika Nilai F1 untuk kelompok pertama = 0.8 (R1 = R500 = 1/500)
F1
F1 = 0.8
R1
R1 = R500
Geser (Rsu = R250)
αs
Geser (Rsu < R250)
αs
Lentur (Rmy = R250)
0.65
Lentur (R250 < Rmy < R150)
αm
Lentur (Rmy = R150)
0.51
Dinding geser dan lentur
0.65
Jika pada grup pertama nilai F1 ≥ 1.0 (R1 ≥ R250 = 1/250)
F1
F1 = 1.0

1.0