BAB II KAJIAN PUSTAKA - Desi Purwanti Bab II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku

  gerak manusia. Sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi motorik ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotorik. Meskipun secara umum sinonim digunakan dengan istilah motorik, sebenarnya psikomotor mengacu pada gerakan-gerakan yang dinamakan alih getaran elektorik dari pusat otot besar.

  Perkembangan merupakan istilah umum yang mengacu pada kemajuan dan kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat. Pertumbuhan adalah aspek struktural dari perkembangan. Sedangkan kematangan berkaitan dengan perubahan fungsi pada perkembangan. Jadi, perkembangan meliputi semua aspek dari perilaku manusia, dan sebagai hasil hanya dapat dipisahkan kedalam periode usia (Saputra dan Rudyanto, 2005:113).

  Secara umum motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar, meliputi gerak dasar lokomotor ( lari, jalan, lompat, loncat dan jungkit ), non lokomotor ( mengayun, bergoyang, berputar, mendorong, dll ), dan manipulatif ( menendang, memukul, melempar, dll ).

  6 Sedangkan Seefell membagi ketrampilan motorik dalam 3 penggolongan (Hildebrand dalam Moeslichatoen, 2004:16) yaitu: a. Ketrampilan Lokomotorik : berjalan, berlari, melompat, meloncat, berderap, meluncur,bergulung-gulung, berhenti, mulai berjalan, menjatuhkan diri, mengelak.

  b. Ketrampilan Non Lokomotorik menggerakan bagian tubuh dengan anak diam ditempat : berayun, merentang, berbelok, mengangkat, bergoyang, melengkung, memeluk, menarik, memutar, mendorong.

  c. Ketrampilan Memproyeksi dan menerima menggerakan dan menangkap benda : menangkap, menarik, menggiring, melempar, menendang, memukul, melambungkan.

  Sedangkan perkembangan motorik anak adalah perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembngan motorik saling mempengaruhi satu sama lainnya (Samsudin,2008:11).

  Persediaan ruang gerak pada anak-anak sangat luas selama usia 2 tahun. Sekarang ini tidak lagi mengandalkan gerak dasar untuk bergerak, menjelajah, dan memanipulasi lingkungannya. Anak mulai mengembangkan dan menggunakan dasar keahlian motorik diantaranya: jalan, lari, lompat, dan lempar. Selain itu, beberapa keahlian digabungkan, berlari cepat, meluncur, dan melompat. Dasar keahlian motorik ini dianggap sebagai fondasi pengembangan motorik dimasa anak-anak.

  Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun social, satu sama lainnya saling mempengaruhi.

  Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.

  Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya (Suryana, 2009:76).

  Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar adalah suatu bentuk perilaku yang berupa gerak dengan menggunakan otot-otot besar seperti lompat, loncat lari, jalan, dan lain-lain.

2. Perkembangan Fisik Motorik

  Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan- perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Yusuf,2007:15).

  Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik Kuhlen dan Thompson (Hurlock dalam Yusuf Syamsu,2007:101) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek yaitu sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola tingkah laku baru, struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

  Perkembangan fisik ditujukan agar badan anak tumbuh dengan baik sehingga sehat dan kuat jasmaninya. Perkembangan fisik mengembangkan lima aspek yang meliputi kekuatan (strength), ketahanan (endurance), kecepatan (speed), kecekatan (agility), dan keseimbangan (balance) (Suyanto, 2005:48).

  Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot halus (fine muscle) yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan badan meliputi 4 unsur yaitu: kekuatan, ketahanan, kecekatan, dan keseimbangan.

  Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau ketrampilan motorik anak. Ketrampilan motorik dibagi dua jenis yaitu (a) Ketrampilan/gerakan kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga, (b) Ketrampilan motorik halus seperti melukis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola, serta memainkan alat-alat mainan (Hurlock dalam Yusuf, 2007:104).

  Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik motorik adalah perubahan yang kontinyu dan sistematis yang terjadi pada otot-otot besar dari yang tidak terkoordinasi sampai dengan terkoordinasi dengan baik.

3. Unsur-unsur Motorik Kasar

  Dalam buku karangan Saputra dan Rudyanto (2008:121-127) terdapat 6 unsur-unsur motorik kasar yaitu: (a) Berjalan, merupakan aksi gerak otomatis yang ditampilkan oleh anak. Sebelum berjalan anak mengandalkan pola gerak seperti merangkak dan bergerak dengan tangan sambil menahan. Namun setelah anak dapat berjalan anak bebas bergerak keseluruh lingkungannya. (b) Jalan cepat, merupakan gerakan berjalan dengan kecepatan tertentu. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perubahan gaya berjalan menjadi jalan cepat terjadi pada usia 3 tahun. (c) Berlari, merupakan perluasan dari berjalan dan berada pada fase diudara (terbang). Fase terbang ini adalah kebanyakan persiapan meningkatkan berjalan untuk berlari. (d) Perkembangan gerak lari, merupakan perkembangan berlari anak dari tahap persiapan meningkatkan berjalan untuk berlari sampai anak dapat berlari. (e) Perkembangan gerak lompat, merupakan gerakan dasar yang terjadi ketika tubuh diangkat ke udara karena tekanan yang berasal dari satu atau ke dua tungkai dan tubuh mendarat menggunakan satu atau dua kaki. (f) Perkembangan gerak lempar, gerak lempar merupakan gerak yang paling kompleks. Ada beberapa pola gerak lempar, yaitu: lempar dari samping, dari bawah lengan, dan dari atas kepala.

  Sedangkan unsur-unsur motorik kasar dalam buku karangan Samsudin (2008:11) adalah bahwa dalam perkembangan motorik terdapat tiga unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf, dan otak.

  Ketiga unsur ini melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakan tubuhnya.

  Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot halus (fine muscle) yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan badan meliputi 4 unsur yaitu: kekuatan, ketahanan, kecekatan, dan keseimbangan (Suyanto, 2005:48). Semua unsur-unsur yang ada dapat menunjang perkembangan motorik kasar pada anak usia dini.

B. Metode Bermain Lompat Penggaris Biji di Taman Kanak-kanak 1. Metode Pembelajaran di TK/RA

  Taman Kanak-kanak adalah merupakan tempat bagi anak untuk mengembangkan semua aspek yang dimiliki anak. Anak usia TK adalah anak yang berada pada masa praoperasional, sehingga diperlukan metode yang dapat merangsang anak agar semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal.

  Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

  Taman Kanak-kanak menurut kurikulum 2004 adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.

  Raudhatul Athfal adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun (Kurikulum 2004:2).

  Dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar TK (Depdikbud dalam Moeslichatoen, 2004:3) tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

  Pembelajaran yang digunakan di TK pada umumnya adalah Bermain Sambil Belajar. Karena bermain merupakan kebutuhan manusia sepanjang rentang kehidupan. Bagi anak-anak, menurut para ahli bermain memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak.

  Karena dalam kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu.

  Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas, sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Menurut Piaget anak terlahir dengan kemampuan reflek, kemudian ia belajar menggabungkan dua atau lebih gerak reflek, dan pada akhirnya ia mampu mengontrol gerakannya. Melalui bermain anak dan belajar mengontrol gerakannya menjadi terkoordinasi (Suryana, 2009:91).

  Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Menurut Montessori, seorang tokoh pendidikan menekankan bahwa ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya (Sudono Anggani, 2010:2).

  Menurut Hurlock dalam Musfiroh (2005:35), Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.

  Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak (Mutiah, 2010: 91).

  Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak (Gordon dan Browne dalam Moeslichatoen, 2004:24).

  Menurut Hildebrand bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk mentransformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa (Moeslichatoen, 2004:24).

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan proses belajar baik disadari anak atau tidak anak telah belajar sesuatu yang berguna bagi hidupnya.

  Sedangkan bermain sambil belajar adalah satu istilah yang digunakan untuk menandai bahwa anak belajar melalui bermain, anak belajar dalam bermain. Bermain dan belajar adalah satu kesatuan proses terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena didalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses belajar dan proses belajar itu terjadi dalam kegiatan bermain (Musfiroh, 2005: 35).

  Selain metode pembelajaran melalui bermain sambil belajar terdapat metode lain untuk menyampaikan pembelajaran yang sedang dilakukan agar anak dapat mencapai indikator yang ditetapkan. Dalam buku karangan Samsudin (2008:33), metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang ditetapkan. Metode yang bisa digunakan di TK antara lain:

  a. Metode bercerita Adalah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan.

  b. Metode bercakap-cakap Berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya jawab antara anak dengan guru atau antara anak dengan anak.

  c. Metode Tanya jawab Dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan tertentu kepada anak. d. Metode karyawisata Dilakukan dengan mengajak anak mengunjungi objek-objek yang sesuai dengan tema.

  e. Metode demonstrasi Dilakukan dengan cara mempertunjukan atau memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan.

  f. Metode bermain peran Adalah cara memberikan pengalaman kepada anak melalui bermain peran.

  g. Metode eksperimen Adalah cara memberikan pengalaman kepada anak dimana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya.

  h. Metode proyek Metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan. i. Metode pemberian tugas

  Metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru.

  Dalam permainan lompat penggaris biji ini, metode yang digunakan adalah metode demonstrasi ( dilakukan dengan cara mempertunjukan/memperagakan suatu cara/suatu ketrampilan ) dan metode pemberian tugas ( memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan tugas yang disiapkan guru ) karena sebelum anak mengerjakannya guru memberikan contoh agar anak mengerti dengan tugas yang akan dilakukan. Setelah anak melihat guru kemudian anak diberi tugas untuk melakukan seperti yang sudah dicontohkan oleh guru.

2. Bermain Lompat Penggaris Biji

  Lompat adalah gerakan dasar yang terjadi ketika tubuh diangkat ke udara karena tekanan yang berasal dari satu atau ke dua tungkai dan tubuh mendarat menggunakan satu atau dua kaki. Motorik lompat dapat dibagi menjadi beberapa cara, misalnya hopping adalah bentuk dari melompat karena adanya daya dorong yang berasal dari satu tungkai dan mendarat dari kaki tungkai yang sama, tapi seandainya pendaratan diakibatkan tidak ada dorongan tungkai, motorik ini disebut leaping (Saputra dan Rudyanto,2005:125-126).

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa lompat penggaris biji adalah gerakan tubuh yang diangkat keatas karena tekanan dari tungkai kaki melewati papan panjang yang ditempel berbagai macam biji-bijian dan mendarat menggunakan dua kaki.

  Pada melompat dengan dua kaki yang diterima sebagian besar yaitu lompat keatas dan kebawah atau melompat tinggi dengan cara berdiri. Dalam lompat keatas (vertikal) tubuh didorong keatas dan keluar. Pola melompat dengan dua kaki memiliki fase yang sama ( Saputra dan Rudyanto,2005:126) yaitu: a. Tahap persiapan, gerakan persiapan diperlukan untuk mempersiapkan tubuh untuk bergerak.

  b. Tahap lepas landas, sudut lepas landas juga penting bagi pelompat agar dapat melompat dengan baik.

  c. Tahap pendaratan, pada saat akan mendarat pada kaki yang kaku ini akan membuat pendaratan terasa tegang dan kaku.

  Sedangkan untuk permainan lompat penggaris biji merupakan suatu permainan untuk mengembangkan motorik kasar anak. Permainan ini adalah permainan yang mudah untuk dibuat, namun dapat mengembangkan motorik kasar. Penggaris biji ini terbuat dari papan yang memiliki ukuran panjang 1 meter dan lebar 10 cm dan memiliki ketebalan yang bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk melatih keseimbangan dan melatih keberanian untuk mencoba hal yang baru kemudian tempelkan bermacam-macam biji agar lebih menarik. Selain lebih menarik, anak dapat mengenal biji-bijian dari permainan ini. Kemudian papan yang sudah ditempel biji-bijian diletakkan. Dan anak diberi perintah untuk melompat melewati papan dengan menyebutkan biji yang ditempel di papan tersebut.

  Proses belajar mengajar di taman kanak-kanak, tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Pembelajaran yang dilaksanakan harus melibatkan anak dari awal sampai akhir dalam proses pembelajarannya yaitu berupa Belajar Aktif (Active Learning).

  Grave (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2010:44) menyatakan bahwa Belajar Aktif merupakan proses dimana anak-anak melakukan eksplorasi terhadap lingkungan, dengan cara mengobservasi, mendengarkan, mencari tahu, menggerakan badan, melakukan, menyentuh, membaui, memegang dan membuat sesuatu dengan benda- benda yang ada di sekitar mereka.

  Lompat penggaris biji ini bertujuan agar anak dapat belajar melompat menggunakan dua kaki sehingga motorik kasarnya dapat berkembang secara optimal dan dapat mengenalkan bermacam-macam biji-bijian sehingga kemampuan kognitifnya juga berkembang serta anak dapat belajar aktif dalam pembelajaran.

  Dalam pengembangan motorik kasar terdapat langkah-langkah atau model pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran motorik adalah langkah-langkah pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik anak, kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran, alat/media, dan penilaian. Adapun langkah-langkah penyajian kegiatan pengembangan jasmani menurut Samsudin (2008:123) dalam mengembangkan motorik kasar anak dalam permainan lompat penggaris biji adalah sebagai berikut: a. Latihan Pemanasan

  Pertama, guru mengajak anak berjalan ditempat dengan merentangkan tangan dan kepala menengok kekanan dan kekiri serta menghitung 1 sampai 8. Kemudian guru menyuruh anak menirukan gerakan kelinci pada saat melompat.

  b. Latihan Inti Pada latihan ini guru mengenalkan bermacam-macam biji yang ada di papan dan guru mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan yaitu melompat menggunakan dua kaki dengan menyebutkan biji-bijian yang ada. Kemudian anak praktek langsung melakukan kegiatan yang sudah diajarkan oleh guru, dan guru memberikan bantuan maupun bimbingan kepada anak jika diperlukan.

  c. Latihan Penenangan Untuk penenangan, guru mengajak anak untuk menarik nafas kemudian dihembuskan melalui mulut agar nafas menjadi teratur kembali, setelah itu guru mengajak ke kegiatan selanjutnya.

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian

  Penilaian hasil belajar adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan erkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran (Samsudin,2008:65).

  Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi scara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2006: 3).

  Cara pencatatan hasil penilaian harian menurut Depdiknas tahun 2006 dilaksanakan sebagai berikut: ○ : untuk anak yang belum mencapai indikator seperti diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru.

  √ : untuk anak yang menunjukkan kemampuan sesuai dengan indicator yang tertuang dalam SKH.

  ● : untuk anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar.

  Prosedur penilaian harian menurut pedoman Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK (2010) dalam Kurikulum Taman Kanak-kanak tahun 2010, catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian di RKH, sebagai berikut:

  Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang 

  Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang 

  Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang 

  Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang  2.

   Indikator Hasil Belajar

  Indikator merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik dan operasional yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Apabila serangkaian indikator dalam kompetensi dasar sudah dapat dicapai oleh anak didik berarti target kompetensi dasar telah terpenuhi (Samsudin,2008:42).

  Hasil belajar merupakan pernyataan kemampuan anak didik yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud. Hasil belajar juga merupakan hasil kegiatan setelah anak didik mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu (Samsudin,2008:42).

  Jadi indikator hasil belajar merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh anak didik agar hasil pembelajaran tercapai sehingga target kompetensi dasar terpenuhi.

  Pengembangan metode bermain lompat penggaris biji di Taman Kanak-kanak bertujuan mengembangkan kemampuan motorik dalam melompat menggunakan dua kaki, mendarat menggunakan dua kaki, kecekatan pada saat berlari dan melompat, melompati papan tanpa menabrak dan keseimbangan tubuh pada saat melompat. Dengan metode bermain lompat penggaris biji anak dapat melaksanakan kegiatan yang mengembangkan motorik kasarnya.

  Papan penggaris biji mempunyai peran sebagai penunjang agar anak dapat belajar melompat menggunakan dua kaki. Selain itu, papan penggaris biji juga dilengkapi dengan biji-bijian yang dapat digunakan yaitu mengenalkan bermacam-macam biji-bijian.

  Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, dan Indikator yang dikembangkan untuk mengembangkan motorik kasar untuk anak Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut:

  Gb. 1.1 Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, dan Indikator Kompetensi dasar Hasil belajar Indikator

  Anak mampu Anak dapat

  1. Melompat ke berbagai menggerakan mengembangkan arah dengan satu atau anggota tubuhnya kemampuan motorik dua kaki dalam rangka kasar, koordinasi dan

  2. Dapat langsung latihan kelentukan keseimbangan untuk bangun tanpa otot melakukan berbagai berpegangan macam gerak

  3. Berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuh

  4. Berlari cepat dan melompat Dari indikator dan pedoman penilaian diatas dapat dibuat pedoman untuk mengetahui perkembangan anak dalam kemampuan motorik kasarnya yaitu sebagai berikut:

  Gb. 1.2 Pedoman Observasi terhadap Perkembangan Anak Aspek Motorik Kasar

  Hasil Belajar Siswa No. Aspek yang diamati

     

  1. Melompat dengan dua kaki secara bersamaan

  2. Mendarat dengan dua kaki secara bersamaan

  3. Kecekatan yang baik pada saat berlari dan melompat

  4. Melompati papan penggaris biji tanpa menabrak

  5. Keseimbangan dalam melompat tanpa berpegangan Catatan: Anak berkembang sangat baik : Tanda  Sudah berkembang sesuai harapan : Tanda  Sudah mulai berkembang : Tanda  Anak belum berkembang : Tanda  D.

   Kerangka Berpikir

  Lompat adalah gerakan dasar yang terjadi ketika tubuh diangkat ke udara karena tekanan yang berasal dari satu atau ke dua tungkai dan tubuh mendarat menggunakan satu atau dua kaki. Dengan menggunakan metode bermain lompat penggaris biji dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak karena dengan metode ini anak dapat bermain dan praktek langsung.

  Bermain sambil belajar adalah satu istilah yang digunakan untuk menandai bahwa anak belajar melalui bermain, anak belajar dalam bermain.

  Bermain dan belajar adalah satu kesatuan proses terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena didalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses belajar dan proses belajar itu terjadi dalam kegiatan bermain (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 35). Melalui bermain anak lebih tertarik dan semangat mengikuti kegiatan pembelajaran.

  Dari hal tersebut peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian pada kondisi awal pembelajaran di TK tersebut masih kurang menarik dan terkesan membosankan. Kemampuan anak dalam melompat dengan dua kaki juga belum berkembang karena guru belum memakai media yang dapat menarik perhatian anak sehingga minat anak dalam melompat masih sangat kurang.

  Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti melakukan penelitian yang dimulai dengan siklus I. Pada siklus ini peneliti menerapkan metode yang menarik yaitu penggaris biji. Anak terlihat mau mengikuti pembelajaran yang diberikan. Pembelajaran yang diawali pada siklus I sedikit terjadi peningkatan yang terlihat, yaitu minat anak sedikit meningkat untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan. Pada siklus pertama ini peningkatan melompat anak meningkat tetapi belum maksimal, anak terlihat senang dengan pembelajaran yang diberikan yaitu menggunakan metode bermain lompat penggaris biji yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak.

  Setelah siklus pertama dilakukan dengan 3x pertemuan,karena hasilnya belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan menggunakan siklus 2 yang dilakukan dengan 3x pertemuan. Guru menggunakan metode yang sama. Pada pemakaian media tersebut anak terlihat banyak peningkatan sehingga ketuntasan dan hasil belajar anak meningkat. Dari pembelajaran tersebut peningkatan melompat pada anak meningkat optimal sehingga penelitian dinyatakan berhasil.

  Untuk mempermudah pemahaman uraian diatas, maka dibuat kerangka berpikir sebagai berikut: Kondisi Kemampuan motorik kasar anak Guru belum memakai Awal metode yang menarik dalam melompat masih rendah, sehingga minat siswa minat anak dalam melompat dalam melompat masih kurang, dan metode yang digunakan kurang kurang menarik sehingga membuat anak merasa bosan

  Siklus II Kondisi Siklus I sudah Guru menggunakan metode

  Guru menggunakan metode meningkat yang menarik yaitu bermain lompat penggaris ada penggaris biji dalam biji kembali dalam kegiatan perbaikan permainan melompat melompat, namun tapi belum permainan melompat ini maksimal dibuat berbeda dari siklus I agar lebih menarik

  Terjadi peningkatan yang optimal dalam kemampuan motorik kasarnya terutama

  Anak tertarik dalam kegiatan melompat menggunakan dua bermain lompat penggaris biji kaki, minat anak juga sehingga minat anak meningkat optimal dan metode meningkat dan kemampuan yang digunakan guru sudah anak dalam melompat menarik minat anak meningkat dan metode yang digunakan guru juga sudah menarik minat anak

  Penelitian berhasil

  Gb. 1.3 Bagan Kerangka Berpikir E. Hipotesis Tindakan

  Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa H.E, 2009:63).

  Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah metode bermain lompat penggaris biji dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini pada kelompok B Raudhatul Athfal Diponegoro 102 Desa Kedungwringin Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2012-2013.