KINERJA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) DALAM PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 - FISIP Untirta Repository

  

KINERJA PUSAT PELAYANAN TERPADU

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A)

DALAM PENANGANAN KASUS KEKERASAN

SEKSUAL TERHADAP ANAK DI PROVINSI BANTEN

TAHUN 2012

SKRIPSI

  

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

  

ULVIA FADILAH

NIM. 6661083075

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, NOVEMBER 2014

  ABSTRAK

Ulvia Fadilah, NIM : 6661083075, Tahun 2014, SKRIPSI, Kinerja Pusat Pelayanan

  Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012. Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si. Pembimbing II Rina Yulianti S.IP, M.Si.

  Fokus penelitian ini adalah Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdyaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan teori kinerja Agus Dwiyanto yang memiliki indikator Produktivitas, Kualitas Layanan, Responsivitas, Responsibilitas, Akuntabilitas. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di lingkungan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dengan sampel sebanyak 45 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuisoner, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten masih rendah karena hasil perhitungan diperoleh 61,4% dari angka minimal yaitu 65%. Saran peneliti dalam penelitian ini adalah dilengkapinya fasilitas sarana dan prasarana kantor yang dibutuhkan, pegawai diberikan pelatihan- pelatihan atau mengikuti diklat, membuat standarisasi waktu dalam hal menyelesaikan pekerjaannya serta membuat dan menjalankan program-program yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya perempuan dan anak.

  Kata Kunci : Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

  

ABSTRACT

Ulvia Fadilah, NIM : 6661083075,

  Year 2014, Thesis, Performance of Integrated Services

Center of Women and Children (P2TP2A) in handling cases of sexual violence against children

in Banten Province 2012. Public Administration Department, Faculty of Social and Political

Sciences, Sultan Ageng Tirtayasa University. I Advisor Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si,. II Advisor

Rina Yulianti, S.IP, M.Si.

Focus in this research is the Performance of Integrated Services Center of Women and Children

(P2TP2A) in handling cases of sexual violence against children in Banten Province 2012. This

study using the theory of the performance of Agus Dwiyanto who had indicators such

productivity, the quality of services, responsiveness, responsibility and accountability. This

research used descriptive quantitative method, while the population in this research is all

employees in the Integrated Services Center of Women and Children (P2TP2A) with samples 45

respondents. The data is collected by spreading the questionnaire, observation, the study of

literature and documentation. The result showed that the performance of Integrated Services

Center of Women and Children (P2TP2A) in Banten Province 61,4 % still low of minimum rate

that is 65 %. This research also suggested to be equipped office facilities and infrastructure

required, given trainings make time in terms of standardization of completing his job and run the

programs required by the community particularly women and children.

  Key Word : Performance, Integrated Services Center of Women and Children (P2TP2A).

  Bismillahirrahmanirrahim …. Alhamdulillahirabbilalamin Syukurku Pada-Mu Ya Allah Sang Maha Pengampun dan Maha Penyayang

  “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

  

kesanggupannya. Ia mendapat p a h a l a ( d a r i k e b a j i k a n ) y a n g

d i u s a h a k a n n y a d a n i a m e n d a p a t s i k s a ( d a r i k e j a h a t a n )

y a n g dikerjakannya. (QS. Al-Baqarah : 286)

  Skripsi ini di persembahkan untuk : Orang tua tercinta, Kakak dan adik-adikku tersayang Terima kasih untuk segalanya

KATA PENGANTAR

  Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Assalamu ’alaikum warahmatullah wabarakatuh,

  Segala puji bagi Allah yang atas nikmatnya penulis telah dapat merampungkan Skripsi yang berjudul Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012. Shalawat dan salam mudah-mudahan tercurahkan untuk panutan penulis, junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

  Penulisan Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan, nasihat, saran, dan perhatian dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan dengan segala kerendahan hati kepada :

  1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan bidang I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Mia Dwiana M., S.Sos, M.I.Kom., Wakil Dekan bidang II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Gandung Ismanto, MM., Wakil Dekan bidang III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus Dosen Pembimbing I Skripsi atas waktu dan kesabarannya dalam memberikan saran, kritik dan arahan kepada penulis dalam meyelesaikan Skripsi ini.

  8. Anis Fuad, S.Sos, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir/Skripsi ini.

  9. Rina Yulianti, S.IP, M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi atas waktu dan kesabarannya dalam memberikan saran, kritik dan arahan kepada penulis dalam meyelesaikan Skripsi ini.

  10. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  11. Ketua dan Seluruh Pegawai atau Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan serta informasi kepada penulis untuk mencari data sesuai dengan yang dibutuhkan, dalam penyelesaian penelitian.

  12. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti serta doa dan dukungannya kepada penulis hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

  13. Kakak dan Adik-adiku tersayang yang selama ini selalu memberikan semangat, doa dan dukungannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

  14. Kepada Husain R.R yang telah memberi motivasi serta semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.

  15. Sahabatku Neng Irma, Nanang Sutisna, Rendi Purnama dan Gery Rahman atas motivasi, kebersamaan dan kekeluargaannya kini dan nanti.

  16. Para rekan-rekan Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara angkatan 2008 khususnya Kelag G Non Reguler, Semoga Sukses dalam mengejar Cita-citanya.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Skripsi ini.

  Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat, baik untuk penulis sendiri pada khususnya dan untuk para pembaca pada umumnya.

  Serang, Desember 2014 Penulis

  Ulvia Fadilah

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ABSTRACT ABSTRAK MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. viii

DAFTAR DIAGRAM ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

  1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 13

  1.3 Batasan Masalah .................................................................... 13

  1.4 Rumusan Masalah ................................................................. 14

  1.5 Tujuan Penelitian................................................................... 14

  1.6 Manfaat Penelitian................................................................. 15

  1.7 Sistematika Penulisan ............................................................ 16

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

  2.1 Landasan Teori ...................................................................... 21

  2.1.1 Teori Organisasi Publik ............................................. 22

  2.1.2 Kinerja Organisasi ..................................................... 23

  2.1.3 Pengertian Anak ........................................................ 32

  2.1.4 Pengertian Kekerasan ................................................ 33

  2.1.5 Bentuk Kekerasan Terhadap Anak ............................ 34

  2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................. 35

  2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................. 37

  2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................... 39

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian........................................ 41

  3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian .......................................... 41

  3.3 Lokasi Penelitian ................................................................... 42

  3.4 Variabel Penelitian ................................................................ 42

  3.4.1 Definisi Konsep .......................................................... 42

  3.4.2 Definisi Operasional ................................................... 44

  3.5 Instrumen Penelitian ............................................................... 45

  3.5.1 Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas ................. 46

  3.5.1.1 Uji Validitas .................................................... 46

  3.5.1.2 Uji Reliabilitas ................................................ 48

  3.5.1.3 Uji Normalitas................................................. 48

  3.5.2 Jenis dan Sumber Data ................................................. 49

  3.5.2.1 Jenis Data ......................................................... 49

  3.5.2.2 Sumber Data ..................................................... 49

  3.5.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 49

  3.6 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 50

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................... 51

  3.7.1 Teknik Pengolahan ....................................................... 51

  3.7.2 Teknik Analisis Data .................................................... 52

  4.3 Pengujian Persyaratan Statistik............................................... 124

  5.2 Saran ...................................................................................... 142

  5.1 Kesimpulan............................................................................ 140

  BAB V PENUTUP

  4.6 Pembahasan ........................................................................... 134

  4.5 Interpretasi Hasil Penelitian .................................................. 132

  4.4 Pengujian Hipotesis ............................................................... 129

  4.3.3 Uji Normalitas............................................................. 128

  4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas................................................... 127

  4.3.1 Hasil Uji Validitas....................................................... 124

  4.2.2 Analisis Data ............................................................... 73

  3.8 Jadwal Penelitian .................................................................... 53

  4.2.1 Identitas Responden .................................................... 71

  4.2 Deskripsi Data......................................................................... 71

  4.1.3.2 Visi, Misi dan Program P2TP2A Provinsi Banten 62

  4.1.3.1 Susunan Organisasi P2TP2A Provinsi Banten 60

  4.1.3 Kedudukan, Tugas dan Fungsi P2TP2A Provinsi Banten 56

  4.1.2 Gambaran Umum Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten ...... 56

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Provinsi Banten ............................ 55

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................... 55

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

  1.1 Data Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Berdasarkan Daerah Asal.........................................................................................

  3 1.2 Data Korban Kasus Kekerasan pada Anak Di Provinsi Banten .........

  7 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ...........................................

  45 3.2 Skoring Item Instrumen ......................................................................

  46 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................................

  54

  4.1 Susunan Organisasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten ..............................

  60

  4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ............................................ 125

  4.3 Hasil Uji Reliability Statistik.............................................................. 128

  4.4 Hasil Uji Normalitas Data .................................................................. 128

  DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ..........................................................

  39 4.1 Struktur Organiasi P2TP2A Provinsi Banten .....................................

  62

  4.2 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Uji Hipotesis Pihak Kanan .................................................................................................. 132

  DAFTAR DIAGRAM Diagram Halaman

  4.1 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................... 71

  4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................... 72

  4.3 Identitas Responden Berdasarkan Usia .............................................. 73

  4.4 Pegawai dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu................... 74

  4.5 Fasilitas-fasilitas yang diberikan organisasi dapat menunjang aktivitas kerja atau pekerjaan .............................................................. 76

  4.6 Pegawai mendapatkan gaji sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dibebankan ................................................................................. 78

  4.7 Pegawai mempunyai inisiatif yang tinggi dalam bekerja ................... 79

  4.8 Organisasi memberikan peluang dan pengembangan karir bagi setiap pegawai ............................................................................ 80

  4.9 Keragaman keterampilan dalam pekerjaan membuat pekerjaan cepat terselesaikan .............................................................................. 82

  4.10 Pegawai dapat bekerjasama dengan rekan kerjanya........................... 83

  4.11 Kondisi ruang kerja membuat nyaman dalam bekerja ....................... 85

  4.12 Hubungan atasan dan bawahan berjalan sangat baik ......................... 86

  4.13 Pegawai bekerja sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya ............. 88

  4.14 Teknologi yang digunakan Organisasi sangat membantu

  dalam meningkatkan kinerja ............................................................... 89

  4.15 Anggaran yang tersedia cukup untuk meningkatkan kinerja ............ 90

  4.16 Pegawai berpenampilan rapih dan bersih ........................................... 92

  4.17 Organisasi memiliki tempat yang nyaman dan ruang kerja yang lengkap dengan fasilitasnya ................................................................ 93

  4.18 Lokasi organisasi mudah untuk ditemukan ........................................ 95

  4.19 Pegawai memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan.......... 96

  4.20 Pegawai cekatan dalam menangani kebutuhan korban ...................... 97

  4.21 Pegawai memberikan perhatian yang serius terhadap korban .............................................................................................. 99

  4.22 Pegawai memiliki pengetahuan tentang kekerasan seksual ............... 101

  4.23 Pegawai selalu bersikap sabar dan sopan kepada korban................... 102

  4.24 Korban merasa aman dan nyaman pada saat di Organisasi................ 103

  4.25 Pegawai memiliki kesungguhan dalam merespon permintaan korban ................................................................................................. 104

  4.26 Pegawai memberikan pelayanan yang sama tanpa memandang status sosial ......................................................................................... 106

  4.27 P2TP2A memiliki jam konsultasi yang sesuai dengan keinginan korban ................................................................................................. 107

  4.28 P2TP2A menindaklanjuti komplain dengan penyelesaian yang tepat..................................................................................................... 108

  4.29 P2TP2A memberikan sarana pengaduan ............................................ 109

  P2TP2A yang dibentuk sudah mampu mendukung terbentuknya organisasi berkinerja tinggi .................................................................

  4.40 Program yang diterapkan menunjang pencapaian kinerja secara optimal .....................................................................................

  4.39

  4.38 Pegawai bekerja sesuai dengan prosedur dan mekanisme ................. 120

  4.37 P2TP2A memberikan keluaran yang mempunyai kepastian hukum.. 119

  4.36 P2TP2A memberikan informasi kepada korban secara tepat ............. 117

  115 116

  4.35 Struktur organisasi P2TP2A yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan fungsi organisasi .........................................................

  4.30 Perilaku kerja pegawai berdampak pada kinerja lembaga ................. 110

  4.34

  4.33 Prosedur dan mekanisme kerja dapat berjalan dengan baik ............... 114

  111 112

  Tugas dan fungsi masing-masing seksi sudah jelas dan tidak tumpang tindih ...................................................................................

  4.32 Berkurangnya kekerasan seksual terhadap anak akan mempengaruhi kinerja organisasi .......................................................

  4.31

  Kebijakan-kebijakan yang dibuat P2TP2A berorientasi pada 121 peningkatan kinerja pegawai yang mempengaruhi peningkatan kinerja lembaga ................................................................................... 123

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

  1 Kuesioner Penelitian

  2 Kuisoner Data Hasil Penelitian

  3 Tabel Nilai-nilai r Product Moment

  4 Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t

  5 Hasil Uji Validitas

  6 Hasil Uji Reliabilitas

  7 Hasil Uji Normalitas

  8 Dokumentasi Penelitian

  9 Surat Permohonan Izin Mencari Data dari Fakultas FISIP

  10 Surat Keterangan dari P2TP2A Provinsi Banten

  11 Absensi Bimbingan Skripsi

  12 Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Perencanaan, pelaksanaan pembangunan di daerah mengharuskan adanya akuntabilitas kinerja pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, ini merupakan salah satu pertimbangan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Diktum kedua dari Instruksi tersebut menyatakan bahwa sejak tanggal 30 September 1999, setiap instansi pemerintah sampai lingkup Eselon II diharapkan telah mempunyai perencanaan strategis tentang program-program utama yang akan dicapai selama 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun mendatang.

  Rencana strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu sampai dengan 5 (lima) tahun kedepan dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Isu pemberdayaan perempuan telah lama muncul, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak serta menghapuskan segala bentuk diskriminasi yang sering dialami oleh perempuan dan anak.

  Setiap anak pada dasarnya memiliki hak yang sama, mereka juga berhak atas pendidikan, kesehatan dan hak perlindungan. Dalam menjamin hak-hak Undang Perlindungan Anak nomor 23 Tahun 2002 yang menjelaskan bahwa setiap anak merupakan tunas potensi dan generasi muda penerus cita-cita bangsa, memiliki peran yang strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi Bangsa dan Negara pada masa depan, oleh karena itu perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial. Maka diperlukan adanya upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-hak serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Selain itu dibentuk pula Komisi Perlindungan Anak dengan tujuan memantau, memajukan dan melindungi hak-hak anak serta mencegah berbagai kemungkinan pelanggaran hak atas anak yang dilakukan oleh negara, perorangan atau lembaga.

  Berdasarkan Konvensi Hak Anak Persatuan Bangsa-Bangsa (KHA PBB) dalam 54 pasalnya merumuskan 30 butir hak-hak anak. Butir-butir ini merupakan sari dari konvensi PBB tentang hak anak dari pasal 1 sampai dengan pasal 54. Adapun 30 butir ini merupakan ringkasan hak-hak anak dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Butir-butir tersebut adalah sebagai berikut : memperoleh perlindungan akibat kekerasan fisik, mental, penyalahgunaan, penelantaran atau perlakuan salah (eksploitasi), serta penyalahgunaan seksual, perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi seksual, perlindungan anak dari penculikan dan penjualan atau perdagangan anak, perlindungan anak terhadap segala bentuk eksploitasi terhadap segala aspek kesejahteraan anak, larangan penyiksaan dan hukuman yang tidak manusiawi.

  Anak-anak sebagai manusia juga perlu dihargai, maka pada tanggal 23 Juli ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional berdasarkan Keppres Nomor 4 Tahun 1984. Setiap Hari Anak tiba, berbagai aktivitas dan perlombaan dilakukan untuk meramaikan hari anak nasional, tentu saja anak-anak menyambutnya dengan gembira. Setiap anak memang seharusnya hidup dengan gembira apalagi di masa pertumbuhan. Namun tidak semua anak-anak Indonesia hidup dengan penuh kegembiraan dan layak, masih banyak anak-anak yang keadaan ekonomi keluarganya tidak memadai sehingga dengan terpaksa mencari nafkah di jalanan seperti mengemis, mengamen dan memulung barang bekas.

  Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) merupakan wadah penyelenggaraan pelayanan terpadu meliputi pencegahan, penyediaan, dan penyelenggaraan layanan terpadu bagi korban meliputi pelayanan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, reintegrasi sosial dan bantuan hukum serta pemantauan dan evaluasi. Berdasarkan analisis penulis dari data yang diperoleh terdapat kasus-kasus yang mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya adalah dapat digambarkan dalam Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Data Penanganan Kasus

  Kekerasan Seksual Berdasarkan Daerah Asal

  Tahun Jumlah No WILAYAH 2010 2011 2012

  1 Kota Serang

  12

  1

  7

  20

  2 Kabupaten Serang

  3

  2

  5

  10

  3 Kota Cilegon

  4 Kabupaten Pandeglang

  2

  2

  2

  6

  5 Kabupaten Lebak

  1

  1

  2

  6 Kabupaten Tangerang

  1

  1

  2

  1

  3

  7 Kota Tangerang Selatan

  8 Kota tangerang

  3

  3

  6 Jumlah

  21

  9

  18

  45 Sumber : Rekapitulasi Laporan Tahunan Hasil Kegiatan

  P2TP2A Provinsi Banten, 2014

  Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa kasus kekerasan seksual terbanyak di Kota Serang yang terletak di Kota Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya, untuk kasus kekerasan seksual terbanyak kedua yaitu Kabupaten Serang yang terletak di Kecamatan Ciruas dan Kecamatan Kramatwatu, untuk Kabupaten Pandeglang terletak di Kecamatan Pagelaran dan Kecamatan Labuan, untuk Kota Tangerang kasus kekerasan seksual terjadi di Kecamatan Karawaci, untuk di Kota Tangerang Selatan terjadi kasus kekerasan seksual yang terletak di Kecamatan Situ, untuk kasus kekerasan seksual di Kabupaten Lebak terjadi di Kecamatan Rangkas Bitung dan untuk kasus kekerasan yang terendah terjadi di Kabupaten Tangerang di Kecamatan Balaraja dan Kecamatan Tigaraksa sedangkan untuk di Kota Cilegon kasus kekerasan seksual tidak terjadi.

  Kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak biasanya dilakukan di rumah korban ataupun pelaku, dan pelakunya pun tidak jarang masih ada hubungan keluarga maupun kerabat korban yang ada di lingkungan rumah korban, tindakan yang mendasari terjadinya kekerasan seksual terhadap anak tidak terpenuhi dan lingkungan. Dari data-data kasus di atas yang sudah di jelaskan maka kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak merupakan salah satu masalah penting, karena di Provinsi Banten kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak merupakan tertinggi kedua setelah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

  Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak dimana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Melihat kecenderungan yang terjadi, diprediksi jumlah kasus pencabulan dan kekerasan seksual pada anak terus merangkak naik. Ini terjadi karena lingkungan atau dunia anak belum bertambah baik dan belum nyaman. Berbagai faktor menjadi penyebab anak rentan menjadi korban pencabulan, kekerasan seksual. Pengaruh lingkungan dan teknologi informasi sangat berdampak pada anak. Dibandingkan orang dewasa, anak terutama pada usia remaja sangat menyukai teknologi informasi terutama ponsel sebagai bagian dari tuntutan pergaulan dan gaya hidup.

  Teknologi informasi dan fitur-fitur yang melekat padanya seperti Blackberry Messenger (BBM), jejaring sosial dan lainnya semakin mendekatkan korban dengan pelaku dalam berinteraksi. Tanpa disadari akhirnya anak terperangkap di dalamnya bila bertemu dengan orang yang salah dan berniat jahat, kebanyakan anak dan para orangtua baru sadar ketika anaknya sudah menjadi korban. Seperti yang dikutip dari Kabar Banten, tanggal 30 Juni 2010 berjudul Pacaran di Facebook Anak Baru Gede (ABG) Tewas di Semak, berawal dari seorang Siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) berpacaran dengan kekasihnya melalui telepon seluler atau handphone yang salah sambung dan berlanjut saling bertukar media sosial yaitu Facebook. Bisa dilihat dari kasus diatas kekerasan terhadap anak bermula dari anak-anak mengenal Teknologi.

  Efek kekerasan seksual terhadap anak antara la

  

kecenderungan untuk menjadi korban lebih lanjut pada

  masa dewasa, dan cedera fisik untuk anak diantara masalah lainnya. Pelecehan seksual oleh anggota keluarga adalah ben dapat menghasilkan dampak yang lebih serius daka panjang, terutama dalam kasus inses orangtua.

  Berdasarkan Informasi yang diperoleh dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten, efek kekerasan seksual terhadap anak khususnya di Provinsi Banten lebih cenderung kepada depresi pada anak. Korban yang depresi pada tahun 2010 berjumlah 6 orang, tahun 2011 berjumlah 3 orang dan tahun 2012 berjumlah 8 orang. Dimana depresi dapat menyebabkan anak-anak takut terhadap orang yang lebih dewasa, anak-anak takut apabila bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal, timbulnya rasa tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri, mengakibatkan dimana korban yang mengalami kekerasan seksual akan membuat satu kelompok sesama korban dan yang lebih parah lagi, korban yang mengalami kekerasan seksual untuk anak laki- laki kemungkinan akan menjadi pelaku (kecenderungan psikologi akan berubah) baik pada usianya yang sekarang atau yang akan datang sedangkan untuk anak perempuan lebih cenderung takut terhadap orang dewasa yang belum dikenal. Dapat dilihat jumlah dan jenis kasus terhadap anak salah satunya jenis kasus kekerasan seksual dalam Tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2 Data Korban Kasus Kekerasan Pada Anak di Provinsi Banten

  7 Kekerasan Psikis

  2

  3

  6 Perebutan Hak Asuh Anak

  3

  1

  4

  3

  5 Kekerasan dalam Pacaran

  1

  2

  6 Jumlah

  31

  14

  25

  70 Sumber : Rekapitulasi Laporan Tahunan Hasil Kegiatan P2TP2A Provinsi Banten, 2014

  1

  12

  No Jenis Kasus Tahun

  13

  Jumlah 2010 2011 2012

  1 Kekerasan Fisik

  2

  1

  2

  5

  2 Kekerasan Seksual

  6

  3

  17

  36

  3 Traficking

  4

  4

  4 Penelantaran

  9

  Mengingat banyaknya kasus-kasus kekerasan terhadap anak khususnya kekerasan seksual terhadap anak, maka Pemerintah Provinsi Banten mempunyai komitmen yang kuat untuk melindungi rakyatnya dari praktek yang tidak bertanggung jawab serta berupaya mencegahnya dengan kebijakan yang dibuat oleh P2TP2A Provinsi Banten dalam Perlindungan Anak dengan kegiatan didirikannya TESA (Telepon Sahabat Anak), Pembentukan Kelompok Simpatik serta keikutsertaan P2TP2A dalam bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Banten dalam MPU (Mitra Praja Utama), mengingat akibat yang ditimbulkan akan merusak masa depan generasi bangsa yang seharusnya menjadi potensi untuk pembangunan daerah.

  Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) merupakan salah satu bentuk wahana pelayanan bagi perempuan dan anak dalam upaya pemenuhan informasi dan kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, perlindungan dan penanggulangan tindak kekerasan serta perdagangan terhadap perempuan dan anak.

  Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan perlindungan korban bagi anak baik pemberdayaan, perlindungan serta reintegrasi. Peran ini akan dapat diwujudkan dengan baik ketika Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) mempunyai sistem kelembagaan dan pelayanan yang baik sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) serta bagaimana kinerja yang di gunakan P2TP2A dalam proses penanganannya.

  Oleh karena itu, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten yang dibentuk dengan SK yang ditetapkan oleh Gubernur Banten dengan Banten Nomor 463/KEP-144-HUK/2007 tentang Pembentukan dan Susunan Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten.

  Berdasarkan pengamatan penulis yang dilakukan di Kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten diperoleh bahwa terdapat masalah-masalah Kinerja P2TP2A. Adapun masalah-masalah tersebut Pertama masih kurangnya pegawai di P2TP2A provinsi Banten. Adapun susunan pegawai/pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten dari Tahun 2007- 2010 berjumlah 63 Orang namun pada periode tahun 2011-2015 susunan pegawai/pengurus berjumlah 45 orang, dengan adanya perubahan susunan pegawai maka ada susunan perubahan disetiap divisi yang semula terdapat 4 Divisi menjadi 3 Divisi dan Sekretariat pada tahun 2011 sampai saat ini. Agar jumlah pegawai/pengurus dalam melaksanakan penanganan kasus-kasus kekerasan dapat terselesaikan maka P2TP2A Provinsi Banten membagi divisi menjadi 3 agar lebih efektivitas dengan menepatkan pengurus perwakilan SKPD seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, RSUD, Kepolisian dan BPPMD Provinsi Banten di setiap Divisi namun jumah pegawai/pengurus tersebut untuk disetiap Divisi masih kurang karena masih terdapat kendala yaitu kurangnya pegawai di setiap divisi yang ada, dalam proses penyelesaian penanganan kasus-kasus yang ada khususnya kasus kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak dikarenakan pengurus yang ada saat ini merupakan pengurus tidak tetap yang posisinya tidak ada setiap hari di kantor karena disisi lain para pengurus tersebut adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga dalam proses penyelesaian masih belum optimal.

  Kedua belum terlaksananya secara optimal persiapan yang harus dilakukan oleh P2TP2A Provinsi Banten, dalam proses penyelesaian kasus-kasus khususnya kekerasan seksual yang proses penyelesaiannya mengikuti standar pelayanan minimal (SPM) berdasarkan Peraturan Menteri Negara pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 01 Tahun 2010. Contohnya Standar Pelayanan Minimal (SPM) di P2TP2A Provinsi Banten dan di RSUD Provinsi Banten, SPM P2TP2A Provin Banten mencakup jenis pelayanan Penanganan Pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak dan Penegakan Bantuan Hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan dan SPM RSUD Provinsi Banten lebih mencakup terhadap Pelayanan yang berupa Medis, namun di P2TP2A Provinsi Banten, SPM masih belum mengikuti tahapan- tahapan sebagaimana mestinya, seperti Penanganan Pengaduan, Pelayanan Kesehatan, Rehabilitas Sosial, Penegakan Hukum serta Bantuan Hukum bagi para korban tahapan pertama dilakukan penanganan pengaduan harus mencatat nama korban tetapi form catatan tidak sesuai dengan format yang seharusnya yang sudah di contohkan dalam SPM P2TP2A Provinsi Banten, mengakibatkan proses penyelesaiannya tidak sesuai dengan tahapan yang ada sehingga proses penanganan menjadi terhambat dalam hal pelaksanaannya.

  Ketiga Koordinasi lintas sektoral yang terkait dengan P2TP2A Provinsi Banten yaitu Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Rumah Sakit Daerah Umum (RSUD) Provinsi Banten, Polisi Daerah (Polda) Banten dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Mayarakat Desa (BPPMD) Provinsi Banten. Hal ini dapat dilihat dalam formasi kepengurusan P2TP2A Provinsi Banten, dimana perwakilan lembaga strategis seperti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mempunyai peran yang cukup penting dalam keterkaitan terhadap P2TP2A Provinsi Banten. Seperti kegiatan dalam pembentukan kelompok simpatik yang dibuat oleh P2TP2A harus adanya campur tangan Dinas Pendidikan dalam pembentukannya, namun kegiatan tersebut belum dijalankan sehingga terbentuknya pengkaderan pembentukan kelompok simpatik di sekolah (SD/SMP/SMA/SMK maupun perguruan tinggi yang sederajat) dalam pencegahan kasus kekerasan khususnya terhadap anak belum ada atau belum terbentuk. Padahal itu terdapat didalam Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) P2TP2A Provinsi Banten itu sendiri yang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Jadi kekuatan P2TP2A sangat dipengaruhi dari kekuatan koordinasi lintas sektoral yang dibangun.

  Keempat belum terfasilitasinya beberapa kebutuhan yang sifatnya sangat teknis untuk proses pendampingan kepada korban atau masyarakat. Fasilitas yang dimaksud adalah belum adanya ruangan fisik crisis-center, belum lengkapnya sarana dan prasarana yang ada di ruang konseling, belum adanya alat komunikasi seperti telepon atau HP (Handphone) khusus untuk menangani kasus kekerasan, serta adanya Telepon Sahabat Anak (TESA) yang masih susah dalam dihubungi untuk pengaduan masalah yang dihadapi anak, belum adanya alat transportasi khusus seperti mobil untuk operasional penjemputan korban, belum adanya pendanaan untuk pendampingan petugas ke lapangan masih kurangnya sosialisasi, pelatihan dan pemberi keterampilan yang dilakukan oleh P2TP2A Provinsi Banten masih hanya sebatas sosialisasi di media cetak, Elektronik dan keterampilan jahit bagi para korban yang mengalami kekerasan.

  Dari permasalahan-permasalahan yang ada diatas maka penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak khususnya kekerasan seksual dimana dibutuhkan penanganan yang kompleks, melibatkan instansi terkait atau lintas sektoral untuk memudahkan dalam penyelesaiana kasus-kasus yang ada serta dibutuhkan perencanaan yang strategis agar dalam proses penyelesaian penganan kasus-kasus berjalan dengan lancar, bahkan seringkali dalam penyelesaian butuh pendekatan sosiologis dan budaya. Agar kasus-kasus kekerasan seksual dapat diselesaikan secara cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi kasus-kasus kekerasan yang terjadi.

  Masih tingginya angka kekerasan seksual pada anak di Provinsi Banten pada tahun 2010 angka kekerasan seksual mencapai jumlah 13 kasus, Sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan sampai 6 kasus dan di tahun 2012 mengalami peningkatan kembali sampai pada 17 kasus, Namun tahun 2013 kasus kekerasan seksual menurun menjadi 12 kasus. Dengan angka kasus kekerasan di atas menunjukkan perlunya peningkatan kinerja P2TP2A dan lembaga-lembaga lainnya yang terkait, yang dalam hal ini berwenang menangani masalah kekerasan seksual pada anak. Kinerja P2TP2A Provinsi Banten dalam penanganan kekerasan seksual pada anak di Provinsi Banten sangat penting dalam mendukung keberhasilan terwujudnya kesejahteraan sosial di masyarakat, khususnya di Provinsi Banten.

  Maka berdasarkan latar belakang dari permasalahan tersebut diatas penulis didalam pembuatan penelitian ini tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai permasalahan yang sebenarnya tentang “Kinerja Pusat

  

Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam

Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten

Tahun 2012”.

  1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang terkait dengan “Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012”.

  Identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masih kurangnya jumlah pegawai di P2TP2A Provinsi Banten.

  2. Dalam proses penyelesaian penanganan kasus-kasus masih belum mengikuti tahapan-tahapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam Peraturan Menteri Negara PP dan PA Republik Indonesia No.01 Tahun 2010, sehingga masih belum optimal dalam penanganan penyelesain kasus-kasus khususnya kekerasan seksual terhadap anak.

  3. Koordinasi lintas sektoral belum terbangun dengan optimal, keterkaitan dengan P2TP2A Provinsi Banten dengan Dinas Pendidikan dalam membentuk kelompok Simpatik di SD,SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

  4. Belum terfasilitasinya beberapa kebutuhan yang sifatnya sangat teknis untuk proses pendampingan kepada korban atau masyarakat serta masih kurangnya sosialiasi yang diberikan oleh P2TP2A Provinsi Banten terhadap Masyarakat.

  1.3 Batasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012.

  1.4 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NO. 6 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN TERPADU TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN TINDAK KEKERASAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 9 16

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NO. 6 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN TERPADU TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN TINDAK KEKERASAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

2 37 108

826 PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

0 0 14

KEKERASAN SEKSUAL DAN PERLINDUNGAN ANAK

0 13 13

PERAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK “MAHARANI” DALAM PROSES PEMBINAAN KORBAN TRAFFICK

0 1 13

WALIKOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK TINGKAT KOTA, KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM WILAYAH KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN

1 4 18

KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK

0 2 173

PERAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPTP2A) KOTA SURABAYA DALAM MENURUNKAN ANGKA KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK Meilinda Nuur Pratiwi

0 0 9

MANAJEMEN PELAYANAN KONSELING TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 108

RANCANG BANGUN SISTEM PELAPORAN TINDAK KEKERASAN BAGI PEREMPUAN DAN ANAK PADA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA MAKASSAR BERBASIS ANDROID

0 1 103