KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK
ISSN 2089- 3531 REPUBLIK INDONESIA P P E E M M PEMBANGUNAN MANUSIA B B A A N N BERBASIS GENDER G G U U U N N N
2012 A A A N N N M M M A A A N N N U U U S S S
IA
IA
IA B B B E E E R R R B B B A A A S S S
IS
IS
IS G G G E E E N N N D D D E E E R R R
2
2
2
1
1
1
2 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK
2
2
REPUBLIK INDONESIA
PEMBANGUNAN MANUSIA
BERBASIS GENDER
2012
KERJASAMA
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
DENGAN
BADAN PUSAT STATISTIK
Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2012 © 2012 Kement erian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
ISSN : 2089-3531 Ukuran Buku :
ISO B5 (17 x 2
Cm )
Naskah : Badan Pusat St at ist ik Layout dan Gambar Kulit : Badan Pusat St at ist ikDit erbit kan Oleh : Kement erian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dicet ak Oleh :&9 3HUPDWD $QGKLND
MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN
Keberhasilan pencapaian pembangunan nasional, t idak hanya diukur dari pencapaian pembangunan ekonomi semat a, t et api j uga dilihat dari pembangunan sumber daya manusianya. Secara umum pencapaian pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan, kesehat an dan ekonomi t elah menunj ukkan kemaj uan yang nyat a. Namun, apakah pembangunan kapabilit as manusia di Indonesia ini t elah memberikan manf aat yang adil dan set ara ant ara laki-laki dan perempuan? Apakah masih ada kesenj angan pencapaian pembangunan dasar ant ara laki-laki dan perempuan yang mengarah pada persoalan ket idakset araan dan ket idakadilan gender? Publikasi ini mencoba menj awab pert anyaan t ersebut dengan menyaj ikan indikat or pembangunan manusia, yait u Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang dirinci sampai t ingkat kabupat en/ kot a. IPM memberikan gambaran pembangunan kapabilit as dasar manusia di bidang pendidikan, kesehat an dan ekonomi. Sama dengan IPM, IPG j uga mengukur kapabilit as dasar manusia pada ket iga bidang t ersebut , t et api t erf okus pada f akt or ket idakset araan ant ara laki-laki dan perempuan. Dengan membandingkan kedua indikat or t ersebut , dapat diket ahui ada t idaknya kesenj angan pembangunan sumber daya manusia ant ara laki-laki dan perempuan. Lebih rendahnya pencapaian IPG dibandingkan IPM, menunj ukkan masih adanya kesenj angan gender pada ket iga bidang pembangunan t ersebut , dan sampai saat ini perempuan masih berada pada posisi yang t ert inggal. Sedangkan IDG merupakan indikat or unt uk melihat peranan perempuan dalam ekonomi, polit ik dan pengambilan keput usan. Secara umum, peranan perempuan dalam pengambilan keput usan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Meskipun demikian, peranan perempuan dalam pengambilan keput usan t erus menunj ukkan perkembangan yang dapat dilihat dari pencapaian IDG yang t erus meningkat dari t ahun ke t ahun.
Dat a yang disaj ikan sampai t ingkat kabupat en/ kot a bert uj uan unt uk membandingkan pencapaian pembangunan manusia dari seluruh provinsi dan kabupat en/ kot a di Indonesia. Publikasi ini t ent unya sangat bermanf aat sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan kebij akan, program dan kegiat an yang responsif gender di masing-masing wilayah dan t ent unya j uga bagi para pemangku kepent ingan t erkait . Semoga publikasi ini dapat memberikan kont ribusi posit if dalam upaya peningkat an kualit as sumber daya manusia Indonesia yang adil dan set ara sebagai t uj uan akhir pembangunan nasional. Akhirnya kepada berbagai pihak yang t elah berpart isipasi dalam penyusunan publikasi ini saya ucapkan t erima kasih dan penghargaan yang t inggi.
Jakart a, November 2012 Ment eri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
(Linda Amalia Sari Gumelar)
KATA PENGANTAR
ublikasi “ Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2012” merupakan hasil kerj asama ant ara Kement erian P Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) dengan Badan Pusat St at ist ik (BPS). Publikasi ini berisi ulasan t ent ang perkembangan pencapaian t iga (3) indeks komposit yait u Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).
IPM merupakan ukuran kualit as hidup berbasis pada kapabilit as dasar penduduk yang diperluas. Sedangkan IPG mengukur hal sama t et api t erfokus pada fakt or ket idakset araan ant ara laki-laki dan perempuan. Sement ara it u Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) mengukur part isipasi akt if perempuan pada kegiat an ekonomi dan polit ik dalam pengambilan keput usan. Prinsipnya, IDG digunakan unt uk melihat sej auh mana kapabilit as yang dicapai perempuan dapat dimanfaat kan di berbagai bidang kehidupan. monitoring
Publikasi ini dapat digunakan sebagai alat hasil pembangunan yang meliput i pencapaian kualit as hidup semua gap penduduk, perbedaan ( ) pencapaian ant ara laki-laki dan perempuan, sert a kemaj uan part isipasi perempuan dalam pengambilan keput usan. Hasilnya dapat digunakan sebagai bahan eval uasi unt uk perbaikan priorit as program -program pembangunan selanj ut nya.
Disadari publikasi ini masih memiliki banyak kelemahan. Unt uk it u krit ik dan saran demi perbaikan di masa dat ang sangat diharapkan. Ucapan t erima kasih disampaikan kepada semua pihak yang t elah membant u sehingga publikasi ini dapat diselesaikan t epat wakt u.
Jakart a, November 2012 Kepala Badan Pusat St at ist ik (Dr. Suryamin, M.Sc )
iii v vii ix xi xiii
2.2. Permasalahan Gender di Indonesia ..................
1.1. Lat ar Belakang ..........................................
1.2. Tuj uan Penulisan .......................................
1.3. Sist emat ika Penulisan ................................ .
1.4. Sumber Dat a .............................................
Bab II. Gambaran Umum Gender di Indonesia ...................
2.1. Perbandingan Capaian di Negara ASEAN .............
Bab III. Pencapaian Pembangunan Gender .........................
Daf t ar Isi .................................................................. Daf t ar Gambar ........................................................... Daft ar Tabel .............................................................. Ringkasan Eksekut if .....................................................
3.1. Pencapaian Pembangunan Gender ...................
3.2. Pencapaian Komponen IPG ...........................
3.3. Disparit as Pembangunan Manusia (IPM) dan Pembangunan Gender (IPG) ..........................
3.4. Disparit as Pencapaian Pembangunan Gender Ant ar Bab IV. Pencapaian Pemberdayaan Gender ........................
4.1. Perkembangan Pemberdayaan Gender ..............
4.2. Pencapaian Komponen IDG ............................
Bab I. Pendahuluan ...................................................
58 DAFTAR ISI Sambut an ................................................................. Kat a Pengant ar ..........................................................
1
16
3
6
6
7
9
11
25
52
28
31
37
40
47
51
4.3. Disparit as IDG ............................................
Bab V. Hubungan Pembangunan Gender Dengan
............................. Indikator Sosial Ekonomi65 5.1. Hubungan ant ara IPM dengan IPG .............
67 5.2. Hubungan IPM dan IDG ..........................
74 5.3. Hubungan IPG dan IDG ..........................
76 5.4. Perbandingan Ant ara IPM, IPG, dan IPG ......
79 Bab VI. Kesimpulan ..............................................
87 Daf t ar Pust aka ....................................................
91 Tim Penulis ........................................................
93 Lampiran ...........................................................
95
Gambar 2.1. Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN, 1990 – 2011 ......................................................- – 2011 ...................
Tinggal, 2011 ................................ ...........
Gambar 2.5. Persent ase Penduduk 10 Tahun Keat as Menurut Ij azah yang Dimiliki, Jenis Kelamin, dan TempatGambar 2.4. Indeks Ket impangan dan Rasio Perempuan dan Laki-Laki di Parlemen Negara ASEAN, 2011 ......Gambar 2.3. Indeks Ket impangan Gender Di Negara ASEAN, 1995 – 2011 .............................................Gambar 2.2. IPM Negara-Negara ASEAN Menurut Komponennya, 2011 ................................ .....................38 DAFTAR GAMBAR
12
35
34
33
32
29
23
22
21
20
19
18
15
14
13
Gambar 3.6. Disparit as Sumbangan Pendapat an Perempuan Ant ar Provinsi di Indonesia, 2011 ...................Gambar 3.7. Disparit as IPM-IPG Menurut Provinsi, 2011 .59 Gambar 5.1. Tren IPM dan IPG Indonesia, 2004-2011 ....
77 Gambar 5.7. Hubungan ant ara IPG 2011 dan IDG 2011 ...
74 Gambar 5.6. Sebaran Provinsi Menurut Susunan Kuadran Berdasarkan IPG 2011 dan IDG 2011.........
71 Gambar 5.5. Sebaran Provinsi Menurut Susunan Kuadran Berdasarkan IPM 2011 dan IDG 2011 ........
70 Gambar 5.4. Hubungan ant ara IPG 2011 pada IPM 2011 Kabupat en .......................................
69 Gambar 5.3. Sebaran Provinsi Menurut Susunan Kuadran Berdasarkan IPM 2011 dan IPG 2011 ........
68 Gambar 5.2. Tren Selisih IPM dan IPG Indonesia, 2004- 2011 ................................ ..............
57 Gambar 4.7. IDG Provinsi Menurut Peringkat , 2010 ......
39 Gambar 3.8. IPG Provinsi Menurut Peringkat , 2011 .......
57 Gambar 4.6. Persent ase Pej abat St rukt ural PNS Menurut Jenis Kelamin, 2011 ............................
56 Gambar 4.5. Persent ase PNS Menurut Jenis Kelamin, 2007-2011 ................................ .......
55 Gambar 4.4. Perkembanga TPAK dan Persent ase Angkat an Kerj a Perempuan, 2009-2011 ....
53 Gambar 4.3. Perkembangan Persent ase Perempuan Sebagai Tenaga Profesional, 2004-2011 ....
51 Gambar 4.2. Pencapaian Komponen IDG Tahun 2011 ....
41 Gambar 4.1. Tren IDG Indonesia, 2004-2011 ...............
41 Gambar 3.9. IPG Provinsi Menurut Peringkat , 2010 .......
78
21
Tabel 3.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/Tabel 5.2. Pengelompokkan Provinsi Berdasarkan IPM, IPG, dan IDG, 2010 ................................ ...................Tabel 5.1. Selisih IPM dan IPG menurut Provinsi, 2010-2011 ....Tabel 4.5. Kabupat en/ Kot a dengan IDG Terendah, 2010-2011 ..Tabel 4.4. Kabupat en/ Kot a dengan IDG Tert inggi, 2010-2011 ..Tabel 4.3. Provinsi dengan IDG Terendah, 2010-2011 ............Tabel 4.2. Provinsi dengan IDG Tert inggi, 2010-2011 .............Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Anggot a DPR RI, 1955-2009 ..Tabel 3.6. Kabupat en/ Kot a dengan IPG Terendah, 2010-2011 ..Tabel 3.5. Kabupat en/ Kot a dengan IPG Tert inggi, 2010-2011 ..Tabel 3.4. Provinsi dengan IPG Terendah, 2010-2011 ............Tabel 3.3. Provinsi dengan IPG Tert inggi, 2010-2011 .............Tabel 3.2. Provinsi Dengan Peringkat Tert inggi dan Terendah Berdasarkan Rasio IPG t erhadap IPM, 2011 ............IPM), 2004-2011 ............................................
Tabel 2.1. Upah Pekerj a/ Buruh Menurut Jenis Kelamin, 2007- 2011 ................................ .........................30
82 DAFTAR TABEL
81
73
63
62
61
61
54
44
43
43
42
37
Tabel 5.3. Pengelompokkan Provinsi Berdasarkan IPM, IPG, dan IDG, 2011 ................................ ...................RINGKASAN EKSEKUTIF
embangunan kualit as hidup manusia merupakan upaya t erus- menerus yang dilakukan pemerint ah dalam rangka mencapai P kehidupan yang lebih baik. Upaya pembangunan ini dit uj ukan unt uk kepent ingan seluruh penduduk t anpa membedakan j enis kelamin t ert ent u. Namun demikian t idak dapat dipungkiri, pada pelaksanaannya masih t erdapat kelompok penduduk yang t ert inggal dalam pencapaian kualit as hidup. Ket ert inggalan ini disebabkan oleh berbagai persoalan pelik yang seringkali saling berkait an ant ara sat u dengan lainnya. Persoalan paling pent ing yang menghalangi upaya peningkat an kualit as hidup yang set ara adalah pendekat an pembangunan yang mengabaikan isu t ent ang keset araan dan keadilan gender. Belum lagi, persoalan lain sepert i budaya, at au agama yang t erkadang dapat menj adi fakt or penghambat unt uk mencapai keset araan gender.
Disadari, keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerint ah, swast a maupun masyarakat sangat t ergant ung dari peransert a seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan sebagai pelaku, dan sekaligus pemanfaat hasil pembangunan. Secara t unt ut an akan kualit as sumber daya manusia (SDM) perempuan paling t idak memiliki dampak pada dua hal. Pert ama, dengan kualit as yang dimiliki, perempuan akan menj adi mit ra kerj a akt if laki-laki dalam mengat asi masalah-masalah sosial, ekonomi dan polit ik yang diarahkan pada pemerat aan pembangunan. Kedua, perempuan yang berkualit as t urut mempengaruhi kualit as generasi penerus, mengingat fungsi reproduksi perempuan berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia di masa dat ang. Tet api pada kenyat aannya, selama ini peransert a kaum perempuan dalam pelaksanaan program pembangunan masih belum dimanfaat kan secara opt imal. Fakt or penyebab belum opt imalnya peransert a perempuan dalam pembangunan karena masih rendahnya kualit as sumber daya perempuan sehingga t idak mampu unt uk bersaing dalam berbagai bidang dengan mit ra sej aj arnya.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran kualit as hidup menunj ukkan perkembangan yang semakin membaik dari wakt u ke wakt u. Pada t ahun 2004, IPM nasional mencapai 68,69 kemudian meningkat menj adi 72,77 pada t ahun 2011. Hanya sayangnya, keberhasilan pembangunan kualit as hidup yang diukur melalui IPM masih belum cukup efekt if memperkecil kesenj angan ant ara laki-laki dan perempuan dalam pencapaian kapabilit as dasar di bidang kesehat an, pendidikan, dan ekonomi. Fenomena kesenj angan ini secara st at ist ik dapat dit unj ukkan oleh pencapaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang nilainya lebih kecil dari pencapaian IPM, baik di level nasional, provinsi maupun kabupat en dan kot a. Meski demikian, perkembangan pencapaian IPG dari t ahun ke t ahun t erus meningkat , akan t et api t idak secepat peningkat an IPM.
Dalam aspek pemberdayaan t erut ama ket erlibat an perempuan dalam proses pengambilan keput usan kebij akan publik, perempuan j uga relat if t ert inggal dibandingkan laki-laki. Ket ert inggalan ini sangat berpengaruh t erhadap hasil keput usan apapun yang menyangkut kepent ingan perempuan baik di lembaga legislat if, eksekut if, maupun yudikat if. Hasil pemilu legislat if t ahun 2009 menempat kan ket erwakilan perempuan sebagai anggot a DPR hanya sekit ar 17,49 persen dari keseluruhan j umlah anggot a DPR RI. Bahkan di t ingkat provinsi dan kabupat en dan kot a ket erwakilan perempuan sebagai anggot a DPRD j auh lebih kecil. Sement ara it u, perempuan sebagai t enaga professional, manager, adiminist rasi dan t eknisi yang bekerj a di lembaga eksekut if, yudikat if sert a lembaga swast a lainnya t idak lebih dari 45,75 persen dari seluruh t enaga t enaga professional, manager, adiminist rasi dan t eknisi. Namun demikian, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) sebagai ukuran ket erlibat an perempuan dalam pengambilan keput usan dari wakt u ke wakt u menunj ukkan kecenderungan yang semakin meningkat , meski relat if lambat .
1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
ewasa ini, perhat ian dunia t erhadap pembangunan yang berbasiskan gender semakin besar. Telah lama diket ahui D bahwa hampir di seluruh negara t elah t erj adi diskriminasi gender. Ket idakadilan gender at au diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya sist em (st rukt ur) sosial dimana salah sat u j enis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menj adi korban. Hal ini t erj adi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang dit anamkan sepanj ang peradaban manusia dalam berbagai bent uk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan (BKKBN, 2007).
Beragam permasalahan yang dialami perempuan pada masa lalu maupun kini, kian menj adi perhat ian komunit as negara
- negara di dunia. Perhat ian ini sebagai wuj ud ungkapan keprihat inan sesama manusia at as t erj adinya ket idakadilan di berbagai hal yang menyangkut perempuan. Dalam berbagai kesempat an kerap perempuan mengalami diskriminasi sepert i dij adikan obj ek eksploit asi, mengalami kekerasan, subordinasi, sert a adanya upaya marginalisasi perempuan. Kemudian permasalahan lain yang kerap dialami perempuan yait u double
burden (beban ganda) dimana peningkat an j umlah perempuan yang bekerj a di wilayah publik, t et api t idak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domest ik. Akibat nya mereka mengalami beban yang berlipat ganda.
Keprihat inan negara-negara di dunia diwuj udkan dalam berbagai bent uk pert emuan yang menghasilkan serangkaian deklarasi dan konvensi dan t elah t ercat at dalam dokumen
The Universal Declaration of sej arah. Dimulai dari dicet uskannya Human Rights
(Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia), oleh Maj elis Umum PBB di t ahun 1948 yang kemudian diikut i oleh berbagai deklarasi sert a konvensi lainnya.
Didalam perkembangannya, konvensi yang menj adi landasan hukum t ent ang hak perempuan adalah Konvensi Penghapusan Segala Bent uk Diskriminasi t erhadap Perempuan ( Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women ) yang diadopsi oleh Maj elis Umum PBB t ahun 1979. Konvensi t ersebut disebut j uga Konvensi Wanit a, at au Konvensi Perempuan at au Konvensi CEDAW ( Committee on the Elimination of Discrimination Against Women ). Selanj ut nya, Hak Asasi Perempuan yang merupakan Hak Asasi Manusia kembali dideklarasikan dalam Konferensi Dunia ke-IV t ent ang Perempuan di Beij ing t ahun 1995. Konferensi t ersebut mengangkat 12 bidang yang menj adi keprihat inan Negara-negara di dunia, mencakup:
1. Perempuan dan Kemiskinan,
2. Pendidikan dan Pelat ihan Bagi Perempuan,
3. Perempuan dan Kesehat an,
4. Kekerasan Terhadap Perempuan,
5. Perempuan dan Konflik Bersenj at a,
6. Perempuan dan Ekonomi,
7. Perempuan dan Kekuasaan sert a Pengambilan Keput usan,
8. Mekanisme Kelembagaan Unt uk Kemaj uan Perempuan,
9. Hak Asasi Perempuan,
10. Perempuan dan Media,
11. Perempuan dan Lingkungan Hidup, sert a 12. Anak Perempuan.
Selanj ut nya pada t ahun 2000, 189 negara anggot a PBB Millennium
t elah menyepakat i t ent ang Deklarasi Milenium (
Declaration) unt uk melaksanakan Tuj uan Pembangunan Milenium ( Millennium Development Goals ) at au MDG’ s dengan menet apkan t arget keberhasilannya pada t ahun 2015. Ada delapan komit men kunci yang dit et apkan dan disepakat i dalam MDGs, salah sat unya adalah mendorong t ercapainya keset araan dan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan (Tuj uan 3 MDG’ s).
Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia ikut sert a mel aksanakan komi t men dengan mendor ong upaya pembangunan menuj u keset araan gender. Unt uk it u, pemerint ah berkomit men melaksanakan t uj uan Pembangunan Milenium (MDG’ s) dengan salah sat u t arget nya, menghilangkan ket impangan gender di t ingkat pendidikan dasar dan lanj ut an pada t ahun 2005, dan di semua j enj ang pendidikan t idak lebih dari t ahun 2015.
Berdasarkan dat a st at ist ik, t ampaknya t uj uan MDG’ s dalam bidang gender sudah pada j alurnya ( on the track ). Dua dari enam indikat or yang t ercant um dalam t arget MDG’ s bahkan sudah melampaui t arget yang dit et apkan. Dua indikat or t ersebut yait u rasio anak perempuan di Sekolah Menengah Pert ama dan rasio anak perempuan di Sekolah Menengah At as dengan capaian pada t ahun 2011 masing-masing sebesar 103,45 persen dan 101,41 persen, dimana t arget dari kedua indikat or t ersebut sebesar 100 persen. Sement ara keempat t arget lainnya capaiannya sudah sangat bagus di at as 97 persen. Apabila capian ini dapat dipert ahankan dan dit ingkat kan, maka harapan unut k mencapai t arget MDG’ s sangat mungkin diwuj udkan.
Dalam publikasinya Human Development Report t ahun 1995, UNDP mengangkat t ema gender. Dalam publikasi ini pert ama kali diperkenalkan suat u indeks unt uk mengukur pembangunan gender suat u wilayah yait u Gender Development Index / GDI (Indeks Pembangunan Gender/ IPG) dan indeks unut k mengukur peranan perempuan dalam bidang ekonomi dan
Gender Empowerment Measure pengambilan keput usan yait u / GEM (Indeks Pemberdayaan Gender/ IDG). Dalam publikasi
Development, if not engendered, is t ersebut t erdapat kalimat “ endangered
” , kalimat ini sepert inya hendak menunj ukkan bahwa
apabila mengabaikan aspek gender maka akan menghambat suat u wilayah dalam melakukan pembangunan.UNDP mengelompokkan t ingkat kan pembangunan manusia ke dalam empat kat egori, yait u :
1. Kelompok Tinggi, j ika IPM/ IPG 80, Kelompok Menengah At as, j ika IPM/ IPG 66 x 80, Kelompok Menengah Bawah, j ika IPM/ IPG 50 x 66, Kelompok Rendah, j ika IPM/ IPG 50.
Makin disadarinya art i pent ingnya aspek gender dalam segala bidang pembangunan membawa dampak posit if dalam upaya menuj u pengarusut amaan gender. Menanggapi hal t ersebut , pemerint ah t elah mengeluarkan INPRES No. 9 Tahun 2000 t ent ang Pengarusut amaan Gender yang bert uj uan unt uk menurunkan kesenj angan ant ara perempuan dan laki-laki Indonesia dalam mengakses dan memperoleh manfaat pembangunan sert a meningkat kan part isipasi dalam dan penguasaan t erhadap proses pembangunan. Melalui Inpres ini muncul moment um bagi kemaj uan perempuan dan peningkat an keset araan gender yang akhirnya diperluas hingga perencanaan dan penganggaran yang inklusif gender.
Unt uk mengevaluasi sej auh mana perat uran-perat uran perundangan sudah responsif gender dan mendukung pengarusut amaan gender dapat dilihat dari dat a-dat a t erpilah. Indikat or -indikat or yang menunj ukkan capaian-capaian pembangunan berbasis gender akan memberikan gambaran yang nyat a t ent ang pengarusut amaan gender di Indonesia. Diharapkan publikasi ini dapat digunakan sebagai pembuka wawasan t ent ang pembangunan manusia yang berbasis gender.
1.2. Tujuan Penulisan Publikasi ini disusun unt uk melihat t ingkat keberhasilan pembangunan manusia sert a pencapaian pembangunan ant ara perempuan dan laki -laki di berbagai bidang yang direpresent asikan dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Selain it u j uga menelusuri hubungan ant ara IPM, IPG, dan IDG.
1.3. Sistematika Penulisan Penulisan pembangunan manusia berbasis gender ini t erdiri dari 5 (lima) bab. Bab 1, menj elaskan t ent ang lat ar belakang masalah, t uj uan penulisan, sist emat ika penulisan, sert a sumber dat a. Bab 2, menj elaskan t ent ang gambaran umum gender di Indonesia dan capaiannya t erut ama j ika dibandingkan dengan capaian negara-negara lain di ASEAN. Bab 3, menj elaskan t ent ang pencapaian IPG. Bab 4, menj elaskan t ent ang pencapaian
IDG. Bab 5 menj elaskan mengenai hubungan ant ara IPM, IPG, dan
IDG.
1.4. Sumber Data
Sumber dat a ut ama yang digunakan (khususnya dalam penghit ungan IPG dan IDG) adalah dat a Susenas Kor, Susenas Modul Konsumsi dan dat a Sakernas. Sement ara unt uk dat a penunj ang digunakan dat a Supas, Proyeksi Penduduk (SP 2000), dan Indeks Harga Konsumen (IHK) sert a dat a sekunder lainnya. Dat a Susenas Kor digunakan unt uk menghit ung indikat or pembent uk IPG, yait u Angka Melek Huruf dan Rat a-rat a Lama Sekolah. Sement ara angka harapan hidup dihit ung menggunakan dat a Susenas yang dikoreksi dengan dat a Supas dan Proyeksi Penduduk. Sement ara dat a Sakernas digunakan unt uk menghit ung komponen IPG dan IDG yang menyangkut indikat or ket enagakerj aan.
2
Gambaran UmumPembangunan Manusia
di IndonesiaGambaran Umum Pembangunan Manusia di Indonesia
2
2.1. Perbandingan Capaian Pembangunan Manusia di Negara ASEAN
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya ersoalan pembangunan manusia berbasis gender di wilayah ASEAN sudah mulai mendapat perhat ian yang cukup serius
P yang dit unj ukkan dengan adanya peningkat an indikat or-indikat or pembangunan yang berkait an dengan gender. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehat an dan kesej aht eraan mulai t erlihat bergeser. Secara singkat perbandingan ant ar Negara ASEAN bisa dilakukan dengan membandingkan indikat or-indikat or yang menggambarkan variabel-variabel t ersebut sepert i Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Ket impangan Gender.
Indeks Pembangunan Manusia adalah salah sat u indeks yang mengukur t ent ang t ingkat pembangunan manusia yang diukur dari t iga indikat or yait u kesehat an, pendidikan dan kesej aht eraan. Sement ara Indeks ket impangan gender menggambarkan ket impangan gender dalam t iga dimensi yait u kesehat an, reproduksi, dan pemberdayaan perempuan.
Secara umum perbandingan IPM ant ar negara ASEAN menunj ukkan disparit as yang cukup t inggi sej ak t ahun 1990. Peningkat an IPM t idak secara langsung menggambarkan peringkat kualit as pembangunan manusia. Sebagai cont oh, meskipun selama dua dekade IPM Myanmar t elah meningkat secara signifikan, namun Myanmar t et ap menj adi negara dengan
IPM t erkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar merupakan yang t erkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yait u 0,483 pada t ahun 2011. Peringkat t erendah berikut nya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di t ahun 2011 bert urut -t urut adalah 0,523 dan 0,524. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM t inggi di kawasan ASEAN bert urut -t urut adalah Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia masing-masing dengan IPM 0,866, 0,838, dan 0,761 unt uk t ahun 2011. Unt uk Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 7, dengan nilai capaian sebesar 0,617. Rat a-rat a IPM dunia t ahun 2011 adalah 0,682. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.1.
Bila dit elusuri lebih j auh berdasarkan komponen pembent uknya, maka Negara-negara yang berada pada peringkat t inggi unt uk nilai IPM-nya mempunyai nilai t inggi unt uk dimensi
1 kesehat an, at aupun gabungan dari t iga dimensi pembent uk IPM .
Dimensi kesehat an diukur berdasarkan angka harapan hidup pada saat lahir (e ). Nilai t ert inggi unt uk dimensi kesehat an dicapai oleh Singapura dengan indeks dimensi kesehat an sebesar 0,965, sement ara nilai t erendah dicapai oleh Myanmar sebesar 0,713. Indonesia berada pada urut an ke enam indeks diemensi kesehat an dengan capaian sebesar 0,779. Negara-negara yang dimensi kesehat annya berada dibawah Indonesia adalah Laos, Myanmar, Philipna, dan Cambodia. Komponen kedua adalah dimensi pendidikan yang diukur berdasarkan harapan lama sekolah (EYS), dan rat a-rat a lamanya sekolah ( Mean Years of Schooling ). Negara yang mempunyai nilai dimensi pendidikan t inggi adalah Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Indonesia berada pada posisi ke enam dengan nilai 0,584. Negara
- negara yang dimensi pendidikan dibawah Indonesia adalah
Viet nam, Cambodia, Myanmar, dan Laos. Komponen ket iga yang nilainya t erbesar unt uk Negara-negara dengan IPM t inggi di ASEAN adalah pendapat an. Komponen pendapat an ini diukur dari pengeluaran per kapit a riil yang disesuaikan (PPP). Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand mempunyai nilai per kapit a riil di at as Indonesia, sement ara Myanmar, Cambodia, Laos, Viet nam dan Philipina mempunyai pendapat an perkapit a riil dibawah Indonesia. Gambaran secara lengkap dapat dilihat pada gambar 2.2.
Indeks Ketimpangan Gender Gender Inequality Index
Indeks ket impangan gender ( ) mencerminkan ket impangan perempuan yang dilihat dalam t iga dimensi yait u kesehat an reproduksi, pemberdayaan, dan pasar t enaga kerj a. Indeks yang t erbent uk menunj ukkan kehilangan dalam pembangunan manusia yang diakibat kan oleh adanya perbedaan gender. Nilainya berkisar dari 0, yang menunj ukkan bahwa perempuan dan laki-laki kehilangan kesempat an yang sama, dan 1, yang menunj ukkan bahwa perempuan kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Dimensi kesehat an diukur menggunakan dua indikat or yait u t ingkat kemat ian ibu ( maternal mortality rate ) dan t ingkat kesuburan remaj a ( adolescent fertility rate ). Dimensi pemberdayaan j uga didekat i dengan dua indikat or yait u proporsi kursi parlemen dipegang oleh laki-laki at au perempuan, dan capaian t ingkat pendidikan menengah dan t inggi dari t iap gender. Dimensi t enaga kerj a diukur dengan part isipasi perempuan dalam angkat an kerj a. Indeks Ket impangan Gender (IKG) dirancang unt uk mengungkapkan sej auh mana prest asi nasional dalam aspek pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ket idakset araan gender, dan j uga unt uk menyediakan dat a empiris unt uk analisis kebij akan dan upaya advokasi.
Human Berdasarkan dat a yang dikeluarkan oleh HDR (
Development Report ), dalam kurun wakt u 15 t ahun t elah t erj adi penurunan indeks ket impangan gender di kawasan Negara-negara
ASEAN. Hal ini berart i t elah t erj adi penurunan ket impangan akibat adanya perbedaan gender. Penurunan yang signifikan t erj adi di Negara Laos dimana pada t ahun 1995 IKD t ercat at sebesar 0,8 menurun menj adi 0,5 pada t ahun 2011. Indonesia j uga mempunyai IKD yang hampir sama dengan Cambodia dan Laos yang t ermasuk pada kat egori t ert inggi di kawasan ASEAN. Unt uk t ahun 2011 negara dengan nilai IKD t erendah adalah Singapura.
Bila dilihat lebih j auh berdasarkan komponennya maka salah sat u penyebab t erj adi ket impangan adalah rasio perempuan t erhadap laki-laki di parlemen. Sudah bukan rahasia lagi bila j umlah ket erwakilan perempuan di parlemen hampir di semua Negara sangat sedikit . Hal ini t idak sesuai dengan populasi perempuan di masing-masing Negara. Di beberapa Negara ket erwakilan perempuan pada level pengambil keput usan merupakan posisi yang krit is bagi t erlaksananya demokrasi di suat u Negara (Sun, 2005). Selain masalah persent ase, kualit as perempuan yang duduk dalam parlemen j uga menj adi pent ing karena akan mempengaruhi perat uran-perat uran at au keput usan t erkait perempuan.
Rasio ket erwakilan perempuan t erhadap laki-laki di parlemen di Negara ASEAN t erlihat berbanding t erbalik dengan nilai indeks ket impangan gender di Negara yang bersangkut an. Myanmar yang mempunyai rasio ket erwakilan perempuan dan laki-laki rendah mempunyai nilai indeks ket impangan yang t inggi, sebaliknya Singapura yang mempunyai rasio ket erwakilan perempuan yang t inggi mempunyai nilai indeks ket impangan yang sangat rendah. Banyak penyebab dari rendahnya ket erwakilan perempuan di parlemen misalnya adanya pemikiran bahwa t anggung j awab pengasuhan anak sepenuhnya ada pada perempuan. Pekerj aan pengasuhan anak ini berakibat pada banyaknya perempuan yang t inggal di rumah sehingga akibat j angka panj angnya adalah t idak banyak perempuan yang berint eraksi secara publik (Heines, 1992). Seager (1997) mengat akan kalau laj u dari ket erwakilan perempuan di Parlemen sangat lah lambat sehingga UN memperkirakan bahwa dengan laj u sepert i ini keseimbangan ant ara laki-laki dan perempuan di parlemen baru akan bisa dicapai pada t ahun 2490.
2.2. Permasalahan Gender di Indonesia
Keset araan gender dimaknai sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan unt uk memperoleh kesempat an sert a hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpart isipasi, melakukan cont rol dan menerima manfaat pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam realit as kehidupan t elah t erj adi perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan yang melahirkan perbedaan st at us sosial di masyarakat , dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan melalui konst ruksi sosial. Perbedaan gender ant ara laki-laki dan perempuan dit ent ukan oleh sej umlah fakt or yang ikut membent uk, yang kemudian disosialisasikan, diperkuat , bahkan dibent uk melalui sosial at au kult ural, dilanggengkan oleh int erpret asi agama dan mit os-mit os.
Perbedaan j enis kelamin sering dipergunakan masyarakat unt uk membent uk pembagian peran (kerj a) laki-laki dan perempuan at as dasar perbedaan t ersebut . Akibat nya t erj adilah pembagian peran gender yait u Peran Domest ik dan Peran Publik. Peran domest ik cenderung t idak menghasilkan uang, kekuasaan, dan pengaruh. Peran ini lebih banyak diserahkan kepada kaum perempuan, sedangkan peran publik yang menghasilkan uang, kekuasaan dan pengaruh diserahkan kepada kaum laki-laki. Akibat pembagian kerj a yang t idak seimbang melahirkan ket impangan peran laki-laki dan perempuan yang berakibat ket idakadilan gender yang merugikan perempuan. Di Indonesia, ket impangan gender t erlihat dari segala aspek ant ara lain dalam lingkungan keluarga, kependudukan, pendidikan, ekonomi, pekerj aan, dan dalam Pemerint ahan.
Perbedaan peran ant ara laki-laki dan perempuan yang t idak seimbang ini j uga sangat dipengaruhi oleh budaya dan kult ural masyarakat Indonesia yang t erdiri dari banyak et nis dan suku. Set iap masyarakat suku di Indonesia mempunyai ciri khas t ersendiri dalam memaknai peran gender di Indonesia. Namun demikian, secara umum menunj ukkan bahwa ada dominasi laki- laki dalam kehidupan sehari-hari.
Peran Domestik dalam Keluarga Meskipun perempuan dit empat kan pada peran domest ik di lingkungan keluarga, namun posisi perempuan Indonesia di lingkungan keluarga selalu dinomor-duakan. Karena berperan sebagai pencari nafkah, posisi kepala rumah t angga pada umumnya akan diserahkan kepada laki-laki/ suami kecuali j ika perempuan t ersebut adalah seorang j anda at au t idak ada laki- laki dalam suat u keluarga. Meskipun peran perempuan sangat banyak dalam suat u keluarga sepert i mengurus rumah t angga dan anak-anak, t et api posisi kepala keluarga t et ap diserahkan kepada laki-laki. Hanya ada sekit ar 13,9 persen rumah t angga yang kepala rumah t angganya perempuan (Susenas 2010).
Sel ama i ni pemahaman masyar akat Indonesi a merekonst ruksi bahwa secara kodrat perempuan lemah dan laki- laki kuat , sehingga unt uk menj adi pemimpin dalam sebuah keluarga t et ap diserahkan kepada laki-laki. Hal ini menunj ukkan dominasi laki-laki pada peran domest ik. Keadaan t ersebut menyebabkan posisi perempuan sarat dengan pekerj aan yang beragam, dalam wakt u yang t idak t erbat as, dan dengan beban yang cukup berat , sepert i memasak, mengurus rumah, mengurus anak, dan sebagainya. Pekerj aan domest ik t ersebut dilakukan bersama-sama dengan fungsi reproduksi, sepert i haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. Penempat an perempuan pada t ugas domest ik sepenuhnya mengakibat kan pot ensi perempuan unt uk melakukan hal produkt if menj adi berkurang. Tercat at ada sekit ar 33,5 persen perempuan yang hanya mengurus rumah t angga sehingga t idak dimasukkan sebagai angkat an kerj a (Sakernas Februari 2011). Bagi para perempuan/ ist ri yang bekerj a, maka t ugasnya menj adi berlipat ganda yait u t ugas sebagai pencari nafkah sekaligus t ugas unt uk mengurus keluarga. Hal ini mengakibat kan j am kerj a perempuan j uga menj adi lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Lemahnya posi si per empuan dal am kel uar ga memungkinkan unt uk mendapat kan perlakuan kekerasan fisik baik dari dalam lingkungan keluarga, maupun dari lingkungan sekit arnya, sepert i KDRT dan pemerkosaan. Biasanya kej adian- kaj adian t ersebut t idak t erlaporkan karena merupakan aib bagi keluarga maupun bagi perempuan t ersebut . Namun seiring dengan ket erbukaan informasi dan mengemukakan pendapat maka kej adian-kej adian t ersebut mulai banyak yang t erlaporkan. Hasil survei Komisi Nasional Ant i Kekerasan Terhadap Perempuan menunj ukkan adanya peningkat an j umlah kekerasan t erhadap perempuan. Pada t ahun 2011 t erdapat 119.107 kej adian, meningkat 13,3 persen dibandingkan t ahun 2010 (105.103 kej adian). Sebagian besar kej adian ini adalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Kesempatan Memperoleh Pendidikan Selama ini kesempat an unt uk memperoleh pendidikan yang set ara ant ara laki-laki dan perempuan belum sepenuhnya t erpenuhi. Beberapa indikat or menunj ukkan adanya kesenj angan gender dalam pendidikan di Indonesia. Kecenderungannya adalah semakin t inggi j enj ang pendidikan, semakin meningkat kesenj angan gendernya, dimana proporsi laki-laki yang berpendidikan semakin lebih besar dibandingkan dengan proporsi perempuan yang bersekolah khususnya di perkot aan (Gambar 2.5). Dari penduduk perempuan berusia 10 t ahun keat as, masih t erdapat 27,8 persen yang t idak mempunyai ij asah, lebih besar daripada laki-laki yait u 22,3 persen.
Kesenj angan ini disebabkan oleh berbagai hal di ant aranya adalah pert imbangan priorit as bahwa nilai ekonomi anak laki-laki lebih t inggi dibandingkan anak perempuan, karena laki-laki harus mencari nafkah sehingga harus lebih dibekali pendidikan dibandingkan anak perempuan. Hal ini banyak dij umpai pada keluarga yang kondisi ekonominya t erbat as, dimana harus mempunyai pilihan dalam priorit as pendidikan khususnya bagi anak laki-laki.
Pada era sekarang, pendidikan di Indonesia t elah mencapai kemaj uan dalam meningkat kan keset araan dan keadilan bagi penduduk laki-laki dan perempuan. Hal it u dapat dibukt ikan ant ara lain dengan semakin membaiknya rasio part isipasi pendidikan dan t ingkat melek huruf penduduk perempuan t erhadap penduduk laki-laki. Unt uk mengukur kesenj angan part isipasi pendidikan ant ara perempuan dan laki-laki digunakan rasio Angka Part isipasi Murni (APM) perempuan t erhadap laki- laki. Pada j enj ang pendidikan dasar (SD) rasio APM-nya t elah mencapai angka 100 pada t ahun 2011, bahkan pada t ingkat SLTP diat as 100. Namun demikian pada j enj ang SLTA rasio APM masih 95,9. Hal ini menunj ukkan pada level yang lebih t inggi pencapaian keset araan pendidikan semakin berkurang.
Kesempatan Bekerja dan Berusaha Pada era sekarang ini, peran perempuan dalam pemenuhan ekonomi keluarga semakin meningkat , namun demikian peluang unt uk bekerj a dan berusaha masih lebih kecil dibandingkan laki- laki. Pembagian t ugas dalam keluarga, dimana laki-laki berkewaj iban mencari nafkah menj adikan kesempat an bekerj a unt uk perempuan menj adi lebih kecil. Hal ini dapat dilihat dari Tingkat Part isipasi Angkat an Kerj a (TPAK) laki-laki j auh lebih t inggi dibandingkan dengan TPAK perempuan, yait u 84,9 berbanding 55,1 pada 2011. Hal ini j uga menunj ukkan bahwa penduduk perempuan 15 t ahun keat as yang bukan merupakan angkat an kerj a cukup besar yait u 44,9 persen, dimana 33,5 persen mengurus rumah t angga. Sedangkan laki-laki yang bukan merupakan angkat an kerj a hanya 15,1 persen. Meskipun angka TPAK perempuan kecil, namun rasio TPAK perempuan t erhadap laki-laki cenderung mengalami peningkat an selama 5 t ahun t erakhir yait u dari 0,61 pada t ahun 2007 menj adi 0,65 pada t ahun 2011. Ini menunj ukkan part isipasi perempuan dalam memperoleh pekerj aan mengalami peningkat an set iap t ahun.
Ket erlibat an perempuan dalam dunia kerj a j uga masih belum maksimal, t ercat at 39 persen penduduk berusia 15 t ahun keat as yang bekerj a adalah perempuan dan sepert iganya merupakan pekerj a keluarga yang secara ekonomi t idak mendapat kan imbalan j asa. Angka ini lebih besar dibandingkan pekerj a keluarga laki-laki yang hanya 8,7 persen. Sement ara kesempat an bagi perempuan baik menj adi pengusaha at au sebagai buruh/ pegawai masih dibawah laki-laki (Gambar 2.8).
Meskipun set iap t ahun t erj adi peningkat an j umlah perempuan yang bekerj a diluar rumah, namun pekerj aan yang diperoleh masih t et ap berdasarkan konsep gender. Pekerj aan kaum perempuan lebih banyak pada posisi yang bukan sebagai pengambil keput usan. Hanya sebagian kecil perempuan yang mendapat kesempat an unt uk menduduki j abat an manager at au direkt ur. Demikian j uga dengan keset araan dalam memperoleh imbal j asa belum sepenuhnya dit erima para buruh/ karyawan perempuan di Indonesia. Buruh/ karyawan perempuan menerima upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, yait u hanya sekit ar 77,8 persen dari upah yang dit erima laki-laki. Pada t ahun
Tabel Upah Pekerja/Buruh Menurut Jenis Kelamin, 2007-
2.1 2011 Tahun Laki-laki Perempuan Rasio Upah 2007 1. 141. 308 854. 052 0, 75 2008 1. 031. 348 773. 979 0, 75 2009 1. 165. 697 873. 103 0, 75 2010 1. 222. 368 953. 927 0, 78 2011 1. 640. 472 1. 275. 653 0, 78
Sumber : BPS
2011, rat a-rat a upah buruh perempuan selama sebulan sebesar Rp. 1.275.653, j auh lebih kecil dari upah buruh laki-laki yait u sebesar Rp. 1.640.472. Selama 5 t ahun t erakhir proporsi upah yang dit erima buruh perempuan relat if mengalami sedikit peningkat an (Tabel 1).
Kurangnya kesempat an kerj a di dalam negeri, mengakibat kan t erj adinya migrasi keluar negeri unt uk mendapat kan penghasilan. Tingkat permint aan t enaga kerj a di beberapa negara, t elah menarik minat sebagian orang unt uk menj adi t enaga kerj a di luar negeri. Namun demikian, karena minimnya pendidikan, maka sebagian besar t enaga kerj a Indonesia bekerj a di sekt or informal sepert i pembant u rumah t angga dan buruh bangunan. Ironisnya sebagian besar t enaga kerj a Indonesia t ersebut adalah perempuan at au yang dikenal dengan ist ilah TKW (Tenaga Kerj a Wanit a). Pada t ahun 2011 t erdapat 376.027 TKW at au sebesar 64,7 dari t ot al TKI yang t ercat at di BNP2TKI, belum t ermasuk TKW yang pergi secara illegal. Angka persent ase ini j auh lebih kecil dibandingkan t ahun- t ahun sebelumnya, karena adanya perj anj ian morat orium TKI dengan beberapa Negara penerima TKI karena t erj adinya kasus kekerasan t erhadap TKW.
Kesempatan dalam Pemerintahan Selama ini berkembang sebuah pandangan yang t idak adil bagi perempuan dimana perempuan dianggap memiliki sifat yang melekat ant ara lain irasional, emosional, lemah, bodoh, penakut , inf erior, dan f eminin yang menyebabkan perempuan dit empat kan dalam peran-peran yang dianggap kurang pent ing. Pot ensi perempuan sering dinilai lebih rendah oleh sebagian besar masyarakat sehingga mengakibat kan sulit nya mereka menembus posisi-posisi st rat egis dalam komunit asnya, t erut ama dalam peran pengambil keput usan. Hal ini t erlihat dari j umlah perempuan yang menj adi pemimpin dalam masyarakat dinilai masih sangat j auh dibandingkan dengan laki-laki. Sebagai cont oh dalam pilkada kabupat en/ kot a, hanya sedikit perempuan yang mencalomkan diri, apalagi kemudian t erpilih menj adi bupat i/ walikot a. Pada t ahun 2012 hanya ada 10 perempuan yang menj adi bupat i/ walikot a dibandingkan dengan j umlah seluruh kabupat en/ kot a di Indonesia yang berj umlah 492. Sedangkan pada level provinsi hanya ada gubernur Bant en yang berj enis kelamin perempuan.
Masalah kesenj angan gender j uga t erlihat dari perbedaan komposisi perempuan dan laki-laki yang menj adi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun seiring dengan perkembangan wakt u, j umlahnya semakin berimbang. Pada t ahun 2011 persent ase PNS perempuan sebesar 46,5 persen. Persent ase ini semakin berimbang, dimana pada 5 t ahun yang lalu persent ase PNS perempuan hanya 42,4 persen (Gambar 2.10).