BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - DADAN KHADARSYAH BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan
suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat di ukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui proses pematangan dan belajar (Wong, 1995)
Perkembangan anak merupakan suatu peristiwa yang dialami yaitu ada masa percepatan dan perlambatan. Masa tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu,
Peristiwa pengalaman pada anak dapat terjadi pada perubahan dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional.
1 Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain berhitung, membaca., dan lain-lain, sedangkan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial anak dilingkungan (Hidayat, 2005).
Menurut Wong & Hockenberry (2002) dalam Hidayat (2005), keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak merupakan bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai standar tetap dalam kehidupan anak.
Menurut Emerson et al. (2008) menyimpulkan bahwa anak-anak dengan perkembangan terlambat di Inggris dapat terjadi karena ketidakmampuan sosial ekonomi orang tua dan sehingga ada kaitan antara kemiskinan dengan ketidakmampuan anak.
Peran seorang ibu dalam pengasuhan anak, juga dalam pemberian stimulasi mental pada anaknya sangat besar. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang benar mengenai masalah ini. Pada kenyataannya masih banyak ditemukan praktek pengasuhan balita yang kurang kaya stimulasi mental dini yang mempengaruhi perkembangan mental psikososial anak(young2002).
Anak usia 2 – 6 tahun merupakan fase perkembangan individu yang sangat pesat. perkembangan sosial anak dapat memenuhi kebutuhan sendiri seperti makan dan minum. Selanjutnya secara umum salah satu karakteristik anak pada fase ini diantaranya egosentrisme yaitu diferensi diri, lingkungan orang lain yang tidak sempurna dan kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang sendiri (Yusuf, 2001).
Konsep urutan kelahiran (Birth Order) menjelaskan bahwa seorang anak akan menafsirkan posisinya dalam garis keluarganya dan penilaian diri yang kemudian menjadi acuan dari reaksi di dalam hidup bermasyarakat. Dampak tersebut terasa dalam hubungan seseorang di dalam lingkungan pergaulan sebagai anggota keluarga, dalam karir, atau dalam bersosialisasi di masyarakat (Hadi Broto dkk, 2002).
Seorang psikolog beraliran neo-Freudian, Alfred Adler mengungkapkan bahwa urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak selanjutnya. Posisi urutan kelahiran dapat mempengaruhi seorang anak dalam pencarian identitas dan perhatian orang lain (Erlina, 2008).
Penomena kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bahwa anak sulung di asosiasikan sebagai anak yang cepat dewasa, berwibawa dan lain-lain. Sedangkan anak bungsu di asosiasikan sebagai anak yang manja tidak tegas serta lemah lembut. Anak tengah dan anak tunggal juga diasosiasikan sebagai anak yang manja, dan lain sebagainya .
Tipe-tipe kepribadian yang dimiliki anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal tersebut, menjadikan anak sebagai sosok tertentu dalam tahap perkembanganya di dalam keluarga. Dalam tahap perkembangan kepribadian dapat terjadi suatu penyimpangan yang ditandai dengan adanya gejala gangguan emosional atau perilaku negatif, yang disebabkan oleh kebingungan menafsirkan suatu instruksi yang diterima untuk menentukan tindakan selanjutnya (Hadi Broto dkk, 2003).
Penelitian ahli psikologi dalam penelitiannya, disimpulkan urutan kelahiran anak dalam keluarga berdampak pada kepribadian, perilaku, cara belajar, dan berpengaruh pada kemampuannya dalam mencari nafkah. Urutan kelahiran anak juga mempengaruhi kesuksesan seseorang, terutama pada anak-anak yang berasal dari keluarga besar atau dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan (Erlina 2008)
Urutan kelahiran sebagai salah satu faktor dalam keluarga yang mempengaruhi intelegensi, penyesuaian diri, kemandirian, kreativitas dan perkembangan kepribadian seorang anak. Salah satu penelitian Johnson dan Medinnus yang meneliti tentang urutan kelahiran dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian serta pola tingkah laku seseorang, sehingga dalam hal ini diperkirakan juga bahwa urutan kelahiran seseorang dalam keluarga ikut mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang khususnya pada remaja(Hadi Broto.dkk, 2003).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa pada anak usia 3-4 tahun merupakan fase perkembangan individu yang sangat pesat. Perkembangan anak dapat dilihat dari bagaimana anak memenuhi kebutuhan sendiri seperti makan dan minum. Di lihat dalam posisi atau kedudukan anak urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak selanjutnya. Posisi urutan kelahiran dapat mempengaruhi seorang anak dalam pencarian identitas dan perhatian orang lain. urutan kelahiran anak dalam keluarga berdampak juga pada kepribadian, perilaku, cara belajar,
Dinamika dalam keluarga mempengaruhi intelegensi, penyesuaian diri, kemandirian, kreativitas dan perkembangan kepribadian seorang anak serta mempengaruhi perkembangan kepribadian, pola tingkah laku seseorang, sehingga dalam hal ini diperkirakan juga bahwa urutan kelahiran seseorang dalam keluarga ikut mempengaruhi kecerdasan emosional
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:”Adakah Perbedaan antara Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun di lihat dari kedudukan posisi (urutan) anak dalam keluarga?”.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perkembangan Anak usia 3– 4 tahun di PAUD dan TK di lihat dari kedudukan posisi anak dalam keluarga.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui tentang : a.
Kemampuan perkembangan anak usia 3-4 tahun b. Adakah perbedaan kemampuan perkembangan anak usia 3-4 tahun di lihat dari kedudukan posisi anak dalam keluarga.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a.
Bagi ilmu pengetahun Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai kemampuan perkembangan Anak Usia 3-4
Tahun dari kedudukan posisi anak dalam keluarga . Sebagai upaya pengembangan dalam peningkatan ilmu pengetahuan keluarga di bidang keperawatan anak.
2. Manfaat praktis a.
Bagi penulis Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori keperawatan anak yang didapat selama perkuliahan, khususnya tentang materi perkembangan pada anak usia 3-4 tahun.
b.
Bagi orang tua Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua khususnya ibu atau pengasuh anak mendapatkan suatu gambaran tentang perkembangan anak pada usia 3-4 tahun.
c.
Bagi PAUD dan TK Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan pengasuhan dan pembimbingan selama anak di PAUD dan TK maupun sekolah yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan usia dan potensinya.
E. Penelitian terkait
Hasil penelitian sebelumnya Jimmi Marthen (2009) perkembangan personal social anak usia 3-4 tahun dari ibu bekerja dan tidak bekerja berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan yang mendasar sesuai status ibu bekerja dan tidak bekerja tentang perkembangan personal sosial anak usia 3-4 tahun di PAUD ANNIDA dan MUTIARA HATI Purwokerto berdasarkan DDST II sebagian besar sesuai yaitu sebanyak 18 anak (60%) sedangkan yang tidak sesuai sebanyak 12 orang (40%).
Dampak ibu bekerja terhadap anak sangat luas. Dapat menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak, kesehatan, keamanan, pendidikan anak dan sebagainya. Oleh karena itu, saat ibu bekerja di luar rumah, biasanya anak dititipkan pada pengasuh atau care giver, baik nenek, saudara, anggota keluarga lain maupun pembantu. Dengan demikian saat ibu bekerja anak sangat tergantung terhadap siapa tokoh yang menggantikan ibu ketika ibu meninggalkan rumah (Darmanto Jatman, 2002).
Hasil penelitian sebelumnya dari Bagus Kurniawan(2010) Dapat diketahui juga orang tua responden yang mengasuh anaknya setiap harinya paling banyak adalah ibu yaitu sebanyak 78%. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga ideal setiap individu orang tua memiliki peran masing- masing. peran dari ibu adalah memenuhi kebutuhan biologis dan fisik, merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten, mendidik, mengatur, mengendalikan anak dan menjadi contoh dan teladan bagi anak. Sedangkan peran ayah adalah sebagai pencari nafkah, sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman, berpartisipasi dalam pendidikan anak, sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga. Menuruti Kartono (2001) menyebutkan bahwa fungsi wanita dalam keluarga sebagai berikut: sebagai istri dan teman hidup, sebagai partner seksual, sebagai pengatur rumah tangga, sebagai ibu dan pendidik anak-anaknya, sebagai makhluk sosial yang ingin berpartisipasi aktif dalam lingkungan social.