BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Fraktur 1. Pengertian Fraktur - AYU ROSYANI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Fraktur 1. Pengertian Fraktur Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

  tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006).

  Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan juga disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma.(Sjamsuhidayat & De Jong, 2008).

  Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umunya disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.(Dosen Keperawatan Medikal- Bedah, 2016). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Burner & suddart, 2013).

  Kesimpulan, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan trauma langsung ataupun tidak langsung.

2. Anatomi dan Fisiologi a. Sistem Tulang (Osteo)

  Menurut Syaifuddin (2014) Tulang femur Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas caput, corpus, dan collum dengan ujung distal dan proximal. Tulang ini bersendi dengan acetabllum dalam struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut. Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis

  distal .

Gambar 2.1 Tulang Femur tampak depan dan belakng

  1) Epiphysis Proximalis

  Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput

  

femoris , yang punya facies articularis untuk bersendi dengan

acetabulum ditengahnya terdapat cekungan yang disebut favea

capatis. Caput melanjutakn diri sebagai collum femoris yang

  kemudian disebelah lateral membulat disebut throchanter

  

major kearah medial juga membulat kecil disebut trachanter

minor . Dilihat dari depan, kedua bulatan mayor dan minur ini

  dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertochanterica

  

(linea spiralis). Dilihat dari belakang kedua bulatan ini

  dihubungkan oleh rigi disebut crita intertrochterica dilihat dari belakang pula maka disebelah medial trachantor major terdapat cekungan disebut fossa trachanterica.

  2) Diaphysis

  Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang merupakan sepertiga dengan basis menghadap ke depan pada diaphysis mempunyai dataran yaitu

  

facies medialis dan lateralis. Nampak bagian belakang berupa

  garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea.

  

Linea ini terbagai menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan

labium lateralae , labium medial sendiri merupakan lanjutan dari

  . Linea aspera bagian distal membentuk

  linea intertrochanterica segitiga disebut planum poplitenum. Dari trachantor minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium medial, lateral disebut juga supracondylaris lateralis medialis.

  3) Epiphysis Distalis

  Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus

  medialis dan condylus lateralis . Disebelah proximal tonjolan ini

  terdapat lagi masing-masing sebuah bulatan kecil disebut

  epicondylus medialis dan epincondylus lateralis. Epicondylus

  ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies

  patelaris untuk bersendi dengan Os patella. Intercondyloidea

  yang dibagian proximalnya terdapat garis disebut linea inercondyloidea.

b. Sistem Peredaran Darah (Vaskularisasi )

  Disini akan dibahas sistem peredaran darah dari sepanjang tungkai atas atau paha yaitu pembuluh darah arteri dan vena.

1) Pembuluh Darah Arteri

  Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan arteri ini selalau membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri pulmonale yang membawa darah kotor yang memerlukan oksigenasi. Pembuluh darah arteri pada tungkai antara lain yaitu: a) Arteri Femoralis Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang ligament inguinale dan merupakan lanjutan arterial

  

illiaca externa , yang terletak dipertengahan antara SIAS

(Spina Illiaca anterior), superior dan symphisis pubis.

  

Arteri Femoralis merupakan pemasok darah utama bagian

  tungkai berjalan menurun hampir bertemu ke tuberculum

  

adductor femoralis dan berakhir pada lubang otot magnus

dengan memasuki spatica poplitea sebagai arteris poplitea.

  Pada bagian atas perjalannya, ia terletak superficial dan ditutupi kulit dan fascia pada bagian bawah perjalannya ia melalui bagian belakang otot sartorius, ia berhubungan dengan dinding selubung femoral dan silang oleh nervus

  qutaneus femoris dan nervus saphenus bawah.

  b) Arteria Profunda Femoralis Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri femoralis dari trigonum femorale, ia keluar dari anterior paha melalui bagian belakang otot adductor, berjalan turun diantara otot adductor brevis dan kemudian terletak pada otot adductor magnus.

  c) Arteria Obturatoria Merupakan cabang arteria illiaca interna ia berjalan ke bawah dan kedepan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus abturatoria melalui canalis obturatorius , yaitu bagian atas foramen abturatorum.

  d) Arteria Poplitea Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus tibialis, vena poplitera, arteri poplitea.

2) Pembuluh darah vena

  Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:

  a) Vena femoralis memasuki paha mealalui lubang pada otot adductor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, menaiki paha mula-mula pada sisi lateral dari arteri.

  Kemudian posterior darinya, dan akhirnya pada sisi

  medialnya meninggalkan paha dalam ruang medial dari

  selubung femoral dan berjalan dibelakang ligamentum inguinale menjadi vena illiaca externa.

  

b) menampung cabang yang dapat

Vena Profunda Femoralis

  disamakan dengan cabang-cabang arterinya ia mengalir ke dalam vena femoralis.

  c) Vena Obturatoria menampung cabang yang dapat

  disamakan dengan cabang arterianya dimana mencurahkan isinya kedalam vena illiaca internal.

  d) Mengangkut perjalanan darah dari Vena Saphena Magna

  ujung medial arcus venosum dorsalis pedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus medialis, venosum dorsalis vena, ini berjalan di belakang lutut menelengkung ke depan melalui sisi medial paha. Berjalan melalui bagian bawah N.

  

sphenosus pada fascia profunda dan bergabung dengan vena

femoralis .

Gambar 2.2 Arteri-arteri ekstremitas bawah; tampak depan dan belakang

3. Klasifikasi atau Jenis Fraktur

  Menurut price & Wilson, 2006 klasifikasi fraktur terbagi atas:

Gambar 2.3 jenis- jenis patah tulang

  a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan) 1) Fraktur terbuka (open/compound) 2) Fraktur tertutup (closed)

  b. Sudut Patah

  Fraktur tranversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak

  lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini, segmen- segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. Fraktur spiral timbul akiba torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

  c. Fraktur multipel pada satu tulang

  Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu

  tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan secara bedah. Fraktur komunita adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

  d. Fraktur Impaksi

  Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk

  (akibat tubrukan) tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti satu vetebra dengan dua vetebra lainnya. Fraktur pada korpus vetebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pandangan lateral dari tulang punggung menunjukan pengurangan tinggi vertikel dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vetebra. Pada orang muda, fraktur kompresi dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, pasien dapat secara cepat menjadi syok hipovolemik dan meninggal jika tidak dilakukan pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah dan pernafasan secara akurat dan berulang selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera. Ileus dan retensio urine dapat juga terjadi pada cedera ini.

  e. Fraktur Patologik Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab sering dari fraktur- fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.

  f. Fraktur beban Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima untuk berlatih dalam ankatan bersenjata atau orang- orang yang baru saja memulai latihan lari. Pada saat awitan gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul garis-garis radiopak linear tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi, jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Jadi, setiap pasien yang mengalami nyeri berat setelah meningkatkan aktivitas kerja tubuh, mungkin mengalami fraktur dan seharunya diproteksi dengan memakai tongkat, atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus dilakukan pemeriksaan radiografi. g. Fraktur grenstick Fraktur grenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juaga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segaera sembuh dan segera mengalami re-modeling ke bentuk dan fungsi normal.

  h. Fraktur avulasi Fraktur avulasi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakan kembali fragmen tulang tersebut. i. Fraktur sendi

  Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama apabila geometri sendi terganggu secara bermakna.

  Jika tidak ditangani secara tepat, cedera semacam ini dapat menyebabkan osteoartritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera tersebut.

  4. Etiologi

  Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur adalah: a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.

  b. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.

  c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.

  5. Tanda dan Gejala Fraktur

  Menurut yasmara, Deni (2016)

  a. Deformitas, yaitu fragmen tulang berpindah dari tempatnya

  b. Bengkak, yaitu edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah terjadi dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

  c. Ekimosis

  d. Spasme otot, yaitu spasme involunter dekat fraktur

  e. Nyeri tekan

  f. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi akibat kerusakan saraf/perdarahan) g. Pergerakan abnormal

  h. Hilangnya darah i. Krepitasi

6. Patofisiologi

  Fraktur adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma, stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan proses patologis.

  Kerusakan pembuluh darah pada fraktur mengakibatkan perdarahan sehingga volume darah menurun dan terjadi perubahan perfusi jaringan.

  Hematoma yang terjadi mengeksudasi plasma dan berpoleferasi menjadi edema lokal sehingga terjadi penumpukan di dalam tubuh.

  Fraktur terbuka atau tertutup mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta serta saraf dalam korteks, sumsum, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.

  Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuk hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respons inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian ini merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Yasmara Deni, 2016)

7. Pathway

  

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri

  Akut Kerusakan fragmen tulang Perubahan jaringan Kerusakan integritas sekitar jaringan resiko

infeksi

  Tek. Sumsum tulang lebih besar dari kapiler Pergeseran fragmen Spasme otot tulang

  Peningkatan tek.

  Melepaskan katekolamin Deformitas

Kapiler

Gangguan fungsi

  Metabolisme asam lemak

Pelepasan

ekstremitas

histamin

  Hambatan mobilitas Bergabung dengan fisik

  

Protein plasma

trombosit

hilang

Putus vena /arteri

  Emboli

Edema

Perdarahan Kehilangan volume

  

Penekanan

Menyumbat pembuluh darah cairan

pembuluh darah

  Resiko syok (hipovolemik) Ketidakefektifan perfusi jaringan

Gambar 2.3 pathway

  perifer (sumber: Nurarif, Amin Huda, 2013; hlm.165)

8. Penatalaksanaan

  Penatalaksanaan menurut Muttaqin (2008)

  a. Penatalaksanaan Konservatif 1) Proteksi adalah proteksi fraktur trauma untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah. 2) Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan gips atau macam-macam bidai dari plastik atau metal

  3) Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi eksterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang di artikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.

  4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan kounter traksi.

  Tindakan ini mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

  b. Penatalaksanaan pembedahan atau operasi Penatalaksanaan ini sangatlah penting diketahui pleh perawat, jika ada keputusan klien diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan dalam asuhan keperawatan tersebut. 1) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal perkuatan atau K-Wire

  2) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi ekternal tulang yaitu: a) Open reduction internal fixation (ORIF) atau reduksi terbuka dengan melakukan pembedahan untuk memasukan paku, scrup atau pen ke dalam tempat fraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.

  b) Open Reduction Terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF).

  Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain sepperti gips.

9. Proses Penyembuhan Tulang

  Proses penyembuhan tulang menurut Yasmara Deni (2016), terdiri atas lima stadium adalah sebagai berikut: a. Stadium I (pembentukan hematoma), yang berlangsung 24-48 jam dan pada fase ini perdarahan berhenti sama sekali.

  b. Stadium dua (proliferasi seluler), yang berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, bergantung pada frakturnya.

  c. Stadium tiga (pembentukan kalus), yang berlangsung selama 4 minggu setelah fraktur menyatu. d. Stadium empat (konsolidasi), merupakan proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

  e. Stadium lima (reomodelling), terjadi selama beberapa bulan atau tahun dan akhirnya dibentuk struktur tulang yang mirip dengan normalnya.

10. Pemeriksaan Diagnostik

  Jenis pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mendiagnosa post orif fraktur ekstremitas bawah sebagai berikut (Yasmara, Deni , 2016).

  a. Pencitraan :

  1. Ronsen menunjukan lokasi fraktur

  2. CT scan menunjukan abnormalitas fraktur yang kompleks 11.

   Komplikasi

  Komplikasi yang dapat timbul dari fraktur antara lain (Dosen Keperawatan Medikal-bedah, 2016):

  a. Komplikasi awal 1) Kerusakan arteri: pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

  2) Sindrom kompartemen: sindrom kompartemen merupakan komplikasi yang serius terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebanan yang terlalu kuat.

  3) Fat embolism syndrome: fat embolism syndrom adalah komplikasi serius yang terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.

  FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardia, hipertensi, takipnea dan demam. 4) Infeksi: infeksi terjadi karena sistem pertahanan tubuh yang rusak akibat trauma jaringan. Pada trauma otthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga terjadi karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti ORIF dan OREF serta plat.

  5) Syok: shock terjadi karena kehilangan banyak darah atau meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasis menurun.

  6) Nekrosis avaskular: nekrosis avaskuler terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan

  nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia.

  b. Komplikasi dalam waktu lama 1) Delayeg union (kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung).

  2) Nuunion (kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan).

  3) Malunion (penyembuhan tulang yang ditandai peningkatan kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion diperbaiki dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

  B.

  

Konsep Asuhan Keperawatan pasien pasca ORIF (open reduction

internal fixation) fraktur.

  1. Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

  2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus adalah sebagai berikut (NANDA, 2015-2017).

  3. Intervensi (perencanaan) Intervensi atau rencana keperawatan adalah pedoman untuk merumuskan tindakan keperawatan dalam usaha membantu meningkatkan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (setiadi, 2012)

  4. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien menurut Potter & Perry (2009) dalam jurnal ade cahya lesmana.

  5. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien serta mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memerikasa semua proses keperawatan.

  C.

  

Latihan range of motion (ROM) untuk peningkatan vaskularisasi

perfusi jaringan perifer pasien pasca ORIF.

  1. Vaskularisasi perfusi jaringan perifer

  a. Definisi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan.

  b. Faktor resiko 1) Kelambatan penyembuhan luka perifer 2) Nyeri ekstremitas 3) Penurunan nadi perifer 4) Perubahan tekanan darah di ekstremitas 5) Waktu pengisian kapiler >3 detik 6) Warna kulit pucat saat elevasi 7) Warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah tungkai diturunkan.

  c. Faktor yang berhubungan 1) Gaya hidup kurang gerak 2) Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis, gaya hidup monoton,trauma, imobilitas)

  2. Pengertian latihan range of motion (ROM)

  a. Pengertian Latihan gerak sendi dapat segera dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot (endurance) sehingga memperlancar aliran darah serta suplai oksigen untuk jaringan sehingga akan mempercepat proses penyembuhan (Eldawati, 2011).

  Range of motion ( ROM ) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005)

  b. Tujuan 1) Meningkatkan sirkulasi darah ke perifer 2) Memperbaiki dan mencegah kekuatan otot 3) Memelihara atau meningkatkan fleksibilitas sendi 4) Memelihara atau meningkatkan pertumbuhan tulang dan mencegah kontraktur.

  c. Manfaat Range Of motion (ROM) 1) Mencegah terjadinya kontraktur 2) Dapat meningkatkan vaskularisasi jaringan perifer 3) Mempertahankan tonus otot, meningkatkan massa otot, mengurangi kehilangan tulang 4) Meningkatkan mobilisasi sendi 5) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan 6) Meningkatkan massa otot