BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Reny Fajarwati BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

  yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologi maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja mempunyai sifat khas yaitu keingin tahuan yang besar, menyukai tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatanya tanpa di dahului oleh pertimbangan yang matang (Ahmadi, 2005).

  Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Sedangkan menurut

  

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang secara

  berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmodjo, 2007), sedangkan batas usia remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah 12 sampai 24 tahun. Perubahan ini ditunjukan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder.

  1 Permasalahan remaja yang terjadi dimasyarakat menunjukkan bahwa seks bebas di kalangan remaja semakin meningkat, hal ini didukung dengan pernyataan Komnas Pendidikan Anak yang menyatakan sebanyak 62,7 persen remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan layaknya suami istri.

  Sementara data dari BKKBN menyatakan sebanyak 51 persen remaja pernah melakukan seks bebas (Raka, 2012).

  Kasus HIV/AIDS secara keseluruhan di Jateng cenderung meningkat. Bila pada 2012 hanya ada 607 kasus maka pada 2013 mencapai lebih dari 1000 kasus (Fardianto, 2014). Dari tahun ke tahun terjadi kecenderungan kenaikan jumlah kasus HIV/AIDS di Banyumas. Pada tahun 2011, tercatat 264 kasus, masing-masing 144 penderita HIV dan 90 positif AIDS. Dari jumlah itu, 30 di antaranya meninggal. Kemudian tahun 2012, terjadi peningkatan jumlahnya menjadi 274 kasus, masing-masing 166 penderita HIV dan 84 penderita AIDS, 24 diantaranya meninggal. Sementara tahun 2013 lalu, angkanya melejit menjadi 350 kasus. Dengan 215 penderita HIV dan 101 positif Aids. Dari jumlah itu, 34 penderita juga meregang nyawa (Afrengki, 2015).

  Kurangnya pengetahuan tentang resiko seks bebas sangat merugikan remaja. Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Kebingungan ini menimbulkan perilaku seksual yang kurang sehat di kalangan remaja.

  Sehingga rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan yang rasionnal. Akibatnya, mereka melakukan suatu penyimbangan baik itu disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama, maupun faktor lingkungnan sekitar. Hubungan orang tua remaja, mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual pranikah remaja (Soetjiningsih, 2006).

  Dampak perilaku seks bebas pada usia remaja sangat besar, namun di suatu sisi masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang resiko seks bebas yang dilakukan oleh remaja maupun lingkungan, maka perlu digali kembali faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seks bebas di masyarakat terutama pada kalangan remajanya sendiri. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan solusi atau jalan keluar yang efektif dan efisien supaya sikap sek bebas tidak merebak di masyarakat.

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada remaja di SMA Yos Sudarso Sokaraja diketahui bahwa dari 10 siswi yang diwawancarai didapatkan hasil: 3 orang sudah melakukan seks bebas yaitu telah melakukan hubungan intim, 5 orang baru mencoba-coba yaitu telah berciuman, meraba- raba dan lain-lain serta 2 orang belum pernah berkontak fisik dengan lawan jenis. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat diketahui bahwa alasan mereka melakukan hubungan sek bebas karena terpengaruh oleh lingkungan dan hasrat yang besar. Mereka mengetahui bahaya seks bebas akan tetapi mereka tetap melakukan karena hasrat yang besar.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana persepsi tentang lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap sikap seks bebas pada remaja di SMA Yos Sudarso Sokaraja”

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Menganalisis persepsi tentang lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap sikap seks bebas pada siswi di

  SMA Yos Sudarso Sokaraja.

  2. Tujuan Khusus 1. Untuk menganalisis karakterisitk responden umur dan agama.

  2. Untuk menganalisis bagaimana lingkungan pergaulan siswi di SMA Yos Sudarso Sokaraja.

  3. Untuk menganalisis bagaimana tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswi di SMA Yos Sudarso Sokaraja.

  4. Untuk menganalisis bagaimana sikap seks bebas siswi di SMA Yos Sudarso Sokaraja.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti serta pembaca mengenai persepsi tentang lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap sikap seks bebas pada remaja di SMA Yos Sudarso Sokaraja.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Institusi 1) Bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Sebagai media referensi, menyalurkan dan menggali wawasan bagi mahasiswa. Serta dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.

  2) Bagi SMA YOS Sudarso Sokaraja Diharapkan penelitian akan bermanfaat dan memberikan masukan kepada sekolah dan guru Bimbingan Konseling (BK) agar dapat memahami faktor yang berhubungan dengan sikap seks bebas pada remaja. Dikarenakan masa remaja ialah masa peralihan dimana remaja sedang dalam proses mencari jati diri. 3) Bagi Profesi Keperawatn Memberikan masukan dan memberikan pelayanan berupa penyuluhan kepada masyarakat khususnya di sekolah-sekolah. Misalnya faktor yang mempengaruhi sikap seks bebas.

E. Penelitian Terdahulu

  1. Sulistiyaningsih (2010) Melakukan penelitian tentang hubungan lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling dengan subyek penelitian 50 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment dan regresi ganda dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 17.

  Hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi yang kuat (0,703) dan signifikan (p) 0,000) antara lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas remaja. Hasil uji statistik regresi berganda diketahui persamaan Y = 10,237 + 0,593 X1 + 1,165 X2 dengan nilai keberartian F 23,005 dan sumbangan efektif sebesar 49,50%. Kesimpulannya, terdapat hubungan lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas, semakin mendukung lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi, maka semakin tidak setuju sikap seks bebas pada remaja.

  Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengetahui hubungan lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas pada remaja. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

  2. Herawati (2007) Melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan sikap terhadap sek bebas pada remaja akhir.

  Penelitian ini menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan sikap terhadap sek bebas pada remaja akhir dengan pengetahuan tentang penyakit menular seksual.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Herawati (2007) adalah penggunaan variabel pengetahuan dan sikap terhadap sek bebas. Sedangkan perbedaannya terletak pada penambahan variabel lingkungan pergaulan.

  3. Riyanto (2007) Melakukan penelitian tentang intensi perilaku sek bebas pada remaja ditinjau dari pengetahuan kesehatan reproduksi. Penelitian ini menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan intensi perilaku sek bebas pada remaja.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Riyanto (2007) adalah penggunaan variabel pengetahuan kesehatan reproduksi. Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan variabel lingkungan pergaulan dan sikap seks bebas.

  4. Prihastuti dan Soelistiyowati (2012) Melakukan penelitia dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang pacaran sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMA Kota

  Semarang. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja siswa SMA Teuku Umar kota Semarang. Dengan nilai p value 0,000 dimana p value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).

  Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang tingkat pengetahuan. Perbedaannya adalah penggunaan variabel lingkungan pergaulan dan sikap sek bebas.