BAB II ANIS AZIZAH MTK'12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah
1. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Nasution (1982) kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan untuk menemukan aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru. Pemecahan masalah merupakan suatu cara belajar yang dianggap sangat efisisen dalam usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh penjawab pertanyaan, maka untuk menjawab suatu masalah diperlukan waktu yang relatif lebih lama dari proses pemecahan soal rutin biasa.
Menurut Polya (dalam Hamzah: 30) bahwa pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai.
Menurut Polya (Dewiyani, 2008) ada empat langkah di dalam memecahkan suatu masalah yaitu pertama memahami masalah, kedua merencanakan pemecahan masalah, ketiga melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan yang keempat mengecek kembali. Adapun penjabaran dari keempat langkah yang diajukan Polya yang digunakan
7 sebagai landasan dalam memecahkan suatu masalah, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Memahami masalah
Pada langkah ini siswa harus dapat memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. Sasaran penilaian pada langkah pemahan soal meliputi: 1) Siswa mampu menganalisis soal. Hal ini dapat terlihat apakah siswa tersebut paham dan mengerti terhadap apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal. 2) Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam bentuk rumus, symbol, atau kata-kata sederhana.
b. Merencanakan pemecahan masalah Pada langkah ini siswa harus dapat merencanakan langkah- langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, diantaranya adalah siswa dapat mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang, dan siswa dapat mencari rumus-rumus yang diperlukan.
c. Melaksanakan rencana pemecahan masalah Pada langkah ini siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam arti rumus-rumus yang akan digunakan sudah merupakan rumus yang siap untuk digunakan dalam soal, kemudian siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana pemecahannya, setelah itu siswa baru melaksanakan langkah-langkah rencana sehingga diharapkan soal dapat dibuktikan atau diselesaikan.
d. Mengecek kembali Yang diharapkan dari keterampilan siswa dalam memecahkan masalah untuk langkah ini adalah siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukan sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang sesuai dengan masalah yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk memahami masalah, dapat merencanakan dan melaksanakan rencana pemecahan masalah, serta dapat menafsirkan solusi dari masalah tersebut.
Berikut ini akan diberi contoh pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah.
Masalah: Asep membeli 2 kg mangga dan 1 kg apel dan ia harus membayar Rp15.000,00. Kemudian Intan membeli lagi pada toko yang sama 1 kg mangga dan 2 kg apel dengan harga Rp18.000,00. Berapakah harga masing-masing mangga dan apel tersebut? (Nuharini, 2008)
Untuk menyelesaikan soal di atas dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah yang telah diuraikan di atas.
Langkah I: Memahami masalah
Agar siswa dapat memahami masalah, maka guru menyuruh siswa membaca soal tersebut secara keseluruhan, agar siswa mengetahui seluruh isi yang terkandung dalam soal tersebut. Kemudian guru bertanya, “Informasi apa saja yang terdapat dalam soal tersebut?” dan “Apa yang ditanya dalam soal tersebut?”, harapan dari jawaban siswa adalah “Berapa harga masing-masing mangga dan apel”
Langkah II: Merencanakan pemecahan masalah
Pada bagian ini sebaiknya guru berusaha untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap masalah. Kemudian guru memerintahkan siswa untuk membuat model matematika dengan menggabungkan hal yang diketahui dengan hal yang ditanyakan. Jika masih ada siswa yang masih mengalami kesulitan, maka guru memberikan arahan sebagai berikut: Misalkan harga 1 kg mangga = x harga 1 kg apel = y Kalimat/model matematika dari soal di atas adalah
2x + y = 15.000 x + 2y = 18.000
Langkah III: Melaksanakan rencana pemecahan masalah
Pada bagian ini guru menyuruh siswa untuk menyelesaikan model matematika yang telah dibuat dengan menggunakan metode penyelesaian yang ada, misalnya dengan metode eliminasi atau metode substitusi.
Pertama: Metode eliminasi 2x + y = 15.000 x1 2x + y = 15.000 x + 2y = 18.000 x2 2x + 4y = 36.000
- – y – 4y = 15.000 – 36.000
↔ – 3y = – 21.000
21 . 000
↔ y =
7 . 000
3 Kedua: Metode substitusi
Substitusi nilai y ke persamaan 2x + y = 15.000 2x + y = 15.000 2x + 7.000 = 15.000
↔ 2x = 15.000 – 7.000 ↔ 2x = 8.000
8 . 000
↔ x =
4 . 000
2 Dengan demikian, diperoleh harga 1 kg mangga adalah Rp4.000,00 dan harga 1 kg apel Rp7.000,00.
Langkah VI: Mengecek kembali
Dalam hal ini guru harus memberitahukan bahwa hasil yang diperoleh harus dikembalikan pada permasalahan apa yang ditanyakan dalam soal. Artinya hasil yang diperoleh harus memenuhi persamaan 2x + y = 15.000 dan x + 2y = 18.000 dengan mensubstitusikan hasilnya ke dalam kedua persamaan tersebut.
2. Cara mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
Beberapa saran yang berkaitan dengan cara mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa antara lain: Kenalilah kebiasaan umum yang menghambat pemecahan masalah atau kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam usaha memecahkan masalah.
Setelah mengetahui sumber-sumber ketidakmampuan memecahkan masalah seperti di atas, maka guru perlu mengidentifikasi kesalahan atau hambatan apa saja yang sering dilakukan oleh siswa.
Beri contoh kepada siswa tentang kesalahan atau hambatan memecahkan masalah. Hal ini akan sangat baik bila dilakukan berangkat dari jawaban siswa sendiri. Setiap siswa gagal menyelesaikan suatu masalah, upayakan untuk sama-sama mempelajari dimana letak kegagalannya dan bagaimana langkah perbaikan yang perlu dilakukan.
Arahkan siswa untuk berpikir sebelum bertindak, termasuk memahami masalah sejelas-jelasnya.
3. Kendala mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
Beberapa kendala atau hambatan dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa antara lain:
Ketidakcermatan dalam membaca, dalam hal ini siswa membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna atau pengertiannya, siswa mengabaikan satu atau lebih kata yang kurang familiar, siswa tidak membaca kembali bagian yang sulit, dan siswa memulai menyelesaikan soal sebelum membaca lengkap soal tersebut.
Ketidakcermatan dalam berpikir, dalam hal ini siswa mengabaikan kecermatan penggunaan beberapa operasi, siswa mengartikan kata atau melakukan operasi secara tidak konsisten, siswa tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak benar, siswa bekerja terlalu cepat, dan siswa mengambil kesimpulan di pertengahan jalan tanpa pemikiran yang matang.
Kelemahan dalam analisis masalah, dalam hal ini siswa gagal membedah masalah kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal menggunakan bagian-bagian masalah untuk memahami masalah secara keseluruhan, siswa tidak menggunakan pengetahuan atau konsep utama untuk mencoba memahami ide-ide yang kurang jelas, siswa tidak menggunakan kamus atau sumber lainnya saat diperlukan untuk memahami masalah, dan siswa tidak secara aktif mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bila coret-coretan di atas kertas dapat membantu memahami masalahnya).
Kekuranggigihan, dalam hal ini siswa tidak percaya diri atau menganggap enteng masalah, siswa memilih jawaban berdasarkan intuisi belaka (menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban), siswa menyelesaikan masalah hanya secara teknis tanpa pemikiran, siswa berpikir nalar hanya pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu melompat pada kesimpulan. Selain itu siswa menggunakan pendekatan “sekali tembak” dalam menyelesaikan masalah, dan bila tidak berhasil langsung menyerah.
B. Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction)
Menurut Zahra (2005) Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar. ARCS merupakan empat penggolongan motivasi yang harus diperhatikan oleh guru dalam upaya menghasilkan pembelajaran yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa.
Adapun keempat penggolongan motivasi tersebut adalah :
1. Perhatian (Attention) = A Perhatian merupakan sikap dari seseorang yang umumnya didorong oleh rasa keingintahuan. Rasa ingin tahu tersebut merupakan motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Bila seseorang siswa mengalami peristiwa belajar, dapat kita asumsikan adanya dorongan yang berasal dari dalam dirinya untuk mengatur aktivitas, minat, sikap dan kehendaknya. Seorang guru matematika yang profesional tentunya dapat menyadari bahwa dalam proses pembelajaran matematika sangat penting artinya untuk dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu guru harus memiliki kreativitas untuk dapat mendorong munculnya rasa ingin tahu tersebut hingga minat dan perhatian siswa terhadap materi yang dipelajarinya dapat lebih ditingkatkan.
Menurut Zahra (2005) ada beberapa kiat yang dapat menjadi alternatif bagi guru untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, merangsang minat dan perhatian siswa, antara lain sebagai berikut :
a. Gunakan media yang tepat untuk melengkapi penyampaian materi pembelajaran.
b. Bila dirasa tepat gunakan humor selama kegiatan, sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan.
c. Memberikan tebakan atau teka-teki yang memberikan kesempatan siswa untuk berpikir secara cepat dan singkat dalam menemukan jawabannya.
d. Bila dirasa perlu dapat diberikan cerita untuk menarik perhatian siswa pada pelajaran.
2. Relevansi (Relevance) = R
Relevance yang dimaksud disini dapat diartikan sebagai keterkaitan
atau kesesuaian antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Pembelajaran matematika sering dirasakan “kering dari makna dan tidak membumi”. Guru sering kurang menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Pemberian materi cenderung abstrak, siswa sering tidak tahu tentang manfaat dan kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal motivasi siswa akan terpelihara jika mereka manganggap bahwa apa yang mereka pelajari dapat bermanfaat dan sesuai dengan anggapan mereka selama ini.
Menurut Zahra (2005) prinsip relevansi dalam pembelajaran matematika dapat dimunculkan guru dengan berbagai strategi antara lain : a. Memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar apa yang ingin dicapai setelah pembelajaran berlangsung.
b. Menjelaskan manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari- hari.
c. Menjelaskan peranan materi yang akan dipelajari dengan mata pelajaran lain atau ditingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3. Percaya Diri (Confidence) = C Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip ini menunjukkan bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses masa lampau. Sehingga pengelaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugasnya.
Menurut Zahra (2005) strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri, antara lain : a. Memberikan materi matematika secara sistematis, dari yang mudah ke yang sukar dan dari yang kongkrit ke abstrak, sehingga kemampuan siswa termotivasi sejak awal kegiatan. b. Menyampaikan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dari pembelajaran, sehingga arah dan tujuan kegiatan jelas bagi siswa.
c. Tumbuh kembangkan rasa percaya diri pada siswa, dengan tidak mengatakan “kamu bodoh”, atau “kamu salah”, akan tetapi guru dapat menggunakan kata lain jika jawaban siswa salah dengan “mungkin masih ada jawaban lain” atau “jawaban kamu sudah hampir tepat” dan sebagainya.
d. Memberikan umpan balik yang membangun selama pembelajaran, agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka selama ini.
4. Kepuasan (Satisfaction) = S Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan memberikan kepuasan tersendiri bagi siswa, dan siswa akan berupaya untuk mencapai tujuan lainnya dengan berhasil pula. Kepuasan ini sangat dipengaruhi pada konsekuensi yang akan diterima oleh siswa. Konsekuensi disini bisa berupa penghargaan atau reward atas keberhasilan yang diperoleh oleh siswa. Misalnya seorang siswa berhasil menyelesaikan sebuah soal matematika, maka guru memberikan sebuah konsekuensi dari hasil pekerjaan dengan memberikan pujian atau sentuhan lembut atau meminta siswa di kelas untuk memberi applause dari hasil kinerjanya, agar rasa puas dari diri siswa tersebut menjadi motivasi belajar untuk selanjutnya.
Alternatif strategi untuk meningkatkan kepuasan menurut Zahra (2005), antara lain : a. Memberikan penguatan (renforsement) berupa pujian secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya, seperti “baik”, “bagus” dan seterusnya.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan pengetahuannya yang baru dipelajarinya.
c. Meminta kepada siswa yang telah berhasil untuk membantu teman- temannya yang belum berhasil.
Dari keempat prinsip motivasi tersebut dapat diintegrasikan dalam sembilan peristiwa pembelajaran. Hubungan antara sembilan peristiwa pembelajaran dengan model ARCS, struktur pembelajaran matematika, dan aspek kecakapan hidup dalam pembelajaran matematika dapat dilihat pada tebel dibawah ini :
Tabel 2. Hubungan Antara Sembilan Peristiwa Pembelajaran dengan ARCS Peristiwa
Aspek Kecakapan No Pembelajaran Struktur Pembelajaran Matematika
Hidup ARCS
Menimbulkan Kecakapan Hidup
1 I. PENDAHULUAN dan Pada tahap pendahuluan kegiatan Personal memusatkan pembelajaran yang digunakan
- – Menggali
perhatian siswa adalah : informasi (A) Menimbulkan minat dan
- – – Menggali potensi
perhatian siswa, dengan bercerita siswa pentingnya materi yang akan dipelajari atau memberikan teka- teki yang menantang.
– Membangkitkan rasa ingin tahu
siswa.– Meningkatkan rasa percaya diri
siswa dengan memberi umpan balik positif.
2 Mengingat – Mengulang materi yang telah Kecakapan Hidup kembali dipelajari/prasyarat, dengan Personal konsep/prinsip menggunakan tanya jawab dan – Menggali yang telah memberikan pengetahuan pada informasi dipelajari yang jawaban yang tepat. – Menggali potensi merupakan siswa prasyarat (A) – Rasa percaya diri
3 Menyampaikan – Agar siswa dapat diarahkan untuk Kecakapan Hidup tujuan memahami arah pembelajaran. Personal pembelajaran/K – Relevansi materi yang akan – Menggali opentensi Dasar diajarkan dengan kehidupan informasi yang akan sehari-hari atau mata pelajaran – Menggali potensi dicapai (R) lain. siswa
- – Rasa percaya diri
4 Menyampaikan Kecakapan Hidup
II. KEGIATAN INTI/POKOK
materi – Menjelaskan tentang Akademik pembelajran (R) konsep/prinsip materi, dengan – Memahami menggunakan pendekatan dan masalah strategi yang sesuai dan – Merencanakan bervariasi. atau menduga
- – Guru diharapkan dapat penyelesaian
menyampaikan materi pelajaran – Mengajukan melalui proses interaktif, seperti hipotesa atau menggunakan pendekatan dugaan problem solving, belajar – Menyelesaikan kooperatif atau, diskusi kelas dan permasalahan sebagainya.
Kecakapan Hidup Sosial
- – Kerjasama – Berkomunikasi – Saling
membelajarkan
- – Rasa persatuan
5 Memberikan – Bimbingan yang diberikan selama Kecakapan Hidup bimbingan kegiatan berlangsung bukanlah Personal belajar (R) untuk memberikan jawaban – Menggali kepada siswa. informasi
- – Bantuan diberikan melalui – Menggali potensi
pertanyaan-pertanyaan yang siswa terarah agar siswa dapat – Rasa percaya diri menemukan sendiri jawabannya.
6 Memperoleh – Siswa diminta untuk menunjukan Kecakapan Hidup unjuk kerja apa yang sudah mereka kerjakan Personal siswa (C) dan memberikan – Menggali alasan/penjelasan dari hasil informasi pekerjaannya. – Menggali potensi siswa
- – Rasa percaya diri
7 Memberikan – Dapat dilakukan secara verbal Kecakapan Hidup umpan balik maupun non verbal. Umpan balik Personal tentang diusahakan konstruktif. – Menggali kebenaran – Umpan balik positif akan informasi pelaksanaan menguatkan rasa percaya diri dan – Menggali potensi tugas (C) kepuasan siswa karena siswa menghasilkan pemikiran yang – Rasa percaya diri benar.
8 Mengukur/meng Dapat dilakukan dengan Kecakapan Hidup evaluasi hasil memberikan tes sesuai dengan Akademik belajar (S) tujuan pencapaian kompetesi. – Memahami masalah
- – Merencanakan
atau menduga penyelesaian
- – Mengajukan
hipotesa atau dugaan
- – Menyelesaikan
permasalahan
9 Menguatkan
III. PENUTUP
retensi dan Dilakukan dengan cara: Kecakapan Hidup transfer (S) – Memberikan refleksi, menarik Personal kesimpulan, dan rangkuman. – Menggali
- – Memberikan pekerjaan rumah. informasi
- – Memberikan pengalaman untuk – Menggali potensi
menerapkan materi yang siswa dipelajari dalam bentuk latihan – Rasa percaya diri tugas-tugas.
Model pembelajaran ARCS mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut : a. Memberikan petunjuk : aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa b. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik. c. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa.
d. Penerapan model ARCS menerapkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik.
e. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif.
Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan yaitu sebagai berikut : a. Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kualitatif.
b. Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan penilaian.
C. Pokok Bahasan SPLDV
SPLDV merupakan salah satu materi matematika yang diajarkan pada kelas VIII semester 1 di SMP Negeri 3 Kroya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat segera menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan SPLDV, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pada pelajaran lain yang berkaitan dengan SPLDV.
Berikut ini adalah tabel standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk pokok bahasan SPLDV menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 adalah sebagai berikut: Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Pokok Bahasan SPLDV
Standar kompetensi Kompetensi dasar Memahami sistem persamaan
Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dan linear dua variabel. menggunakannya dalam Membuat model matematika dari pemecahan masalah. masalah yang berkaitan dengan SPLDV. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya
Pada mata pelajaran matematika SMP kelas VIII semester 1 pokok bahasan SPLDV, siswa dituntut untuk:
1. Membedakan contoh PLDV dan contoh SPLDV.
2. Menyebutkan contoh lain mengenai PLDV dan contoh SPLDV.
3. Menemukan pengertian PLDV dan SPLDV.
4. Mengidentifikasi SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel.
5. Menyelesaikan SPLDV dengan cara Substitusi dan Eliminasi.
6. Menyelesaikan SPLDV dengan menggunakan metode grafik.
7. Mengubah soal cerita ke dalam model matematika berbentuk SPLDV.
8. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya.
D. Kerangka Pikir
Indikator Pemecahan Masalah:
1. Memahami masalah
2. Merencanakan pemecahan masalah
3. Melaksanakan rencana pemecahan masalah
4. Mengecek kembali Dari hasil observasi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan masih rendah.
Langkah-langkah Pembelajaran ARCS:
1. Menimbulkan dan memusatkan perhatian siswa
2. Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan prasyarat
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran/Kompetensi Dasar yang akan dicapai
4. Menyampaikan materi pembelajaran
5. Memberikan bimbingan belajar
6. Memperoleh unjuk kerja siswa
7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas
8. Mengukur/mengevaluasi hasil belajar 9. Menguatkan retensi dan transfer.
Dengan penerapan Pembelajaran ARCS diharapkan indikator–indikator kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat meningkat.
Dalam pembelajaran ARCS, guru menimbulkan dan memusatkan perhatian siswa, mengingatkan kembali konsep atau materi sebelumnya serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga akan mempermudah siswa dalam memahami masalah. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui proses interaktif seperti diskusi dalam kelas atau kelompok, dalam hal ini diharapkan siswa untuk bisa bekerja kelompok, kemudian dalam kelompok itu saling memberikan ide untuk menyelesaikan sebuah permasalahan sehingga akan mempermudah siswa dalam merencanakan pemecahan masalah. Guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa, dalam hal ini diharapkan ketika siswa maupun kelompok mengalami kesulitan guru bisa memberikan arahan dan bimbingan sehingga siswa akan lebih mudah melaksanakan rencana pemecahan masalah.
Melalui model pembelajaran ARCS, guru tidak memberikan jawaban terhadap suatu masalah tapi hanya memberikan pertanyaan yang memancing siswa agar bisa menjawab masalah. Dengan kata lain siswa berusaha memecahkan masalah matematika menggunakan caranya sendiri, dan guru membantu siswa dalam mengetahui informasi yang diperlukan pada saat memecahkan masalah tersebut. Kemudian siswa diminta untuk menunjukan apa yang sudah mereka kerjakan dan memberikan alasan atau penjelasan dari hasil pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan model pembelajaran ARCS
(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis yang diajukan adalah adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII F SMP Negeri 3 Kroya melalui pembelajaran ARCS.