ANALISIS PASAL 1460-1462 KUH PERDATA TENTANGPERALIHAN RISIKO DALAM JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM - Raden Intan Repository

  ANALISIS PASAL 1460-1462 KUH PERDATA TENTANGPERALIHAN RISIKO DALAM JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM Skripsi DiajukanuntukMelengkapiTugas-tugasdanMemenuhiSyarat-syarat GunaMemperolehGelarSarjanaHukum (S.H) dalam Ilmu Syari’ah

  Oleh: SIFA FAUZIAH NPM:1421030139 Program Studi : Mu’amalah FAKULTAS SYARI ’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2018 M

  ANALISIS PASAL 1460-1462 KUH PERDATA TENTANGPERALIHAN RISIKO DALAM JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM Skripsi DiajukanuntukMelengkapiTugas-tugasdanMemenuhiSyarat-syarat GunaMemperolehGelarSarjanaHukum (S.H) dalam Ilmu Syari’ah

  Oleh: RIA ANISYA FITRI NPM :1421030061 Program Studi : Mu’amalah Pembimbing I : Dr. Iskandar Syukur, M.A.

  Pembimbing II : Drs. Henry Iwansyah, M.A.

  FAKULTAS SYARI ’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2018 M

  

ABSTRAK

Risiko merupakan kewajiban untuk menanggung kerugian yang timbul

dari suatu peristiwa di luar kesalahan para pihak yang membuat perikatan (penjual

dan pembeli). Pengaturan mengenai peralihan risiko dalam jual beli dijelaskan di

beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1460 KUH

Perdata mengatur tentang risiko atas barang tertentu yaitu risiko berpindah kepada

pembeli sejak adanya kata sepakat, walaupun penyerahan barang belum

dilakukan. Pasal 1461 KUH Perdata mengatur tentang risiko atas barang yang

dijual menurut timbangan, bilangan dan ukuran, yang mana risiko sudah

berpindah kepada pembeli sejak barang tersebut ditimbang, dihitung maupun

diukur. Sedang untuk barang yang dijual menurut tumpukan dalam Pasal 1462

KUH Perdata dijelaskan bahwa sejak semula risikonya sudah dibebankan kepada

pembeli. Nilai keadilan dalam hal risiko yang terjadi menurut hukum Islam ditanggung

  oleh pihak yang tak mampu memenuhi akad (lalai). Hal ini, tentu saja tidak pandang siapa pelaku kelalaian tersebut, baik pedagang maupun pembeli. Risikonya tentu saja, ganti rugi dari pihak yang lalai. seorang penjual harus tetap menanggungnya sebelum barang diserahkan kepada pembeli.

  Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana peralihan risiko dalam

jual beli menurut Pasal 1460-1462 KUH Perdata, dan bagaimana analisis pasal

1460-1462 KUH Perdata tentang peralihan risiko dalam jual beli menurut hukum

Islam?. Adapun tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui peralihan risiko

dalam jual beli menurut Pasal 1460-1462 KUH Perdata, dan untuk mengetahui

analisis pasal 1460-1462 KUH Perdata tentang peralihan risiko dalam jual beli

menurut hukum Islam. Kegunaan penelitian ini adalah untuk memenuhi sebagai

persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas

  Syari’ah dalam

mencapai gelar sarjana hukum di bidang Mu’amalah dan memberikan

pengembangan pengetahuan di bidang mu ’amalah bagi pembaca mengenai peralihan risiko dalam jual beli.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kepustakaan (Library Research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan

mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan, membaca buku-buku, literatur dan

menelaah dari berbagai macam teori yang mempunyai hubungan dengan

permasalahan yang diteliti. Dengan menggunakan Sumber Data Bahan Hukum

Primer, dalam kajian ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan

Bidayatul Mujtahid jilid 3.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peralihan risiko dalam jual beli

yang terdapat dalam Pasal 1460-1462 KUH Perdata terasa tidak adil karena dalam

pasal-pasal tersebut risiko dibebankan kepada pembeli yang belum menjadi

pemilik barang, sedangkan menurut pasal 1459 KUH Perdata hak milik baru

berpindah kepada pembeli setelah dilakukan levering atau penyerahan barang.

Jadi selama belum di-lever, risiko masih harus ditanggung oleh penjual yang

masih merupakan pemiliknya sampai barang diserahkan kepada pembeli. Menurut

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, pembeli tidak menanggung melainkan

sesudah menerimanya. Dan menurut Imam Malik, jual beli dengan keharusan bagi

penjual untuk melengkapi, baik timbangan, takaran maupun bilangan maka tidak

  

ada keharusan bagi pembeli untuk menanggung melainkan sesudah menerimanya.

Fuqaha berpendapat, penerimaan barang termasuk dalam syarat sahnya akad,

maka penjual harus menanggung keselamatan barang sampai pembeli

menerimanya.

  

MOTTO

اَذ اَم َّلَع َ َ ًإَْٔش ًِِْٕخَأ ْهِم ْرُخ ْأَٔ َلاَف ٌةَحِء اَج ًُْتَب اَص َاَف اًسَمَث َعاَب ْهَم ًِِْٕخَأ َلاَم ْمُكُدَحَا ُرُخْأَٔ

  ( ملسملا ياَز )

  Artinya : Barang siapa menjual buah, lalu bencana alam menimpa buah itu, maka hendaklah ia tidak mengambil sesuatu pun dari saudaranya (pembeli).

  Berdasarkan apakah sesorang kamu mengambil harta saudara nya itu 1 .

1 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid jilid 3, diterjemahkan Abdurrahman dan Haris Abdullah, (Semarang: Asy-Syifa, 1990), h. 126.

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahiabbil’alamin, dengan menyebut nama Allah SWT, penuh

cinta dan kasihnya yang telah memberikan saya kekuatan, dan telah menuntun dan

menyemangatiku meyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ku persembahkan untuk:

  

1. Ayahanda Wadi Widayat dan Ibunda Lusiana yang senantiasa dan tiada henti

hentinya mendukung, menyayangi, menemaniku dan membantuku serta mendo ’akan keberhasilanku, membesarkanku dengan do’a dan jasa-jasanya yang tak terbilang demi keberhasilan cita-citaku. Aku semakin yakin bahwa ridha Allah SWT adalah keridhaanmu.

  

2. Kakakku Khoirul Anwar dan adikku Indah Karunia Putri dan keluarga besar

saya, yang telah memberikan semangat disetiap saat, semoga Allah juga mengabulkan mimpi, cita-cita kita. Dan kita bisa meraih kesuksesan dan keberhasilan bersama.

  

3. Seluruh dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmunya dengan tulus

ikhlas. Dan Almamater Tercinta, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

RIWAYAT HIDUP

  Penulis bernama Ria Anisya Fitri dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 19

Agustus 1996, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putri pasangan Bapak

Wadi Widayat dan Ibu Lusiana. Penulis mempunyai saudara kandung yaitu kakak

laki-laki bernama Khoirul Anwar dan adik perempuan bernama Indah Karunia

Putri. Penulis menyelesaikan pendidikan di:

  

1. TK Tri Dharma Bandar Lampung pada tahun 2001 dan selesai pada tahun

2002.

  

2. SD Negeri 4 Bumi Waras Bandar Lampung pada tahun 2002 dan selesai pada

tahun 2008.

  

3. MTs Darussalam Tegineneng Lampung selatan pada tahun 2008 dan selesai

pada tahun 2011.

  

4. Kemudian melanjutkann di MAN 2 Bandar Lampung Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) pada tahun 2011 dan lulus pada tahun 2014.

  

5. Tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri

Raden Intan Lampung pada Fakul tas Syari’ah pada Program Studi Mu

  ’amalah (Hukum Ekonomi Syariah) melalui jalur Seleksi SPAN-PTAIN

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kehadirat Allah yang SWT yang telah memberikan

karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk sehingga Skripsi

dengan judul “Analisis Pasal 1460-1462 KUH Perdata Tentang Peralihan Risiko

Dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat

pada waktunya. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia

kepadanya hingga akhir zaman.

  Skripsi ini ditulis dan diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Mu'amalah (Hukum

Ekonomi Syariah), Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas

dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh

semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

seluruhnya kepada :

  1. Dr. Alamsyah, S.Ag., M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung;

  2. Dr. H. Khairuddin, M.H., selaku Wakil Dekan I Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung;

  3. Drs. H. Haryanto H, M.H., selaku Wakil Dekan II Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung;

  4. Drs. H. Chaidir Nasution, M.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung; 5.

  H. A. Khumedi Ja’far, S.Ag.,M.H., selaku Ketua Jurusan Mu’amalah Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung;

  

6. Dr. Iskandar Syukur, M.A selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dalam membimbing penulis untuk penyelesaian skripsi ini;

  

7. Drs. Henry Iwansyah, M.A., selaku Pembimbing II yang telah banyak

memotivasi dan meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi ini;

  8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah khususnya Program Studi Mu ’amalah, atas ilmu dan didikan yang telah diberikan;

  9. Bapak dan Ibu Staf Karyawan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Perpustakaan Pusat UIN Raden Intan Lampung;

  

10. Ayah dan Ibu yang selalu mendukung setiap langkahku serta doa yang tak

pernah henti dihaturkan disetiap sujudmu;

  

11. Kakak dan Adikku tercinta Khoirul Anwar dan Indah Karunia Putri, semoga

Allah menanamkan sakinah, mawaddah dan rahmah dalam keluarga kita;

  

12. Sahabat-sahabatku, Saidah, Narulita Sari, Lina Oktasari dan Sifa Fauziah,

yang selalu memberikan tawa dan canda setiap harinya;

  

13. Teman-teman Muamalah C angkatan 2014, yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaan perjuangan selama ini;

  

14. Keluarga Cemara, Anna, Dewi, Dita, Mia, Rahma, Rexa, Yunita yang selalu

memberikan semangat dan motivasi untuk lebih baik lagi;

  

15. Keluarga Besar IPS Squad yang selalu mendukung, Ica, Imah, septiana, Ira,

Farez, Jefta, Heru, Asar, Surya, Hayat;

  

16. Sahabat seperjuangan masa MTs hingga sekarang, Syahrina Rahmaniah dan

Sarah Rahmawati yang telah memberikan semangat dan dukungannya dari jauh;

  

17. Teman-teman KKN Kelompok 202 Tahun 2017 Pekon Panjerejo Kecamatan

Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu;

  18. Semua pihak yang membantu dan terlibat dalam perjalanan kehidupanku; Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan

tangan terbuka dan ucapan terimakasih. Namun demikian, penulis berharap

semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis

pada khususnya. Aamiin.

  Bandar Lampung, 2 Maret 2018 Penulis Ria Anisya Fitri

  

DAFTAR ISI

JUDUL ...............................................................................................................i

ABSTRAK .........................................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ..iii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv

MOTTO .............................................................................................................v

PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................xi

  BAB I : PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ..............................................................................1 B. Alasan Memilih Judul ......................................................................3 C. Latar Belakang Masalah ...................................................................4 D. Rumusan Masalah ............................................................................10 E. Tujuan dan Kegunaan Peneltian .......................................................10 F. Metode Penelitian .............................................................................12 BAB II : LANDASAN TEORI A. Jual Beli dalam Islam .......................................................................16

  1. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli .......................................16

  2. Hukum Jual Beli ..........................................................................21

  3. Rukun dan Syarat Jual Beli .........................................................24

  4. Bentuk-Bentuk Jual Beli ..............................................................29

  5. Khiyar dalam Jual Beli ...............................................................36

  6. Unsur Kelalaian dalam Jual Beli .................................................38

  B. Risiko (gharar) dalam Islam ............................................................39

  1. Pengertian Risiko (gharar) dalam Islam .....................................39

  2. Hukum Risiko (gharar) ...............................................................41

  3. Bentuk-Bentuk Risiko (gharar) ..................................................42

  4. Peralihan Risiko: Gharar dalam Transaksi Ekonomi .................46

  BAB III : JUAL BELI DAN PERALIHAN RISIKO DALAM KUH PERDATA A. Jual Beli dalam KUH Perdata ..........................................................56

  1. Pengertian Jual Beli .....................................................................56

  2. Asas-Asas Perjanjian Jual Beli ....................................................57

  3. Obyek Jual Beli ...........................................................................60

  4. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Perjanjian Jual Beli ................. 60

  B. Risiko dan Peralihan Risiko .............................................................62

  1. Pengertian Risiko .........................................................................62

  2. Jenis-Jenis Risiko ........................................................................64

  3. Peralihan Risiko dalam KUH Perdata .........................................66

  BAB IV : ANALISIS DATA A. Peralihan Risiko Dalam Jual Beli Menurut Pasal 1460-1462 KUH Perdata ..............................................................................................75 B. Analisis Pasal 1460-1462 KUH Perdata tentang Peralihan Risiko dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam ..........................................78

  BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................92 B. Saran .................................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................95

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai langkah awal untuk mendapatkan gambaran yang jelas

  mengenai “Analisis Pasal 1460-1462 KUH Perdata Tentang Peralihan

  Risiko Dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam”. Dan untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka secara ringkas penulis menjelaskan istilah-istilah yang terdapat di dalam judul skripsi ini.

  Adapun penjelasan judul tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab,

  

2

musabab, duduk perkaranya, dsb)

  2. Pasal 1460-1462 adalah pasal yang menjelaskan tentang peralihan risiko dalam jual beli.

  3. KUH Perdata adalah suatu terjemahan dari BW (Burgerlijk Wetboek) sebuah kitab undang-undang yang berasal dari zaman pemerintahan Hindia Belanda dahulu. KUH Perdata atau BW sering juga disebut sebagai hukum perdata barat yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara perseorangan yang satu dengan yang lainnya dalam

  3 menyelenggarakan kepentingannya.

  2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,edisi ke 4, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 58. 3 Subekti, Tjitrosudibio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Balai

  4. Peralihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang 4 dan menjadi obyek perjanjian.

5. Jual beli adalah transaksi atau proses pemindahan hak milik (barang atau

  5 harta) kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.

  6. Menurut Ismail Muhammad Syah, hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikat untuk semua

  6 umat Islam. Menurut Muhammad Daud Ali, hukum Islam adalah hukum

  7 yang bersumber dari dan menjadi bagian agama Islam. Menurut Said Aqil Husin, hukum Islam adalah hukum yang dibangun bedasarkan pemahaman manusia atas nash Al-Quran maupun Al-Sunnah untuk mengatur kehidupan manusia yang berlaku secara universal-relevan pada setiap

  8 zaman (waktu) dan makan (ruang) manusia. Sedangkan menurut Alaiddin Kato, hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui

  9 dan diyakini mengikat untuk semua orang yang beragama Islam.

  Jadi yang dimaksud dengan Analisis Terhadap Pasal 1460-1462 KUH Perdata Tentang Peralihan Risiko dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam 4 Advendi Simanunsong dan Elsi Kartika Sari, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta: PT.

  Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), h. 34. 5 6 Ahsin W.Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 27.

  Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, Cet. Ketiga, ( Jakarta: Bumi Askara, Jakarta, 1999), h. 17. 7 8 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990), h. 42.

  Said Aqil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Jakarta: PT. Penamadani, 2005), h. 6. 9 adalah suatu kajian tentang penyelidikan terhadap suatu peristiwa mengenai peralihan risiko dalam jual beli yang diatur atau dijelaskan dalam pasal 1460- 1462 KUH Perdata dan hukum Islam.

B. Alasan Memilih Judul

  Ada beberapa alasan yang menjadi motivasi penulis untuk memilih judul ini sebagai bahan untuk penelitian, di antaranya sebagai berikut:

1. Alasan Objektif

  a. Menurut Pasal 1460-1462 KUH Perdata pengalihan risiko dalam jual beli dibebankan kepada pembeli yang belum menjadi pemilik barang.

  b. Menurut pasal 1459 KUH Perdata, hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan. Berarti, jika kebendaan tersebut musnah diluar kesalahan para pihak dalam perikatan, maka tidak adil jika pembeli harus menanggung akibatnya. Karena pembeli bukanlah pemiliknya sampai barang tersebut diserahkan. Dalam Islam, penerimaan barang termasuk dalam syarat sahnya akad, oleh karena itu penanggungan risiko masih

harus ditanggung oleh penjual sampai pembeli menerimanya.

c. Permasalahan tersebut menarik untuk dibahas dan dilakukan penelitian.

  Untuk mengkaji lebih dalam dan menganalisis pasal 1460-1462 KUH Perdata tentang peralihan risiko dalam jual beli menurut hukum Islam.

2. Alasan Subyektif

  a. Pokok bahasan skripsi ini sangat relevan dengan disiplin ilmu pengetahuan yang penul is pelajari di Fakultas Syari’ah jurusan Mu

  ’amalah.

  b. Literatur dan bahan-bahan atau data-data yang diperlukan sangat menunjang sebagai referensi kajian dalam usaha menyelesaikan skripsi ini.

C. Latar Belakang Masalah

  Islam sebagai agama Allah yang telah disempurnakan, memberi pedoman bagi kehidupan manusia sebagai makhluk individu yang memiliki berbagai kebutuhan hidup. Manusia yang tidak mungkin dapat memproduksi semua benda yang diinginkannya sendiri, tetapi ia harus bekerja sama dengan orang lain. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut dapat

diwujudkan dalam berbagai aktifitas, misalnya perdagangan atau jual beli.

  Islam membenarkan adanya jual beli berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275.

  Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

  10 riba .

  Islam melarang praktek jual beli dengan penggunaan timbangan yang tidak tepat dan penjualan barang palsu atau rusak. Salah satu keadilan adalah 10 Departemen Agama RI, Al-Qur-an dan Terjemahannya, (Bandung: Dipenegoro,

  menyempurnakan timbangan dan takaran. Inilah yang sering diulang dalam firman Allah Q.S Asy- Syu’araa ayat 181-182.

  

          

Artinya: Dan sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan (181). Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus

  11 (182).

  Dalam takar menakar dan timbang menimbang ini termasuk juga yang berhubungan dengan ukuran. Dan ingatlah peringatan Tuhan yang amat keras

  12 bagi mereka yang merugikan orang lain sehubungan dengan ukuran. Maka apabila kamu menakar dan menimbang, timbanglah dengan neraca yang benar, itulah yang utama bagimu dan baik akibatnya. Tetapi terkadang terjadi kelalaian, baik dari pihak penjual maupun pihak pembeli, baik pada saat terjadi akad maupun sesudahnya. Untuk setiap kelalaian ada risiko yang harus

  13 dijamin oleh pihak yang lalai.

  Risiko atau ketidakpastian lebih dikenal sebagai taghrir. Taghrir berasal dari bahasa Arab gharar yang berarti akibat, bencana, bahaya, risiko

  14 dan ketidakpastian. Gharar mengundang ketidakpastian atau ketidaktahuan salah satu atau kedua belah pihak yang terkait kontrak, hal inilah yang banyak mengakibatkan pertikaian dan ketidakadilan. Tidak adanya kemampuan penjual untuk menyerahkan obyek akad pada waktu terjadi akad, baik obyek 11 12 Ibid. h. 299 Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, Ed.1-3, (Jakarta: Rajawali Press,

  2014), h. 11. 13 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 127. 14 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: IIIT Islam, 2002), h. 162. akad itu sudah ada maupun belum ada. Namun jika dapat dipastikan ada di kemudian hari maka akadnya tetap sah. Tetapi jika obyek akad tidak ada pada waktu akad dan tidak dapat dipastikan keberadaannya di kemudian hari, maka

  15 akadnya tidak sah.

  Semakin banyak transaksi jual beli dengan menggunakan berbagai macam bentuk jual beli, maka hal tersebut dapat mendatangkan risiko. umpamanya menjual janin yang masih dalam perut binatang ternak tanpa menjual induknya. Dan menjual buah sebelum layak di petik. Hal lain terkait jual beli secara online. Biasanya jual beli online berkaitan dengan barang yang diterima konsumen setelah melakukan pembelian. Jual beli online yang tidak sesuai dengan permintaan konsumen yang dapat merugikan pihak konsumen, mengenai barang yang diterima konsumen tidak sesuai dengan deskripsi barang yang terdapat dalam online shop, Pencantuman informasi atas barang yang kurang jelas spesifikasi, kualitas, cara penggunaan, dan risiko penggunaan barang juga menjadi permasalahan yang dapat merugikan

  16 konsumen.

  Dalam hukum perjanjian, risiko ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian (peristiwa) di luar kesalahan salah satu

  17 pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian. Menurut kamus hukum, risiko adalah suatu keharusan memegang suatu kerugian

  15 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h.

  199. 16 17 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Cet.7 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 98.

  18 karena suatu peristiwa (yang tidak terduga). Persoalan tentang risiko berpokok pangkal pada terjadinya suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak. Peristiwa semacam ini dalam hukum perjanjian dinamakan keadaan memaksa (overmacht, force majeur), dimana tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya.

  Keadaan yang telah timbul itu juga berupa suatu keadaan yang tidak dapat

  19 diketahui pada waktu perjanjian itu di buat.

  Dengan demikian maka persoalan tentang risiko itu merupakan akibat dari persoalan tentang keadaan memaksa dan tidak dapat diduga. Misalnya, barang yang diperjualbelikan musnah di perjalanan karena kapal laut yang mengangkutnya karam ditengah laut akibat badai. Yang menjadi persoalan sekarang siapakah yang akan menanggung semua kerugian tersebut? Inilah yang disebut risiko.

  Dalam KUH Perdata peralihan risiko dalam jual beli disebutkan dalam

  20

  pasal 1460-1462. Melalui ketiga rumusan pasal tersebut, risiko mengenai kebendaan yang dijual beralih dari penjual kepada pembeli segera setelah kebendaan yang dijual tersebut ditentukan, ditimbang, dihitung atau diukur dan ditentukan tumpukannya.

  Ketentuan diberlakukannya pasal 1460-1462 ini perlu diketahui dalam

  pasal 1237 KUH Perdata menjelaskan mengenai peralihan risiko yang isinya adalah dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan 18 19 Sudarsono, Kamus Hukum, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 410. 20 Subekti, Op. Cit, h. 150.

  Subekti, Tjitrosudibio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2014), h. 366 tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan adalah atas tanggungan si berpiutang. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya (si berutang). Tetapi pada dasarnya pasal tersebut belum menjelaskan secara menyeluruh. Maka dari itu selanjutkan ditegaskan dalam pasal 1460-1462 menenai peralihan risiko dalam jual beli.

  Menurut pasal 1459 KUH Perdata, hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan.

  Berarti, jika kebendaan tersebut musnah di luar kesalahan para pihak dalam perikatan, maka tidak adil jika pembeli harus menanggung akibatnya. Karena 21 pembeli bukanlah pemiliknya sampai barang tersebut diserahkan.

  Ketentuan pasal 1460-1462 KUH Perdata tersebut berbeda dengan apa yang tercantum dalam Fiqih Sunnah karangan Sayyid Sabiq, disana kerusakan dijelaskan bahwa risiko atas barang dibedakan menjadi dua yaitu kerusakan barang sebelum serah terima dan kerusakan barang sesudah serah terima.

  Tentang kerusakan barang sebelum serah terima dilakukan oleh

  22

penjual dan pembeli, ada beberapa kelompok berdasarkan kasusnya, yaitu:

  1. Jika barang rusak semua atau sebagian sebelum diserah terimakan akibat perbuatan pembeli, maka jual beli tidak menjadi fasakh (batal), akad

  21 22 Ibid. h.366.

  Sabbiq Sayyid, Fiqh Sunnah 12, alih bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: Alma’arif, 1988), h. 95 berlangsung seperti sedia kala. Dan pembeli berkewajiban membayar penuh, karena ia menjadi penyebab kerusakan.

  

2. Jika kerusakan akibat perbuatan orang lain, maka pembeli boleh

menentukan pilihan antara kembali kepada orang lain atau membatalkan akad.

  

3. Jual beli menjadi fasakh jika barang rusak sebelum serah terima akibat

perbuatan penjual atau perbuatan barang itu sendiri atau lantaran bencana alam.

  

4. Jika sebagian barang rusak lantaran perbuatan penjual, maka pembeli tidak

berkewajiban membayar terhadap kerusakan tersebut, sedangkan untuk yang utuh pembeli boleh menentukan pilihan antara membatalkan akad atau mengambilnya dengan potongan harga.

  

5. Jika kerusakan barang akibat ulah pembeli, pembeli tetap berkewajiban

membayar. Penjual boleh menentukan pilihan antara membatalkan akad atau mengambil sisa dengan membayar kekurangannya.

  

6. Jika kerusakan terjadi akibat bencana alam yang membuat berkurangnya

kadar barang, sehingga harga barang berkurang sesuai dengan yang rusak, maka pembeli boleh menentukan pilihan antara membatalkan akad dengan mengambil sisa dengan pengurangan pembayaran.

  Barang yang rusak setelah berlangsungnya serah terima menjadi

tanggung jawab pembeli, dan ia wajib membayar semuanya jika tidak ada

alternatif dari penjual. Dan jika alternatif pilihan dari pihak pembeli, maka

pembeli mengganti harga barang atau mengganti barang dengan yang serupa. Menyangkut risiko kerusakan barang yang terjadi sesudah berlangsungnya serah terima, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli. Namun apabila ada alternatif lain dari penjual, misalnya dalam bentuk penjaminan atau garansi, penjual wajib menggantikan harga barang atau menggantinya dengan

  23 yang serupa.

  Setelah menerangkan risiko dalam jual beli menurut KUH Perdata, maka fokus kajian skripsi ini adalah membahas tentang peralihan risiko dalam KUH Perdata ditinjau dari aspek hukum Islam. Oleh sebab itu, judul skripsi ini adalah

  “ANALISIS PASAL 1460-1462 KUH PERDATA TENTANG PERALIHAN RISIKO DALAM JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM”.

  D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, adapun permasalahan yang akan penulis angkat adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana peralihan risiko dalam jual beli menurut Pasal 1460-1462 KUH Perdata?

  2. Bagaimana analisis pasal 1460-1462 KUH Perdata tentang peralihan risiko dalam jual beli menurut hukum Islam? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

23 Ibid. h. 96.

  

1. Untuk mengetahui peralihan risiko dalam jual beli menurut Pasal 1460-

1462 KUH Perdata.

  

2. Untuk mengetahui analisis pasal 1460-1462 KUH Perdata tentang

peralihan risiko dalam jual beli menurut Hukum Islam.

  Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

  1. Kegunaan Teoritis

  a. Memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai peralihan risiko dalam jual beli.

  b. Untuk menambah referensi, bahan literatur atau pustaka, khususnya dalam memahami sistem jual beli.

  c. Dapat menjadikan dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait.

2. Kegunaan Praktis

  a. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Syari ’ah dalam mencapai gelar sarjana hukum di bidang Mu

  ’amalah.

  b. Berguna untuk kepentingan pribadi, agar bisa menambah pengetahuan penulis tentang Pasal 1460-1462 Perdata tentang Peralihan Risiko dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam.

  c. Berguna bagi Universitas, dengan adanya skripsi ini di Perpustakaan Universitas agar bisa digunakan sebagai bahan bacaan bagi pengunjung dan menambah ilmu pengetahuan.

F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Menurut jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan, membaca buku-buku, literatur dan menelaah dari berbagai macam teori yang mempunyai hubungan

  24 dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini penulis membaca dan mengambil teori-teori dari buku yang berkaitan dengan masalah tersebut dan menyimpulkan hasil penelitian dari berbagai macam buku tersebut.

  2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang

  25 melukiskan gejala yang ada. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang bagaimana analisis menurut hukum Islam tentang peralihan risiko

dalam jual beli yang tercantum dalam Pasal 1460-1462 KUH Perdata.

  3. Data dan Sumber Data Data-data dalam penelitian ini termasuk data sekunder, yaitu data- data yang bersumber dari sumber-sumber bacaan. Data sekunder ini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum 24 tersier. 25 Sutrisno Hadi, Metode Reseach, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987), h. 6.

  Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, a. Bahan Hukum Primer Sumber utama yang dijadikan bahan rujukan dalam penelitian

  26 untuk menganalisa pokok permasalahan. Bahan hukum primer yang penulis pergunakan adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Al-

Qur’an, Hadits, Bidayatul Mujtahid, dan Fiqih Sunnah jilid 3.

  b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Bahan hukum sekunder penulis peroleh dari referensi, buku-buku, atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.

  c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier berasal dari buku-buku penunjang seperti ensiklopedia Islam dan kamus.

  4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumentasi dengan cara penelusuran dan penelitian kepustakaan, yaitu mencari data mengenai obyek penelitian yang berkaitan dengan

  27 permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini dokumentasi dengan cara mengambil dokumen berupa bahan tertulis yang berisi keterangan- keterangan yang ada kaitannya dengan penelitian ini. teknik pengumpulan 26 data dilakukan melalui studi dan peran aktif menulis untuk menganalisa

  Susiadi AS, Metodologi Penelitian, (Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2014), h. 65. 27 Suharsini Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek , (Ed.) Cet. 4, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 236.

Pasal 1460-1462 KUH Perdata tentang Peralihan Risiko dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam serta menelaah literatur-literatur kepustakaan lainnya yang memiliki korelasi dengan masalah yang diteliti.

  5. Pengolahan Data Secara umum pengelolaan data setelah data terkumpul dapat dilakukan: a. Pemeriksaan data (editing) yaitu pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang terkumpul itu tidak logis. Dan memeriksa ulang, kesesuaian dengan permasalahan

  28 yang akan diteliti setelah data tersebut terkumpul.

  b. Rekontruksi data yaitu menyusun ulang secara teratur, berurutan dan logis sehingga mudah dipahami sesuai dengan permasalahan kemudian 29

ditarik kesimpulan sebagai tahap akhir dalam proses penelitian.

c. Sistematik Data (sistemslizing) bertujuan menempatkan data menurut

  30 kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah. Dengan cara melakukan pengelompokan data yang telah diedit dan kemudian diberi tanda menurut kategori-kategori dan urutan masalah.

  6. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

  31 yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan . Selanjutnya setelah data 28 diperoleh, dianalisa secara deskriptif analisis yaitu prosedur penelitian 29 Susiadi AS, Op. Cit, h. 122.

  Amiruddin dan Zainal Arifin Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h. 107. 30 31 Cholid narbuko, Op.Cit. h. 157s Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES,

  

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Kesimpulan

akhir menggunakan pendekatan metode induktif yaitu dengan cara

menjelsakan dalil-dalil khusus atau teori-teori khusus sebagai dasar untuk

memudahkan peneliti dalam meneliti masalah ini, metode ini dipakai

untuk menganalisa Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kemudian

ditarik pada suatu kesimpulan dengan mengunakan data-data mengenai

hukum Islam.

BAB II LANDASAN TEORI A. Jual Beli dalam Islam 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli Salah satu cara untuk memiliki suatu barang yang sah menurut

  syara’

  adalah karena uqud atau aqad yaitu perikatan atau kesempatan pemilikan yang diperoleh melalui transaksi jual beli, tukar menukar barang, hibah dan lain sebagainya. 32

  a. Jual beli menurut bahasa (etimologi) Secara etimologi kata jual berasal dari bahasa Arab, yaitu

  عٕبلا

  sebagai masdar dari fi’il madhi

  عاب – عٕبٔ – اعٕب yang berarti jual atau menjual. 33 Sedangkan kata beli berasal dari bahasa Arab yaitu, ءارش

  yang diambil dari fi’il madhi

  • ِسشٔ – ِسش yang berarti beli atau membeli.
  • 34 Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa,

      ءارش

      yaitu satu pihak menjual dan satu pihak membeli.

      b. Jual beli menurut istilah (Terminologi) Secara terminologi, terdapat beberapa pengertian jual beli.

      1) Menurut ulama Hanafiyah definisi jual beli yaitu,

      ٍص ْوُص ْخَم ٍه ْج َو يَلَع ٍلاَمِب ٍلاَم ُةَل اَبُم

      32 Hamzah Ya’kub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, (Bandung : CV. Diponegoro, 1984), h. 71. 33 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 75. 34

      Artinya: jual beli adalah saling menukarkan harta dengan harta melalui 35 cara tertentu. Cara tertentu yang dimaksud adalah ijab dan qabul, atau juga memberikan barang dan menetapkan harga antara penjual dan pembeli. Selain itu harta yang diperjualbelikan harus bermanfaat bagi 36 manusia.

      2) Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie definisi jual beli yaitu,

      ِ ََيَّدلا َّلَع َاايَِّٕ ْلِمْلا ُلَااَبَ َدِْٕ ُِٕل ِلاَمْلاِب ِلاَمْلا ِةَلَااَبُم ٍااَ َا َّلَع ُ ُُْ َٔ ٌدْ َع

      Artinya: jual beli adalah akad yang tegak atas dasar penukaran harta 37 dengan harta maka terjadilah penukaran milik secara tetap.

      3) Menurut Imam Syafi’i, definisi jual beli pada prinsipnya, praktik jual beli itu diperbolehkan apabila dilandasi dengan keridhaan (kerelaan) dua orang 38 yang diperbolehkan mengadakan jual beli barang yang diperbolehkan.

      4) Menurut Wahbah Az-Zuhaili jual beli adalah tukar menukar barangyang bernilai dengan semacamnya dengan cara yang sah dan khusus, yakni ijab 39 qabul atau

      mu’athaa (tanpa ijab qabul).

      5) Menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, sebagaimana dikutip oleh Siswadi dalam jurnal Jual Beli Dalam Perspektif

      Islam diterangkan lafaz Bai’ menurut Lughat (bahasa) artinya memberikan

      sesuatu dengan imbalan sesuatu yang lain.

      Bai’ menurut syara’ artinya 35 membalas suatu harta benda seimbang dengan harta benda yang lain, yang M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 113. 36 37 Ibid, h. 114.

      Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 94. 38 Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan kitab Al-Umm, penerjemah Imron Rosadi, Amiruddin dan Imam Awaluddin, jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam

      2013), h. 1. 39 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillathuhu, jilid V, Penerjemah: Abdul Hayyie keduanya boleh dikendalikan dengan ijab qabul menurut cara yang 40 dihalalkan oleh syara’.

      Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa jual beli dapat terjadi dengan cara: 1) Pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela. 2) Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat 41 tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.

      Jual beli merupakan transaksi yang telah disyariatkan, dalam arti telah ada hukumnya yang jelas dalam Islam yang berkenaan dengan hukum taklifi. 42 Hukum jual beli adalah boleh. Kebolehannya dapat ditemukan dalam Al-Quran.