BAB I PENDAHULUAN - PENGEMBANGAN BUKU SISWA MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SISWA KELAS VII TUNARUNGU - Raden Intan Repository
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pembelajaran, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok
orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang. Setiap negara pasti menyelenggarakan suatu pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting demi terciptanya suatu negara yang memiliki warga negara berintelektual, kreatif, berprestasi, dan bermartabat.
Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan, karena pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan
1 Gada Mughitsa, Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasii SMP Negeri 8 Jakarta,
Seperti halnya cita-cita yang ingin dicapai negara Indonesia yang tertuang dalam undang-undang no 19 tahun 2005 pasal 1 tentang standar nasional pendidikan bahwasannya standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik Indonesia. Berkaitan dengan undang-undang diatas, pasal 5 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 mengganti istilah Pendidikan Luar Biasa menjadi Pendidikan Khusus dengan menjamin bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus Selain itu,Ayat 4 juga menjamin bahwa “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus“.
Adapun pandangan dalam ajaran Islam menyatakan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan sangat dihargai, seperti dalam firman Allah SWT berikut ini:
ۥ ۡد ۡع ۡلٱ ٢ ١ َأ ُهَءاََََج نَأ ُهّلَعَل َكيِر ُي اََََمَو
ٰىَم ٰٓىّلَوََََتَو ََسَبَع ۡو ٤ ۡك ٱ ٣ ٰٓىَر ّذل ُهَعَفنَتَف ُرّكّذَي َأ
ٰٓىّكّزَي
Artinya:“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,Karena telah datang
seorang buta kepadanya.Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu
pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?” (QS. ‘Abasa : 1-4).
2Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi Aksara,
Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada halangan bagi masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli atau bahkan sakit. Mereka berhak untuk makan bersama, berkumpul, dan juga memperoleh pendidikan layaknya masyarakat pada umumnya. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya hak untuk manusia yang normal saja, tetapi juga hak untuk manusia yang tidak normal, adapun tidak normal yang dimaksud adalah manusia yang memiliki ketunaan atau cacat fisik dan keterbelakangan mental.
Anak yang menyandang kelainan atau ketunaan akan di didik pada suatu lembaga yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) dimana di sekolah tersebut akan di didik sebagaimana mestinya sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. Adapun salah satu ketunaan yang dikategorikan memiliki kelainan dalam aspek fisik yaitu tunarungu.
Sebagai kelainan tunarungu sering dianggap menjadi hambatan dalam berbagai segi kehidupan. Yang dihadapinya kesiltan demi kesulitan. Adapun menurut Sri Moerdiani dalam buku psikologi anak luar biasa bahwa anak tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pendengaran sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan
Akibatnya dampak permasalahannya ada pada kemandirian termasuk caranya berkreatifitas. Tunarungu bukan tidak mampu menjalani dunia pendidikan, akan tetapi dibutuhkan pendidikan khusus. Sebenarnya perkembangan penanganan pemerintah terhadap anak kebutuhan khusus termasuk anak tunarungu dalam bidang pendidikan cukup bagus yaitu yang diberikan pendidikan khusus informal dan formal. LSM, organisasi penyandang cacat, posyandu dan klinik-klinik ABK adalah bidang pendidikan informal sedangkan home schooling, sekolah inklusi, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) khusus dibidang pendidikan formal.
Kajian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pendidikan sesuai kebutuhan anak tunarungu. Pelayanan pendidikan sebaik-baiknya sudah diberikan oleh pendidikan sekolah luar biasa. Pelayanan yang diberikan sudah mencakup semuan pelajaran termasuk matematika. Karena ilmu yang mempelajari struktur, pola, hubungan dan aturan-aturan adalah matematika. Selain itu, disetiap sekolah matematika adalah satu bidang akademik yang harus diberikan. Pentingnya penguasaan peserta didik dalam penguasaan matematika, tentu membutuhkan porsi jam pelajaran yang relatif banyak. Proses bertahap dan waktu dibutuhkan pendidik untuk mempersiapkan peserta didik menguasai
Yayasan Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung adalah salah satu lembaga formal khusus penanganan untuk melayani anak tunarungu dalam belajar matematika . Yayasan ini mampu memberikan pendidikan untuk anak
4 Mulyadi, “Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa (SLB) Khusus Tunarungu Karnnamanohara Yogyakarta Tingkat SMP”. (Skripsi Program Pendidikan Matematika UNY, TKLB (Taman Kanak Luar Biasa) hingga SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa) dan terdiri dari kelas C (khusus untuk anak tunagrahita ringan), kelas C1 (khusus untuk anak tunagrahita sedang), dan kelas B (khusus untuk anak tunarungu). Adapun yayasan ini masih berstatus swasta yang diyang beralamat di Jl.Teuku Cikditiro Kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Bandar Lampung Provinsi Lampung.
Sesuai dengan observasi yang telah peneliti lakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi bahwa terdapat suatu permasalahan yang terjadi di kelas VII, karena masih terdapat pembelajaran yang belum efektif. Hal ini terjadi karena belum tersedianya buku siswa yang cukup baik yang digunakan pada siswa tunarungu, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pada buku tersebut. Masalah tersebut dapat dilihat dari nilai mata pelajaran matematika pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIISLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Tahun Ajaran 2016/2017 No Nama Siswa Nilai UAS1 Muhammad Zaky
80
2 SutanDayaPangestu
60
3 BintangRamadhan
65
4 M.Naufal R
60
5 Herdiansyah
75
6 Meta Wulandari
65
7 Ahmad Rinaldi
60 Sumber: Dokumentasi Data Hasil Penilaian Siswa Kelas VII SLB Dharma Bhakti
Dharma Pertiwi Tahun Ajaran 2016/2017
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai akhir ujian matematika kelas
VII tergolong rendah, hal ini dikarenakan masih terdapat 4 peserta didik yang masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70,00.
Makadapat disimpulkan bahwa hanya 42,84% dari 7 peserta didik yang nilainya sudah mencapai KKM dan 57,16% belum mencapai KKM. Dilihat dari nilai diatas dapat dikatakan bahwa ada suatu permasalahan yang cukup serius pada sistem atau proses pembelajaran yang ada di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi dan perlu untuk diperhatikan, karena persentase siswa yang tuntas masih tergolong sangat rendah. Dimana belajar adalah kegiatan yang berperoses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiriSelain bentuk perhatian yang serius, ketersediaan sumber belajar yang tepat juga harus diperhatikan oleh para praktisi pendidikan. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan
belajaDiduga salah satu faktor penyebab dari permasalahan–permasalahan diatas adalah tidak adanya buku siswa khusus untuk tunarungu.
Siswa tunarungu ketertinggalan dari segi pendidikan tentu tak dapat dihindarkan jika dibandingkan dengan peserta didik normal. Menanggapi hal itu
5Muhibbin Syah, psikologi belajar, (jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 63 6Andi prastowo, Panduan Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta : Diva Press, 2011), h. tentu butuh inovasi dalam pendidikan tunarungu agar potensi dan kemampuan intelektual dapat berkembang. Salah satunya dengan menggunakan bahan ajar berupa buku siswa. Buku siswa adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa untuk diasimilasikan demi tercapainya hasil belajar yang
baiDalam proses pembelajaran buku siswa tentu dibutuhkan karena membaca adalah salah satu kemampuan yang dapat digunakan oleh siswa tunarungu.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Askoni, sebagian besar guru yang mengajar siswa tunarungu masih menggunakan buku siswa yang sama dengan buku siswa yang digunakan di sekolah umum. Hal ini dikarenakan tidak adanya buku siswa yang disusun khusus untuk siswa tunarungu, sehingga guru harus kreatif dalam membuat visualisasi dalam penyampaian materi serta harus menyesuaikannya dengan kurikulum untuk siswa tunarungu.
Pada dasarnya anak tunarungu membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki secara optimal.
Dalam mengembangkan potensi dan kemampuan anak tunarungu, guru memiliki peran yang penting pada suatu proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif, selain itu guru juga harus aktif dan kreatif dalam mengembangkan
7 Mansur Muslich,Text Book Writing, (jakarta: Ar-Ruza Media, 2010), h. 11.
pembelajaran dengan inovasibaru dalam pendidikan khususnya untuk anak tunarungu, agar anak tunarungu dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya semaksimal mungkin dan dapat menerima informasi layaknya anak normal pada umumnya. Guru harus berusaha keras untuk mampu berkomunikasi dengan mereka. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan memvisualisasikan materi–materi yang akan diberikan. Jadi, dalam menyampaikan materi, seorang guru harus banyak menampilkan bentuk
visualnya dengan harapan siswa tunarungu akan lebih mudah memahaminya.
Selain itu, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengetahui dan memahami pengetahuan yang ia peroleh untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, diperlukan model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kemampuan anak. Selain itu, dalam menggunakan model pembelajaran yang baik dan menarik membuat proses belajar yang tidak hanya menyenangkan namun juga membantu otak supaya lebih tenang dalam memproses materi yang diterima. Ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan sering menimbulkan kejenuhan pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam memahami materi yang disampaikan. Oleh karena itu untuk menghindarinya, guru hendaknya cukup cermat dalam memilih dan
8Dwi Astuti, Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk SMPLB/B Kelas IX menggunakan model pembelajaran untuk kemampuan berpikir kritis anak tunarungu.
Ketunarunguan mengakibatkan terhambatnya perkembangan bicara dan bahasa anak tunarungu. Seorang anak yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbahasa akan berdampak pula pada kemampuan berpikir. Kemampuan berbahasa dan berpikir dapat saling mempengaruhi antara satu sama lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permasalahan dalam kemampuan berbahasa yang dialami oleh anak tunarungu dapat berpengaruh pula terhadap kemampuan kognitifnya. Salah satu kemampuan kognitif yaitu kemampuan dalam berpikir, dan kemampuan berpikir salah satunya yaitu berpikir kritis. Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen argumen, penelitian, dan lain-lain). Kemampuan berpikir kritis sendiri dapat diartikan menemukan, memecahkan, dan mengevaluasi suatu masalah guna
menemukan penyelesaian masalah yang tepat dan efisieBerpijak dari permasalahan tersebut maka perlu adanya solusi yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan mampu menumbuhkan semangat serta minat siswa dalam berpikir kritis, sehingga kemampuan berpikirnya bisa dikembangkan lagi. Salah satu model pebelajaran
Agar keterampilan berfikir kritis, aktif dan ilmiah dapat ditanamkan kepada peserta didik tunarungu salah satunya dengan pendekatan inkuiri. Karena pendekatan ini merupakan pendekatan terbimbing yang artinya pembelajarannya bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang
meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataaTeknik pembelajarannya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan mengalami sendiri secara langsung agar menambah pengetahuan peserta didik. Maka dengan hal itu analisis kebutuhan yang akan studi pendahuluan yang akan dilakukian oleh peneliti.
Wawancara yang dilakukan pada hari Senin, 3 april 2017 pukul 08:54 WIB dengan pendidik mata pelajaran matematika kelas VII tunarungu ibu Mas’amah memaparkan bahwa buku siswa sudah cukup tersedia, namun buku siswa yang digunakan masih belum efektif karena belum tersusun secara khusus untuk siswa tunarungu dan buku siswa tersebut belum menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Siswa
10 Dinar Rahmadana dan Wagino, Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Tunarungu Kelas 6 di SLB, (Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya,2016), h. 3. matematika melalui Pendekatan Inkuiri untuk Kelas VII Tunarungu”. Penulis berharap dengan dikembangkannya Buku Siswa matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing ini dapat membantu peserta didik lebih tertarik dan aktif melakukan kegiatan pembelajaran matematika disekolah sehingga dapat membantu peserta didik untuk mengeksplorasi ide-ide mereka hingga memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang didapat dari latar belakang adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan siswa tunarungu dalam berkomunikasi.
2. Belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk siswa tunarungu.
3. Proses pembelajaran atau sistem yang belum efektif di dalam kelas, seperti memahami materi dalam buku.
4. Metode yang digunakan di dalam kelas kurang menarik.
C. Pembatasan Masalah
Jelasnya penelitian ini dibatasi dengan beberapa hal antara lain: 1. Ruang lingkup yang akan diteliti yaitu pengembangan buku siswa.
2. Buku siswa yang digunakan merupakan buku siswa matematika untuk anak tunarungu dan guru kelas VII khusus tunarungu.
4. Pengujian terhadap bahan ajar yang dibuat hanya meliputi pengujian produk.
Apakah produk/bahan ajar yang dibuat sesuai dengan standar atau kriteria kelayakan bahan ajar atau belum.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh peneliti diatas, maka rumusan masalah yang dapat ditarik adalah masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengembangan Buku Siswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Siswa Kelas VII Khusus Tunarungu dalam Pembelajaran Matematika”?
E. Tujuan Penelitian
Mengembangkan buku siswa matematika khusus untuk siswa tunarungu kelas VII merupakan suatu tujuan dari penelitian ini. Target khusus yang ingin dihasilkan dari penelitian ini adalah:
Tersusunnya buku siswa matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing untuk siswa kelas VII dengan buku siswa yang telah dikembangkan lebih baik lagi dan dapat membuat siswa menarik terhadap bahan ajar tersebut.
F. Manfaat Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah ada, maka manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperluas wawasan, pengetahuan, dan pengalaman serta sebagai salah satu penerapan ilmu yang didapat selama masa kuliah.
2. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat berguna untuk guru dan peserta didik khusus tunarungu dalam bidang matematika.
3. Bagi Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam kegiatan akademik, khususnya pada mata kuliah yang berhubungan dengan pendidikan bagi Tunarungu.
4. Bagi Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
a. Bagi siswa 1) Membantu dan mempermudah siswa tunarungu untuk memahami konsep-konsep matematika.
2) Membantu dan melatih siswa agar membiasakan diri untuk mengembangkan kreatifitas, kemampuan berpikir, dan kemampuan analisis secara mandiri. b. Bagi guru mata pelajaran matematika Membantu guru untuk memvisulisasikan penyampaian materi dalam prosesbelajar mengajar. Selain itu, dengan adanya buku siswa ini guru dapat mengajarkan materi matematika kelas VII dengan lebih mudah.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan di teliti adalah pengembangan bahan ajar Buku siswa matematika untuk siswa SLB Tunarungu yaitu sebagai berikut:
1. Sumber yang di pakai adalah buku modul yang sesuai dengan materi yang akan di kembangkan.
2. Bahan ajar yang di teliti yaitu mengenai Bangun Datar.
3. Subjek penelitian yaitu guru SLB yang mengetahui tentang karakteristik orang berekebutuhan khusus.
4. Objek penelitian yaitu siswa tunarungu kelas VII.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Matematika
a. Pengertian Matematika Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Asal matematika sebenarnya dari bahasa Yunani dengan kata Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Namun dalam belanda menyebut itu matematika Wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Selain itu kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang bilangan serta prosedur dalam menyelesaikan masalah dalam bilangan. Matematikawan atau matematikus merupakan sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang mtematika. Selain itu matematis sebutan untuk segala hal yang bersangkutan dan berhubungan dengan matematika.
Selain itu matematis juga di gunakan sebagai sebutan sesuatu secara
sangat pasti dan sangat tepatKiranya tak diragukan lagi bahwa matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika memberikan bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.
Perhitungan matematis menjadi dasar bagi desainilmu teknik. Metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran dibidang sosial dan ekonomi. Disamping itu, pemikiran matematis memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. Bahkan jatuh bangun suatu negara, dewasa ini, tergantung dari kemajuannya di bidang matematika. Akhirnya, matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, serta hakekat dan tujuan manusia dalam berkehidupa
b. Definisi – Definisi Matematika Adapun definisi matematika menurut James dan james Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika
14 Adapun pengertian menurut Russefendi Matematika
itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam
13 Jujub S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),
h. 172
14 Masriyah dan Rahayu, Endah Budi,Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Terbuka, 2007). h. 1515 Ruseffendi, E.T,Pengajaran Matematika Modern : untuk Orang Tua Murid dan SPG, c. Pembelajaran Matematika Kegiatan pokok dalam proses pendidikan di sekolah adalah belajar. Maka dengan hal itu proses belajar akan menentukan berhasil tidaknya pendidikan.
Menurut Muhibbin Syah Mengartikan belajar sebagai fase perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Seseorang dapat mengembangkan cara dan gaya melihat, mendengar, merasakan, dan mengerjakan sesuatu perbuatan. Selain itu, pengetahuan, pengertian, nilai-nilai, sikap-sikap tertentu dan gambaran-gambaran tentang dunia sekitar dan lingkungannya serta kedudukannya dalam lingkungan
tersebut juga dapat dapat diperoleh dari pengalamaSalah satu hal yang terpenting dalam menerapkan bahan ajar adalah pengenalan karakteristik
Ditinjau dari perkembangan aspek kognitif dalam tujuan mengembangkan potensi peserta didik, Ebbutt dan Straker mengungkapkan asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika diberikan sebagai berikut:
16MuhibbinSyah, PsikologiBelajar, ( Jakarta : PT RajagrafindoPersada, 2006), h. 68
Nila Kusumawati, Skripsi: Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran17 Matematika,(Palembang:FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI, 2008), h. a. Motivasi akan membuat peserta didik mempelajari matematika. Yang harus dilakukan oleh guru adalah: (1) pembelajaran menyenangkan; (2) memenuhi kebutuhan peserta didik; (3) membangun pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa; (4) memberikan kenyaman suasana kelas agar mendukung kegiatan belajar; (5) kegiatan belajar yang diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran; (6) kegiatan yang diberikan menantang; (7) kegiatan yang diberikan memberikan harapan keberhasilan; dan (8) setiap pencapaian siswa pencapaian peserta didik dihargai.
b. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Pandangan implikasi : (1) cara belajar peserta didik berbeda dengan kecepatan yang berbeda; (2) pengalaman peserta didik sendiri dibutuhkan yang terhubung dengan pengalamannya diwaktu lampau; (3) tiap siswa mempunyai latar belakang social-ekonomi-budaya yang berbeda. Oleh karena itu guru perlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya; (2) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa; (3) membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa, baik yang dia peroleh di sekolah maupun di rumah; (4) menggunakan catatan kemajuan
2. Buku Siswa
a. Peranan Buku Siswa Sebagai Sumber Belajar Sumber belajar adalah sumber-sumber yang mendukung pembelajaran
termasuk sistem penunjang, materi dan lingkungan belajar. Menurut website BECD, sumber belajar didefinisikan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar dalam berwujudan dari kurikulum. Sedangkan menurut yusuf, sumber belajar adalah segala jenis media, benda, data, fakta, ide, orang dan lain – lain
Sumber belajar memiliki peran yang sangat penting dalam hubungannya dengan penyusunan bahan ajar. Keberadaan sumber belajar memiliki tiga tujuan utama, yaitu memperkaya informasi yang diperlukan dalam penyusun bahan ajar, dapat digunakan pada penyusunan bahan ajar, dan memudahkan bagi siswa untuk mempelajari suatu kopetensi tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah bahan mentah untuk penyusunan
b. Pengertian Buku Siswa Salah satu sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk membantu siswa maupun guru daalam proses pembelajaran adalah buku
19Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (jakarta: PT Raja GrafindoPersada 2013), h. 8.
20AndiPrastowo,Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogjakarta: Diva Press, 2011), h. 21. siswa. Buku Siswa termasuk bahan ajar cetak hasil pengembangan teknologi
cetak yang berupa buku dan berisi materi visualSecara umum, Buku siswa merupakan salah satu sumber belajar dan bahan ajar yang banyak digunakan dalam pembelajaran. Buku siswa memang merupakan bahan ajar sekaligus sumber belajar bagi siswa yang konvensional. Namun meskipun konvensional dan sudah dipergunakan cukup lama dan banyak yang menganggap tradisional, buku siswa masih cukup mampu memberikan kontribusi yang baik pada pembelajaran. Beberapa materi pembelajaran tidak dapat diajarkan
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti mendefinisikan buku siswa adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional), Berkaitan dengan bidang studi tertentu. Bukusiswa merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran, dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran. Adapun buku siswa yang digunakan di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi adalah buku siswa khusus untuk siswa tunarungu. Hal ini berarti dari segi isi serta proses belajar mengajarnya sangat berbeda dengan buku siswa yang digunakan pada pendidikan umum. di SLB Dharma Bhakti Dharma pertiwi ini menggunakan kurikulum khusus, akan tetapi tetap menyesuaikan kurikulum 2013.
22Azhar Arsyad,Opcit h. 29. c. Manfaat Buku Siswa Penggunaan media dalam pembelajaran, antara lain: (1) Membantu siswa dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku; (2) Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran; (3) penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; (4) Memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari materi yang baru.
d. Unsur-Unsur Buku Siswa Buku siswa tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover) yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya, dapat dilihat bahwa buku siswa tersusun atas beberapa komponen tertentu,susunan komponenen-komponen ini juga disebut struktur buku siswa. Menurut Bacon buku siswa adalah buku yang dirancang untuk digunakan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau ahli dalam bidang itudan dilengkapi dengan sarana-
sarana pengajaran yang sesuai dan serasi siswa terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan serta penilaian. Jadi, dalam membuat sebuah buku siswa, maka kelima komponen itu harus ada serta sesuai dengan anak
24R Masri Sareb Putra, Cara Cepatdan Asik Membuat Buku Siswa yang Powerful, tunarungu.Selain itu, kandungannya juga harus mengacup ada kompetensi
3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian inkuiri terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran inkuiri yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan.Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah. Dalam inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan
b. Langkah-langkah Inkuiri Terbimbing
25Prastowo,Andi.Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif .(Yogyakarata: Diva Press, 2011. h. 22
26 Yenny Meidawati, Pengaruh pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadappeningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP (Jurnal Pendidikan dan keguruan) Vol. 1 No. 2 2014), h. 4. a. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan dari setiap individu untuk mengira-ngira atau menebak (berhipotesis) dari suatu masalah.
b. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangatpenting dalam pengembangan intelektual. siswa diminta mencari informasi yang di butuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
c. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam proses ini siswa dapat melihat apakah proses yang telah dilakukan memperoleh data yang relevan.
d. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
4. Buku Siswa Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Siswa Tunarungu
Metode pengajaran yang paling tepat untuk digunakan dalam pengajaran anak tunarungu adalah Inkuiri terbimbing. Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, diperlukan model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kemampuan anak. Selain itu, dalam menggunakan model pembelajaran yang baik dan menarik membuat proses belajar yang tidak hanya menyenangkan namun juga membantu otak supaya lebih tenang dalam memproses materi yang diterima serta dapat berpikir secara kritis.
Berpijak dari permasalahan tersebut maka perluadanya solusi yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan mampu menumbuhkan semangat serta minat siswa dalam berpikir kritis, sehingga kemampuan berpikirnya bisa dikembangkan lagi. Adapun pembelajaran di dalam kelas membutuhkan bahan ajar yaitu berupa buku
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
27 Kencana, 2006), h.201.
siswa. Kriteria buku siswa yang sesuai dalam pengajaran pada siswa Tunarungu menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut :
Maman menyebutkan terdapat tujuh kriteria dan prinsip yang berlaku dalam penulisan buku siswa yaitu :
1. Buku siswa haruslah memiliki landasan sudut pandang yang jelas dan mutakhir. Buku siswa yang baik adalah buku yang memiliki suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai suatu pengajaran dan buku yang memperagakan sesuatu bahan pengajaran secara aplikatif.
2. Buku siswa haruslah berisi materi yang memadai. Buku siswa yang baik adalah buku siswa yang menyajikan materi yang kaya, bervariasi, mudah dibaca, serta sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dampak dari buku yang demikian adalah menjadi sumber pemecahan masalah akademis, memicu peserta didik untuk membaca, menyenangkan, menstimulasi, kreativitas anak, dan sebagainya.
3. Buku siswa haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan bertahap. Sistematis dalam arti materi disajikan dengan memperhatikan kemudahan pemahaman siswa dalam hal penjelasan, penggambaran, dan pengorganisasian disusun secara sistematis; pengungkapan dilakukan secara lugas (tidak berbelit-belit); istilah diberi penjelasan atau contoh; penggunaan kata dan istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah yang berpikir dan belajar dengan cara bervariasi; menantang siswa untuk mencari sumber-sumber belajar lain diikuti dengan sumber rujukan yang lengkap. Bahan kajian yang berkaitan dihubungkan satu sama lain secara terpadu, baik intrapelajaran maupun interpelajaran. Penempatan pelajaran dalam keseluruhan buku dilakukan secara tepat. Bertahap dalam arti materi yang disajikan diperhatikan dari segi urutan, seperti dari mudah ke sulit, dari sederhana ke rumit, dari umum ke khusus, dari bagian ke keseluruhan, dan sebagainya.
5. Kerangka Berfikir
Buku siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah, menarik dan dapat membuat siswa merasakan kenyamanan dalam proses pembelajaran serta akan mendapatkan motivasi yang banyak dari gurunya. Permasalahan yang ditemukan: Siswa tunarungu mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi sehingga mengalami sedikit kesulitan untuk mempelajari matematika.
Belum tersedianya buku siswa matematika yang khusus untuk siswa tunarungu. Dari tiga siswa yang ada, dua diantaranya mengalami tuli total. Masih adanya pembelajaran yang belum efektif di dalam kelas, seperti memahami materi dalam buku. Metode yang digunakan di dalam kelas kurang menarik.
Pengembangan Buku siswa matematika melalui pendekatan inkuri terbimbing pada Tunarungu dalam pembelajaran matematika
Mudah dipahami Menarik
Uji coba produk Pembelajaran Matematika dengan buku siswa melalui pendekatan inkuiri terbimbing pada siswa tunarungu
Pembelajaran Matematika Menarik
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Dari gambar 2.1 di atas dijelaskan dalam pembelajaran matematika seorang pengajar didalam kelas menggunakan buku siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Buku siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing yang akan di rancang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta cara berpikir kritis dan minat siswa dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika. siswa diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan buku siswa dengan pendekatan inkuiri terbimbing akan lebih menarik pada pembelajaran matematika di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi.BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) metode
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tujuan utama dalam metode Research and
Development. Gunanya, supaya dapat digunakan dalam masyarakat luas terutama
dalam bidang pendidikan. Sehingga pengembangan bahan ajar ini dirancang
dengan metode penelitian dan pengembangaPenelitian dan pengembangan yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan buku siswadengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing sebagai sumber belajar di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi untuk siswa kelas VII Tunarungu.
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur penelitian berpedoman pada desain pengembangan media intruksional oleh Borg & Gall. Produk yang dihasilkan berupa buku siswa matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA,
28
Model Borg & Gall dalam buku Sugiyono ini meliputi 10 tahapan
pengembangan yang diuraikan melalui bagan sebagai berikut Potensi dan Pengumpul- Desain
Validasi Desain Masalah an Data Produk
Produk Produk
Uji Coba
Uji Coba si Revi in esa si D Revi
Pemakaian Revisi
Produksi Masal Produk
Gambar 3.1 Langkah – langkah Penggunaan Metode Research and Develoment (R&D)Model ini memiliki langkah-langkah pengembangan yang sesuai dengan penelitian dan pengembangan pendidikan yaitu penelitian yang menghasilkan atau mengembangkan produk tertentu dengan melakukan beberapa uji ahli seperti uji materi, uji desain dan uji coba produk di lapangan untuk menguji kemenarikansuatu produk.
Menurut Borg dan Gall yang dikutip oleh Sutopo, 10 langkah tahapan model pengembangan Borg dan Gall disederhanakan menjadi 7 langkah utama yaitu
disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakuka Ketujuh langkah penelitian sesuai yang disarankan oleh Borg dan Gall yang dikutip oleh Sutopo (2009), yaitu:
Mengumpulkan Potensi dan
Desain produk informasi masalah`
Validasi Perbaikan desain
Ujicoba produk desain Revisi produk
Gambar 3.2 Langkah-langkah R&D yang digunakan1. Potensi dan masalah Buku Siswa melalui pendekatan inkuiri terbimbing sebagai potensi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Selain itu, masalah juga dapat dijadikan potensi apabila kita dapat mendayagunakannya. Dalam penelitian ini penulis menemukan suatu masalah dalam hasil belajar siswa yang masih relatif rendah di karenakan keterbatasan (tunarungu). Dengan begitu masalah ini dapat diatasi melalui
research and development dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan
A. A. Gde. Ekayana, NaswanSuharsono, dan I Made
30 Tegeh,PengembanganPerangkatPembelajaranMikrokontrolerBerbasisAdvance Virtual Risc (AVR)
Dalam Mata PelajaranTeknikMikrokontroler, e-Journal Program
PascasarjanaUniversitasPendidikanGanesha Program StudiTeknologiPembelajaran (Volume 3 Tahun suatu model, pola, atau sistem penangan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini dapat ditemukan dandiaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui penelitian dan pengembangan.
2. Mengumpulkan informasi Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up to
date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan informasi dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap beberapa bahan ajar yang dipakai di sekolah dan wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VII.
3. Desain produk Desain produk merupakan kegiatan utama dari pengembangan buku siswa. Pada proses ini penulis tidak serta merta merubah isi materi yang ada, namun menggabungkan materi dari beberapa sumber. Pembuatan bahan ajar berbentuk buku siswa ini dengan memperhatikan beberpa poin standar kelayakan bahan ajar yang terdiri dari standar kelayakan isi, standar kelayakan penyajian, dan standar kelayakan kebahasaan.
Valid atau tidaknya media yang dikebangkan akan diketahui dalam tahap ini yaitu tahap validasi produk. Uji validitas diberikan kepada validator ahli materi dan ahli media, yaitu empat dosen matematika dan praktisi lapangan yaitu guru mata pelajaran matematika. Validasi produk dilakukan dengan cara pemberian angket ke para ahli. Hasil dari validasi ini akan dijadikan acuan untuk merevisi produk awal yang dikembangkan.
5. Perbaikan desain Tahap ini dilakukan perbaikan media. Saran dan masukan para ahli tentu menjadi patokan peneliti untuk memperbaiki media.
6. Ujicoba produk Borg dan Gall menyatakan bahwa: “The primary purpose of the main
field test which is to determine the success of the new product in meeting its objectives, the secondary purpose is to collect information that can be used to improve the course in the next revision”.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah “Tujuan dari ujicoba ada 2 yaitu (1) untuk menentukan sukses atau tidaknya produk untuk mencapai tujuan; (2) mengumpulkan informasi untuk penyempurnaan produk.”
Produk yang telah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Ujicoba ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi apakah bukusiswa matematika melalui pendekatan inkuiri terbimbing ini menarik dan layak digunakan sebagai sumber belajar.
Ujicoba dilakukan dengan memberi penjelasan tentang buku siswa matematika yang sedang dikembangkan dan meminta responden untuk menggunakan bukusiswa tersebut dalam proses pembelajaran, kemudian dilakukan pengamatan terhadap pengguanaan bahan ajar oleh responden.
Berdasarkan hasil pengamatan, serta masukan-masukan dari responden buku siswa matematika tersebut dievaluasi dan direvisi.
7. Revisi produk Pengujian produk pada sampel yang terbatas tersebut akan menunjukkan bagaimana kinerja sistem kerja baru apakah akan lebih baik dari sistem lama atau tidak. Dari hasil ujicoba produk, apabila tanggapan siswa mengatakan bahwa produk ini baik dan menarik, maka dapat dikatakan bahwa buku siswa ini telah selesai dikembangkan sehingga menghasilkan produk akhir. Namun apabila produk belum sempurna maka hasil dari ujicoba ini dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar yang dikembangkan agar bahan ajar yang dikembangkan dapat bermanfaat bagi siswa dan guru, sehingga dapat menghasilkan produk akhir yang siap digunakan disekolah.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Objek/subjek yang punya kualitas dan karakteistik dari wilayah generelilassi itu adalah pengertian dari populasi
Melihat pengertian diatas, maka populasi pada penelitian ini adalah kelas VII di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
32 Sampel yang diambil adalah kelas VII untuk siswa tunarungu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengembangan buku siswa ini berupa dokumentasi, angket, atau kuesioner, wawancara, dan observasi.
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, ataau karya-karya monumental dari seseora
34 Dokumentasi yang digunakan merupakan dokumentasi dalam
penelitian pengembangan buku siswa untuk pembelajaran matematika bagi tunarungu. Peneliti juga melakukan studi referensi baik dari buku maupun
31Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatid, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.117
32Ibid, h.118
33Ibid, h.308 dari internet, dan juga data nilai hasil ulangan semester ganjil siswa semua data yang diperoleh dari dokumen ini adalah data yang mendukung pentingnya pengembangan buku siswa tersebut.
2. Observasi