ECONOMIC FOR BUSINESS II
ECONOMIC FOR BUSINESS Matrikulasi Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Komputer Indonesia TA 2009-2010
Goverment Role in The a. Economy
- Kebijakan Makroekonomi :
1.Kebijakan Fiskal
2.Kebijakan Moneter
3.Kebijakan Segi Penawaran
Kegiatan Perekonomian 2
Sektor Pelaku Ekonomi :- Rumah Tangga Produksi • Rumah Tangga Konsumsi
Kegiatan perekonomian 2 Sektor RTK RTP
Gaji, upah, sewa, bunga
Konsumsi Rumah Tangga Tabungan Kredit Investasi
Invest or Bank
Keseimbangan Pendapatan nasional
- Komponen pengeluaran agregat dalam
perekonomian 2 sektor terdiri dari : Pengeluaran
konsumsi dan Pengeluaran investasi. • Komponen Permintaan agregat atau sama dengan
Pendapatan Nasional (Y) terdiri dari : Konsumsi Rumah Tangga (C), Permintaan Investasi Perusahaan (I)- Oleh karena itu Keseimbangan pendapatan nasional tercapai jika : atau
Y = C + I I = S
Dimana : Y = Pendapatan Nasional C = Fungsi Konsumsi Rumah Tangga S = Fungsi Tabungan I = Investasi
C = a + bY Fungsi Konsumsi Fungsi Tabungan S = -a + (1-b)Y Dimana : a = Konsumsi masyarakat pada saat pendapatan = 0 b = Kecenderungan mengkonsumsi marginal (Marginal
MPC = ΔC Propesity to Consume = MPC)
ΔY 1-b = Kecenderungan Menabung Marginal (Marginal
MPS = ΔS Propensity to Saving = MPS)
ΔY
Contoh Kasus
- Pada perekonomian suatu negara dapat diketahui nilai pendapatan disposible RTK, nilai konsumsi masyarakat, dan tabungan masyarakat sbb: Dalam Triliun Rp
Pendapatan Disposeble Konsumsi B & J Tabungan (Yd) (C) (S)
30
- 30 120 120 240 210 360 300 480 390 600 480 720 570 840 660 960 750 1080 840
Jika nilai investasi sebesar 120
triliun.
Tentukan :
1. Fungsi Konsumsi dan fungsi tabungan
3. Gambarkan kurva keseimbangan
pendapatan nasional- 30
0.75
0.75
240
0.25 1080 840
0.75
210
0.25 960 750
0.75
180
0.25 840 660
0.75
150
0.25 720 570
120
Pendapatan Disposeble Konsums i Tabunga n MPC MPS Yd C S C/ Δ Yd Δ S/ Δ Yd Δ
0.25 600 480
0.75
90
0.25 480 390
0.75
60
0.25 360 300
0.75
30
0.25 240 210
0.75
120 120
30
0.25
- Fungsi Konsumsi C = a + bY C = 30 + 0,75Y
- Fungsi Tabungan S = -a + (1-b)Y S = -30 + (1- 0,75)Y S = -30 + 0,25Y
- Keseimbangan Pendapatan Nasional Y = C + I Y = 30 + 0,75Y + 120 Y = 150 + 0,75Y Y-0,75Y = 150 Y = 150 = Rp.600 Triliun 0,25
Kurva Fungsi Konsumsi
C Y = C 240
C 210 120
30
Kurva Fungsi Tabungan
Yd S
240
- 30 120
Kurva Keseimbangan Pendapatan Nasional
Y C + I E 600
C 150 120
30
Kegiatan perekonomian 3 Sektor
Gaji, upah, sewa, bunga Pemerintah
Gaji & RTP Pajak Upah RTK Pengeluaran Pemerintah Pribadi Pajak Tabungan Investasi Konsumsi Rumah Tangga
Invest Kredit
Bank or
Rumah Tangga Produksi (Perusahaan)
- Perusahaan membutuhkan Faktor-faktor produksi dari masyarakat (6 M).
- Perusahaan melakukan pembayaran dengan memberikan kompensasi kepada RTK atas penggunaan faktor produksi berupa gaji, upah, bunga, sewa.
- Perusahaan juga melakukan pembayaran kepada Pemerintah berupa pajak atas penghasilan yang diperoleh.
- Perusahaan mencari tambahan modal dari investor termasuk memperoleh pinjaman
Rumah Tangga Konsumsi (RTK)
- Masyarakat menyumbangkan faktor-faktor produksi baik kepada RTP maupun kepada pemerintah.
- Atas penggunaan faktor-faktor produksi, masyarakat memperoleh pendapatan dari 2 sumber yaitu dari RTP dan pemerintah.
- RTK mengalokasikan pendapatan untuk :
- Mengkonsumsi barang dan jasa (C)
- Membayar pajak (T)
- Menyimpan di bank/ LKBB (S)
Pemerintah
- Pemerintah membutuhkan faktor-faktor produksi dari RTK.
- Pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mengatur bidang perpajakan. Pajak merupakan pendapatan pemerintah yang
memiliki kontribusi besar dalam pendanaan
pembangunan. • Pemerintah menerima pendapatan pajak dari
sektor RTP dan RTK. Penerimaan tersebut digunakan untuk membayar gaji dan upah pegawai serta membeli barang dan jasa.
Keseimbangan Pendapatan nasional
- Komponen pengeluaran agregat setelah adanya interpensi sektor pemerintah dalam perekonomian
terdiri dari : Pengeluaran konsumsi, Pengeluaran
Pemerintah, dan Pengeluaran investasi. • Komponen Permintaan agregat atau sama dengan
Pendapatan Nasional (Y) terdiri dari : Konsumsi Rumah Tangga (C), Permintaan InvestasiPerusahaan (I), dan Pengeluaran Pemerintah (G).
- Oleh karena itu Keseimbangan pendapatan nasional tercapai jika : atau atau
I + G = S + T Y = C + I + G
Dimana : Y = Pendapatan Nasional C = Fungsi Konsumsi Rumah Tangga S = Fungsi Tabungan I = Investasi G = Pengeluaran Pemerintah Fungsi Konsumsi & Fungsi Tabungan
a. Pajak Tetap (T), akan mengubah konsumsi pada saat Y =
C = - bT + a + bY S = - (1-b)T -a + (1-b)YJenis-Jenis Pajak Jenis-Jenis Pajak
Pajak Regresif
- Pajak Regresif,
Pajak Proporsional
- Pajak Proporsional,
meningkatnya pendapatan
meningkatnya pendapatan
jumlahnya semakin meningkat karena
jumlahnya semakin meningkat karena
prosentase pajak yang
prosentase pajak yang
pendapatan. Contoh : PPN
nilainya tetap pada berbagai tingkat
pendapatan. Contoh : PPN
nilainya tetap pada berbagai tingkat
prosentase pajak yang
prosentase pajak yang
pendapatan yang dikenakan pajak jumlahnya
semakin besar. semakin besar.pendapatan yang dikenakan pajak jumlahnya
pungutan pajaknya menurun apabila
pungutan pajaknya menurun apabila
sistem pajak yang prosentase
sistem pajak yang prosentase
Pajak Progresif
- Pajak Progresif,
Pemerintah menggunakan anggaran unuk mengendalikan dan mencatat masalah-masalah fiskalnya.
Anggaran, menunjukkan rencana pengeluaran program- program pemerintah dan penerimaan yang akan diterima dari sistem perpajakan pada periode tertentu.
Anggaran, terdiri dari : a.
Program Pengeluaran : pendidikan, kesejahteraan, pembangunan sarana umum, dll.
b.
Sumber Pajak : Pajak penghasilan perorangan, pajak penjualan, PBB, dll.
Surplus anggaran terjadi jika penerimaan pajak dan
pendapata lainnya lebih besar dari pengeluaran pemerintah .
Defisit anggaran terjadi jika pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan pajak.
Anggaran Berimbang terjadi jika pengeluaran sama
Kebijakan Fiskal, Defisit, dan Hutang Outp
& Hutang Kebijaka n Fiskal Perminta an ut Agregat Interaks Kesempat i an Kerja
AD & AS Penawa ran Persedi Harg aan Agregat Modal a & Inflas Studi Kasus :
• Presiden Bush tahun 1992 mengajukan anggaran
fiskal dimana jumlah penerimaan $1.165 milyar
dan pengeluaran $ 1.446 milyar. Berarti defisit
yang direncanakan senilai $ 281 milyar.- Dalam kondisi anggaran defisit itu maka
pemerintah harus meminjam dana masyarakat
untuk membayar tagihannya, maka pemerintah
menerbitkan obligasi. - Hutang pemerintah (Goverment Debt/ Public
Debt) terdiri dari akumulasi pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah. Jadi total hutang sama dengan total nilai dollar obligasi yang dimiliki masyarakat (rumah tangga, bank, perusahaan, orang asing, dan LKBB). Penyusunan Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal, adalah proses pembentukan kebijakan di
bidang perpajakan dan pengeluaran masyarakat dalam upaya : a.Menekan fluktuasi siklus bisnis, b. Menjaga pertumbuhan ekonomi c. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja yang tinggi, d. Menekan laju inflasi yang tinggi
Analisis Multiplier dari Keynes meyakini bahwa kebijakan fiskal merupakan alat untuk menjaga stabilitas bisnis.
Jika terjadi Unemployment maka pemerintah akan meningkatkan pengeluaran dan mengurangi pajak. Jika terjadi Inflation maka pemerintah akan melakukan penghematan pengeluaran dan meningkatkan pajak.
a. Stabilisator Otomatis
a. Stabilisator Otomatis
Sistem fiskal modern memiliki alat stabilisator otomatis stabilisator otomatis
- Sistem fiskal modern memiliki alat
yang melekat yang melekat sehingga dengan jika terjadi resesi sehingga dengan jika terjadi resesi sendirinya akan dengan sendirinya mulai
sendirinya akan dengan sendirinya mulai
mengatasi penurunan ekonomi. mengatasi penurunan ekonomi.Instrumen Stabilisator : 1.
- Instrumen Stabilisator :
1. Perubahan penerimaan pajak otomatis.
Perubahan penerimaan pajak otomatis.
2.
2. Tunjangan Pengangguran, kesejahteraan, Tunjangan Pengangguran, kesejahteraan, dan tunjangan lainnya dan tunjangan lainnya
Perubahan Penerimaan Pajak Perubahan Penerimaan Pajak
Sistem perpajakan memperoleh kontribusi terbesar
- Sistem perpajakan memperoleh kontribusi terbesar
- Jika output menurun, berarti pendapatan RTK dan
- Pada masa inflasi, peningkatan penerimaan pajak
akan menurunkan pendapatan perorangan, menekan
pengeluaran untuk konsumsi, mengurangi permintaan
penerimaan pajak cenderung meningkat di masa inflasi dan mengalami penurunan dimasa resesi. inflasi dan mengalami penurunan dimasa resesi.
penerimaan pajak cenderung meningkat di masa
Dalam perekonomian saat ini, lebih otomatis dimana
agregat, dan memperlambat kenaikan harga dan upah. upah.
agregat, dan memperlambat kenaikan harga dan
akan menurunkan pendapatan perorangan, menekan
pengeluaran untuk konsumsi, mengurangi permintaan
dari pajak penghasilan pribadi dan badan yang
Pada masa inflasi, peningkatan penerimaan pajak
RTP akan mengalami penurunan sehingga secara otomatis pajak akan mengalami penurunan. otomatis pajak akan mengalami penurunan.
RTP akan mengalami penurunan sehingga secara
Jika output menurun, berarti pendapatan RTK dan
dari pajak penghasilan pribadi dan badan yang bersifat progresif. bersifat progresif.
- Dalam perekonomian saat ini, lebih otomatis dimana
Tunjangan Pengangguran, Kesejahteraan,
dan Tunjangan Lain Negara-negara maju memiliki sistem pembayaran tunjangan untuk menambah pendapatan masyarakatnya.
Tunjangan yang paling mendominasi yaitu tunjangan pengangguran (UI =
Unemployment Insurance). Tunjangan ini
memompa dana kedalam atau keluar sistem perekonomian dengan cara berputar kembali, serta berfungsi sebagai stabilisator. Kebijakan Stabilisasi Diskresioner b.
Kebijakan Fiskal Diskresioner adalah kebijakan pemerintah dimana pemerintah mengubah tarif pajak atau program-program pengeluaran.
Kebijakan stabilisasi diskresioner umumnya melewati lembaga legislatif untuk mengubah struktur dan sistem fiskal. Kebijakan stabilisasi diskresioner dilaksanakan melalui :
a.
proyek pemerintah, b. program permodalan, c. proyek padat karya, d. perubahan tarif pajak.
Tujuan Kebijakan Fiskal Diskresioner
Mengurangi gerak naik turun tingkat kegiatan
ekonomi dari waktu ke waktu. Menciptakan tk. Kegiatan ekonomi yang mencapai Full Employment, Low Inflation, High Economic Growth
Langkah Kebijakan Diskresioner : Menjaga agar pendapatan dan pengeluaran
- pemerintah tetap seimbang. Mengatasi laju inflasi
Langkah-langkah Kebijakan Fiskal Diskresioner Menjaga keseimbangan antara pendapatan dan
pengeluaran pemerintah dalam rangka mengurangi
1. pengangguran dan meningkatkan pengeluaran agregat.Menaikkan pengeluaran tetapi tidak merubah kebijakan 2. pajak. 3. Menaikkan pengeluaran dan mengurangi pajak
Menaikkan pengeluaran dan pajak untuk menjaga
keseimbangan pendapatan dan pengeluaran 1. Mengatasi Masalah Inflasi 2. Mengurangi pengeluaran 3. Menaikkan pungutan pajak Mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajakDEFISIT FISKAL
Persepsi Klasik tentang Keuangan Negara (Groover Cleveland, Woodrow Wilson, Mc Kinley, dan Herbert Hoover) : 1.
Keuangan negara (public finance) merupakan aplikasi dari keuangan rumah tangga.
2. Anggaran harus diseimbangkan setiap tahun
pada tingkat yang rendah dan kebijakan pengaluaran yang hati-hati dan hanya untuk tujuan tertentu.
3. Hutang pemerintah merupakan beban yang harus ditanggung oleh seluruh warga negara.
- Defisit dan hutang pemerintah merupakan masalah
- Hutang pemerintah : merupakan nilai akumulasi dana
masa lalu. Hutang pemerintah ini sebagian besar
anggaran. Peningkatan Goverment Debt sama dengan Defisiyt Anggaran. dengan Defisiyt Anggaran.
anggaran. Peningkatan Goverment Debt sama
Hutang pemerintah memiliki hubungan dengan defisit
pendek, seperti surat tagihan yang dikeluarkan oleh
perbendaharaan negara. perbendaharaan negara.pendek, seperti surat tagihan yang dikeluarkan oleh
dalam bentuk surat berharga dengan bunga jangka
dalam bentuk surat berharga dengan bunga jangka
masa lalu. Hutang pemerintah ini sebagian besar
yang dipinjam pemerintah untuk membiayai defisit
yang dipinjam pemerintah untuk membiayai defisit
Hutang pemerintah : merupakan nilai akumulasi dana
makroekonomi yang paling mempengaruhi perekonomian. perekonomian.
makroekonomi yang paling mempengaruhi
Defisit dan hutang pemerintah merupakan masalah
Konsekuensi Ekonomi dari Kebijakan Defisit Konsekuensi Ekonomi dari Kebijakan Defisit
- Hutang pemerintah memiliki hubungan dengan defisit
Sebagian besar hutang pemerintah berasal dari bank dan LKBB. dan LKBB.
- Sebagian besar hutang pemerintah berasal dari bank
Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter merupakan langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah tingkat bunga dengan maksud mempengaruhi
pengeluaran agregat sehinnga berpengaruh terhadap Jumlah
uang beredar.
Dalam menetapkan kebijakan moneter, Bank sentral secara
langsung menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter yang terdiri dari : 1.Open Market Operation,
2. Legal Reserve Requirement
3. Legal Lending Limit
4. Discount rate 5.
Lending rate & Saving Rate 6. Moral Suassion
Mekanisme Kebijakan Moneter
- Open Market Operation
- Legal Reserve Requirement
- Legal Lending Limit
- Discount Rate
- Moral Suas
- Open Market Operation
- Legal Reserve Requirement
- Legal Lending Limit
- Discount Rate
- Moral Suassion
- > Pertumbuhan GNP
- Tk. Pengangguran re
- Pertumbuhan GNP
- Tk. Pengangguran rendah
Jumlah Uang Beredar Jumlah Uang Beredar
Harga Stabil
Harga Stabil
Instrumen Kebijakan Sasaran Antara Tujuan Akhir
Operasi Pasar Terbuka Instrumen yang paling sering digunakan adalah kebijakan operasi pasar terbuka (Open Market Operation).
Bank Sentral (Bank Indonesia) melakukan operasi pasar
terbuka dengan mekanisme jual beli surat berharga di
pasar terbuka.
Bank Indonesia biasanya menerbitkan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) untuk diperjualbelikan secara umum kepada masyarakat.Pada saat JUB banyak maka Bank Indonesia akan menarik uang dari peredaran dengan jalan menjual SBI kepada masyarakat dengan rate yang cukup tinggi untu menarik minat masyarakat membeli SBI.
Sebaliknya pada saat JUB menurun maka bank akan menambah JUB dengan membeli kembali SBI yang telah beredar dan dimiliki masyarakat.
Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank Indonesia membuat peraturan yang harus dilaksanakan oleh perbankan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (Legal Lending Limit) kepada nasabah.
Kebijakan BMPK ini merupakan instrumen kebijakan
moneter yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar.
Ketetapan terbaru tahun 2003, perbankan nasional hanya
boleh memberikan kredit kepada seorang nasabah yang
tidak terkait dengan bank maksimal 20% dari modal sedangkan bagi nasabah yang terkait dengan bank (pemegang saham dan keluarga) maksimal 10% dari modal bank. Jika Bank Indonesia akan mengurangi Jumlah uang beredarmaka Batas maksimum pemberian kredit prosentasenya
dikurangi. Sebaliknya jika jumlah uang beredar akan ditambah maka prosentase BMPK ditambah.Cadangan Wajib Minimum
Dalam rangka mengatur jumlah uang beredar, Bank
Indonesia menetapkan kebijakan Giro Wajib Minimum kepada perbankan nasional.Giro Wajib Minimum adalah cadangan dana yang wajib disimpan oleh bank di Bank Indonesia minimal sebesar 5% dari total dana pihak ketiga (dana masyarakat)
Giro pada BI x 100% Total Dana Pihak ketiga
GWM =
Tk. Diskonto
Kebijakan diskonto adalah kebijakan pemberian
pinjaman oleh bank sentral kepada bank-bank
yang mengalami kekurangan/ kesulitan dana.Apabila bank sentral merasa bahwa pertumbuhan
jumlah uang beredar terlalu rendah dan perlu di
pacu, maka bank sentral akan menurunka tingkat diskonto yaitu penurunan suku bunga yang dibebankan kepada pinjaman bank.
Sebaliknya jika bank sentral akan menarik uang
beredar maka bank sentral akan menetapkan tk
diskonto yang tinggi kepada perbankan.Tk. Bunga Kredit dan Tingkat Bunga Simpanan
Tk. Bunga kredit dan tk. Bunga simpanan merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter yang dapat digunakan untu mempengaruhi jumlah uang beredar.
Jika pemerintah akan mengurangi jumlah uang beredar maka dikondisikan perbankan untuk menawarkan tk. Bunga yang tinggi kepada nasabah. Sebaliknya jika akan menambah uang beredar maka bank dapat menawarkan tingkat bunga yang rendah kepada nasabah.
Pendekatan secara Moral
Pendekatan atau anjuran secara moral dari pejabat yang berwenang untuk mempengaruhi masyarakat agar bersama-sama mengantisipasi inflasi merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter.
Pada masa krisi moneter anjuran moral ini cukup mempengaruhi masyarakat untuk bersama-sama menekan laju peredaran uang dan laju inflasi.