laporan akhir praktikum osmoregulasi indonesia

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan
energi, yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion yang melewati insang dan
pada beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif
terhadap garam-garam (Stickney, 1979 dalam Bestian, 1996). Sedangkan menurut
Kinne (1964) dalam Bestian (1996), kemampuan osmoregulasi bervariasi
bergantung suhu, musim, umur, kondisi fisiologis, jenis kelamin dan perbedaan
genotip. Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang
layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal
(Raharjo, 1970 dalam Bestian, 1996). Menurut Affandi dan Usman (2002), ikan
mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu
ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses
fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal. Pengaturan
tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan ini disebut osmoregulasi.
Menurut Gilles dan Jeuniaux (1979), Osmoregulasi pada organisme
akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu :
1. Usaha untuk menjaga konsentrasi osmotik cairan di luar sel (ekstraseluler).
Agar tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada konsentrasi osmotik
medium eksternalnya.
2. Usaha untuk memelihara isoomotik cairan dalm sel (interseluler) terhadap

cairan luar sel (ekstraseluler). Menurut Affandi dan Usman (2002), ikan
bertulang sejati (telestei), ikan air tawar maupun ikan laut pada dasarnya
mempunyai kemampuan untuk mempertahankan komposisi ion-ion dan
osmolaritas cairan tubuhnya pada tingkat yang secara signifikan berbeda
dari lingkungan eksternalnya. Proses ini merupakan suatu mekanisme
dasar osmotik. Untuk menghadapi masalah osmoregulasi hewan
melakukan pengaturan tekanan osmotiknya dengan cara :

1

 Mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan
lingkungannya.
 Mengurangi permeabilitas air dan garam.
 Melakukan pengambilan garam secara selektif
Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan pengambilan ion dari
lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan
karena kondisi tubuhnya hipertonik, shingga ikan banyak mengeksresikan air dan
menahan ion (Boyd, 1990 dalam Arista, 2001). Menurut Affandi dan Usman
(2002), organisme air dibagi menjadi dua kategori sehubungan dengan mekanisme
fisiologisnya dalam menghadapi tekanan osmotik air media, yaitu :

1. Osmonkonformer; adalah organisme air yang secara osmotik labil dan
mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan
dengan tekanan osmotik air media hidupnya.
2.

Osmoregulator, adalah organisme air yang secara osmotik stabil (mantap),
selalu berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik
yang relatif konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air
media hidupnya.

Secara umum dikatakan bahwa cairan tubuh golongan ikan elasmobranchii
mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar dari lingkungannya. Tekanan
osmotik tubuhnya sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam, melainkan
oleh tingginya kadar urea dan Tri Meilamin Oksida (TMAO) dari tubuh. Karena
cairan tubuh yang hiperosmotik terhadap lingkungannya, golongan ikan ini
cenderung

menerima

air


lewat

difusi,

terutama

lewat

insang.

Untuk

mempertahankan tekanan osmotiknya kelebihan air untuk difusi ini dikeluarkan
melalui air seni (Affandi dan Usman, 2002).
Menurut Bond (1979) dalam Affandi dan Usman (2002) bahwa osmoregulasi
pada ikan-ikan elasmobranchii menyokong teori bahwa tekanan osmosis yang
disebabkan oleh garam-garam dalam darah disebabkan oleh penahan urea dan
sedikit bahan bernitrogen lainnya. Urea merupakan hasil akhir metabolisme


2

nitrogen yang dikeluarkan di dalam hati dan cuma sedikit saja yang dikeluarkan di
dalam hati dan cuma sedikit saja yang dikeluarkan air kencing hiu dan pari.
Sewaktu penyaringan glomerulus melalui sepanjang tubuh ginjal, segmen-segmen
khusus menyerap kembali urea (70 hingga 90 %), sehingga darah mengandung
lebih kurang 350 mmol/l urea daelasmobranchii umumnya.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai Konsumsi Oksigen
adalah akan menghitung konsumsi oksigen, jenis ikan yang punya alat bantu
pernafasan.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui jumlah konsumsi oksigen pada beberapa Jenis Ikan Nila
yang memiliki alat bantu pernafasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Nila
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari
Afrika,tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan
peliharaan yang populer dikolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya

adalah Oreochromis niloticus, dan dalambahasa Inggris dikenal sebagai Nile
Tilapia.

3

Gambar 1. Ikan nila

Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan
nila albino.

2.2 Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya

memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya
oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akanmempengaruhi fisiologi
respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai
dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi
oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian
besar energi berasal dari metabolisme aerobik. Menurut Fujaya (2004)
Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai
metabolisme.
Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit
daripada hewan darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen

4

(Ville, et. al, 1988). Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi
oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang memberikan permukaan
luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam air akan
berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan
(Kimball, 1988).
Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan
menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau

organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Osmoregulasi juga
berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan
oleh sel atau organisme hidup.
Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat
permeabel terhadap lingkungan maupun lautan garam. Sifat fisik lingkungan yang
berbeda menyebabkan ada perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar
dengan ikan air laut. Cairan tubuh ikan tawar mempunyai tekanan yang lebih
besar dari pada lingkungannya, garam-garam cenderung ke luar. Sebaliknya ikan
yang hidup di laut mempunyai tekanan osmotik yang lebih kecil dari pada
lingkunganya, sehingga terdapat kecenderungan garam-garam masuk ke dalam
tubuh dan air keluar.
1. Pengertian Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah pengontrolan kadar air dan garam mineral di dalam
darah. Ini merupakan mekanisme homeostatik. Regulasi dari konsentrasi Na+
pada plasma hampir sama konsentrasinya dengan ekskresi regulasi Na+ yang
berhubungan dengan sensor dan efektor yang berbeda-beda (penerima volum)
yang berasal dari keseimbangan air dan osmoregulasi (vitamins-guide 2004.) dan
ditambahkan pula oleh Fujaya (1999) bahwa osmoregulasi adalah upaya
mengontrol keseimbangan air dan ion – ion antara tubuh dan lingkungannya atau

suatu proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh
organisme perairan karena;
a) Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan;
b) Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergerak cepat;
c) Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat
mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur proses

5

osmose dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat
berfungsi dalam aspek kesehatan ikan (Fujaya,1999). Konsentrasi ion plasma
pada ikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Osmoconformer adalah sebutan bagi hewan yang mampu memelihara
keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar.
Kebanyakan invertebrata laut adalah osmoconformer, dimana cairan tubuh mereka
isotonik dari keadaan lingkungannya. Meskipun konsentrasi relatif dari garam dan
cairan tubuh mereka berubah – ubah dibandingkan air laut, dalam kasus ini hewan
juga harus mengatur tingkat ion internal (Djawad, dkk, 2007).

Organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi
akibat perbedaan tekanan osmose, sedangkan pada ikan estuari yang memiliki
cairan tubuh menyerupai garam air garam laut hanya melakukan sedikit upaya
untuk mengontrol tekanan osmose dalam tubuhnya. Hal ini menyebabkan
perbedaan laju metabolisme dasar karena upaya menahan garam – garam internal
dan kelarutan material yang lain membutuhkan konsumsi oksigen yang berbeda
tergantung besarnya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dan lingkungannya
(Fujaya, 1999).
Beberapa organ yang berperan dalam proses osmoregulasi ikan adalah
insang, ginjal, kulit, dan usus. Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi di
bawah kontrol hormon osmoregulasi, terutama hormon-hormon yang diekresi
oleh pituitari, ginjal, dan urofisis.
Pada ikan air laut terjadi kehilangan air dari dalam tubuh melalui kulit dan
kemudian ikan akan mendapatkan garam-garam dari air laut yang masuk lewat
mulutnya. Organ dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na+, K+ dan
Cl-, serta air masuk ke dalam darah dan selanjutnya disirkulasi. Kemudian insang
ikan akan mengeluarkan kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan luar.
Pada saat ikan sakit, luka, atau stres proses osmosis akan terganggu
sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih
banyak keluar dari tubuh. Akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air

keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung bisa sampai
menyebabkan ginjal menjadi rusak sehingga ikan mati. Dalam keadaan normal
ikan mampu memompa air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari.
Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga
ketidakseimbangan ini, sehingga ikan tetap bertahan hidup dan mempunyai
kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka atau penyakit. Tentunya dosis
untuk ikan harus diantur sedemikian rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih
tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air

6

lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar
dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan terdehidrasi dan
akhirnya mati.
Pada kadar garam yang tinggi, garam sendiri akan berfungsi untuk mematikan
penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian
lama pemberiannya harus diperhatikan secara seksama agar jangan sampai ikan
mengalami dehidrasi. Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang
membutuhkan energi, yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion melewati
insang dan beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang

selektif terhadap garam-garam. Kemampuan osmoregulasi bergantung suhu,
musim, umur, kondisi fisiologis, jenis kelamin dan perbedaan genotip. Insang ikan
bersifat permeabel terhadap air dan garam. Di dalam laut salinitasnya lebih besar
daripada dalam cairan tubuhnya. Pada lingkungan air keluar, tetapi garam
berdifusi kedalam. Ikan air laut minum air dalam jumlah yang banyak dan
mengeluarkan sedikit urin. Ikan air tawar, garam akan memasuki insang dan
dalam jumlah yang banyak air akan masuk lewat kulit ikan dan insang. Hal ini
karena kadar garam di dalam tubuh ikan (mendekati 0.5%) yang lebih tinggi
daripada konsentrasi air di mana ikan tersebut hidup. Karena tubuh ikan akan
berusaha agar proses difusi antara air kedalam tubuh ikan tetap berlangsung,
sejumlah besar air dikeluarkan oleh ginjal. Sebgai hasilnya bahwa konsentrasi
garam pada urine sangat rendah ( Fujaya,1999)
 Tingkat osmoregulasi
Tingkat osmoregulasi dipengaruhi oleh salinitas tertentu dan akan
berpengaruh terhadap tingkat osmolalitas plasma, jika salinitasnya meningkat
maka osmolalitas plasma juga meningkat sedangkan pada kapasitas
osmoregulasinya semakin besar kadar salinitas suatu perairan maka semakin kecil
nilai kapasitas osmoregulasinya.
Dalam osmoregulasi terdapat dua istilah yaitu eurihalin dan stenohalin.
Eurihalin adalah kemampuan suatu organisme terhadap keadaan perubahan
salinitas yang tinggi. Ikan yang tergolong dalam eurihalin adalah salah satunya
ikan nila. Stenohalin adalah tingkat adaptasi yang sempit terhadap salinitas yang
tinggi. Contoh organisme yang bersifat stenohalin salah satunya adalah ikan
nilam.
Dalam responnya terhadap perubahan salinitas, pengaturan air dan ion
paling sedikit terdapat dua fase. Pengaturan segera yaitu ikan mulai atau
menghentikan minum dan meningkatkan atau menurunkan aktivitas transport ion
dan air yang telah ada pada epitel osmoregulasi yang berhadapan dengan
perubahan salinitas lingkungan. Pengaturan jangka panjang melibatkan modifikasi

7

organ-organ osmoregulasi seperti insang, intestine dan ginjal. Pada level jaringan
dan sel, bila kan berpindah ke lingkungan laut, sel klorida tipe air tawar hilang,
sedangkan sel klorida tipe air laut berdiferensiasi pada insang.
Tidak ada organisme yang hidup di air tawar tidak melakukan
osmoregulasi. Sedangkan pada ikan air laut, beberapa diantaranya hanya
melakukan sedikit upaya untuk mengontrol tekanan osmose dalam tubuhnya.
Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin
banyak energy metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi
sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada batas toleransi.
a. Kapasitas osmoregulasi > 1 disebut Hiperosmotik.
b. Kapasitas osmoregulasi = 1 disebut Isoosmotik.
c. Kapasitas osmoregulasi < 1 disebut hipoosmotik.
Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ionion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat
terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali.
Kelebihan air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya dalam
bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik terhadap
lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui ginjal,
insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya
secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk
dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media
(isoosmotik), namun karana kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka
proses ormoregulasi seperti halnya ikan potadrom dan oseanodrom tetap terjadi.
 System Osmoregulasi
Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik
cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Tekanan
osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi
permeabel (proses osmosis).
Osmoregulasi pada ikan air tawar

8

Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan
cara osmosis, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Insang ikan air tawar secara aktif
memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal akan memompa
keluar kelebihan air sebagai air seni. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya
agar garam tidak melarut dan lolos ke dalam air.
Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar.
Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar
dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan
malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosaakan diserap kembali pada tubuli
proximallis dan garam - garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli
ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. read
more>>
Ikan mempertahankan keseimbangannya dengan tidak banyak minum air,
kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat insang, produksi urinnya encer,
dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang. Secara umum kulit ikan
merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya tidak mudah bocor
kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang.

9

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisologi Hewan Air mengenai konsumsi oksigen (O2) Ikan
Nila dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Oktober 2014 pada Pukul 14.20-15.30
WIB, di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, UniversitasPadjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Wadah plastic, untuk tempat percobaan
2. DO Meter atau seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler
3. Jam tangan, untuk penunjuk waktu
4. Timbangan, untuk mengukur bobot ikan
5. Cling wrap, bahan pelapis/penutup terbuat dari lastic
3.2.2

Bahan
1. Ikan lele
2. Reagen untuk titrasi oksigen terlarut dengan metode Winkler

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Cara Kerja
1. Siapkan wadah plastic yang telah terisi air penuh
2. Ukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter atau
titrasi metode Winkler, catat hasilnya.
3. Timbang ikan lalu catat bobotnya
4. Masukan ikan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik
5. Tutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak
dengan udara luar
6. Wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dengan
udara luar

10

7. Setelah selesai, penutup lastic dibuka, ikan dipindahkan secara
hati-hati, jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen
terlarut pada media air wadah percobaan tersebut dengan
menggunakan DO meter atau titrasi metode winkler, catat hasilnya
8. DOawal – Doakhir adalah konsumsi oksigen ikan tersebut

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1

Hasil

1.1.1

Data Kelompok

Tabel 1. Hasil Praktikum Konsumsi Oksigen Ikan Nila Kelompok 1

1.2

No

Bobot Ikan

DO awal (mg/

DO akhir

Konsumsi O2

1

(g)
29,61

l)
4,3

(mg/l)
3,7

(mg/l)
0,04

Tabel Data kelas

Tabel 2. Data praktikum Konsumsi Oksigen Perikanan Kelas A 2013

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Bobot
Ikan
(gram)
21
15
21
23
31
26
22
40
22
30
28
31
29
24
49
43
32
34
40
35

DO Awal

DO Akhir

4,2
4,2
4,2
4,4
4,2
4,2
4.2
4,3
4,3
4,3
4,3
4,3
4,3
4,3
4,8
4,8
4,8
4,8
4,8
4,8

3,7
3,9
3,2
2,9
3,3
3,4
3
3,8
3,6
3,7
3,7
3,7
3,8
3,7
3,5
2,9
4,2
3,9
3,8
3,2

Total
Konsumsi
Oksigen
mg/L
0,048
0,04
0,095
0,11
0,058
0,06
0,11
0,024
0,063
0,04
0,043
0,04
0,05
0,05
0,05
0,088
0,03
0,053
0,05
0,091
12

21
RataRata

35

4,8

4,3

0,028

30

4,6

3,6

0,058

Catatan :

Semua data adalah hasil pembulatan
1.3

Pembahasan

Pembahasan Data Hasil Kelompok
Diketahui :
 Berat ikan

: 29,61 gram

 DOawal

: 4,3 mg/l

 DOakhir

: 3,7 mg/l

Ditanyakan : O2 yang digunakan?
Jawab :
O2 yang digunakan = DOawal – DOakhir x 2
Bobot Ikan
= 4,3 – 3,7

x2

29,61
= 0,04 mg/l
Diketahui :
-

Ph

: 7,7

-

T

: 26,3°c

-

Berat Ikan

: 29,61 gram

Ditanyakan : Perhitungan Tentang jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh ikan:
O2 yang digunakan oleh Ikan Nila : O2 yang digunakan x 60 x 2
30 Menit

13

O2 yang digunakan oleh Ikan Nila : 0,04 x 60 x 2
30
: 0,16 mg/l
Data Hasil Praktikum konsumsi oksigen pada Ikan Nila selama 30 menit
adalah 0,16 mg/l.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan konsumsi oksigen ikan nila
dengan bobot badan 29,61 g adalah sebesar 0,16 mg/g/jam. Berat ikan dan volume
ikan dapat berpengaruh terhadap konsumsi oksigen. Hewan akuatik konsentrasi
oksigennya tidak lebih dari 1ml/100 ml air, maka untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, hewan akuatik harus menyentuhkan insangnya pada aliran air lebih
banyak (Kimball, 1988).
Setelah dilakukan praktikum pengamatan konsumsi oksigen terhadap hewan uji,
didapat hasil pengamatan seperti tabel diatas. Konsumsi oksigen dihitung dengan
mengurangi DO awal dengan DO akhir, konsumsi O2 = DO awal – DO akhir. Di
kelompok 1 bobot Ikan Nila adalah 21 gram dengan kadar DO awal air yang
digunakan adalah 4,2, setelah ikan dimasukan ke air di dalam wadah lalu
ditutupdengan plastic wrap selama 30 menit kadar DO akhir menjadi 3,7 maka
konsumsi oksigen hewan uji adalah 0,048 yaitu DO awal dikurangi DO akhir.
Hasil dari uji kelompok 2 juga sama bobot Ikan Nila adalah 15 gram dengan
DOawal adalah 4,2 dikurangi dengan hasil DOakhir adalah 3,7 maka konsumsi
oksigennya adalah 0,04. Sementara pada kelompok 3 bobot yang sama konsumsi
oksigen hewan uji berbeda jauh, bobot hewan uji sebesar 21 gram namun DO
akhir 3,2 maka jumlah konsumsi oksigen adalah 0,095. Untuk kelompok 4 hewan
uji seberat 23 gram, konsumsi oksigen hewan ujinya adalah 0,11. Sementara itu
pada kelompok 5 dan 6 hasil konsumsi hewan uji sama yaitu 0,06 padahal hewan
uji kelompok 5 memiliki bobot 31 gram dan kelompok 6 memiliki bobot sebesar
26 gram. Untuk kelompok 7 hewan uji seberat 22 gram, konsumsi oksigen hewan
ujinya adalah 0,11. Kelompok 15 memiliki bobot hewan uji yang paling besar,
yaitu 49 gram namun hasil DOakhirnya adalah 3,5 maka konsumsi hewan uji
14

adalah 0,05. Pada kelompok 8 dan 9 memiliki berat yang 40 gram dan 22 gram.
Dan dengan Do awal yg sama yaitu 4,3 serta hasil akhir DO yaitu 3,8 dan 3,6 dan
hasil akhir konsumsi hewan uji yaitu 0,024 dan 0,063 mg/l.
Perbedaan konsumsi oksigen hewan uji diakibatkan oleh beberapa hal yaitu,
bobot, umur, ukurandan tingkat stress hewan uji. Bobot ikan yang lebih berat,
umur yang lebih tua, dan ukuran yang lebihbesar akan mengakibatkan ikan lebih
lamban melakukan respirasi dibanding ikan yang lebih ringan,berumur muda dan
ukuran yang lebih kecil. Tingkat stress hewan mempengaruhi karena bila hewan
stress maka akan mempercepat lajumetabolisme yang juga akan mempercepat
proses respirasi. Hal ini terjadi karena ikan yang belumberadaptasi ketika dipindah
dari akuarium ke wadah air uji. Pada kelompok 7 berat ikan sama dengan
kelompok 9 namun hasil konsumsi hewan uji berbeda dengan konsumsi oksigen
ikan kelompok 7 paling besar yaitu 0,11. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat stress
ikan uji sendiri. Kelompok 8 dengan bobot 40 gram memiliki hasil konsumsi
hewan uji yang sama dengan kelompok 19 yang mana hewan ujinya memiliki
bobot 40 gram. Hewan uji kelompok 15 seharusnya lebih banyak konsumsi
oksigennya,

kemungkinan

besar

umur

hewan

uji

yang

sudah

tua

menyebabkanikan tersebut lebih lamban melakukan proses respirasi. Sementara
pada kelompok 17 dan 18 baik bobot ikan dan konsumsi sama maka diketahui jika
ikan dengan bobot 32 gram rata-rata akan mengkonsumsi oksigen sebesar 0,4.

15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Praktikum konsumsi oksigen pada ikan nila yang telah dilaksanakan pada
tanggal 23 Oktober 2014 dapat disimpulkan bahwa konsumsi oksigen dipengaruhi
oleh bobot, umur, ukuran, gerakan ikan serta tingkat stress yang dialami hewan
uji. Ikan yang memiliki bobot, ukuran yang lebih besar , umur yang lebih tua,
gerakan ikan yang pasif serta tingkat stress rendah yang dialami ikan akan
menyebabkan proses respirasi ikan nila lebih lambandibandingkan dengan ikan
yang bobotnya lebih ringan, umur lebih muda, ikan yang aktif dan ikan
yangmengalami stress
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya praktikan lebih berhati-hati dan
teliti agar tidak terjadikesalahan-kesalahan hasil yang disebabkan oleh praktikan.
Serta lebih berhati-hati ketika menggunakan DO meter.

16

DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin,2007.Diktat Pembelajaran Kualitas Air.Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM) Negeri Bone. Bone
Anonim, 2010. Air Sebagai Lingkungan Hidup. http://akuakulturunhas.
blogspot.com/diakses pada tanggal 17 Maret 2010.
Anonim, 2010. Ikan Mas. http://id.wikipedia.org/wiki/ diakses pada tanggal 17
Maret 2010.
http://www.slideshare.net/rahulustad12/laporanpraktikum2kelompok18121030235028phpapp01
http://putraderita.blogspot.com/2012/03/konsumsi-oksigen.html

LAMPIRAN

17

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3

18