UU No.37 Tahun 1999 Hubungan Luar Negeri

UN D AN G- UN D AN G REPUBLI K I N D ON ESI A
N OM OR 3 7 TAH UN 1 9 9 9
TEN TAN G
H UBUN GAN LUAR N EGERI
D EN GAN RAH M AT
TUH AN YAN G M AH A ESA

PEN JELASAN
ATAS
UN D AN G- UN DAN G
REPUBLI K I N DON ESI A
N OM OR 3 7 TAH UN 1 9 9 9
TEN TAN G
H UBUN GAN LUAR N EGERI

PRESI D EN REPUBLI K I N D ON ESI A,
Menim bang :

I . UM UM

a.


bahwa sebagai Negara Kesat uan Republik
I ndonesia yang m erdeka dan berdaulat ,
pelak sanaan
hubungan
luar
neger i
didasarkan pada asas kesam aan deraj at ,
saling m enghorm at i, saling m engunt ungkan, dan saling t idak m encam pur i ur usan
dalam negeri m asing- m asing, seper t i
yang t ersirat di dalam Pancasila dan
Undang- Undang Dasar 1945;

b.

bahwa
sesuai
dengan
Pem bukaan
Undang- Undang Dasar 1945, salah sat u

t uj uan Pem erint ah Negar a Kesat uan
Republik
I ndonesia
adalah
ik ut
m elaksanakan ket ert iban dunia yang
berdasarkan kem erdekaan, perdam aian
abadi dan keadilan sosial;

c.

bahwa
unt uk
m ewuj udk an
t uj uan
sebagaim ana
dim aksud
pada
pert im bangan
huruf

b,
Pem er int ah
Negara Kesat uan Republik I ndonesia
selam a ini t elah m elaksanak an hubungan
luar neger i dengan berbagai negara dan
organisasi regional m aupun int er nasional;

d.

bahwa pelaksanaan kegiat an hubungan
luar
neger i,
baik
regional m aupun
int ernasional, m elalui forum bilat eral at au
m ult ilat eral, diabdikan pada kepent ingan
nasional berdasarkan prinsip polit ik luar
neger i yang bebas akt if;

e.


bahwa dengan m ak in m eningkat ny a
hubungan luar neger i dan agar pr insip
polit ik luar negeri sebagaim ana dim aksud
pada pert im bangan huruf d dapat t et ap
t erj aga,
m aka
penyelenggaraan
hubungan luar neger i perlu diat ur secara
m eny eluruh dan t erpadu dalam suat u
Undang- undang;

Dalam
m em perj uangkan
dan
m em pert ahankan
kepent ingan
nasional,
t erm asuk
perlindungan

kepada warga negara I ndonesia di luar
negeri,
diperlukan
upaya
yang
m encakup
kegiat an
polit ik
dan
hubungan
luar
negeri
yang
berlandaskan
ket ent uan- ket ent uan
yang m erupakan penj abaran lebih
lanj ut
dari
falsafah
Pancasila,

Pem bukaan
dan
Bat ang
Tubuh
Undang- Undang Dasar 1945 sert a
Garis- garis Besar Haluan Negara.
Dasar
pem ikiran
yang
m elandasi
Undang- undang t ent ang Hubungan
Luar
Negeri
adalah
bahwa
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri
m em erlukan
ket ent uan- ket ent uan
yang secara j elas m engat ur segala

aspek yang m enyangkut sarana dan
m ekanism e
pelaksanaan
kegiat an
t ersebut .
Dalam dunia yang m akin lam a m akin
m aj u
sebagai
akibat
pesat nya
perkem bangan ilm u penget ahuan dan
t eknologi
secara
global,
sert a
m eningkat nya
int eraksi
dan
int erdependensi
ant arnegara

dan
ant arbangsa, m aka m akin m eningkat
pula hubungan int ernasional yang
diwarnai dengan kerj a sam a dalam
berbagai bidang. Kem aj uan dalam
pem bangunan yang dicapai I ndonesia
di berbagai bidang t elah m enyebabkan
m akin
m eningkat nya
kegiat an
I ndonesia di dunia int ernasional, baik
dari
pem erint ah
m aupun
swast a/ perseorangan,
m em bawa
akibat
perlu
dit ingkat kannya
perlindungan t erhadap kepent ingan

negara dan warga negara.
Ket ent uan- ket ent uan yang m engat ur
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri
yang
ada
sebelum
dibent uknya
Undang- undang ini baru m engat ur

59

f.

bahwa
ber dasarkan
pert im bangan
t ersebut dalam huruf a, b, c, d, dan e
perlu dibent uk Undang- undang t ent ang
Hubungan Luar Neger i.


Mengingat :
1.

Pasal 5 ayat ( 1) , Pasal 11, Pasal 13, dan
Pasal 20 ayat ( 1) Undang- Undang Dasar
1945;

2.

Undang- Undang Nom or 1 Tahun 1982
t ent ang
Pengesahan
Konvensi
Wina
m engenai Hubungan Diplom at ik besert a
Prot okol
Opsionalnya
m engenai
Hal

Mem peroleh Kewarganegar aan ( Vienna
Convent ion on Diplom at ic Relat ions and
Opt ional
Prot ocol
to
The
Vienna
Convent ion
on
Diplom at ic
Relat ions
Concer ning Acquisit ion of Nat ionalit y) ,
1961 dan Pengesahan Konvensi m engenai
Hubungan Konsuler besert a Prot okol
Opsionalnya m engenai Hal Mem peroleh
Kewarganegar aan ( Vienna Convent ion on
Consular Relat ions and Opt ional Prot ocol
t o The Vienna Convent ion on Consular
Relat ions
Concer ning
Acquisit ion
of
Nat ionalit y) , 1963 ( Lem baran Negara
Republik I ndonesia Tahun 1982 Nom or 2;
Tam bahan Lem baran Negara Republik
I ndonesia Nom or 3211) ;

3.

Undang- undang Nom or 2 Tahun 1982
t ent ang Pengesahan Konvensi Mengenai
Misi Khusus ( Convent ion on Special
Missions) , New York, 1969 ( Lem baran
Negara Republik I ndonesia Tahun 1982
Nom or 3; Tam bahan Lem baran Negar a
Republik I ndonesia Nom or 3212) ;
D e n ga n pe r se t u j u a n be r sa m a
D EW AN PERW AKI LAN RAKYAT
REPUBLI K I N D ON ESI A
da n
PRESI D EN REPUBLI K I N D ON ESI A
MEMUTUSKAN :

Menet apkan :
UN D AN G- UN D AN G TEN TAN G H UBUN GAN
LUAR N EGERI .

beberapa
aspek
saj a
dari
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri
sert a belum secara m enyeluruh dan
t erpadu. Oleh karena it u diperlukan
adanya suat u produk hukum yang
kuat yang dapat m enj am in t ercipt anya
kepast ian
hukum
bagi
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri,
t erm asuk
koordinasi
ant arinst ansi
pem erint ah dan ant arunit yang ada di
Depart em en Luar Negeri.
hubungan
Dalam
penyelenggaraan
luar negeri dan pelaksanaan polit ik
luar negeri, I ndonesia t erikat oleh
ket ent uan- ket ent uan
hukum
dan
kebiasaan
int ernasional,
yang
m erupakan dasar bagi pergaulan dan
hubungan ant arnegara. Oleh karena
it u Undang- undang t ent ang Hubungan
Luar Negeri ini sangat pent ing art inya,
m engingat I ndonesia t elah m erat ifikasi
Konvensi
Wina
1961
t ent ang
Hubungan Diplom at ik, Konvensi Wina
1963 t ent ang Hubungan Konsuler, dan
Konvensi t ent ang Misi Khusus, New
York 1969.
Undang- undang t ent ang Hubungan
Luar Negeri m erupakan pelaksanaan
dari ket ent uan dasar yang t ercant um
di dalam Pem bukaan dan Bat ang
Tubuh Undang- Undang Dasar 1945
dan
Ket et apan- ket et apan
Maj elis
Perm usyawarat an
Rakyat
yang
berkenaan dengan hubungan luar
negeri. Undang- undang ini m engat ur
segala
aspek
penyelenggaraan
hubungan luar negeri dan pelaksanaan
polit ik luar negeri, t erm asuk sarana
dan
m ekanism e
pelaksanaannya,
perlindungan kepada warga negara
I ndonesia di luar negeri dan aparat ur
hubungan luar negeri.
Pokok- pokok m at eri yang diat ur di
dalam Undang- undang ini adalah:
a. Penyelenggaraan
hubungan
luar
negeri dan pelaksanaan polit ik luar
negeri,
t erm asuk
sarana
dan
m ekanism e
pelaksanaannya,
koordinasi di pusat dan perwakilan,
wewenang
dan
pelim pahan
wewenang dalam penyelenggaraan
hubungan
luar
negeri
dan
pelaksanaan polit ik luar negeri.
b. Ket ent uan- ket ent uan yang bersifat
pokok m engenai pem buat an dan
pengesahan
perj anj ian
int ernasional, yang pengat urannya
secara lebih rinci, t erm asuk krit eria

60

perj anj ian
int ernasional
yang
pengesahannya
m em erlukan
perset uj uan
Dewan
Perwakilan
Rakyat , dit et apkan dengan undangundang t ersendiri.
c. Perlindungan kepada warga negara
I ndonesia,
t erm asuk
pem berian
bant uan dan penyuluhan hukum ,
sert a pelayanan konsuler.
d. Aparat ur hubungan luar negeri.
Penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri
m elibat kan berbagai lem baga negara
dan lem baga pem erint ah besert a
perangkat nya. Agar t ercapai hasil
yang m aksim al, diperlukan adanya
koordinasi ant ara lem baga- lem baga
yang
bersangkut an
dengan
Depart em en Luar Negeri. Unt uk t uj uan
t ersebut , diperlukan adanya suat u
perat uran perundang- undangan yang
m engat ur secara j elas sert a m enj am in
kepast ian hukum
penyelenggaraan
hubungan luar negeri dan pelaksanaan
polit ik luar negeri, yang diat ur dalam
Undang- undang t ent ang Hubungan
Luar Negeri.
Undang- undang t ent ang Hubungan
Luar Negeri ini m em berikan landasan
hukum
yang
kuat
bagi
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri,
sert a
m erupakan
penyem purnaan
t erhadap perat uran- perat uran yang
ada
m engenai
beberapa
aspek
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri.
II.

BAB I
KETEN TUAN UM UM

Pasal 1

Pa sa l 1
Dalam Undang- undang
dengan :
1.

2.

ini

PASAL DEM I PASAL

yang

dim ak sud

Cukup Jelas

Hubungan Luar Neger i adalah set iap
kegiat an
yang
m enyangkut
aspek
regional dan int ernasional yang dilakukan
oleh Pem er int ah di t ingkat pusat dan
daerah,
at au
lem baga- lem baganya,
lem baga negar a, badan usaha, organisasi
polit ik , organisasi m asyarak at , lem baga
swadaya m asy arakat , at au w arga negara
I ndonesia.
Polit ik Luar Negeri adalah kebij akan,
sikap, dan langkah Pem er int ah Republik

61

3.

4.

5.

I ndonesia yang diam bil dalam m elakukan
hubungan dengan negara lain, organisasi
int ernasional,
dan
subyek
hukum
int ernasional
lainnya
dalam
rangka
m enghadapi m asalah int er nasional guna
m encapai t uj uan nasional.
Perj anj ian I nt ernasional adalah perj anj ian
dalam bent uk dan sebut an apa pun, yang
diat ur oleh hukum int er nasional dan
dibuat secara t er t ulis oleh Pem er int ah
Republik I ndonesia dengan sat u at au
lebih negara, organisasi int ernasional
at au suby ek hukum int ernasional lainnya,
sert a m enim bulkan hak dan kewaj iban
pada Pem er int ah Republik I ndonesia yang
bersifat hukum publik.
Ment er i adalah Ment er i yang bert anggung
j awab di bidang hubungan luar negeri dan
polit ik luar negeri.
Organisasi I nt ernasional adalah organisasi
ant arpem erint ah.
Pa sa l 2

Hubungan Luar Negeri dan Polit ik Luar Negeri
didasarkan pada Pancasila, Undang- Undang
Dasar 1945, dan Gar is- garis Besar Haluan
Negara.

Pasal 2
Pelaksanaan
polit ik
luar
negeri
Republik
I ndonesia
haruslah
m erupakan
pencerm inan
ideologi
bangsa. Pancasila sebagai ideologi
bangsa I ndonesia m erupakan landasan
idiil yang m em pengaruhi dan m enj iwai
polit ik luar negeri Republik I ndonesia.
Pelaksanaan polit ik luar negeri yang
bebas akt if berdasar at as hukum
dasar, yait u Undang- Undang Dasar
1945 sebagai landasan konst it usional
yang t idak lepas dari t uj uan nasional
bangsa
I ndonesia
sebagaim ana
t erm akt ub
di
dalam
Pem bukaan
Undang- Undang Dasar 1945 alinea
keem pat .
Garis- garis Besar
Haluan
Negara
adalah landasan operasional polit ik
luar negeri Republik I ndonesia, yakni
suat u landasan pelaksanaan yang
m enegaskan
dasar,
sifat ,
dan
pedom an perj uangan unt uk m encapai
t uj uan nasional bangsa I ndonesia.
Pelaksanaan
polit ik
luar
negeri
Republik
I ndonesia
t idak
dapat
dipisahkan dari konsepsi Ket ahanan
Nasional. Ket ahanan Nasional adalah
kondisi kehidupan bangsa I ndonesia
berdasarkan
Wawasan
Nusant ara
dalam
rangka
m ewuj udkan
daya
t angkal dan daya t ahan unt uk dapat
m engadakan
int eraksi
dengan
lingkungan
pada
suat u
wakt u

62

sedem ikian rupa, sehingga dapat
m enj am in kelangsungan hidup dan
perkem bangan
kehidupan
bangsa
I ndonesia unt uk m encapai t uj uan
nasional, yakni suat u m asyarakat adil
dan m akm ur dalam Negara Kesat uan
Republik
I ndonesia
berdasarkan
Pancasila.

Pa sa l 3
Polit ik Luar Negeri m enganut prinsip bebas
akt if yang diabdikan unt uk kepent ingan
nasional.

Pa sa l 4
Polit ik Luar Negeri dilaksanakan m elalui
diplom asi yang kreat if, akt if, dan ant isipat if,
t idak sek edar rut in dan reak t if, t eguh dalam
prinsip dan pendir ian, sert a r asional dan luwes
dalam pendek at an.

Pasal 3
Yang dim aksud dengan " bebas akt if"
adalah polit ik luar negeri yang pada
hakikat nya bukan m erupakan polit ik
net ral, m elainkan polit ik luar negeri
yang bebas m enent ukan sikap dan
kebij aksanaan t erhadap perm asalahan
int ernasional dan t idak m engikat kan
diri secara a priori pada sat u kekuat an
dunia sert a secara akt if m em berikan
sum bangan,
baik
dalam
bent uk
pem ikiran m aupun part isipasi akt if
dalam
m enyelesaikan
konflik,
sengket a dan perm asalahan dunia
lainnya, dem i t erwuj udnya ket ert iban
dunia yang berdasarkan kem erdekaan,
perdam aian abadi dan keadilan sosial.
Yang dim aksud dengan diabdikan
unt uk " kepent ingan nasional" adalah
polit ik luar negeri yang dilakukan guna
m endukung
t erwuj udnya
t uj uan
nasional sebagaim ana t ersebut di
dalam Pem bukaan Undang- Undang
Dasar 1945.
Pasal 4
Diplom asi
sebagaim ana
dim aksud
dalam Pasal ini m enggam barkan j at i
diri diplom asi I ndonesia. Diplom asi
yang t idak sekedar bersifat "rut in" ,
dapat
m enem puh
cara- cara
" nonkonvensional" ,
cara- cara yang
t idak t erlalu t erikat pada kelazim an
prot okoler at aupun t ugas rut in belaka,
t anpa
m engabaikan
norm a- norm a
dasar dalam t at a kram a diplom asi
int ernasional.
Diplom asi yang dibekali ket eguhan
dalam
prinsip
dan
pendirian,
ket egasan dalam sikap, kegigihan
dalam
upaya nam un luwes dan
rasional dalam pendekat an, yang
bersum ber pada kepercayaan diri
sendiri.
Diplom asi
yang
m encari
keharm onisan,
keadilan
dan
keserasian
dalam
hubungan
ant arnegara,
m enj auhi
sikap
konfront asi
at au
pun
polit ik

63

kekerasan/ kekuasaan ( power polit ics) ,
m enyum bang penyelesaian berbagai
konflik dan perm asalahan di dunia,
dengan m em perbanyak kawan dan
m engurangi lawan.
Diplom asi
yang
dit opang
oleh
profesionalism e yang t angguh dan
t anggap, t idak sekedar bersikap reakt if
t et api m am pu secara akt if, kreat if, dan
ant isipat if berperan dan berprakarsa.

BAB I I
PEN YELEN GGARAAN H UBUN GAN
LUAR N EGERI D AN PELAKSAN AAN
POLI TI K LUAR N EGERI
Pa sa l 5
( 1) Hubungan Luar Negeri diselenggarakan
sesuai dengan Polit ik
Luar
Neger i,
perat uran per undang- undangan nasional
dan hukum ser t a kebiasaan int ernasional.
( 2) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam
ayat
( 1)
berlaku
bagi
sem ua
penyelenggara Hubungan Luar Neger i,
baik
pem er int ah
m aupun
nonpem erint ah.

Pa sa l 6
( 1) Kewenangan penyelenggaraan Hubungan
Luar Negeri dan pelak sanaan Polit ik Luar
Negeri Pem er int ah Republik I ndonesia
berada di t angan Presiden. Sedangkan
dalam hal m enyat akan perang, m em buat
perdam aian,
dan
perj anj ian
dengan
negara
lain
diperlukan
perset uj uan
Dewan Perwak ilan Rakyat .
( 2) Presiden dapat m elim pahkan kewenangan
penyelenggaraan Hubungan Luar Neger i
dan pelaksanaan Polit ik Luar Neger i
sebagaim ana dim ak sud dalam ayat ( 1)
kepada Ment er i.

( 3) Ment er i
dapat
m engam bil
langkahlangkah yang dipandang perlu dem i
dipat uhinya
ket ent uan
sebagaim ana
dim ak sud dalam Pasal 5.

Pasal 5
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Kalangan
nonpem erint ah
yang
dim aksud dalam ayat ini m encakup
perseorangan dan organisasi yang oleh
Perserikat an
Bangsa- Bangsa
lazim
disebut dan dikat egorikan sebagai non
governm ent al
organizat ion
( NGO) ,
t erm asuk Dewan Perwakilan Rakyat .
Pasal 6
Ayat ( 1)
Kewenangan Presiden sebagaim ana
dim aksud dalam ayat ini, sepanj ang
yang m enyangkut pernyat aan perang,
pem buat an
perdam aian,
dan
perj anj ian
dilaksanakan
dengan
perset uj uan Dewan Perwakilan Rakyat ,
sesuai dengan Pasal 11 UndangUndang Dasar 1945.
Ayat ( 2)
Agar
Ment eri
dapat
m em bant u
Presiden,
kepada
Ment eri
perlu
dilim pahkan
kewenangan
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan polit ik luar negeri oleh Presiden.
Ket ent uan ini sesuai dengan fungsi
Ment eri sebagai pem bant u Presiden
yang bert anggungj awab di bidang
penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan polit ik luar negeri.
Ayat ( 3)
Dalam
penyelenggaraan
hubungan
luar negeri m ungkin t erj adi t indakant indakan at au t erdapat
keadaankeadaan yang bert ent angan at au t idak
sesuai dengan polit ik luar negeri,

64

perundang- undangan nasional, sert a
hukum dan kebiasaan int ernasional.
Tindakan dan keadaan dem ikian harus
dihindarkan. Oleh karena it u Ment eri
perlu m em punyai wewenang unt uk
m enanggulangi t erj adinya t indakant indakan at au t erdapat nya keadaankeadaan t ersebut dengan m engam bil
langkah- langkah
yang
dipandang
perlu.
Langkah- langkah yang dapat diam bil
oleh
Ment eri
Luar
Negeri
yang
dim aksudkan dalam ayat ini dapat
bersifat prevent if, sepert i pem berian
inform asi
t ent ang
pokok- pokok
kebij akan Pem erint ah di bidang luar
negeri,
perm int aan
unt uk
t idak
berkunj ung ke suat u negara t ert ent u,
dan sebagainya. Langkah- langkah it u
dapat j uga bersifat represif, sepert i
peringat an kepada pelaku hubungan
luar
negeri
yang
t indakannya
bert ent angan at au t idak sesuai dengan
kebij akan polit ik luar negeri dan
perat uran
perundang- undangan
nasional
dalam
penyelenggaraan
hubungan luar negerinya, m encegah
t indak lanj ut suat u kesepakat an yang
m ungkin dicapai oleh pelaku hubungan
luar negeri di I ndonesia dengan m it ra
asingnya,
m engusulkan
kepada
lem baga
negara
at au
lem baga
pem erint ah yang berwenang unt uk
m elakukan
t indakan
adm inist rat if
kepada
yang
bersangkut an,
dan
sebagainya.

Pa sa l 7
( 1) Presiden dapat m enunj uk pej abat negara
selain Ment er i Luar Negeri, pej abat
pem erint ah, at au orang lain unt uk
m eny elenggar akan Hubungan Luar Neger i
di bidang t ert ent u.
( 2) Dalam m elak sanakan t ugasnya, pej abat
negara selain Ment er i Luar Negeri,
pej abat pem erint ah, at au orang lain
sebagaim ana dim ak sud dalam ayat ( 1)
m elakukan konsult asi dan koordinasi
dengan Ment er i.

Pa sa l 8
( 1) Ment er i, at as usul pim pinan depart em en
at au
lem baga
pem erint ah
nondepar t em en,
dapat
m engangk at

Pasal 7
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Konsult asi dan koordinasi dengan
Ment eri diperlukan unt uk m encegah
t erj adinya im plikasi yang bert ent angan
at au t idak sesuai dengan polit ik luar
negeri
Republik
I ndonesia
dan
kebij akan
pem erint ah
m engenai
m asalah- m asalah
t ert ent u
yang
m enyangkut hubungan luar negeri.
Pasal 8
Ayat ( 1)
Kem ungkinan penem pat an pej abat
sebagaim ana disebut dalam Pasal ini

65

pej abat dar i depart em en at au lem baga
yang bersangkut an unt uk dit em pat kan
pada Perwak ilan Republik I ndonesia guna
m elaksanakan t ugas- t ugas yang m enj adi
bidang
w ewenang
depar t em en
at au
lem baga t ersebut .
( 2) Pej abat sebagaim ana dim aksud dalam
ayat
( 1)
secara
operasional
dan
adm inist rat if m erupakan bagian yang
t idak
t erpisahkan
dari
Perwakilan
Republik I ndonesia sert a t unduk pada
perat uran- perat uran t ent ang t at a kerj a
Perwakilan Republik I ndonesia di luar
neger i.
Pa sa l 9
( 1) Pem bukaan dan pem ut usan hubungan
diplom at ik at au konsuler dengan negara
lain sert a m asuk ke dalam at au keluar
dari keanggot aan organisasi int er nasional
dit et apkan
oleh
Presiden
dengan
m em per hat ikan
pendapat
Dewan
Perwakilan Rak yat .

( 2) Pem bukaan
dan
penut upan
kant or
perwakilan diplom at ik at au konsuler di
negara lain at au kant or per wakilan pada
organisasi
int er nasional
dit et apkan
dengan Keput usan Pr esiden.
Pa sa l 1 0
Pengirim an pasukan at au m isi pem eliharaan
perdam aian dit et apkan oleh Presiden dengan
m em per hat ikan pendapat Dewan Perwak ilan
Rakyat .

adalah sesuai dengan Konvensi Wina
m engenai Hubungan Diplom at ik, 1961.

Ayat ( 2)
Cukup j elas

Pasal 9
Ayat ( 1)
Pem bukaan hubungan diplom at ik at au
konsuler
sebagaim ana
dim aksud
dalam ayat ini m encakup pem bukaan
kem bali hubungan diplom at ik at au
konsuler.
Pem ut usan hubungan diplom at ik at au
konsuler
sebagaim ana
dim aksud
dalam ayat ini m encakup penghent ian
unt uk sem ent ara kegiat an diplom at ik
at au konsuler dengan at au di negara
yang bersangkut an.
Pem bukaan at au pem bukaan kem bali
hubungan diplom at ik at au konsuler
dilakukan m enurut t at a cara yang
lazim
dianut
dalam
prakt ek
int ernasional.
Ayat ( 2)
Cukup j elas

Pasal 10
Sebagai
sum bangan
pada
upaya
pem eliharaan
perdam aian
int ernasional, sej ak 1956 I ndonesia
t elah
berkali- kali
m engirim kan
pasukan
at au
m isi
pem eliharaan
perdam aian, t erut am a dalam rangka
Perserikat an Bangsa- Bangsa. Peran
sert a
I ndonesia
dalam
kegiat an
int ernasional
it u
sesuai
dengan
Pem bukaan
Undang- Undang Dasar
1945, yang m enyat akan ant ara lain
bahwa salah sat u t uj uan Pem erint ah
Negara
I ndonesia
adalah
ikut
m elaksanakan ket ert iban dunia yang
berdasarkan
kem erdekaan,

66

perdam aian abadi dan keadilan sosial.
Karena pengirim an pasukan at au m isi
pem eliharaan perdam aian m erupakan
pelaksanaan polit ik luar negeri, dalam
m engam bil
keput usan,
Presiden
m em perhat ikan pert im bangan Ment eri.
Di sam ping it u karena pelaksanaan
pengirim an
pasukan
at au
m isi
perdam aian it u m elibat kan berbagai
lem baga
pem erint ah,
m aka
pengirim an
pasukan
at au
m isi
perdam aian
dem ikian
dit et apkan
dengan Keput usan Presiden.

Pa sa l 1 1
( 1) Dalam usaha m engem bangk an Hubungan
Luar Neger i dapat didir ikan lem baga
kebudayaan,
lem baga
persahabat an,
badan prom osi, dan lem baga at au badan
I ndonesia lainnya di luar negeri.

( 2) Pendirian lem baga dan at au badan
sebagaim ana dim ak sud dalam ayat ( 1)
hanya dapat dilak ukan set elah m endapat
pert im bangan t ert ulis dar i Ment er i.
Pa sa l 1 2
( 1) Dalam usaha m engem bangk an Hubungan
Luar Neger i dapat j uga didir ikan lem baga
persahabat an, lem baga kebudayaan, dan
lem baga at au badan k erj a sam a asing
lain di I ndonesia.
( 2) Ket ent uan m engenai syarat dan t at a cara
pendirian lem baga at au badan kerj a sam a
asing sebagaim ana dim aksud dalam ayat
( 1) diat ur dengan Perat uran Pem erint ah.

Pasal 11
Ayat ( 1)
" Lem baga" yang dim aksud dalam ayat
ini adalah organisasi yang lazim
m enggunakan nam a " Lem baga" dan
yang bert uj uan m eningkat kan saling
pengert ian dan m em pererat hubungan
ant arbangsa,
m isalnya
"Lem baga
Persahabat an"
dan
" Lem baga
Kebudayaan" .
" Badan I ndonesia" yang dim aksud
dalam ayat ini adalah badan, dengan
nam a apa pun, baik yang dibent uk
oleh Pem erint ah m aupun swast a, yang
bert uj uan
m eningkat kan
perhat ian
m asyarakat
int ernasional
pada
berbagai
pot ensi
yang
dim iliki
I ndonesia,
m isalnya
di
bidang
invest asi dan pariwisat a.
Ayat ( 2)
Cukup j elas

Pasal 12
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Cukup j elas

67

BAB I I I
PEM BUATAN D AN PEN GESAH AN
PERJAN JI AN I N TERN ASI ON AL
Pa sa l 1 3
Lem baga Negara dan lem baga pem er int ah,
baik depart em en m aupun nondepart em en,
yang m em punyai rencana unt uk m em buat
perj anj ian
int ernasional,
t erlebih
dahulu
m elakukan k onsult asi m engenai rencana
t ersebut dengan Ment er i.
Pa sa l 1 4
Pej abat
lem baga
pem er int ah,
baik
depart em en m aupun nondepart em en, y ang
akan m enandat angani perj anj ian int ernasional
yang dibuat ant ara Pem er int ah Republik
I ndonesia dengan Pem er int ah negara lain,
organisasi int ernasional, at au suby ek hukum
int ernasional lainnya, harus m endapat surat
kuasa dari Ment eri.

Pa sa l 1 5
Ket ent uan
m engenai
pem buat an
dan
pengesahan perj anj ian int ernasional diat ur
dengan undang- undang t ersendir i.

Pasal 13
Cukup j elas

Pasal 14
Surat Kuasa ( Full Powers) adalah surat
yang dikeluarkan oleh Ment eri at as
nam a Pem erint ah Republik I ndonesia
yang m em beri kuasa kepada sat u at au
beberapa
orang
yang
m ewakili
Pem erint ah at au Negara Republik
I ndonesia unt uk m enandat angani at au
m enerim a naskah perj anj ian yang
m enyat akan perset uj uan Pem erint ah
Negara Republik I ndonesia unt uk
m engikat kan
diri
pada
suat u
perj anj ian int ernasional.
Pasal 15
Cukup j elas

BAB I V
KEKEBALAN , H AK I STI M EW A,
D AN PEM BEBASAN
Pa sa l 1 6
Pem berian k ekebalan, hak ist im ewa, dan
pem bebasan dari kewaj iban t ert ent u k epada
perwakilan diplom at ik dan konsuler, m isi
khusus, perw akilan Perserikat an BangsaBangsa, per wakilan badan- badan khusus
Perserikat an Bangsa- Bangsa, dan organisasi
int ernasional lainnya, dilakuk an sesuai dengan
perat uran perundang- undangan nasional sert a
hukum dan kebiasaan int ernasional.
Pa sa l 1 7
( 1) Berdasarkan
pert im bangan
t ert ent u,
Pem erint ah Republik I ndonesia dapat
m em ber ikan pem bebasan dari kewaj iban

Pasal 16
Kekebalan,
hak
ist im ewa,
dan
pem bebasan kewaj iban t ert ent u hanya
dapat diberikan kepada pihak- pihak
yang
dit ent ukan
oleh
perj anj ianperj anj ian int ernasional yang t elah
disahkan oleh I ndonesia at au sesuai
dengan
perat uran
perundangundangan nasional sert a hukum dan
kebiasaan int ernasional.

Pasal 17
Ayat ( 1)
Pem bebasan dari kewaj iban t ert ent u
kepada
pihak- pihak
yang
t idak

68

t ert ent u kepada pihak- pihak yang t idak
dit ent ukan dalam Pasal 16.

( 2) Pem berian
pem bebasan
sebagaim ana
dim ak sud dalam ayat ( 1) dilak sanakan
berdasar pada perat uran perundanganundangan nasional.

disebut kan dalam Pasal 16 hanya
dapat diberikan oleh Pem erint ah at as
dasar
kasus
dem i
kasus,
dem i
kepent ingan
nasional,
dan
t idak
bert ent angan
dengan
perat uran
perundang- undangan nasional.
Yang dim aksud dengan " kewaj iban
t ert ent u" dalam Pasal ini ant ara lain
paj ak, bea m asuk, dan asuransi sosial.
Ayat ( 2)
Cukup j elas

BAB V
PERLI N D UN GAN KEPAD A
W ARGA N EGARA I N D ON ESI A
Pa sa l 1 8
( 1) Pem erint ah
Republik
I ndonesia
m elindungi k epent ingan w arga negar a
at au badan hukum I ndonesia yang
m enghadapi
perm asalahan
hukum
dengan perw akilan negar a asing di
I ndonesia.

( 2) Pem berian perlindungan sebagaim ana
dim ak sud dalam ayat ( 1) dilakukan
sesuai dengan ket ent uan hukum dan
kebiasaan int ernasional.

Pasal 18
Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " perwakilan
negara
asing"
adalah
perwakilan
diplom at ik dan konsuler asing besert a
anggot a- anggot anya.
Perlindungan
kepent ingan
warga
negara
I ndonesia,
sepert i
yang
bekerj a pada perwakilan asing at au
badan
hukum
I ndonesia,
sepert i
perusahaan swast a, dilakukan sesuai
dengan kaidah- kaidah hukum dan
kebiasaan int ernasional, ant ara lain
dengan penggunaan sarana- sarana
diplom at ik.
Dalam hal sengket a, warga negara
I ndonesia dan badan hukum I ndonesia
yang bersangkut an, pada inst ansi
pert am a, akan berhubungan dengan
Depart em en
Luar
Negeri
unt uk
m endapat kan perlindungan. Dalam hal
ini
Depart em en
Luar
Negeri
berkewaj iban
unt uk
m em berikan
penyuluhan
at au
nasihat
hukum
kepada warga negara I ndonesia at au
badan
hukum
I ndonesia
yang
bersangkut an,
khususnya
yang
berkenaan dengan aspek hukum dan
kebiasaan int ernasional.
Ayat ( 2)
Cukup j elas

69

Pa sa l 1 9
Perwakilan Republik I ndonesia berkewaj iban :
a

b.

m em upuk persat uan dan kerukunan
ant ara sesam a warga negara I ndonesia di
luar neger i;
m em ber ikan pengayom an, perlindungan,
dan bant uan hukum bagi warga negara
dan badan hukum I ndonesia di luar
neger i,
sesuai
dengan
perat uran
perundang- undangan
nasional
sert a
hukum dan kebiasaan int ernasional.
Pa sa l 2 0

Dalam hal t erj adi sengket a ant ara sesam a
warga negara at au badan hukum I ndonesia di
luar neger i, Perwakilan Republik I ndonesia
berkewaj iban m em bant u m eny elesaikannya
berdasarkan asas m usyaw arah at au sesuai
dengan hukum yang berlaku.

Pa sa l 2 1
Dalam hal w arga negara I ndonesia t erancam
bahaya nyat a, Perwakilan Republik I ndonesia
berkewaj iban
m em ber ikan
perlindungan,
m em bant u, dan m enghim pun m ereka di
wilayah yang am an, sert a m engusahakan
unt uk m em ulangkan m er eka ke I ndonesia
at as biaya negara.

Pasal 19
" Perlindungan dan bant uan hukum "
sebagaim ana disebut dalam Pasal ini
t erm asuk pem belaan t erhadap warga
negara at au badan hukum I ndonesia
yang
m enghadapi
perm asalahan,
t erm asuk perkara di Pengadilan.

Pasal 20
Salah sat u fungsi perwakilan Republik
I ndonesia
adalah
m elindungi
kepent ingan negara dan warga negara
Republik I ndonesia yang berada di
negara akredit asi. Nam un pem berian
perlindungan
it u
hanya
dapat
diberikan oleh perwakilan Republik
I ndonesia yang bersangkut an dalam
bat as- bat as yang diperbolehkan oleh
hukum dan kebiasaan int ernasional.
Dalam pem berian perlindungan it u,
perwakilan
Republik
I ndonesia
m engindahkan
ket ent uan- ket ent uan
hukum negara set em pat . Bant uan
hukum
dapat
diberikan
dalam
m asalah- m asalah hukum , baik yang
berkait an dengan hukum perdat a
m aupun
hukum
pidana.
Bant uan
hukum dapat diberikan dalam bent uk
pem berian pert im bangan dan nasihat
hukum kepada yang bersangkut an
dalam upaya penyelesaian sengket a
secara kekeluargaan.
Pasal 21
Yang
dim aksud
dengan
" bahaya
nyat a" dapat berupa ant ara lain
bencana alam , invasi, perang saudara,
t erorism e m aupun bencana yang
sedem ikian
rupa
sehingga
dapat
dikat egorikan
sebagai
ancam an
t erhadap keselam at an um um .
Usaha pem ulangan warga negara
I ndonesia di negara yang dilanda
bahaya nyat a t ersebut
dilakukan
secara t erkoordinasi.
Upaya- upaya sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal ini akan dilakukan oleh
Perwakilan Republik I ndonesia yang
bersangkut an
sepanj ang
kondisikondisi unt uk dapat m elaksanakannya

70

m em ungkinkan, sepert i keam anan,
keselam at an
akses
ke
t em pat
t erj adinya bahaya nyat a, t erbukanya
wilayah
yang
am an,
t ersedianya
sarana yang diperlukan t erm asuk
dana, dan sebagainya.

Pa sa l 2 2
Dalam hal t erj adi perang dan at au pem ut usan
hubungan diplom at ik dengan suat u negara,
Ment er i at au pej abat lain y ang dit unj uk oleh
Presiden, m engkoordinasikan usaha unt uk
m engam ankan dan m elindungi kepent ingan
nasional, t erm asuk warga negara I ndonesia.
Pa sa l 2 3
Pelak sanaan
ket ent uan
sebagaim ana
dim ak sud dalam Pasal 21 dan Pasal 22
dilak ukan
m elalui
kerj a
sam a
dengan
pem erint ah set em pat at au negara lain at au
organisasi int ernasional yang t erkait .
Pa sa l 2 4
( 1) Perwakilan
Republik
I ndonesia
berkewaj iban unt uk m encat at keberadaan
dan m em buat surat k et erangan m engenai
kelahiran, per kawinan, per ceraian, dan
kem at ian
w arga
negara
Republik
I ndonesia ser t a m elakukan t ugas- t ugas
konsuler lainny a di wilayah ak redit asinya.
( 2) Dalam hal perkawinan dan perceraian,
pencat at an
dan
pem buat an
surat
ket erangan
hanya
dapat
dilak ukan
apabila kedua hal it u t elah dilakukan
sesuai dengan ket ent uan hukum yang
berlaku
di
t em pat
wilayah
kerj a
Perwakilan
Republik
I ndonesia yang
bersangk ut an, sepanj ang hukum dan
ket ent uan- ket ent uan asing t ersebut t idak
bert ent angan
dengan
perat uran
perundang- undangan I ndonesia.

Pasal 22
Cukup j elas

Pasal 23
Cukup j elas

Pasal 24
Ayat ( 1)
Surat - surat yang dapat dikeluarkan
t ersebut ant ara lain akt a kelahiran,
buku nikah yang m em uat pula di
dalam nya kut ipan akt a perkawinan,
ket erangan
t ent ang
perceraian,
kem at ian, dan hal- hal lain yang
m enyangkut
m asalah
konsuler,
m isalnya
legalisasi
dokum endokum en, clearance, dan sebagainya.
Ayat ( 2)
Dalam hal perkawinan dan perceraian,
pencat at an
dan
pem berian
surat
ket erangan hanya dapat dilakukan
bilam ana perkawinan dan perceraian
it u t elah dilakukan m enurut hukum di
negara
t em pat
perkawinan
dan
perceraian it u dilangsungkan dan
sepanj ang hukum dan ket ent uanket ent uan
asing
t ersebut
t idak
bert ent angan
dengan
ket ent uan
hukum I ndonesia yang m engat ur hal
ini.

71

BAB VI
PEM BERI AN SUAKA D AN
M ASALAH PEN GUN GSI
Pa sa l 2 5
( 1) Kewenangan pem berian suaka kepada
orang asing berada di t angan Presiden
dengan m em perhat ikan pert im bangan
Ment er i.
( 2) Pelak sanaan kewenangan sebagaim ana
dim ak sud dalam ayat ( 1) diat ur dengan
Keput usan Pr esiden.
Pa sa l 2 6
Pem berian
suaka
kepada
orang
asing
dilak sanakan
sesuai
dengan
perat uran
perundang- undangan nasional sert a dengan
m em per hat ikan
huk um ,
kebiasaan,
dan
prakt ek int ernasional.
Pa sa l 2 7
( 1) Presiden m enet apkan kebij ak an m asalah
pengungsi dari luar negeri dengan
m em per hat ikan pert im bangan Ment er i.

( 2) Pokok- pokok
kebij akan
sebagaim ana
dim ak sud dalam ayat ( 1) diat ur dengan
Keput usan Pr esiden.

Pasal 25
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Cukup j elas

Pasal 26
Cukup j elas

Pasal 27
Ayat ( 1)
Pada dasarnya m asalah yang dihadapi
oleh
pengungsi
adalah
m asalah
kem anusiaan, sehingga penanganannya dilakukan dengan sej auh m ungkin
m enghindarkan
t erganggunya
hubungan baik ant ara I ndonesia dan
negara asal pengungsi it u.
I ndonesia m em berikan kerj a sam anya
kepada badan yang berwenang dalam
upaya m encari penyelesaian m asalah
pengungsi it u.
Ayat ( 2)
Cukup j elas

BAB VI I
APARATUR H UBUN GAN LUAR N EGERI
Pa sa l 2 8
( 1) Ment er i
m enyelenggarakan
sebagian
t ugas
um um
pem er int ahan
dan
pem bangunan dalam bidang Hubungan
Luar Neger i dan Polit ik Luar Negeri.
( 2) Koordinasi
dalam
penyelenggaraan
Hubungan Luar Neger i dan pelak sanaan
Polit ik Luar Negeri diselenggarakan oleh
Ment er i.

Pasal 28
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Koordinasi
yang
pelaksanaannya
m enj adi
t ugas
Depart em en
Luar
Negeri
m erupakan
sarana
unt uk
m enj am in kesat uan sikap dan t indak
dalam penyelenggaraan hubungan luar
negeri dan pelaksanaan polit ik luar
negeri.

72

Pa sa l 2 9
( 1) Dut a Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh adalah pej abat negara yang
diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden
selaku Kepala Negara.
( 2) Dut a Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh m ewakili negara dan bangsa
I ndonesia dan m enj adi wakil pr ibadi
Presiden Republik I ndonesia di suat u
negara at au pada suat u organisasi
int ernasional.
( 3) Dut a Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh yang t elah m enyelesaikan m asa
t ugasnya m endapat hak keuangan dan
adm inist rat if
yang
diat ur
dengan
Perat uran Pem erint ah.

Pa sa l 3 0
( 1) Unt uk m elak sanakan t ugas diplom at ik di
bidang
k husus,
Pr esiden
dapat
m engangkat Pej abat lain set ingkat Dut a
Besar .

( 2) Pej abat sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 1) diangkat dengan Keput usan
Presiden.
Pa sa l 3 1
( 1) Pej abat Dinas Luar Negeri adalah Pegawai
Negeri
Sipil
yang
t elah
m engikut i
pendidikan dan lat ihan khusus unt uk
bert ugas di Depart em en Luar Negeri dan
Perwakilan Republik I ndonesia.

Pasal 29
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Cukup j elas

Ayat ( 3)
" Hak keuangan dan adm inist rat if"
yang dim aksudkan dalam ayat ini
adalah hak pensiun sebagai pej abat
negara bagi Dut a Besar Luar Biasa dan
Berkuasa
Penuh
yang
t elah
m enyelesaikan t ugasnya, t erm asuk
j anda, duda, dan anaknya.
Pasal 30
Ayat ( 1)
Merupakan prakt ek yang dianut oleh
banyak negara unt uk m engangkat
seseorang dengan gelar Dut a Besar
guna m enangani m asalah t ert ent u
dalam hubungan luar negeri.
Pengangkat an pej abat set ingkat Dut a
Besar yang ant ara lain Dut a Besar
Keliling
dilakukan
karena
sangat
pent ingnya
m asalah
yang
bersangkut an.
Gelar Dut a Besar it u diberikan unt uk
m em udahkan
hubungan
yang
bersangkut an dengan pihak- pihak di
negara
lain
at au
di
organisasi
int ernasional
pada
t ingkat
yang
set inggi m ungkin.
" Bidang
khusus"
sebagaim ana
dim aksud dalam ayat ini m enyangkut
ant ara lain bidang Kelaut an, Gerakan
Non Blok ( GNB) , dan Asia- Pacific
Econom ic Cooperat ion ( APEC) .
Ayat ( 2)
Cukup j elas

Pasal 31
Ayat ( 1)
Cukup j elas

73

( 2) Ket ent uan m engenai pendidikan dan
lat ihan
Pej abat
Dinas
Luar
Neger i
sebagaim ana dim ak sud dalam ayat ( 1)
diat ur dengan Keput usan Ment er i.

Pasal 32

Pa sa l 3 2
( 1) Pej abat Dinas Luar Neger i adalah Pej abat
Fungsional Diplom at .

( 2) Pej abat
Fungsional
Diplom at
m em egang j abat an st ruk t ural .

Ayat ( 2)
Cukup j elas

dapat

( 3) Tat a cara pengangkat an dan penem pat an
Pej abat Dinas Luar Negeri diat ur dengan
Keput usan Ment er i.
( 4) Hak dan k ew aj iban Pej abat Dinas Luar
Negeri diat ur dengan Keput usan Ment er i.
Pa sa l 3 3
Jenj ang kepangkat an dan gelar Pej abat Dinas
Luar
Negeri dan
penem pat annya pada
Perwakilan Republik I ndonesia diat ur dengan
Keput usan Ment er i.

Ayat ( 1)
Pej abat Dinas Luar Negeri diberi st at us
" Pej abat
Fungsional"
dan disebut
" Pej abat Fungsional Diplom at " sebagai
pengakuan at as penget ahuan dan
kem am puan khusus yang m ereka
m iliki di bidang diplom asi. Diplom asi
sebagai cabang profesi m em punyai
sifat
khusus
yang
m em erlukan
penget ahuan dan pengalam an khusus
pula, t erut am a yang m enyangkut
hubungan luar negeri.
Ayat ( 2)
Jika
diperlukan,
m aka
Pej abat
Fungsional Diplom at dapat m em egang
j abat an st rukt ural, baik di Pusat
m aupun
di
Perwakilan
Republik
I ndonesia, t anpa m enanggalkan st at us
dan
hak- haknya
sebagai
Pej abat
Fungsional Diplom at .
Ayat ( 3)
Cukup j elas
Ayat ( 4)
Cukup j elas
Pasal 33
Sesuai ket ent uan Kongres Wina, 1815,
Kongres Aken, 1818, Konvensi Wina
m engenai Hubungan Diplom at ik, 1961,
dan prakt ek int ernasional, j enj ang
kepangkat an dan gelar diplom at ik
t ersebut adalah sebagai berikut :
1. Dut a Besar;
2. Minist er;
3. Minist er Counsellor;
4. Counsellor;
5. Sekret aris Pert am a;
6. Sekret aris Kedua;
7. Sekret aris Ket iga;
8. At ase.
Jenj ang
kepangkat an
dan
gelar
diplom at ik,
t erm asuk
penggunaan
gelar Dut a Besar diat ur dengan
Keput usan Ment eri.

74

Pa sa l 3 4
Hubungan kerj a ant ara Depart em en Luar
Negeri dan Perwakilan Republik I ndonesia
diat ur dengan Keput usan Ment er i.

Pasal 34
Cukup j elas

BAB VI I I
PEM BERI AN D AN PEN ERI M AAN
SURAT KEPERCAYAAN
Pa sa l 3 5
( 1) Presiden m em berikan Surat Keper cayaan
kepada Dut a Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh Republik I ndonesia unt uk
suat u negara t ert ent u at au pada suat u
organisasi int ernasional.
( 2) Presiden m enerim a Surat Keper cayaan
dari
kepala
negara
asing
bagi
pengangkat an Dut a Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh negara t ersebut unt uk
I ndonesia.
Pa sa l 3 6

Pasal 35
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Cukup j elas

Pasal 36

( 1) Dalam hal seseorang dit unj uk unt uk
m ewak ili Negara Republik I ndonesia pada
suat u upacara t ert ent u di luar neger i, j ika
disyarat kan, k epada orang y ang dit unj uk
diber ikan
Surat
Kepercayaan
yang
dit andat angani oleh Pr esiden.

Ayat ( 1)
Surat Kepercayaan ( credent ials) unt uk
m enghadiri perist iwa t ert ent u di luar
negeri
sepert i
upacara- upacara
kenegaraan,
pelant ikan
Kepala
Negara, upacara pem akam an, dan
lain- lain dit andat angani oleh Presiden.

( 2) Dalam hal seseorang dit unj uk unt uk
m ewak ili Pem erint ah Republik I ndonesia
dalam suat u k onferensi int er nasional, j ik a
disyarat kan, k epada orang y ang dit unj uk
diber ikan
Surat
Kepercayaan
yang
dit andat angani oleh Ment er i.

Ayat ( 2)
Ket ent uan ayat ini sesuai dengan
prakt ek int ernasional dim ana Surat
Kepercayaan
dit andat angani
oleh
Ment eri.

Pa sa l 3 7
( 1) Presiden m enandat angani Surat Tauliah
bagi seorang Konsul Jenderal at au Konsul
Republik I ndonesia yang diangkat guna
m elaksanakan t ugas konsuler unt uk suat u
wilayah t ert ent u pada suat u negara asing.

( 2) Presiden m enerim a Surat Tauliah seorang
Konsul Jender al at au Konsul asing yang
bert ugas di I ndonesia sert a m engeluarkan eksek uat ur unt uk m em ulai t ugasnya.

Pasal 37
Ayat ( 1)
Surat Tauliah, yang dalam bahasa
asing disebut let t er of com m ission,
adalah surat yang m enet apkan gelar
dan wilayah kerj a seorang konsul,
yang dikeluarkan oleh pem erint ah
negara yang m engangkat nya dan
disam paikan
kepada
pem erint ah
negara t em pat konsul it u bert ugas.
Ayat ( 2)
Cukup j elas

75

Pa sa l 3 8
( 1) Presiden m enandat angani Surat Tauliah
bagi seorang Konsul Jenderal Kehor m at an
at au
Konsul
Kehor m at an
Republik
I ndonesia
yang
diangkat
guna
m elaksanakan t ugas konsuler unt uk suat u
wilayah t ert ent u pada suat u negara asing.
( 2) Presiden m enerim a Surat Tauliah seorang
Konsul Jender al Kehorm at an at au Konsul
Kehor m at an asing yang bert ugas di
I ndonesia
sert a
m engeluarkan
eksekuat ur .

Pasal 38
Ayat ( 1)
Cukup j elas

Ayat ( 2)
Cukup j elas

BAB I X
KETEN TUAN PERALI H AN
Pa sa l 3 9
Perat uran
perundang- undangan
m engenai
at au berkait an dengan Hubungan Luar Negeri
yang sudah ada pada saat m ulai berlak unya
undang- undang ini t et ap berlaku sepanj ang
t idak ber t ent angan at au belum digant i dengan
yang baru ber dasarkan undang- undang ini.

Pasal 39
Cukup j elas

BAB X
KETEN TUAN PEN UTUP
Pa sa l 4 0
Undang- undang ini m ulai berlaku pada
t anggal diundangkan.
Agar
set iap
orang
m enget ahuinya,
m em er int ahkan
pengundangan
undangundang ini dengan penem pat annya di dalam
Lem baran Negara Republik I ndonesia.

Pasal 40
Cukup j elas

Disahkan di Jakart a
pada t anggal 14 Sept em ber 1999
PRESI D EN REPUBLI K I N D ON ESI A,
ttd
BACH ARUD D I N JUSUF H ABI BI E
Diundangkan di Jakar t a
pada t anggal 14 Sept em ber 1999
M EN TERI N EGARA
SEKRETARI S N EGARA R.I ,
ttd
M U LA D I
LEM BARAN N EGARA R.I .
TAH UN 1 9 9 9 N OM OR 1 5 6

TAM BAH AN LEM BARAN N EGARA
R.I N OM OR 3 8 8 2

76