Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh Nur Azizah NIM 1110018300006

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Nur Azizah, NIM 1110018300006, Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

Kata Kunci: Keterampilan Menyimak, Metode Bercerita

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan menyimak siswa kelas II SDN Pamulang Permai. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak melalui penerapan metode bercerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif melalui penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dalam dua siklus tindakan. Masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan, dalam setiap pertemuan terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak siswa melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai hasil belajar yang menunjukkan 45 siswa yang mengikuti tes siklus I terdapat 42 siswa mencapai nilai KKM dan 3 orang siswa belum mencapai nilai KKM dengan rata-rata hasil belajar sebesar 81,22. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yang menunjukkan seluruh siswa telah mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 93,89.


(7)

ii ABSTRACT

Nur Azizah, NIM 1110018300006, Improvement of Listening Skills Through The Application of Story Telling Methods in Class 2 SDN Pamulang Permai South Of Tangerang 2013/2014

Key words: Listening skills, Story Telling method.

This research is motivated by the lack of student’s listening skills in class 2 SDN Pamulang Permai. This research aims to improve student’s skill in listening

through the application of story telling methods. Method used in this study is a qualitative description of classroom action research conducted in two cycles of action. Each cycle consisting of three meetings, and each meeting consists of four phases, they are planning, acting, observating and reflecting.

The results showed the presence of student’s skill through the application of story telling in class 2 in SDN Pamulang Permai. This is evidenced by the acquisition of learning out comes that demonstrate the value of the 45 students who take the

first cycle’s post test, there are 42 students reached the KKM and 3 students have not reached the KKM with an average of 81,22 learning outcomes. While on the second cycle showed increased that all students who have reached the KKM with an average value of 93,89.


(8)

iii

kemudahan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan kritik yang sangat membangun selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Arsin, selaku Kepala SDN Pamulang Permai beserta seluruh Dewan Guru SDN Pamulang Permai yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi.

5. Abdul Ghofur, MA., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi saran dan nasihat yang berguna bagi peneliti selama perkuliahan. 6. Ayahandaku tercinta Tawakal, S.Pd.I yang selalu memberikan do’a,

motivasi dan dukungannya baik moril maupun materil.

7. Ibundaku tercinta Sumiyati, S.Pd.I yang telah membesarkan dan selalu mendidik peneliti, serta mendoakan selama peneliti menyelesaikan skripsi.


(9)

iv

9. Teman - teman PGMI angkatan 2010 dan khusunya kelas A yang telah memberikan semangat dan pengaruh positif selama peneliti menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman seperjuangan Alfiyah Nurul Azizah, Irfan Sidiq, Dewi Nurzanah, Gadies Farhana, Siti Nurkhoyah, Rahmi Mulyati, dan Yeti Puspitasari yang selalu menjadi tempat berbagi ilmu selama bimbingan skripsi.

11. Teman sepermainan Rafika, Herawati, Rosalina, Khumairoh, Nufus, Restu, Erin, Siti, Fitri, Ihda, Hilma, dan Elvina yang selalu menjadi semangat selama perkuliahan dan selalu memberikan saran selama peneliti menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman satu kos Ari Istiara, Mariatul Kiftiah dan Yenti Susanti yang turut membantu dan memberi saran untuk peneliti selama menyelesaikan skripsi.

13. Nuning Sintya Defa, Zakiatunnisa, dan Wulandari Nur Fajriyah yang selalu menjadi tempat peneliti untuk mengadu, berbagi ide dan saran untuk mengambil langkah di masa depan.

14. Rio Prayogi yang selalu memberikan kritik, saran, motivasi, do’a dan dukungan tiada henti selama peneliti menyelesaikan skripsi.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat.

Jakarta, 06 September 2014


(10)

v

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR GRAFIK xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian 5

D. Perumusan Masalah Penelitian 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 5 BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN

KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teoretik 7

1. Hakikat Keterampilan Menyimak 7

a. Ragam Menyimak 11

b. Tujuan Menyimak 15

c. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan

Menyimak 17

2. Hakikat Metode Pembelajaran 18

3. Metode pembelajaran menyimak 20

4. Metode Bercerita 22

a. Pengertian Metode Bercerita 22 b. Langkah – langkah Metode Bercerita 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan 25


(11)

vi

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 29

C. Subjek Penelitian 31

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian 31

E. Tahapan Intervensi Tindakan 31

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan 34

G. Data dan Sumber Data 35

H. Instrumen Pengumpulan Data 35

I. Teknik Pengumpulan Data 37

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan 38

K. Analisis Data dan Interpretasi Data 38 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan 39 BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 40

1. Tindakan Pembelajaran Siklus 1 40

a. Tahap Perencanaan 40

b. Tahap Pelaksanaan 41

c. Tahap Pengamatan 44

d. Tahap Refleksi 52

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II 53

a. Tahap Perencanaan 53

b. Tahap Pelaksanaan 54

c. Tahap Pengamatan 57

d. Tahap Refleksi 65

B. Analisis Data 65


(12)

vii


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Contoh Lembar Observasi Aktivitas

Mengajar Guru ... 35 Tabel 3.2 Contoh Lembar Observasi Aktivitas

Belajar Siswa ... 36 Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Pertemuan Pertama ... 44 Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pertemuan Pertama ... 45 Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Pertemuan Kedua ... 46 Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pertemuan Kedua ... 47 Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Pertemuan Ketiga ... 48 Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pertemuan Ketiga ... 49 Tabel 4.7 Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan

Menyimak Siklus I ... 50 Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Pertemuan Keempat ... 57 Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pertemuan Keempat ... 58 Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Pertemuan Kelima ... 59 Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa


(14)

ix

Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Pertemuan Keenam ... 61 Tabel 4.13 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pertemuan Keenam ... 61 Tabel 4.14 Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan

Menyimak Siklus II ... 62 Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil penilaian Keterampilan Menyimak


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pembelajaran Menyimak ... 21

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 28

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin ... 30

Gambar 3.2 Kegiatan Pra Penelitian ... 32

Gambar 3.3 Kegiatan Penelitian Siklus I ... 32

Gambar 3.4 Kegiatan Penelitian Siklus II ... 33

Gambar 4.1 Guru Menerapkan Metode Cerita ... 43

Gambar 4.2 Para Siswa Mengerjakan LKS di Akhir Pertemuan ... 43

Gambar 4.3 Siswa Mengerjakan Lembar Soal Post Test Siklus I ... 44

Gambar 4.4 Siswa Antusias dan Fokus Menyimak Guru Bercerita ... 56

Gambar 4.5 Siswa Mengerjakan Lembar Soal Post Test Siklus II ... 55


(16)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perolehan Nilai Siswa Siklus I 51 Grafik 4.2 Perolehan Nilai Siswa Siklus II 64


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa itu meliputi empat aspek, yaitu membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan atau menyimak. Keempat aspek tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang disebut caturtunggal karena satu sama lain erat hubungannya dengan proses-proses berpikir yang mendasari kemampuan berbahasa. Seorang anak pasti akan melewati fase perkembangan bahasa, dari masa kanak-kanak awal hingga masa kanak-kanak akhir. Maka pada umumnya perkembangan bahasa merupakan perkembangan yang menonjol pada masa kanak-kanak akhir yaitu masa SD/MI, masa tersebut adalah masa yang ideal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa.

Salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh anak usia SD/MI adalah keterampilan mendengarkan atau menyimak. Beberapa kemampuan dasar yang harus dicapai siswa SD/MI dalam keterampilan mendengarkan atau menyimak meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, cerita rakyat, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran. Jika itu semua sudah dimiliki oleh siswa sekolah dasar maka tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia itu sudah tercapai.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya pendidikan pada saat ini berorientasi terhadap proses dan hasil pembelajaran. Keberhasilan suatu siswa dalam belajar tidak hanya dilihat dari hasil belajar siswa semata melainkan dilihat juga kemampuan dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena alasan tersebut lah maka perlu adanya perubahan pola pikir guru, guru harus mampu menjadi fasilitator, dan teman belajar bagi peserta didiknya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didiknya.


(18)

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak usia sekolah dasar idealnya menyesuiakan dengan karakteristik perkembangan mereka. Misalnya menerapkan pembelajaran yang mampu menimbulkan kesan menyenangkan bagi siswa, pembelajaran yang mampu menumbuhkan kreativitas yang ada dalam diri siswa, dan mampu menggali potensi yang dimiliki.

Akan tetapi, pada kenyataannya banyak dijumpai pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI masih jauh dari harapan. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI masih banyak menggunakan pembelajaran yang konvensional dan kurang melibatkan partisipasi aktif siswa. Pembelajaran ini masih sering diterapkan oleh guru dengan alasan pembelajaran ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang banyak, namun menyebabkan sedikit tuntutan aktivitas belajar dari siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal.

Sering kita jumpai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak masih sering dianggap sulit bahkan dianggap membosankan oleh siswa. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, yakni faktor yang berasal dari guru dan faktor yang berasal dari siswa itu sendiri. Faktor yang berasal dari guru antara lain adalah kurangnya kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran menyimak. Metode pembelajaran yang digunakan sering kali adalah metode ceramah yang kurang berkesan bagi siswa sehingga membuat siswa merasa bosan bahkan mengantuk. Selanjutnya pembelajaran keterampilan menyimak biasanya hanya sebatas guru membacakan materi dan siswa mendengarkan, tentunya hal tersebut membuat siswa merasa kesulitan memahami makna dari bahan simakan yang disampaikan. Selain itu jumlah siswa yang terlalu banyak dalam setiap rombongan belajar juga menyulitkan guru dalam menciptakan situasi belajar yang efektif dan efisien.

Sementara itu, faktor yang berasal dari siswa antara lain kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan menyimak, banyak siswa berpendapat bahwa menyimak guru menyampaikan


(19)

materi pelajaran itu membosankan. Suasana kelas yang ramai membuat siswa lebih tertarik untuk bercanda bersama teman-teman sehingga menimbulkan kegaduhan dan sering membuat siswa sulit berkonsentrasi dalam menyimak materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut berdampak pula pada hasil belajar siswa, banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sementara secara teoritis nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah tolak ukur keberhasilan belajar siswa pada suatu mata pelajaran. Selanjutnya, faktor lainnya yang berasal dari siswa adalah siswa mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kembali isi dari materi yang mereka simak, masih banyak siswa yang tidak mau melaksanakan instruksi dari guru untuk maju ke depan kelas dan menyampaikan kembali apa yang mereka pahami dari bahan simakan disampaikan guru.

Seperti yang diungkapkan sebelumnya untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan efektif selalu muncul berbagai masalah dalam prakteknya yang mengharuskan seorang guru menemukan solusinya. Di antara berbagai masalah tersebut, masalah utamanya adalah metode pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk pintar dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, yang dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa, serta agar siswa dapat memahami dan menguasai setiap konsep materi pelajaran.

Untuk itu perlunya suatu metode yang mampu memberikan kesan menarik siswa dalam belajar serta gambaran nyata yang memudahkan siswa dalam menyimak sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan untuk memahami materi atau bahan simakan yang disampaikan guru. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa adalah metode bercerita. Tentunya bercerita yang penuh kreativitas sehingga menimbulkan kesan menyenangkan pada siswa. Metode bercerita merupakan metode deskripsi yang memberikan penjelasan secara lisan tentang sesuatu. “Metode bercerita ini juga bermanfaat dalam hal menarik minat dan perhatian murid, melatih pemahaman, memperluas perbendaharaan kata dan tata


(20)

bahasa serta dapat meningkatkan penguasaan keterampilan berbahasa murid.”1 Dengan metode bercerita yang menyenangkan tersebut akan memudahkan siswa dalam menyimak dan menumbuhkan imajinasi yang nantinya berkembang menjadi ide dan kreativitas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasi area dan fokus penelitian dalam penelitian ini, yaitu:

1. Siswa menganggap pembelajaran menyimak adalah membosankan.

2. Pembelajaran hanya berpusat pada guru dan kurang melibatkan pasrtisipasi siswa.

3. Kemampuan siswa dalam memahami makna dari materi yang mereka simak masih rendah.

4. Suasana kelas yang ramai membuat guru sulit menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien.

5. Guru jarang menerapkan metode yang menarik dalam pembelajaran menyimak.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian tersebut maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan menyimak siswa dan

1

A. Fachrurazi, Penerapan Metode Bercerita dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa dan Karakter Peserta Didik Usia Dini. (Jurnal pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Suarabaya, 2009), hlm. 237.


(21)

penerapan metode bercerita di kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok dalam penelitian ini adalah “bagaimana peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014?”

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita siswa kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indoneisa.

b. Bagi guru, sebagai sumber referensi untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

c. Bagi siswa, menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa berani dalam mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan, serta mudah memahami materi pelajaran khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(22)

6 A. Kajian Teoretik

1. Hakikat Keterampilan Menyimak

Menurut Rober dalam Muhibin Syah “keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga

pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif”.1

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kecakapan, cekatan maksudnya adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas”.2 Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas.

Berdasarkan dua pengertian tersebut, maka peneliti menjelaskan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik, cepat, dan tepat. Pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud berupa perbuatan, cara berfikir, berbicara, melihat, mengamati dan mendengar. Keterampilan akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan.

Keterampilan yang akan dibahas dalam teori ini adalah keterampilan menyimak. Keterampilan menyimak perlu dipupuk dan dikembangkan sedini mungkin kepada anak-anak termasuk anak usia sekolah dasar, karena keterampilan menyimak memegang peranan penting

1

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.V, hlm. 117.

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 1447.


(23)

dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa.

Henry Guntur Tarigan menyebutkan enam hakikat menyimak,

yaitu: “menyimak sebagai sarana; menyimak sebagai keterampilan berkomunikasi, menyimak sebagai seni; menyimak sebagai proses;

menyimak sebagai response; dan menyimak sebagai pengalaman kreatif”.3 Hakikatnya, menyimak merupakan satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap orang, karena keterampilan itu sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran keterampilan berbahasa lisan sering kita jumpai istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak. Ketiga istilah tersebut secara semantik memiliki makna yang berbeda. “Mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengar sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sedangkan menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang, menyimak diartikan juga kemampuan menangkap pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan”.4

Sementara itu dalam pengertian yang lain dijelaskan bahwa

“Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar,

mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana

bahasa tersebut”.5

Senada dengan pendapat tersebut Jauharoti Alfin menjelaskan bahwa “Menyimak merupakan proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan secara lisan dan dapat memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau

3

Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1986), hlm. 28.

4

Djago Tarigan, Materi Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa 1-12, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. XVII, hlm. 2.5.

5


(24)

bahasa lisan tersebut”.6

Sedangkan, Clark & Clark dan Richards mengartikan “menyimak sebagai pemrosesan informasi yang didapat oleh pendengar melalui pandangan dan pendengaran yang mencakup perintah

untuk menyatakan apa yang akan dituju dan diekspresikan oleh pembicara”.7 Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dijelaskan di atas maka menyimak disebut suatu kegiatan mendengarkan dengan teliti dan hati-hati bunyi bahasa yang disampaikan pembicara, kegiatan menyimak juga menuntuk penyimak untuk aktif memahami pesan atau bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara agar memahami apa makna yang di tuju oleh pembicara tersebut.

Menyimak mempunyai peranan yang penting sekali bagi kehidupan manusia, dengan menyimak seseorang dapat mengenal bunyi bahasa.

“Menyimak juga berperan penting sebagai dasar seseorang belajar berbahasa, penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis, pelancar komunikasi lisan, dan penambah informasi atau pengetahuan. Menyimak sebagai proses yang diawali dengan kegiatan mendengarkan, mengenal, menginterpretasikan lambang-lambang lisan, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung

di dalamnya.”8

Menurut Henry Guntur Tarigan, “menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian pemahaman apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.9 Berbeda dengan pendapat Tarigan, Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet berpendapat bahwa “menyimak dikatakan sebagai kegiatan berbahasa

6

Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: Learning Assistance Program For Islamic Schools PGMI, 2008), hlm. 9-10.

7

Ibid. 8

Novi Resmini, dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), hlm. 37.

9


(25)

reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium dengar (aural) maupun medium pandang (visual)”.10

Dalam pendapat yang lain dikemukakan bahwa “menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Artinya, dalam kegiatan menyimak seseorang harus mengaktifkan pikirannya untuk dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa, memahaminya dan menafsirkan

maknanya sehingga tertangkap pesan yang disampaikan pembicara”.11 Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwasanya yang disebut menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan lambang-lambang, bunyi-bunyi, suara, informasi atau pesan dengan seksama dan penuh penafsiran agar mampu memahami, menilai dan memperoleh makna dari informasi yang disampaikan.

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Tahapan-tahapan dalam proses menyimak tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Tahap mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing.

2) Tahap memahami, setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mmengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara. Maka sampailah kita ke dalam tahap understanding.

3) Tahap menginterpretasi, penyimak yang baik, yang cermat, dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar atau memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian maka sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.

4) Tahap mengevaluasi, setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang

10

Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet, Meningkatkan keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), hlm. 9.

11


(26)

pembicara, dimana keunggulan dan kelemahan, dimana kebaikan dan kekurangan sang pembicara, maka dengan demikian sang penyimak sudah sampai pada tahap evaluating. 5) Tahap menanggapi, merupakan tahap terakhir dalam kegiatan

menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya, sang penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi responding.12

Menurut Jauharoti Alfin, dkk. dalam bukunya menjelaskan tiga tahap dalam proses menyimak,

yaitu proses menerima, proses pemusatan perhatian, dan proses pembentukan makna melalui proses asimilasi dan akomodasi. Pada tahap menerima pendengar menerima stimulus lisan dan visual yang dihadirkan oleh pembicara. Pada tahap pemusatan perhatian pendengar memfokuskan diri pada stimulus, karena banyak sekali stimulus yang ada, maka pendengar memfokuskan pada informasi yang paling penting dalam pesan yang disimak. Pada tahap pemahaman makna, pendengar membentuk makna atau memahami pesan pembicara.13

Berdasarkan pendapat mengenai tahapan-tahapan menyimak yang telah dipaparkan tersebut dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses. Seseorang dikatakan telah memiliki kemampuan menyimak yang baik apabila dalam kegiatan meyimaknya telah melakukan lima tahapan yang dimulai dengan mendengarkan informasi yang mereka simak, memahami apa yang disampaikan, menafsirkan atau memaknai informasi tersebut, memberikan penilaian terhadap informasi yang disampaikan, dan terakhir mampu memberikan menanggapi dan menyerap informasi yang mereka simak.

a. Ragam Menyimak

Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa tujuan menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta

12

Henry Guntur Tarigan, op.cit.,hlm. 63.

13


(27)

memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Ini merupakan tujuan umum, selain tujuan umum menyimak juga memiliki tujuan khusus. Adanya tujuan khusus tersebut membuat Tarigan membagi menyimak kedalam banyak ragam yang dikelompokkan menjadi menyimak ekstensif dan menyimak intensif.

1) Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah “sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah

bimbingan langsung dari seorang guru”.14

Menyimak jenis ini merupakan jenis menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat umum. Menyimak ekstensif dibagi lagi kedalam 4 jenis, yaitu:

a) Menyimak sosial, menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol atau bercengkrama.

b) Menyimak sekunder, menyimak yang berlangsung secara kebetulan misalnya menyimak musik atau lukisan. c) Menyimak estetik, sering disebut menyimak secara

apresiatif seperti menyimak puisi, drama, dan cerita. d) Menyimak pasif, adalah penyerapan suatu ujaran tanpa

upaya sadar yang biasanya menandai adanya upaya kita pada saaat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa dan menguasai suatu bahasa.15

2) Menyimak Intensif

“Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan

lebih umum”.16

Kebalikan dari menyimak ekstensif pada menyimak intensif ini sangat membutuhkan bimbingan guru, karena bahan–bahan yang harus disimak perlu dipahami secara

14

Henry Guntur Tarigan, op. cit., h.38. 15

Ibid., h. 40-42. 16


(28)

teliti, terperinci dan mendalam. Menyimak intensif mempunyai banyak ragam, diantaranya:

a) Menyimak kritis, adalah kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan. Tujuan dari menyimak ini adalah untuk memperoleh keakuratan tentang sesuatu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

b) Menyimak konsentratif, adalah menyimak bagian-bagian tertentu dari suatu ujaran atau materi yang dianggap penting saja.

c) Menyimak eksplorasif, adalah menyimak yang bersifat menyelidik atau mengetahui secara mendalam perbincangan yang disimaknya.

d) Menyimak interogatif, adalah kegiatan menyimak yang yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan.

e) Menyimak selektif, adalah kegiatan menyimak yang memuaskan dengan membedakan kedua ciri menyimak yaitu kreatif dan aktivisme.

f) Menyimak kreatif, adalah kegiatan menyimak yang dapat menyenangkan para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan kinestetik dari apa-apa yang disimaknya.17

Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa “ragam kegiatan

menyimak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, cara menyimak, taraf hasil simakan, keterlibatan penyimak dan kemampuan

khusus, serta berdasarkan tujuan menyimak”.18

Menyimak berdasarkan sumber suara dibedakan menjadi

“menyimak interpersonal listening dan intrapersonal listening. Menyimak interpersonal listening terjadi pada saat seseorang mendengarkan dan memperhatikan suara-suara yang berasal dari dalam

diri sendiri, misalnya merenung dan menyesali nasib”.19

Ragam menyimak lain yang berdasarkan sumber suara adalah menyimak

17

Ibid., h. 46-53. 18

Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet, op.cit., hlm. 17. 19


(29)

intrapersonal listening, yakni “menyimak yang terlaksana pada saat seseorang mendengarkan dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh orang lain, misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar dan

sebagainya”.20

Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet juga menjelaskan bahwa ragam menyimak terjadi berdasarkan cara menyimak yang dilakukan.

“Atas dasar cara penyimakan ini , ada penyimakan bertaraf rendah

dan bertaraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah (silent listening), penyimak baru dampai pada taraf memeberikan dorongan, perhatian yang bersifat nonverbal, misalnya mengangguk, tersenyum, ucapan-ucapan pendek dan sebagainya. Pada penyimakan taraf tinggi (active listening), penyimak tidak hanya sekedar memberikan dorongan , anggukan, dan sebagainya, tetapi yang bersangkutan mampu mengungkap kembali isi bahan

simakan”.21

Berdasarkan pendapat Bustanul Arifin “secara garis besar, menyimak berdasarkan tujuan dapat dibedakan menjadi menyimak untuk belajar, menyimak untuk hiburan, menyimak untuk menilai, menyimak untuk mengapresiasi dan menyimak untuk memecahkan masalah”.22 Berbeda dengan Isah Cahyani yang menjelaskan bahwa kegiatan

menyimak dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan situasinya “ ada dua

jenis situasi dalam menyimak yaitu situasi menyimak interaktif dan situasi menyimak noninteraktif. Menyimak interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka atau percakapan ditelepon. Sedangkan menyimak noninteraktif terjadi pada saat menyimak radio, tv, film, dan menyimak dalam acara-acara seremonial”.23

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut maka kegiatan menyimak banyak dan beraneka ragam jenisnya bergantung kepada tujuan yang ingin di dapatkan, sumber bahan simakan, cara menyimak dan intensitas seseorang dalam menyimak.

20 Ibid. 21

Ibid. 22

Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 1.26. 23

Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 126.


(30)

Dari berbagai definisi mengenai ragam menyimak yang telah dipaparkan diatas mulai dari menyimak ekstensif sampai ragam menyimak intensif dan lainnya, maka peneliti menyimpulkan ragam menyimak yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah ragam menyimak ekstensif yakni jenis menyimak estetik atau menyimak secara apresiatif seperti menyimak puisi, drama, dan cerita. Karena materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi cerita anak, dan metode yang digunakan adalah metode bercerita. Didukung oleh pendapat Henry

Guntur Tarigan bahwa “ bercerita terutama sekali yang menarik bagi usia muda merupakan suatu contoh bagi bahan menyimak ekstensif, dan kerap kali pula mencakup suatu wadah yang baik bagi kata-kata baru dan

beberapa struktur yang belum diajarkan sebelumnya”.24

Dalam pembelajaran menyimak ini siswa dituntut memahami bahan simakan yang disampaikan dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang mereka simak.

b. Penilaian dan Umpan Balik Pembelajaran Menyimak

Budinuryanta menjelaskan bahwa “penilaian terhadap pelaksanaan

pengajaran menyimak ditujukan terutama pada aktivitas belajar siswa

dan relevansi kegiatan belajar dengan tujuan pengajaran”.25

Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi tolak ukur dalam penilaian ketrampilan menyimak meliputi dua hal. Pertama, penilaian keterampilan menyimak ditujukan kepada aktivitas belajar siswa, maksudnya adalah pembelajaran keterampilan menyimak dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa dalam kelas sesuai dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak. Kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang sudah tercantum dalam Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan. Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut kemudian

24

Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 39 25

Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 9.50


(31)

dikembangkan menjadi butir soal yang digunakan untuk mengukur ketercapaian keterampilan menyimak dan tujuan pembelajaran yang ada.

c. Tujuan Menyimak

Berdasarkan ragam menyimak yang ada maka penulis mengemukakan tujuan orang untuk menyimak sesuatu sangat beraneka ragam. Aneka tujuan menyimak tersebut diantaranya: menyimak untuk belajar; menyimak untuk menikmati; menyimak untuk mengevaluasi; menyimak untuk mengapresiasi; menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide; menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; menyimak untuk memecahkan masalah; dan menyimak untuk berlatih memusatkan pikiran.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa menyimak merupakan suatu kegiatan aktif reseptif yang membangun pesan dari suatu bunyi bahasa. Menyimak juga dikatakan

sebagai suatu proses. “Dalam proses tersebut dapat dibedakan dua aspek tujuan menyimak, yaitu:

1) persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan.

2) resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara”.26

Menurut Gary T. Hunt dalam Kundharu Saddhono menyatakan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut:

1) Untuk memeperoleh informasi yang bersangkut paut dengan profesi.

2) Agar menjadi lebih efektif dalam hubungan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di temapt kerja, dan di dalam kehidupan bermasyarakat.

3) Untuk mengumpulkan data agar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, dan

26

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm. 230.


(32)

4) Agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala sesuatu yang didengar.27

Berbeda dengan pendapat Gary T. Hunt di atas, Lilian Mogan dalam Kundharu Saddhono menjelaskan tujuan dari menyimak sebagai berikut:

1) Untuk dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara, atau menyimak untuk belajar.

2) Untuk menikmati sesuatu materi ujaran (pagelaran) terutama dalam bidang seni, atau menyimak untuk menikmati keindahan audial

3) Untuk menilai bahan simakan (baik-buruk, indah-jelek, tepat, asal-asalan, logis-tak logis, dan sebagainya), atau menyimak untuk mengevaluasi,

4) Untuk dapat menikmati dan menghargai bahan simakan (penyimak cerita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi, dan sebagainya), atau menyimak untuk mengevaluasi,

5) Untuk dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasan, ide-ide, perasaan-perasaan kepada orang lain dengan lancar dan tepat, atau menyimak sebagai penunjang berkomunikasi,

6) Untuk dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, ini biasanya diperoleh dari native speaker (pembicara asli), 7) Untuk dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analitis,

dengan masukan dari bahan simakan, dan

8) Untuk dapat meyakinkan diri sendiri terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan, atau menyimak persuasif.28 Telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya hakikat menyimak yang baik adalah penyimak mampu memberikan responsi yang tepat berdasarkan informasi yang di dapat. Berdasarkan pendapat di atas maka tujuan inti dari menyimak adalah untuk memperoleh informasi, memperoleh pengetahuan, menangkap isi dan memahami makna yang disampaikan pembicara dan menikmati serta mengevaluasi materi simakan.

27

Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet, Meningkatkan keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), hlm. 13.

28


(33)

d. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak

Bustanul Arifin menjelaskan ada dua faktor penentu dalam keberhasilan menyimak “yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal keberhasilan menyimak antara lain fisik penyimak, faktor psikologis yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi seorang

menyimak, faktor pengalaman, dan jenis kelamin”.29

Kegiatan menyimak merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai unsur dasar yang mendukung.

“Unsur-unsur dasar menyimak ialah pembicara, penyimak, bahan

simakan dan bahasa lisan yang digunakan”.30

Berdasarkan unsur-unsur dasar dalam kegiatan menyimak tersebut Kundharu Saddhono menyatakan bahwa dalam setiap unsur tersebut mempunyai faktor-faktor yang menjadi penentu dalam keberhasilan menyimak. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Faktor yang berasal dari pembicara, yaitu penguasaan materi, berbahasa baik dan benar, percaya diri, berbicara sistematis, gaya berbicara menarik, dan kontak dengan penyimak.

2) Faktor yang berasal dari bahan simakan atau materi, yaitu actual, berguna, dalam pusat minat penyimak, sistematis, dan seimbang.

3) Faktor yang berasal dari situasi, yaitu ruangan, waktu, suasana, dan peralatan.

4) Faktor yang berasal dari penyimak, yaitu kondisi fisik dan mental penyimak, konsentrasi, bertujuan, berminat, berkemampuan linguistik, berpengetahuan dan berpengalaman yang luas.31

Selain ada faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak terdapat beberapa perilaku jelek yang harus dihindari selama kegiatan menyimak. Menurut Tarigan ada sepuluh kebiasaan jelak dalam menyimak, diantaranya adalah: menyerah kepada gangguan, menyimak dengan kertas dan pensil di tangan, menyimak lompat tiga, menyimak

“saya dapat fakta”, noda ketulian emosional, menyimak

supersensitive, menolak suatu subjek secara gegabah, mengeritik

29

Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 2.3 – 2.5. 30

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), hlm. 28.

31


(34)

cara dan gaya fisik pembicara, menghindari penjelasan yang sulit dan memberi perhatian semu.32

Sedangkan menurut Bustanul Arifin “ada tiga hal yang menjadi

kebiasaan jelek dalam menyimak dan harus dihindari, tiga hal tersebut adalah menyimak lompat tiga atau menyimak dengan konsentrasi yang tidak penuh, menyimak fakta, dan menyimak dan merekam atau

membuat catatan sebanyak mungkin”.33

Selanjutnya terdapat juga permasalah-permasalahan menyimak yang harus diatasi dan diselesaikan. Mengingat pembelajaran menyimak ini berlangsung di sekolah, maka yang harus mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada adalah guru. Diantara permasalahn tersebut

adalah: “memprasangkai objek yang disimak, perhatian semu dan pura -pura, kebingungan, pertimbangan yang prematur, pembuatan catatan yang tidak tepat guna, hanya menyimak fakta-fakta saja, melamun dan

reaksi yang emosional”.34

2. Hakikat Metode Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, dan sumber serta evaluasi. Semua hal tersebut sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Namun, hal yang paling penting dan paling dibutuhkan guru dalam sebuah pembelajaran adalah metode atau cara guru dalam mengajar. “Metode dalam filsafat dan ilmu pengetahuan adalah cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu”.35

32

Henry Guntur Tarigan, op.cit., h.123. 33

Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 2.8-2.9. 34

Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 136. 35

Subana, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 20.


(35)

Dalam pengertian lain “metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran juga diartikan sebagai sesuatu prosedur atau proses, jalan atau

cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran”.36

Sedangkan menurut Hamzah metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis yaitu:

strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang dipilih untuk pembelajaran. Strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari siswa. Sedangkan strategi pengelolaan adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variable

metode pembelajaran lainnya”.37

“Metode merupakan salah satu sub-system dalam sistem pembelajaran yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar

dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan”.38 Evline Siregar dalam bukunya menjelaskan bahwa “metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan fungsinya metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedudukan metode sebagai alat motivasi, sebagai

strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan”.39

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian metode di atas peneliti mencoba mengambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah serangkaian cara atau perangkat dalam pembelajaran yang dipergunakan oleh seorang guru secara bervariasi sesuai tujuan

36

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 19.

37

Hamzah B Uno, Perencanaan pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 18. 38

Sudiyono, dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), hlm. 118.

39

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 80.


(36)

pembelajaran yang ingin dicapai. Metode pembelajaran bersifat prosedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu. Secara garis besar dalam interaksi belajar menempuh 4 (empat) fase pokok yang meliputi:

a. Fase pendahuluan, yang dimaksudkan untuk menyusun dan mempersiapkan mental set yang menguntungkan, menyenangkan guna pembahasan materi pembelajaran.

b. Fase pembahasan yang dimaksudkan untuk melakukan kajian, pembahasan, dan penelaahan terhadap materi pembelajaran. c. Fase menghasilkan, yaitu tahap dimana seluruh hasil

pembahasan ditarik suatu kesimpulan bersama berdasarkan pada pengalaman dan teori yang mendukungnya.

d. Fase penurunan, yang dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasi siswa secara berangsur-angsur.40

Dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan disebut belajar apabila menempuh empat fase diatas. Dimulai dari fase pendahuluan atau persiapan pra pembelajaran, fase pembahasan atau kegiatan inti pembelajaran, fase menghasilkan atau penarikan kesimpulan dari materi yang diajarkan, dan fase penurunan atau penutupan akhir pembelajaran.

3. Metode Pembelajaran Menyimak

Keterampilan menyimak menurut Rost dalam Iskandarwassid digambarkan dalam gambar berikut ini:

40


(37)

Gambar 2.1. Model Pembelajaran Menyimak41

Menurut Budinuryanta, dkk. ada bermacam-macam metode pembelajaran menyimak yaitu “metode simak-ulang ucap, metode simak-kerjakan, metode simak-terka, metode simak-tulis, metode memperluas kalimat, identifikasi kata kunci, identifikasi kalimat topik, metode menjawab pertanyaan, metode menyelesaikan cerita, metode merangkum dan metode parafrase”.42

Dalam menerapkan metode pembelajaran keterampilan menyimak terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan keterampilan menyimak, upaya tersebut antara lain:

a. Berbicaralah dengan pembelajar dalam bahasa Indonesia

b. Jadikanlah Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

c. Kenalkan pembelajar pada beberapa penutur bahasa Indonesia, secara pribadi atau melalui video atau kaset rekaman.

41

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op.cit., hlm. 281. 42

Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka 2008), hlm. 9.26.

Keterampilan Menyimak

Keterampilan Mempersepsi:

 Membedakan bunyi bahasa.

 Mengenali kata.

Keterampilan Menganalisis:  Mengidentifikasi satuan gramatikal.  Mengidentifikasi satuan pragmatis. Keterampilan Menyintesis:  Menghubungkan penanda bahasa dengan penanda lainnya.

 Memanfaatkan latar belakang


(38)

d. Berilah kesempatan kepada pembelajar agar mereka belajar mandiri, mencari kesempatan menyimak, di luar kelas atas inisiatif sendiri.

e. Rancang aktivitas menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi.

f. Lebih berfokuslah pada pengajaran daripada evaluasi.43

Sedangkan Bustanul Arifin menjelaskan bahwa “untuk meningkatkan daya simak diri banyak cara yang dapat dilakukan. Pertama, kita harus memperhatikan dan menerapkan faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan menyimak. Kedua, hindari hal-hal yang dapat memperburuk hasil dari kegiatan menyimak, berusahalah menjadi

penyimak yang baik”.44

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka untuk menerapkan metode pembelajaran keterampilan menyimak gunakanlah model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya simak, selain itu pembelajar perlu memperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak, dan hal-hal yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam penerapan metode pembelajaran menyimak juga harus menghindari kebiasaan jelek yang dapat memperburuk hasil dari kegiatan menyimak.

4. Metode Cerita

a. Pengertian Metode Cerita

Menurut Abdul Aziz Abdul Majid “bercerita disebut juga penceritaan yang artinya adalah pemindahan cerita atau penyampainnya kepada penyimak atau pendengar.45

Dalam pendapat lain diungkapakan bahwa “metode bercerita dapat pula disebut metode deskripsi yakni metode yang memberikan

43

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op.cit., hlm. 282. 44

Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 2.17. 45

Abdul Aziz Abdul majid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. VIII, hlm. 28.


(39)

penjelasan atau memeberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang

fasilitator) tentang suatu materi pembelajaran tertentu”.46

Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat yang sejak dahulu tidak pernah kehilangan penggemar. Hampir semua siswa yang telah menikmati suatu cerita akan selalu siap untuk menceritakannya kembali, terutama bila cerita itu sangat mengesan pada mereka. Oleh karena itu, guru sebenarnya dapat memanfaatkan esiapan siswa dalam hal ini. Untuk memulai aktivitas penceritaan atau bercerita guru dapat mengawalinya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang penting sehubungan dengan cerita itu. Pertanyaan-pertanyaan itu di samping mengarahkan proses berfikir siswa juga untuk meyakinkan pemahaman siswa tentang cerita itu.47

Berdasarkan beberapa pendapat di atas metode bercerita adalah metode yang digunakan guru atau fasilitator dalam menyampaikan materi pelajaran secara lisan, biasanya yang disampaikan berupa hal-hal yang menarik seperti cerita atau kisah, dongeng, dan sejarah. Metode bercerita ini efektif diterapkan pada anak-anak kelas rendah di tingkat sekolah dasar.

Kegiatan bercerita pada anak dapat dianggap penting karena memberikan dampak positif kepada anak. Dengan bercerita anak dapat berbagi dan menciptakan pengalaman bersama, dapat mengembangkan kemampuan anak dalam menafsirkan peristiwa yang ada di luar pengalaman langsungnya. Kegiatan bercerita juga bermanfaat dalam hal menarik minat dan perhatian murid, melatih pemahaman, memperluas perbendaharaan kata dan tata bahasa serta dapat meningkatkan penguasaan keterampilan berbahasa murid.48

Senada dengan pengertian sebelumnya Sihabudin, dkk. menyatakan bahwa “bercerita bagi anak-anak memberikan banyak manfaat dalam berbagai aspek antara lain membantu pembentukan

46

Sudiyono, op.cit., hlm. 20. 47

B Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisisus Anggota IKAPI, 1992), hlm. 113.

48

A. Fachrurazi, Penerapan Metode Bercerita dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa dan Karakter Peserta Didik Usia Dini. (Jurnal pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Suarabaya, 2009), h. 237.


(40)

pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, memacu kemampuan verbal anak, merangsang minat menulis dan minat

baca anak, dan membuka cakrawala anak”.49

Dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran Bahasa Indonesia tugas guru lah sebagai fasilitator atau pencerita. Dalam penyampaian cerita yang baik, yang terpenting adalah pengungkapan yang baik pula. Jika bercerita dilakukan dengan penuh kesabaran, sebuah cerita akan dapat memunculkan kesan yang baru, menambah nilai seni, dan anak sebagai penyimak dapat menikmatinya.

Sementara itu Abdul Majid berpendapat bahwa “ada beberapa hal sebagai metode yang perlu diperhatikan oleh guru dalam bercerita, meliputi: tempat bercerita; posisi duduk; bahasa cerita; intonasi guru; pemunculan tokoh-tokoh; penampakan emosi; peniruan suara;

penguasaan terhadap murid yang serius; menghindari ucapan spontan”.50 b. Langkah-langkah Metode Bercerita

Menurut Abdul Majid ada 3 langkah utama dalam bercerita yang harus diketahui guru, yaitu:

1) Pemilihan cerita, pemilihan cerita yang tepat akan sangat mempengaruhi suasana penyampaiannya. Hal yang dapat dijadikan acuan dalam memilih cerita adalah situasi dan kondisi murid.

2) Persiapan sebelum masuk kelas, sebelum bercerita dikelas guru seyogyanya memikirkan, merancang gambaran alur cerita secara jelas, dan menyampaikan kalimat-kalimat yang akan disampaikannya.

3) Perhatikan posisi duduk murid, posisi duduk yang baik bagi para murid dalam mendengarkan cerita adalah berkumpul mengelilingi guru dengan posisi setengah lingkaran atau mendekati lingkaran.51

Benar sekali bahwa sebelum guru masuk kelas dan menerapkan metode bercerita dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan 3

49

Sihabudin, dkk., Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Jakarta: Learning Assistance Program for Islamic Schools PGMI, 2009), hlm. 8.13-8.15.

50

Abdul Aziz Abdul Majid, op.cit., h. 47-54. 51


(41)

langkah utama yang telah disebutkan diatas agar maksimal dalam menerapkan metode tersebut dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Selain 3 langkah utama yang harus diperhatikan sebelum bercerita, ketika bercerita pun ada hal-hal yang harus diterapkan agar bercerita itu mampu menarik perhatian dan menimbulkan kesan menyenangkan bagi siswa. Menurut Takwin dalam Fachrurazi bahwa ketika bercerita seorang guru perlu memperhatikan hal-hal sebagi berikut:

1) Yang pertama-tama harus diingat adalah bahwa bercerita (storytelling) tidak sama dengan membacakan cerita. Pada intinya bercerita lebih dari sekedar membacakan cerita, dalam bercerita kita juga menghidupkan kembali kisah (entah tulisan maupun lisan) dengan menggunakan beragam keterampilan dan alat bantu.

2) Terapkan dasar-dasar ilmu peran, seperti pengubahan suara, ekspresi wajah dan gerak tubuh, menjadi sangat penting dalam proses bercerita.

3) Melibatkan sebanyak mungkin penggunaaan media atau alat bantu seperti gambar sederhana, music pengiring, atau model (boneka atau rumah-rumahan) untuk menghidupkan kisah yang kita sampaikan ke benak pendengar.

4) Libatkan audiens dalam interaksi dari awal hingga akhir aktivitas bercerita.52

Apabila keempat hal tersebut diperhatikan dalam menerapkan metode bercerita, maka bercerita yang diterapkan guru tersebut mampu menarik perhatian siswa dan memberikan kesan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran menyimak tercapai.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang keterampilan menyimak ini telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya antara lain:

1. Abdullah, 2007.

52


(42)

Judul Skripsi, Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng dengan Pendekatan Integratif Melalui Teknik Dengar-Cerita pada Siswa Kelas II SD Negeri 4 Mlati Norowito Kudus.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tindakan. Tahap tindakan terdiri atas siklus I dan siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menyimak dongeng kelas II SD Negeri 4 Mlati Norowito Kudus. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa hasil menceritakan isi dongeng. Untuk tes non tes berupa data perilaku siswa dari hasil observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi kepada siswa.

Teknik analisis data kualitatif menggunakan deskripsi kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita melalui pendekatan integratif. Nilai rata-rata kelas pada tahap pratindakan sebesar 61 dan mengalami peningkatan sebesar 6.1 menjadi sebesar 67.1. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76.3.

Ada beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan Abdullah dengan peneliti, yaitu dalam lokasi penelitian dan metode yang digunakan. Lokasi dan penelitian Abdullah di SD Negeri 4 Mlati Norowito Kudus, sedangkan peneliti di SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan. Metode pembelajaran yang digunakan Abdullah adalah metode dengar-cerita, sedangkan peneliti menggunakan metode bercerita.

2. Hartono, 2012.

Judul Skripsi, Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita pada Siswa Kelas VI MIN Pulau Tidung.

Penelitian ini dilakukan di MIN Pulau Tidung pada siswa kelas VI dengan tjuan meningkatkan keterampilan menyimak siswa melalu metode bercerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah action research atau penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus yang subjeknya


(43)

sebanyak 24 siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan menyimak siswa yang dibuktikan dengan adanya peningkatan pada siklus I dari 77% menjadi 94% dan pada siklus II dari 94% menjadi 96%.

Ada beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan Hartono dengan peneliti, yaitu dalam lokasi penelitian. Lokasi dan penelitian Hartono di MIN Pulau Tidung pada siswa kelas VI, sedangkan peneliti di SDN Pamulang Permai pada siswa kelas IIA.

C. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran keterampilan menyimak yang banyak ditemukan di tingkat sekolah dasar masih banyak siswa mengalami kesulitan, disebabkan metode pengajaran guru hanya sebatas menyampaikan materi dan siswa menyimak tanpa mampu memahami materi yang mereka simak. Selain itu kelas yang terdiri dari banyak siswa sering menimbulkan kegaduhan dan membuat konsentrasi siswa terganggu sehingga pembeljaran menyimak kurang maksimal.

Padahal hakikat dari menyimak itu sendiri adalah mendengar dengan seksama dan teliti untuk mendapatkan makna dari informasi yang disampaikan guru. Pada tingkat sekolah dasar seorang siswa dituntut memiliki keterampilan menyimak yang meliputi menyimak cerita, dongeng, pengumuman, dan berita yang disampaikan secara lisan.

Erat kaitannya dengan permasalahan yang ada dalam pembelajaran menyimak maka metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak tersebut adalah metode bercerita. Metode bercerita dirasa sebagai strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan pembelajaran menyimak, karena metode tersebut mampu menumbuhkan keaktifan siswa, imajinasi siswa dan menumbuhkan ide baru dari proses menyimak sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami apa yang disampaikan guru, menafsirkan apa yang disampaikan guru. Dengan penerapan metode bercerita ini maka keterampilan menyimak siswa akan meningkat.

Setelah mempelajari masalah pada Bab 1 dan mengkaji teori-teori yang telah dibahas pada bab 2, maka dapat dikembangkan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:


(44)

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretik, penelitian yang relevan dan penyusunan kerangka berpikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

“Terdapat Peningkatan Keterampilan Menyimak Siswa Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Kondisi Awal Strategi Tujuan

Siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menyimak, karena pembelajaran hanya sebatas guru menyampaikan dan siswa mendengar tanpa memahami makna dari bahan simakan.

Guru menerapkan metode bercerita yang

menyenangkan, agar dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa.

Siswa dapat memahami makna dari bahan

simakan, dan keterampilan menyimak siswa meningkat.

Evaluasi Awal Evaluasi Siklus Evaluasi Akhir Penerapan Metode Bercerita


(45)

29

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Pamulang Permai dengan alamat Komplek Pamulang Permai 1 Blok A 43 Pamulang Permai Tangerang Selatan Banten. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research yang sering disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini lebih menekankan kepada proses atau tindakan penelitian, oleh karena itu berhasil atau tidaknya penelitian dapat dilihat dari proses tindakan penelitian.

Menurut Kurt Lewin “penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah

yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi”.1

Sedangkan kerangka dari setiap tahapan yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian ini meliputi:

1. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalah tentang keterampilan menyimak siswa b. Masalah yang telah diidentifikasi, dianalisis untuk kemudian

disimpulkan.

c. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam pembelajran dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen penelitian, instrument soal tes akhir siklus, serta pedoman observasi aktivitas mengajar guru, dan pedoman observasi aktivitas belajar siswa.

1


(46)

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas menggunakan rancangan metode dan RPP yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Pada tahapan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer.

3. Pengamatan atau observasi

Pada tahapan ini observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran guru di dalam kelas, dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi, data yang telah dianalisis dilakukan evaluasi dan refleksi dengan tujuan untuk merencanakan tindakan berikutnya dan memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya.

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, akan dilanjutkan pada siklus II. Jika hasil pembelajaran pada siklus II telah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian dihentikan. Peneliti akan memaparkan rancangan siklus tersebut pada gambar berikut ini.

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin2

2

Wijayah Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas Edisi Kedua, (Jakarta: PT Indeks, 2010), hlm. 28.

TINDAKAN


(47)

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IIA SDN Pamulang Permai semester 2 tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 45 siswa dengan komposisi 25 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas peneliti mempunyai peranan tersendiri yaitu sebagai perancang kegiatan, pelaksana kegiatan, mengumpulkan data serta melaporkan hasil penelitian, pada jalannya proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode bercerita. Dalam melakukan kegiatan penelitian, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan kelas ini terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, apabila PTK nya tidak dilakukan sendirioleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua”.3 Peneliti merancang penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, yang terdiri dari 3 pertemuan untuk setiap siklusnya. Dalam satu siklus biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga siklus tersebut berlanjut pada siklus II, apabila data yang diperoleh pada siklus II masih perlu penyempurnaan maka akan dilanjutkan pada siklus III begitu seterusnya sampai diperoleh data yang dapat dikumpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian.

Berikut desain intervensi tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini:

3

Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas,( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. VI, hlm. 74.


(48)

1. Kegiatan Pra penelitian, yaitu:

Gambar 3.2

Kegiatan Prapenelitian

a. Observasi di kelas yang akan menjadi subjek penelitian b. Pembuatan surat izin penelitian

c. Pembuatan instrumen penelitian

d. Menghubungi kepala sekolah untuk meminta izin penelitian

2. Penelitian Siklus I dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Gambar 3.3

Tahap Perencanaan Tindakan

a. Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan metode bercerita.

b. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) c. Menyiapkan media pembelajaran

d. Membuat lembar observasi aktivitas mengajar guru e. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa f. Menyiapkan dokumentasi kegiatan pembelajaran

Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran b. Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan

menggunakan metode bercerita


(49)

Tahap Pengamatan

a. Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I berlangsung, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh (observer).

b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa di kelas

Tahap Refleksi

a. Peneliti bersama dengan observer mendiskusikan hasil pengamatan atau merefleksikan untuk menentukan keberhasilan serta dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut

b. Merencanakan tindakan pada siklus II, berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I

3. Penelitian Siklus II, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Gambar 3.4

Tahap Perencanaan Tindakan

a. Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan metode bercerita yang telah diperbaiki berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I

b. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) c. Menyiapkan media pembelajaran

d. Membuat lembar observasi aktivitas mengajar guru e. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa


(50)

Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran b. Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan

menggunakan metode bercerita

c. Mencatat hal-hal penting yang terjadi di dalam kelas

Tahap Pengamatan

a. Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus II berlangsung, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer.

b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa di kelas

Tahap Refleksi

a. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan untuk dilakukan perbaikan- perbaikan dari tindakan tersebut

b. Setelah proses analisis dan evaluasi, peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan menyimak siswa melalui penerapan metode bercerita. Penelitian ini akan dihentikan apabila telah memenuhi standar yang ditentukan yaitu:

1. Aktivitas pembelajaran oleh guru dan siswa sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran metode bercerita pada kategori baik. 2. Hasil pembelajaran keterampilan menyimak siswa mencapai nilai KKM


(51)

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi proses pembelajaran, dan hasil dokumentasi jalannya proses pembelajaran.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar setiap akhir siklus ataupun hasil lembar kerja siswa (LKS).

Sumber data penelitian ini diperoleh dari peneliti, siswa kelas IIA, dan teman sejawat yang sekaligus bertindak sebagai observer.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas mengajar guru dan melihat aktivitas belajar siswa sehingga dapat diketahui gambaran pembelajaran yang terjadi.

Contoh lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Contoh Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru

No Aspek yang dinilai Penilaian

SB B C K SK 1 Mengatur posisi duduk siswa

2 Penggunaan bahasa dalam bercerita 3 Penggunaan media pembelajaran


(52)

4 Menerapkan ilmu peran dalam bercerita

5 Penyampaian alur cerita

6 Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.

7 Intonasi guru dalam bercerita 8 Melibatkan siswa selama bercerita 9 Penguasaan terhadap siswa yang

gaduh

Keterangan:

S = (Sangat Baik) B = (Baik)

C = (Cukup) K = (Kurang)

SK = (Sangat Kurang)

Tabel 3.2

Contoh Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek yang dinilai Penilaian

SB B C K SK 1 Duduk sesuai dengan instruksi guru

2 Mendengarkan cerita yang disampaikan guru

3 Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran

4 Antusias menyimak peran guru dalam cerita

5 Menyimak alur cerita yang disampaikan guru

6 Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita


(53)

7 Fokus memperhatikan guru menyampaikan cerita

8 Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru

9 Tidak gaduh selama guru bercerita

Keterangan:

S = (Sangat Baik) B = (Baik)

C = (Cukup) K = (Kurang)

SK = (Sangat Kurang)

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan menyimak siswa terhadap materi yang disampiakan dengan menggunakan metode bercerita. Tes hasil belajar ini dilakukan di setiap akhir siklus. Instrumen tes yang digunakan berupa soal uraian singkat yang berhubungan dengan bahan simakan yang disampaikan. Contoh lembar post test untuk siklus I dan siklus II terlampir.

I. Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan”.4

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa:

1. Lembar Observasi

Observasi yang dilakukan terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran selama penelitian berlangsung. Observasi proses

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013), hlm. 224.


(54)

pembelajaran guru dilihat dari setiap tahap pembelajaran yaitu kesesuaian tahapan pembelajaran dengan langkah-langkah metode bercerita yang diterapkan. Sedangkan observasi aktivitas belajar siswa dilihat dari proses pembelajaran yang meliputi siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa aktif bertanya selama proses pembelajaran, siswa terlibat dalam penggunaan media pembelajaran dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru.

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak. Tes hasil belajar ini terdiri dari tes tertulis. Tes tertulis yang berupa tes objektif dan tes esai yang dilakukan pada setiap akhir siklus. J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Dalam sebuah penelitian perlu dilakukan pemeriksaan keterpercayaan untuk mengukur validitas atau ketepatan dan reabilitas atau yang sering disebut dengan kestabilan hasil pengukuran sebuah instrumen penilaian proses dan hasil belajar siswa. Teknik pemeriksaan keterpercayaan yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan ini adalah judgment ahli atau keputusan ahli. Keputusan Ahli yang dimaksud adalah keputusan dari dosen pembimbing untuk menentukan instrument penilaian dalam penelitian ini stabil dan tepat digunakan.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari data yang ada di berbagai sumber, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis data dilakukan apabila semua data yang diinginkan telah terkumpul.

Hasil analisis tes kuantitatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

“MX= ∑F (X)

∑N


(1)

/

Nomor : Un.01/F.1/KM.01 -31 AS9'l 2014 Lamp. : OutlinerProPosal

Hal : Permohonan lzin Penelitian

Jakarta,2l APril2O14

Nama NIM Jurusan

Semester Judul Skripsi

Tembusan: 1. Dekan FITK

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa Yang bersangkutan

a.n. Dekan Kajur PGMI

Qq.J.IL,

Dr. Fauzin, MA.

NIP: .1975l!i:1,07 200701 1 01 3 . ;','

Kepada Yth. Kepala

SDN PamulangPermai di

Tempat

Assalamu' alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nur Azizah

1 1 10018300006

Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah Vlll(Delapan)

Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Metode Bercerita pada Siswa Kelas ll SDN Pamulang Permai

adalah benar mahasiswali Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan ulN Jakarta yang sedang r"nyr"un sfripsi, dan akan m'engadakan penelitian (riset) di instinsi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin'

U n t u k i t u k a m i m o h o n S a u d a r a d a p a t m e n g i z i n k a n m a h a s i s w a t e r s e b u t melaksanakan penelitian ciimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih' Wassalamu' alaiku m wr.wb

-FORM (FR)

TEMCTqTCRIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

JI.lr, H. JRNa No gS CiNEtlSll2ldonesia


(2)

,/

PEMERINTAH

KOTA TANGERANG

SELATAN

DINAS PENDIDIKAN

UPT PENDIDIKAN

KECAMATAN

PAMULANG

SEKOLAH DASAR NEGERI

PAMULANG

PERMAI

Alamat

: Konrplek

pannlarg Pennai

t g&n€ Farndag Fennai

Teb : (021)

7a9856

Email

: sdnpamulang.permai@yahoo.com

SURAT

KETERANGAN

PENETITIAN

Nomor z 421.2

I OSs

I SD.PP

I lKl 2OL4

Yang

bertanda

tangan

di bawah

ini Kepala

SDN

Pamulang

Permai

Kecamatan

Pamulang

Kota

Tangerang

Selatan

Propinsi

Banten

menerangkan

bahwa

:

N a m a N I M

Tempat/Tanggal Lahir Jurusan

NUR

AZIZAH

1_110018300006

Beringin

Kencana,

30 Mei 1992

Pendidikan

Guru

Madrasah

lbtidaiyah

adalah

benar

nama

tersebut

diatas

Telah

melaksanakan

Penelitian

Tindakan

Kelas

(PTK),

dalam

rangka

menyelesaikan

skripsi

dengan

judul Peningkatan

Keterampilan

Menyimak

Melalui Penerapan

Metode Bercerita Pada Siswa Kelas ll SDN Pamulang

Permai.


(3)

, l

Nornor

Lampiran

Perihal

: Istimewa Jakarta" 10 Februari 2014

: Satu berkas Proposal : Bimbingan Skripsi Kepada Yth.

Ka. Subbag Akademik & Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di

Tempat

As s alamu' alaikum wr. wb.

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama

NIM

Jurusan/Prodi Semester

Nur Azizah

1 I 10018300006

Penddikan

Guru |ladrasah Ibtidaiyah (PGMI)

VIII A

Dengan ini mengajukan permohonan surat bimbingan skripsi, sebagai salah satu syarat menyelesaikan program S-1 (Strata 1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi yang diajukan adalah:

..PE,NINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA PADA SISWA KELAS IIA SDN PAMULANG PERMAI" Dcsen Pembimbing Skripsi yang diust{kan:

pembimbingr

-

'^Di,^6-r,tfi?$0wrA\,^

Pembimbins II :

Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan proposal.

Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu' alaikum wr. wb.

Mengetahui, Ketua.Iurusan

\1.

."j;'".tt r . j

l . i . i i :

lDtr'Faqranl,uA

iiNilP":

fqt6tioz zoozot

tot:

Nur

\ J ; " i i t : t i ' ' '" '';''

. h \ . , p , i . r ,

Tembusan:'-'pc;;:p1e."1 "' l. Dosen PenaleHbt Akademik

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl- lr. H- Jnn&a t'lo 95 Ciurtat 154.12 Indarcsia

FORM

(FRl

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-085 Tgl. Terbit : 1 Maret 201O

No. Revisi: : 01

Hal t

PERMOHONAN

SURAT

BIMBINGAN

SKRIPSI


(4)

IJ

Nomor : Un.0llF. llKM .At 3t.Lg\t..8.. Lamp. :...

Hal : Bimbingan Skripsi

Tembusan: l. Dekan FITK

2. Mahasiswa ybs.

Jakarta, l8 Februari 2014

Kepada Yth.

Dindin Ridwanudin, M.Pd. Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif I{idayatullah

Jakarta.

Ass alamu' alaikum wr.wb.

. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama NIM Jurusan Semester Judul Skripsi

"Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Metode Bercerita Pada Siswa Kelas IIA SDN Pamulang Permai"

Judul tersebut telah disefujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 13 Februari 2014 , abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahon i"dukrional pada judul. tersebul Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembim^bing

menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam wakfu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Vlassal amu' qlaikum wr.wb.

a.n. Dekan

K.eJqp Jurusan PGMI Nur Azizah

I 1 10018300006

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 8 (Delapan)

@

l r l a - l

L-u!!!j

KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. k. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 lndonesia

FoRM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-O81

Tgl. Terbit : 'l Maret 20'10

No. Revisi: : 01


(5)

fr

NqSTRI'.]MEN SOA{ POST'[EST SItrZ],US tr , {

Nama : Dcrra

Kelas : t_'t

I

Berdasarkan dongeng uKura-kura Diterbangkan Burung" yang pernah kalian dengar, jawahlah pertany aan-pertany aan dibawah ini !

1. Siapakah tokoh utama dalam dongeng "Kura-kura Diterbangkan Burung" adalah. . 9u [e.ag .4.qn .. yru F.cL- t^ D r-O

,,-/5""ekor

burung

dan kura-kura

berbincang-bincang

di tepi k+ rin5... ... ..

3. Ada berapa banyak hewan dalam dongeng tersebut. higc...

,.(6"* uH apa saj akah itu. . .b u. tu.ng., . . Kur4. ;. !.rus.q ,.6ong"ng kura-kura tersebut terjadi pada musim.gsfbg

6. Burung terbang membawa kura-kura untuk mencari..oiq

,,.T Dimankah banyak orang heran melihat kura-t ura bisa terbang..glgiba-iu.q. 8. Mengapa kura-kura bisa terjatuh. di . .9d. . . P.cruratanq. . . 9er r..rcai

,tt

v

/9. Apa pesan burung kepada kura-kura. .g'rg,rtzrm. . jongo"n. . . gafi?si..res.rgrpes 10. Akibat kura-kura tidak mendengarkan pesan burung maka kura-kura rtloCr


(6)

;rr

Nama Kelas

INSTRTIMEN SOAil POST TEST SIKLUS 2

,ShU9

)til S q ['f tgk t

z 2 h

Hari,Tengga

| :5€ll ( l') - \?--nl d' z}lq

Berdasarkan dongeng oSinga Sang Raia Hfiano yang pernnh halian dengar, jawablah pefianyannqertanyaan dibawah ini!

1 . Bagaimanakah sikap singa dalam dongeng *Singa Sang Raja Hutan"?

.9.{Ihoss

Mengapa hewan lain tidak mau menjenguk singa?

.\Lr,tten0..$.\.8.({.!..eruLL....r..ow.wtg.

Bagaimanaka!

sikap kera dalam dongeng

itu?

.brrtu.

.nptt

). r 5 rl fi 0t

. . $en0l0n9.

. r.

h ! dc(

U.

. .tpfi.yrl.nL.

. . .. . . . .

Mengapa kita tidak boleh bersifat jahat seperti singa?

S.s,ndr.ri.r.t\.ds.l{..A.i.ierg.4U..olrh...t[efpt..r].l*l.fi..f.ungp{

r{rqqh

Bagaimana kita harus bersikap kepadateman yang sombong?

.htk

..i.t19d...

Sebutkan sifat-sifat singa !

". .6p.rul.ho.n9...

u. St

tl l(.

Apakah sifat singa baik arau buruk?

Bwtlah gambor serytm jika sifat singa baik, dan gambor cemberut jika sifat singa buruk!

Sebutkan sifat-sifat kera !

L g.u.t/'q..

yi.t

s.ap.w.f.w...

b. .hflrl{....hertt...

Apakah sifat kera baik atau buruk?

Buatlah gambar senyum jika sifot singa baik, don gambar cemberut jika sifat singa btmrk!

lrw

v

6.

7.


Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menulis karangan dengan penerapan metode permainan susun gambar dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang Tangerang Selatan

3 24 93

Peningkatan kemampuan menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai pada siswa kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 14 172

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Upaya meningkatkan keterampilan menyimak metode bermain peran pada siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 Depok

1 6 93

Pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015

2 9 152

Peningkatan keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan pada siswa Kelas VII MTS YANUSA Pondok Pinang Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

0 18 145

Pengaruh penerapan metode menulis berantai terhadap keterampilan menulis karangan narasi di kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun ajaran 2013/2014

0 14 165

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126