daerah terhadap PERTUMBUHAN EKONOMI (3)

PERTUMBUHAN EKONOMI
MENURUT AL-QUR’AN SURAT AL-QURAISY
Oleh : Achmad fauzie*

A. PROLOG
Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi isu yang sangat menarik serta senantiasa
mendapatkan perhatian dari semua kelompok masyarakat maupun individu. Memasuki era
liberalisasi, hampir semua Negara membicarakan prospek penerapan sistem ekonomi pasar (free
market system ) secara global, bahkan kerja sama ekonomi regional maupun global pun dibentuk
untuk mencapai tujuan tersebut.
Pasca hancurnya ekonomi sosialis yang ditandai dengan hancurnya Negara Unisoviet,
maka sistem perekonomian dunia digantikan dengan sistem ekonomi kapitalis. Persoalan yang
muncul kemudian adalah ketika ekonomi kapitalis yang sudah mengakar hampir di seluruh dunia
telah menggambarkan sisi kelemahan dan kehancurannya yang dibuktikan dengan krisis ekonomi
yang terjadi di beberapa Negara maju seperti Amerika dan Inggris, maka mampukah penerapan
sistem ekonomi pasar global memperbaiki sistem ekonomi dunia dan menjawab tentang
tantangan pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia?.
Pada konteks kekinian, salah satu sistem ekonomi alternatif yang diyakini oleh para
ekonom dunia mampu menjawab problematika ekonomi tersebut adalah dengan menerapkan
sistem Islam, walaupun penerapan system ekonomi Islam saat ini masih pada dataran
“semangat” saja, belum pada konteks aplikatif. Yang menarik kemudian untuk diteliti adalah,

ketika system ekonomi Islam diambil dari konsepsi “Al-Qur’an” dengan cara menafsirkan
beberapa ayat dan surah dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, baik
secara tektual maupun kontentual.
Berkaitan dengan hal tersebut, Islam sebagai Agama “Rahmatan lil Alamin” dengan Alqur’an sebagai “hudan linnas” tentunya menjadi sebuah keniscayaan untuk bisa menjabarkan
makna yang terkandung dalam setiap ayat Al-Qur’an dan hal ini merupakan tugas sekaligus
sebagai tantangan bagi para mufassir untuk menjelaskan secara kontektual tentang makna yang
terkandung dalam Al-qur’an, sehingga Al-qur’an bukan hanya sebagai kitab suci atau bacaan
umat Islam saja, melainkan lebih jauh dari itu Al-qur’an juga sebagai pedoman hidup umat
manusia secara universal.
Untuk menafsirkan Al-qur’an secara kontektual, tentunya sangat memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang kaidah-kaidah penafsiran Al-qur’an supaya tidak menjadi
bias untuk dipahami, juga diperlukan wawasan yang sangat luas tentang berbagai disiplin ilmu
pengetahuan, sehingga tidak ada lagi dikotomi antara mufassir dengan saintis, mufaasir dengan
ekonomom, mufassir dengan sosiolog, mufassir dengan astronom dan lain sebagainya, yang
tentunya diharapkan adalah lahirnya para mufassir sekaligus sebagai saintis, mufassir sekaligus
sebagai sosiolog, mufassir sekaligus sebagai ekononom dan lain sebagainya.
Hal yang kemudian harus juga dipahami adalah Hakikat Tafsir yang bisa dilihat dari dua
paradigma yaitu tafsir sebagai proses dan tafsir sebagai produk.Tafsir sebagai proses dan produk
meniscayakan adanya dialektika antara wahyu, akal dan realitas (konteks). Tafsir sebenarnya


merupakan hasil interaksi antara teks yang terbatas dengan konteks yang tak terbatas melalui
peranan akal. Berdasarkan hal inilah terjadinya perbedaan pendapat para Mufassir dalam
membahas isi kandungan Al-qur’an. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis sangat tertarik untuk
membahas pertumbuhan ekonomi menurut tafsir Al-qur’an Basa Sunda.

B. KAJIAN TEORITIS
B.1. PENGERTIAN TAFSIR
Kata Tafsir merupakan bentuk Masdar dari Fassara, Yufassiru, Tafsiron yang berarti
penjelasan. Menurut Hasbi Ash-Shidiqi (1980 ; 192 ), Tafsir menurut Lughot ialah “Menerangkan
dan Menyatakan”.1
Sedangkan menurut Istilah, tafsir mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut:2
Menurut Al-Kilby dalam Kitab At-Tashiel, tafsir yaitu :

‫ب يقت يه ب صه ا اش ته ا ن وا‬

‫اافص‬

‫بي مع‬

‫التفسيرشر القرا‬


Tafsir yaitu mensarahkan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang
dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun dengan najuannya.
Menurut Az-Zarkasi dalam Kitab Al-Burhan, Tafsir yaitu :

‫ا ستحزاج اح مه ح ه‬

‫التفسيربي مع ني القرا‬

Tafsir yaitu menerangkan makna – makna Al-Qur’an dan mengelurkan hukum-hukumnya serta
hikmah – hikmahnya.

Menurut Al-Jurjany :

‫في الشرع تو ضيح مع ااية‬
‫التفسير في ااصل ال شف ااظ‬
‫شأ ن قصت الس ب ال نزلت فيه بلفظ يد عليه دالة ظ هر‬
Tafsir pada asalnya ialah membuka dan melahirkan. Menurut Istilah Syara’ yaitu menjelaskan
makna ayat, urusannya, kisahnya dan sebab yang karenanya diturunkan ayat dengan lafadz yang
menunjuk kepadanya secara terang.

B.2. MANHAJ (METODE) TAFSIR Al-QUR’AN
Para Ulama Ahli Tafsir sepakat bahwa Manhaj Tafsir Al-Qur’an terbagi menjadi 2 (dua) yaitu 3:
1. Tafsir bil Ma’sur yaitu Menafsirkan ayat – ayat Al-Qur’an dengan riwayat. Tafsir bil ma’sur
sering juga disebut dengan tafsir birriwayah. Ma’sur berarti Manqul yaitu Ayat Al-Qur’an,
1

2
3

M.Hasbi Ash-Shidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir,
Bulan Bintang, Jakarta, 1980, hal ; 192
M.Hasbi Ash-Shidiqi, hal ; 192 - 193
M.Hasbi Ash-Shidiqi, hal ; 226 - 223

Hadits Rosul dan pendapat – pendapat para sahabat yang menjadi penjelasan dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Tafsir Bir Ra’yi yaitu Menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan penjelasan –
penjelasan nalar melalui ijtihad. Tafsir bir ro’yi disebut juga dengan tafsir dirayah. Ro’yu
berarti Ma’qul (masuk akal) yaitu penjelasan – penjelasan ayat Al-Qur’an yang berpegang
pada ijtihad dan akal, kaedah – kaedah bahasa dan adat istiadat orang Arab dalam

mempergunakan bahasanya.

B.3. MACAM - MACAM TAFSIR AL-QUR’AN
Para Mufassir membagi 4 (empat) macam corak Tafsir sebagai berikut :
1. Tafsir Maudhu’i yaitu Cara menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan “topik” dan “tema”
tertentu. Tafsir Maudhu’I sering juga disebut dengan tafsir tematik.
2. Tafsir Ijmali yaitu cara menafsirkan Al-Qur’an secara global, tertib berdasarkan urutan
Mushap, dengan memperhatikan majmu demi majmu/kelompok ayat demi kelompok ayat
sehingga dapat diperoleh suatu maksud maksud tertentu.
3. Tafsir Tahlili yaitu Cara menafsirkan Al-Qur’an melalui analisa ayat demi ayat, surat demi
surat berdasarkan kaidah – kaidah tertentu. Tafsir Tahlili sering juga disebut dengan Tafsir
Analitis yang sering digunakan untuk kontektualisasi ayat.
4. Tafsir Muqoron yaitu cara menafsirkan Al-Qur’an dengan membandingkan ayat Al-Qur’an
yang satu dengan ayat yang lainnya dengan tujuan untuk membuktikan bahwa seluruh
ayat-ayat dalam Al-Qur’an tidak bertentangan tetapi mempunyai keterkaitan.

C. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI
Sebagai sebuah analisis kajian litelatur dalam teori pertumbuhan ekonomi, di bawah ini
penulis uraikan beberapa teori tentang pertumbuhan ekonomi secara konvensional menurut para
Ahli, diantaranya yaitu :

1. Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang

ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi,
dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. (Jhingan, 2000).4
2. Menurut Adam Smith dalam bukunya ‘the law of diminishing of return’ Pertumbuhan ekonomi
akan dipengaruhi oleh pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dan pertumbuhan jumlah
penduduk. Pertumbuhan PDB dipengaruhi beberapa faktor : ketersediaan SDA, Jumlah
Penduduk, dan Persediaan Barang Modal. Sistem persaingan bebas juga termasuk faktor
yang mempengaruhi, agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Sistem persaingan bebas
dapat memberi kesempatan keada individu untuk berkembang dan memilih kegiatan
ekonomi sesuai dengan kehendaknya hingga mencapai imbalan yang maksimal tanpa campur
tangan pemerintah. Dengan melakukan kegiatan ekonomi seperti ini akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat.5
3. Rostow menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai
perubahan yaitu6;
a) Perubahan reorientasi organisasi ekonomi
b) Perubahan pandangan masyarakat
c) Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang
lebih produktif.

d) Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah keyakinan
bahwa alam itu tidak menentukan kehidupan manusia, tapi kehidupan manusia harus
mampu menaklukkan/mengendalikan kekayaan alam sehingga apa yang tersedia dapat
menjadi sumber kehidupan dalam mencapai kemakmuran.
Selanjutnya Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi7,
sebagai berikut:
a. The traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi
masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang cara berpikirnya
primitive dan irrasional.
b. The precondition for takeoff (prasyarat tinggal landas), merupakan masa transisi
masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-teknik baru dan
pemikira-pemikiran baru dari luar kehidupan mereka.
c. The take off (tinggal landas), artinya pada tahap ini terjadi perubahan – perubahan yang
sangat drastic dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi (penemuanpenemuan baru) dalam berproduksi dan lain sebagainya.

4

5


Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta :
Rajawali Press, 2000, hal ; 12

Murni, Asfia. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama. Bandung,
2009, hal ; 75
6 Martinussen, john, Society, state and market, Grafindo, Jakarta,
1995, hal ; 113
7 Martinussen, john, hal ; 115

4.

5.
6.

7.

8

9


d. The drive to maturity (menuju kematangan), artinya pada tahap ini masyarakat secara
efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi
dan kekayaan alam.
e. The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya pada tahap ini masyarakat
lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk
menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya
dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui system perpajakan yang
progresif. Masyarakat tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi tapi konsumsi lebih
tinggi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah.
Teori Transformasi Struktural. Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negaranegara miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara
mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang bersifat
tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan sektor
jasa-jasa. Teori ini dipelopori oleh W. Arthur Lewis.8
Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian
dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan marjinal
produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikurangi tidak
akan mengurangi output dari sector pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern
dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah
ke sektor modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan output dan
perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan meningkatkan

produktivitas dan meningkatkan output.
Menurut Willem Hogendijk (Revolusi Ekonomi, Terjemahan, 1996) Pertumbuhan Ekonomi
sama dengan pertumbuhan produksi.9
Martin Feldstein mengembangkan konsep baru yang disebut supply side economic growth.
Konsep pertumbuhan ekonomi ini didasarkan pada pandangan ekonomi klasik yang
menyatakan output lebih memberikan reaksi terhadap insentif pajak dan faktor-faktor
pendapatan setelah pajak, dibandingkan dengan perubahan dalam permintaan aggregate.
Martin mengusulkan penekanan yang lebih besar terhadap faktor-faktor yang akan
menaikkan pertumbuhan output potensial sepperti menaikkan tabungan dan investasi,
memperbaiki peraturan dan pengurangan pajak.10
David Ricardo ‘the law of diminishing return’ Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh SDA
yang terbatas, jumlah penduduk yang selalu berkembang, proses kemajuan teknologi, dan
sektor pertanian yang dominan. Pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus
menerus dalam jangka panjang, tetapi akan mengalami ‘Stationary state’ atau suatu keadaan
pertumbuhan ekkonomi mengalami stagnasi atau kemandekan. Teori klasik lebih
menekankan kepada teori harga, bahwa harga terbentuk karena adanya pertemuan antara

Mankiw, N.Gregory, Teori Ekonomi Makro Edisi Keempat. Erlangga.
Jakarta, 2000, hal ; 42
Ismawan, Indra, Risiko Ekologis di Balik Pertumbuhan Ekonomi,


Media Pressindo, Yogyakarta, hal;1999 ; 5.
10

Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE, 1992,
hal ; 27

penawar dan permintaan. Dan pendapat ini juga ditulis dalam bukunya yang berjudul ‘The
principles of Political and Taxation’ 11
8. Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Robert Solow Harrord Domar Pertumbuhan ekonomi
merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian
teknologi modern, dan hasil . Pertumbuhan penduduk yang pesat juga dapat menjadi SDA
pembangunan yang positif. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pertambahan modal
karena akan meningkatkan produksi barang. Penambahan barang ini akan menaikkan
pendapatan nasional dan sekaligus menciptakan pertumbuhan ekonomi12
9. Teori Supply Side Economic Growth. Selama ini konsep pertumbuhan ekonomi yang
dikembangkan terlalu berorientasi pada pengelolaan permintaan aggregate. Martin Feldstein
mengembangkan konsep baru yang disebut supply side economic growth. Konsep
pertumbuhan ekonomi ini didasarkan pada pandangan ekonomi klasik yang menyatakan
output lebih memberikan reaksi terhadap insentif pajak dan faktor-faktor pendapatan setelah
pajak, dibandingkan dengan perubahan dalam permintaan aggregate. Martin mengusulkan
penekanan yang lebih besar terhadap faktor-faktor yang akan menaikkan pertumbuhan
output potensial sepperti menaikkan tabungan dan investasi, memperbaiki peraturan dan
pengurangan pajak.
Terjadinya pertumbuhan investasi diakibatkan oleh adanya tabungan. Oleh karena itu
seharusnya masyarakat diberi kesempatan untuk bisa menabung. Caranya tentu dengan
menaikkan insentif atau imbalan (pendapatan yang diterima masyarakat) yang memadai,
sehingga mereka mampu menyisihkan pendapatannya untuk ditabung (ingat S = f (Y),
artinya saving ditentukan oleh pendapatan). Adanya kemampuan menabung, tentu jumlah
tabungan akan meningkat dan tabungan ini merupakan sumber pendanaa investasi.
Meningkatnya investasi akan menimbulkan multiplier investment terhadap pendapatan
nasional.
Upaya untuk menaikkan pendapatan yang memadai dan bisa meningkatkan sumber
penerimaan negara (berupa pajak) adalah dengan cara menurunkan pajak bukan menaikkan
pajak. Sehubungan dengan itu Arthur Laifer menyatakan bahwa tarif pajak yang tinggi akan
menurunkan penerimaan pajak itu sendiri. Hal ini disebabkan pajak tinggi akan
mempersempit objek pajak, karena aktivitas perekonomian akan semakian rendah. Oleh
sebab itu kunci untuk menciptakan terjadinya pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan –
kebijakan yang dapat meningkatka aggregate supply atau output nasional yang ditawarkan
kepada masyarakat.untuk itu yang perlu dilakukan adalah menaikka insentif dalam kegiatan
ekonomi dan menurunkan tarif pajak.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang
lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

11
12

Mankiw, N.Gregory, hal ; 47
Mankiw, N.Gregory, hal ; 51

pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.

D. SURAT AL-QURAIYS

‫ســـــــــــــــــــــورة قريش‬
‫بِس ِْم ه‬
‫يم‬
ِ ‫اَِ الره ْح َم ِن الره ِح‬
}2{ ‫صيْف‬
َ ‫} إياف ْم حْ لة الشت ء ال‬1{ ‫إياف قريْش‬
}3{ ‫َ ه ا ْال يْت‬

‫ف ْلي ْع د ا‬

}4{ ‫خوف‬
ْ ‫ْ ع م من جوع ءام م م ْن‬

َ‫ال‬

Artinya :
QURAISY
MAKKIYYAH
Surah ke-106 : 4 ayat
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

1.
2.
3.
4.

E.

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. 13)
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah).
yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari rasa ketakutan
PENJELASAN BAHASA DAN KALIMAT

Dari penjelasan Tafsir Al-Qur’an Basa Sunda tersebut, terdapat beberapa kata dan
kalimat yang menjadi “kata kunci” dalam Tafsir surat Al-Quraisy tersebut yaitu :
1.

ِ‫إياف‬

Yang artinya ; karena kebiasaan. Kebiasaan dalam kamus bahasa Indonesia merupakan
kata benda yang diambil dari kata “biasa” yang diartikan sebagai sesuatu yang biasa

13

Orang Quraisy biasa mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke
negeri Yaman pada musim dingin. Dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa
negeri-negeri yang dilaluinya. Ini adalah suatu nikmat yang sangat besar dari Allah kepada mereka. Oleh karena
itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka

dikerjakan.14 Kata “Biasa” merupakan “kata sifat” yang jika dirubah kata kerja menjadi
“Membiasakan, Terbiasa”. Dari penjelasan ini, seseorang menjadi bisa karena dia
membiasakan diri untuk melakukan sesuatu sehingga menjadi terbiasa, proses ini disebut
dengan latihan dan pembelajaran. karena sudah terbiasa, maka menjadi kebiasaan. Inilah
yang digambarkan dalam Al-Qur’an tentang “Kebiasaan” orang Quraisy.
2.

ِ‫ر ْح ة‬

Yang Artinya berpergian. Kebiasaan Orang Quraisy yang turun temurun adalah berpergian
di waktu musim dingin dan musim panas untuk berdagang. Sebagaimana dijelaskan dalam
Tafsir Al-Qur’an Basa Sunda tersebut, bahwasannya kebiasaan mereka melakukan
perjalanan pada waktu musim dingin ke kota Yaman dan pada musim panas ke kota Syam
untuk berdagang dan keperluan lainnya dalam keadaan aman.
3.

‫ف ْي ْعبد ا‬

Yang Artinya maka hendaklah menyembah Allah SWT. Kalimat ini mengandung perintah
untuk Menyembah Allah SWT yang telah memberikan kesejahteraan dan
keamanan/kenyamanan.
4.

ْ
ِ‫طعم ِمنِج ع‬

Yang artinya (Allah) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
rasa lapar. Kendati demikian, hal ini terjadi jika ada proses “kasab”, “usaha” dan “ihtiar”
oleh manusia. Tidak mungkin Allah SWT memberikan makanan, rizki, jabatan dan apapun
yang dicita-citakan oleh manusia tanpa adanya “kasab”. Ayat ini mempunyai makna
adanya usaha manusia yang dilandasi atas dasar tawakal kepada Allah SWT.

5.

ِ‫ءامن ِم ْنِخ ْ ف‬
Yang artinya mengamankan mereka dari ketakutan. Kalimat ini mempertegas bahwa Allah
SWT juga memberikan rasa aman dari ketakutan manusia. Namun hal ini juga perlunya
proses dari manusia sendiri untuk menciptakan rasa aman, dari mulai kelompok terkecil
yaitu keluarga sampai dengan berbangsa dan bernegara.

F.

MAKNA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

Dari Penjelasan Tersebut diatas, dapat dipahami bahwa surat Al-Quraisy menjelaskan
tentang sisi pertumbuhan ekonomi yang dibangun melalui salah satu bidang ekonomi yaitu
perdagangan. Karena itu, penulis mencoba memahami isi dan makna kandungan Al-Qur’an surat
Al-Quraisy secara tekstual maupun kontenstual.

14

Ahmad A.K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Reality
Publisher, Jakarta, 2006, hal ; 120.

Secara Tekstual (Mantuq) surat al-quraisy ini menjelaskan tentang kebiasaan kaum
quraisy yang selalu berpergian pada musim dingin dan musin panas untuk berdagang. Dengan
berdagang, kaum quraisy terkenal sebagai salah satu kabilah yang mulia dan kaya, karena itu,
Allah SWT memperingatkan kaum quraisy untuk senantiasa menyembah kepada Allah SWT yang
telah memberikan kesejahteraan ekonomi dan keamanan social.
Secara kontekstual, ayat ini menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi masyarakat
yang bisa dilakukan melalui budaya enterprener yang dilandasi atas dasar keimanan kepada Allah
SWT sebagai manifestasi dari ikrar manusia yang senantiasa diucapkan pada setiap kali
melakukan ibdah sholat yaitu ;Inna Solati wa Nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil Alamin”.
Pada sisi aspek Human resourse Develpoment , Surat Al-Quraisy mengandung isyarat
kepada kita tentang perlu adanya latihan, Tamrinan wa Tajriban dalam membangun suatu
kebiasaan yang produktif. Sesuatu yang baik memang terkadang sulit untuk dilakukan tanpa
adanya upaya pembiasaan diri untuk melakukan suatu yang baik. JIka kita sudah membiasakan
diri untuk melakukan sesuatu yang baik dan produktif, maka kita akan menjadi terbiasa untuk
melakukannya, dan jika sudah terbiasa melakukan hal tersebut, maka akan menjadi suatu
kebiasaan yang baik buat menuju “the good character”. 15
G. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM QS. AL-QURAISY
Pada bagian ini, penulis mencoba memaparkan satu teori yang terkandung dalam surat
Al-Quraisy, walaupun teori ini belum tentu benar dan masih perlu dikaji lebih jauh. Pada ayat 3
dan 4 surat Al-quraisy terdapat 3 kalimat yang menjadi kata kunci dalam teori pertumbuhan
ekonomi, yaitu:
5.

‫ف ْي ْعبد ا‬

kalimat ini mengandung makna nilai – nilai transendental, dimana ada hubungan

antara “kholiq” dengan “makhluq” terimplementasikan melalui kepatuhan dan ketaqwaan
makhluq pada kholiq lewat dimensi penyembahan dan penyerahan diri kepada kepada Allah
SWT, karena itu, seorang manusia harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai tauhid
baik secara vertical (hablum min Allah ) maupun horizontal ( hablum minan nas ). Pada
konteks ini penulis menyebutnya dengan istilah “TAUHID” atau “SPIRITUALITAS”

6.

ْ
ِ‫طعم ِمنِج ع‬

Kalimat ini mengandung makna adanya hukum kausalitas antara kholiq

dengan makhluq, dimana suatu kesejahteraan yang merupakan simbol tidak adanya rasa
lapar akan terjadi jika terdapat usaha dan ihtiar dari manusia itu sendiri untuk mendapatkan
kesejahteraan tersebut, karena itu pada kalimat ini mengandung makna bahwa
kesejahteraan ekonomi masyarakat sangat tergantung dari upaya individunya dalam
mewujudkan kesejahteraan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak
ada kesejahteraan tanpa usaha/kasab, tidak ada pendapatan tanpa produksi, pada konteks
ini penulis menyebutnya dengan istilah “KASAB”.
7.

ِ‫ ءامن ِم ْنِخ ْ ف‬Kalimat ini mengandung makna tentang “rasa aman” dan “rasa nyaman”,

dan hal ini bisa terwujudkan jika kesejahteraan umat manusia terpenuhi, sulit rasanya
menciptakan keamanan dan kenyamanan jika tingkat kesejahteraan manusia belum
15

Stephen R. Covey, The 7 Ha its of Highly Effe tive people” Gramedia, Jakarta, 1995, hal ; 40.

terwujud, kita bisa pahami secara psikologis, ketika manusia merasa lapar dan tidak bisa
memenuhi kebutuhannya, maka dia akan berbuat “nekat”
untuk bisa memenuhi
kebutuhannya dengan cara apapun, walau harus merugikan orang lain. Jika hal ini terjadi,
maka akan menggangu pada keamanan dan kenyamanan masyarakat. Begitu juga
sebaliknya, keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam kehidupannya socialnya akan
terwujud jika masyarakat sejahtera. Karena itu, Sejahtera jika Aman dan Aman jika sejahtera.
pada konteks ini, penulis menyebutnya dengan istilah “Amana”.

prinsip
1.

2.

3.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat diambil beberapa hal yang erat kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :
Prinsip Spritualitas. Dalam konsepsi Islam, prinsip ini disebut sebagi prinsip Tauhid,
dimana Prinsip Tauhid ini harus mampu merefleksi pada seluruh aspek kehidupan
manusia, termasuk pada aspek pertumbuhan ekonomi. Setidaknya dengan prinsip ini,
akan mengurangi dampak ekologi di balik pertumbuhan ekonomi, sehingga terealisasinya
pertumbuhan ekonomi masyarakat yang humanis.
Prinsip Kasab. Prinsip ini harus dilakukan secara individu maupun lembaga. Secara
individu, manusia harus senantiasa berusaha dan ihtiar untuk bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan berpegang pada prinsiip tauhid tersebut. Secara Intitusional, prinsip
Kasab mengisyaratkan kepada Pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang
humanis, yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Prinsip Amana. Prinsip ini mengisyaratkan kepada kita untuk menciptakan kondusifitas
sistem perekonomian dengan jaminan keamanan dan keadilan bagi semua lapisan
masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomian ummat.
Ketiga prinsip pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dibuat suatu skema sebagai berikut

:

Teori Piramida prinsip pertumbuhan ekonomi

Selain prinsip pertumbuhan ekonomi, dalam surat Al-quraisy juga mengandung teori
pembentukan character building yaitu dengan belajar membiasakan sesuatu yang baik, sehingga
menjadi terbiasa berbuat yang baik, karena sudah terbiasa melakukan sesuatu yang baik, maka
akan menjadi kebiasaan berlaku baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis membagi teori pertumbuhan ekonomi
menurut QS. Al-Quraisy menjadi 2 (dua) yaitu teori pertumbuhan ekonomi melalui perilaku
individu dan teori pertumbuhan ekonomi secara institusional.
H. TEORI PERILAKU EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi juga harus diikuti dengan perilaku para ekonom yang memajukan
pertumbuhan ekonomi. Setidaknya dalam surat Al-Quraisy dijelaskan beberapa teori perilaku
ekonomi, yang dalam konteks ini penulis menyebutnya dengan perilaku ekonomi transenden,
yaitu sebagai berikut :
1. Teori “Transendensi Perilaku Ekonom”. Teori ini diambil dari kalimat falya’budu yang
mempunyai makna kontekstual dan erat kaitannya dengan perilaku ekonomi. Secara
Kontekstual , makna kalimat falya’budu adalah upaya humanisasi (amar ma’ruf) dan liberasi
(Nahi Munkar) dalam setiap perilaku ekonomi. Dengan demikian, transendensi ekonomi
adalah upaya perilaku ekonomi dalam mengiplementasikan nilai – nilai Ilahiah pada setiap
perilaku ekonomi yang dilakukannya. Melalui teori perilaku transendensi ekonomi ini pula
dapat menyelesaikan dan meminimalisir perilaku ekonomi yang koruptif.
2.

ِ‫إياف‬

Teori “ ILAFI” yang diambil dari kalimat Li ilafi (

) Yaitu Pembiasaan diri dalam

melakukan sesuatu yang baik. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, seseorang
menjadi bisa karena dia membiasakan diri untuk melakukan sesuatu sehingga menjadi
terbiasa, proses ini disebut dengan latihan dan pembelajaran. karena sudah terbiasa, maka
menjadi kebiasaan. Karena itu pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan perilaku
individu dalam melakukan sesuatu yang baik, seperti produksi yang memperhatikan dampak
lingkungan, kejujuran, sikap tanggung jawab secara individu maupun masyarakat.
3.

4.

Teori “RIHLAH” yang diambil dari kalimat

(

ِ‫صيْف‬
َ ‫ر ْح ة ِالشت ء ِ ال‬

) yang

mengandung makna aktualisasi potensi diri yang produktif tanpa rasa putus asa. Secara
tekstual (mantuq) kalimat ini mengandung makna tentang perilaku orang-orang Qurais yang
selalu berpergian di waktu musim panas dan musim dingin untuk berdagang. Secara
kontekstual, kalimat ini mengandung makna bahwa upaya pertumbuhan ekonomi akan
terwujud jika perilaku individunya berusaha untuk meningkatkan produktifitasnya dalam
mencari kehidupan yang lebih baik tanpa putus asa.
Teori “Keseimbangan hati dan jiwa, jasmani dan rohani” yang diambil prinsip pertumbuhan
ekonomi yaitu tauhid, kasaba dan amana. Teori ini merupakan manifestasi dari ikrar manusia
yang selalu di ucapkan pada setiap kali melaksanakan ibadah sholat, yaitu Inna Solati wa
nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil alamin”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, teori perilaku ini penulis menyebutnya dengan teori
perilaku ekonomi transenden yaitu implementasi nilai-nilai tauhid/ spiritualitas dalam kehidupan
sehari-hari dengan cara membiasakan diri dengan sesuatu yang baik melalui peningkatan
produktifitas dan aktualisasi diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik secara ekonomi dalam
mewujudkan kesejahteraan umat.
Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi secara Institusional dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Teori “KASABA”, yaitu bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan lapangan
pekerjangan yang humanis dan transenden dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi
ummat. Negara harus mampu menjamin tingkat kebutuhan masyarakat terhadap
lapangan pekerjaan.
2. Teori “AMANA” yaitu bahwa Negara harus mampu menciptakan sistem yang adil bagi
pelaku ekonomi, membuat system peraturan perundang – undangan yang menjamin
keamanan dan perlindungan terhadap seluruh pelaku ekonomi, seperti perlindungan
terhadap produsen, perlindungan terhadap konsumen, perlindungan terhadap investor
serta Negara harus mampu menjamin hak-hak individu masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.

I.

KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara Tekstual (Mantuq) surat al-quraisy ini menjelaskan tentang kebiasaan kaum
quraisy yang selalu berpergian pada musim dingin dan musin panas untuk berdagang.
Dengan berdagang, kaum quraisy terkenal sebagai salah satu kabilah yang mulia dan
kaya, karena itu, Allah SWT memperingatkan kaum quraisy untuk senantiasa menyembah
kepada Allah SWT yang telah memberikan kesejahteraan ekonomi dan keamanan social.
2. Secara kontekstual, ayat ini menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi masyarakat yang
bisa dilakukan melalui budaya enterprener yang dilandasi atas dasar keimanan kepada
Allah SWT sebagai manifestasi dari ikrar manusia yang senantiasa diucapkan pada setiap
kali melakukan ibdah sholat yaitu ;Inna Solati wa Nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi

robbil Alamin
3. Dalam QS. Al-Quraiys mengandung beberapa teori pertumbuhan ekonomi sebagai berikut
:
a. Teori perilaku Ekonomi Transenden yaitu implementasi nilai-nilai tauhid/spiritualitas
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara membiasakan diri dengan sesuatu yang baik
melalui peningkatan produktifitas dan aktualisasi diri untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik secara ekonomi dalam mewujudkan kesejahteraan umat. Teori ini diambil
dari kalimat ; ilafi, rihlata Assitai wa Assoif, falya’bu robba Robba hadzal baitil ladzi
at’a’mahun min ju’ wa wa amanahum min khouf. Dengan kalimat tersebut dapat
diambil teori perilaku ekonomi yang dibagi menjadi 4 (empat) yaitu ; Teori
Transendensi perilaku ekonomi melalui upaya humanisasi (amar makruf) dan Liberasi

(Nahi Munkar), Teori Pembiasaan Diri, Aktualisasi potensi diri dan kesimbangan diri
perilaku ekonomi.
b. Prinsip Pertumbuhan Ekonomi terdiri dari Tauhid/spiritualitas, Kasaba dan Amana
yang dilambangkan dengan teori piramida pertumbuhan ekonomi.
c. Pertumbuhan Ekonomi secara Institusional mengandung makna yaitu:
c.1. Teori “KASABA”, yaitu bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan
lapangan pekerjangan yang humanis dan transenden dalam mewujudkan
kesejahteraan ekonomi ummat.
c.2. Teori “AMANA” yaitu bahwa Negara harus mampu menciptakan sistem yang adil
bagi pelaku ekonomi, membuat system peraturan perundang – undangan
yang menjamin keamanan dan perlindungan terhadap seluruh pelaku
ekonomi, seperti perlindungan terhadap produsen, perlindungan terhadap
konsumen, perlindungan terhadap investor serta Negara harus mampu
menjamin hak-hak individu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan
hidupnya

*) Penulis adalah dosen STAI La Tansa Mashiro

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE, 1992.
Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali Press, 2000.
Mankiw, N.Gregory, Teori Ekonomi Makro Edisi Keempat, Erlangga. Jakarta, 2000.
Murni, Asfia. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama. Bandung, 2009.
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2000.
6. M.Hasbi Ash-Shidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta.
1980.
7. Pemda Jawa Barat, Tafsir Al-Qur’an Basa Sunda, Bintang Yunior, Bandung, 1993.
8. Ahmad A.K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Reality Publisher, Jakarta, 2006.
9. Martinussen, john, Society, state and market, Grafindo, Jakarta, 1995.
10. Indra Ismawan, Risiko Ekologis di Balik Pertumbuhan Ekonomi, Media Pressindo,
Yogyakarta, 1999.
11. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam,Jilid 1, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995.
12. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam,Jilid 2, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995.
13. Stephen R. Covey, The 7 Habits of Highly Effective people” Gramedia, Jakarta, 1995
14. Singaribun, Masri, Metode Penelitian Survei, LP3S, cetakan kedua, Jakarta, 1995.
15. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Taranto, Bandung, 1990.

1.
2.
3.
4.
5.