Analisis Pendekatan Solutif untuk Mencip

Analisis Pendekatan Solutif untuk Menciptakan
Transportasi Umum Yang Layak, Aman, dan Nyaman
(Studi Kasus : Kota Medan)
Ganda Sibarani
email : fabio.ganna@yahoo.com

Abstrak
Salah satu permasalahan mengapa sistem pelayanan transportasi umum
di kota Medan boleh dikatakan jauh dari harapan adalah masih enggannya atau
tidak menariknya sistem angkutan transportasi massal yang tersedia. Kondisi real
angkutan umum sering ugal-ugalan, penumpang yang harus dikondisikan dengan
posisi 8-6, tidak ada standar keamanan penumpang yang jelas, tidak ada jaminan
kesehatan dan kesiapan fisik maupun mental supir, dan adanya target pendapatan
(setoran) yang harus dicapai sehingga faktor kemanan dan kenyamanan sering
kali terabaikan.
Alternatif yang dapat menstimulus masyarakat untuk dapat beralih dari
kendaraan pribadi ke angkutan massal adalah penyediaan moda transportasi
yang humanis yaitu aman, nyaman, tepat waktu, mudah dijangkau, dan
aksesibilitas yang mudah. Moda transportasi darat yang humanis dapat berarti
tempat duduk yang layak, tidak ada asap rokok, tepat waktu, waktu tunggu/
ngetem yang sesuai jadwal dan adanya jaminan keselamatan dalam

menggunakan angkutan massal dan ada perlakuan khusus Pemerintah dalam
manajemen penggunaan angkutan massal sehingga kemacetan dapat dihindarkan
pada jam-jam tertentu.
Tidak adil hanya menyalahkan Regulator (Pemerintah) sebagai
pengambil kebijakan. Masyarakat sebagai pengguna dan bagian dari sistem
pelayanan transportasi adalah pihak yang harus lebih proaktif dalam memajukan
dan membudayakan penggunaan moda angkutan transportasi massa. Peran aktif
masyarakat ini juga harus bersamaan dijalankan/dieksekusi dengan inovasi
Pemerintah Kota Medan dalam menata dan menciptakan sistem pelayanan
transportasi ideal dan humanis.
Kaca Kunci : Angkutan Massal, Partisipatif, Humanis

BAB I. LATAR BELAKANG MASALAH
1.1 Kondisi Moda Angkutan Umum di kota Medan
Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan
keanekaragaman budaya, sosial, penduduk, dan ekononi. Kota Medan merupakan
salah satu kota metropolitan dengan penggunaan kendaraan bermotor tertinggi
dengan jumlah 420.757 setiap hari. Diperkiraan ada sekitar 2.983.868 jiwa
penduduk setiap hari yang melakukan pergerakan transportasi baik dalam motif
ekonomi, sosial maupun pendidikan.

Untuk memenuhi pergerakan transportasi, maka masyarakat Medan
lebih memilih (prefer) menggunakan moda transportasi pribadi daripada
transportasi publik. Sebagian besar memang menggunakan transportasi umum
sebagai moda angkutan. Namun hal ini seolah-olah terpaksa dilakukan karena
tidak adanya pilihan lain yang ditawarkan selain angkutan umum yang masih
tergolong murah walaupun dari sisi keamanan dan kenyamanan masih kurang
memenuhi standar.

Sumber : Dokumentasi Peneliti
Gambar 1.1
Kondisi perempatan jalan Gatot Subroto – Iskandar Muda, Medan

Kondisi moda angkutan yang tidak layak pakai, disiplin supir yang masih
kurang, sampai kualitas prasarana seperti jalan raya, waktu tunggu traffic light

yang terkadang tidak sesuai dengan volume lalu lintas, dan kurangnya disiplin
pengguna kenderaan

lain sepeda sepeda motor, becak


bermotor ikut

mempengaruhi kualitas sistem pelayanan transportasi di kota Medan saat ini. Hal
ini yang membuat kalangan menengah-atas penduduk kota Medan enggan
menggunakan transportasi umum.

1.2 Perumusan Masalah
Kota Medan dan sistem pelayanan transportasi umum masih merupakan
dua hal yang belum terpadu. Diperlukan upaya yang lebih komprehensif,
partisipatif, dan humanis agar pelayanan transportasi umum yang melibatkan
Pemerintah, Organisasi angkutan umum, dan Masyarakat semakin maju dan
modern. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang ingin dijawab dalam
penelitian ini adalah :
1) Bagaimana kondisi pelayanan transportasi umum di kota Medan saat
ini dalam melayani pergerakan transportasi baik dalam motif ekonomi,
sosial, dan pendidikan ?
2) Apa penyebab masih enggannya masyarakat Medan umumnya dalam
menggunakan transportasi umum jika dikaitkan dalam usaha
Pemerintah mengurangi konsumsi bahan bakar minyak ?
3) Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung stimulus atau

meransang agar masyarakat kembali mau menggunakan transportasi
umum ?

1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Penulisan kajian Analisis Pendekatan Solutif untuk Menciptakan
Transportasi Umum Yang Layak, Aman, dan Nyaman (Studi Kasus :
Kota Medan) bermaksud untuk menyediakan informasi terkini yang
lebih detail berupa identifikasi faktor penyebab enggannya masyarakat
dalam menggunakan transportasi publik dan memberikan saran yang
dapat menstimulus agar masyarakat lebih bergairah dan mau

menggunakan transportasi umum sehingga penggunaan kenderaan
pribadi dan sepeda motor dapat dikurangi yang berimplikasi pada
pengurangan bahan bakar minyak di kota Medan.
1.3.2 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui kondisi terkini penyediaan transportasi umum seperti
angkot, becak, bajaj, dan ojek di melayani masyarakat kota Medan.
2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masyarakat kota Medan

enggan menggunakan transportasi umum untuk bepergian dibanding
transportasi pribadi.
3) Menganalisis faktor-faktor pendukung stimulus/meransang agar
masyarakat merasa nyaman, aman, dan senang menggunakan
transportasi umum untuk bepergian di kota Medan.

1.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1) Tersusunnya suatu konsep Penggunaan Transportasi Publik yang
humanis, aman, dan nyaman di kota Medan sehingga tercipta sistem
transportasi yang terintegrasi yang dilandasi oleh pendekatan
perencanaan komprehensif dan partisipatif dan isu-isu strategis;
2) Terindentifikasinya faktor-faktor penstimulus agara masyarakat mau
menggunakan moda transportasi baik yang bersumber dari masyarakat
sendiri sebagai pengguna moda, Organisasi Jasa Angkutan umum
sebagai stakeholder, dan juga Pemerintah sebagai regulator dan juga
fasilitator yang ikut menentukan terciptakan sistem angkutan massal
yang baik dan humanis.

1.5 Lokasi Kegiatan

Adapun yang menjadi lokasi kegiatan adalah jalan utama di kota
Medan seperti jalan Gatot Subroto, Jalan Iskandar Muda, Jalan
Sisingamaraja, Jalan Moh.Yamin, dan jalan aksara Medan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka
Sistem Transportasi Perkotaan adalahi suatu sistem komponen yang
terintegrasi yang saling terhubung dan bekerja bersama dalam pelayanan sistem
pengangkutan transportasi pada sutau wilayah perkotaan. Sistem transportasi
secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang
lebih kecil (mikro) yang saling terkait dan saling mempengaruhi.Sedangkan
sistem transportasi mikro terdiri dari sistem kegiatan, sistem jaringan prasarana
transportasi, sistem pergerakan lalu lintas dan sistem kelembagaan.

Sistem kegiatan

Sistem jaringan

Sistem pergerakan


Sumber : Tamin (1997)
Gambar 2.1. Sistem Transportasi Makro (Tamin, 1997)

Sistem kelembagaan di Indonesia yang berkaitan dengan masalah transportasi
perkotaan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.

Sistem kegiatan oleh Bappenas, Bappeda dan Pemda.
Sistem jaringan ditangani oleh Departemen Perhubungan dan Bina Marga
Sistem pergerakan ditangani oleh DLLAJ, Organda, Polantas, dan
masyarakat.

2.2 Indikator Kinerja Sistem Transportasi
Indikator kinerja sistem transportasi secara komperehensif dapat
menggunakan konsep yang dikembangkan oleh Fielding (1977). Dalam
merumuskan indikator kinerja dari sistem transportasi, sistem transportasi yang
ditinjau dibagi dalam empat aspek utama, yaitu:


 Aspek masukan sistem transportasi (service inputs)
 Aspek keluaran sistem transportasi (service outputs)
 Aspek tingkat pemanfaatan sistem transportasi (consumption)
 Aspek alokasi sumber daya dalam komunitas (community)
Penjelasan dari masing-masing aspek utama di atas adalah sebagai berikut:
1. Service Inputs adalah aspek sistem transportasi yang menunjukan banyak
dan jenis sumber daya yang diperlukan bagi terciptanya sistem
transportasi. Contoh parameter dari aspek ini adalah : Biaya investasi,
biaya operasional, besarnya subsidi yang diperlukan, biaya perawatan,
jumlah tenaga kerja yang terlibat dan total penggunaan energi yang
diperlukan.
2. Service Outputs adalah aspek sistem transportasi yang menunjukan
keluaran yang dihasilkan dari sistem transportasi. Contoh parameter yang
merepresentasikan aspek ini adalah : jumlah kendaraan yang digunakan,
jumlah kilometer platform yang digunakan angkutan umum, dan jumlah
jam platform yang digunakan sistem angkutan umum.
3. Consumption adalah komponen yang menunjukan tingkat pemanfaatan
yang dihasilkan oleh sistem transportasi. Beberapa contoh parameter yang
menggambarkan aspek ini adalah : jumlah penumpang-km yang terlayani,

jumlah penumpang yangSERVICE
terlayaniINPUTS
dan jumlah penghasilan yang diperoleh.
4. Community adalah
menunjukan besarnya alokasi sumber daya
Misaspek
: Biaya yang
Investasi
Biaya Operasional

yang dilayani oleh sistem
Contoh
Subsidi,transportasi.
Energi dan Tenaga
Kerja parameter dari aspek ini
adalah : Jumlah penduduk yang dirancangkan untuk dapat dilayani oleh
sistem transportasi, jumlah dana yang dialokasikan dalam anggaran untuk
Efisiensi Pembiayaan
Efektifitas
Pembiayaan

Affordabilitas
menjalankan
sistem transportasi,
luas daerah yang
harus
dilayani oleh

sistem transportasi.
COMMUNITY
Mis : Jumlah penduduk

Selanjutnya keempat aspek tersebut
dirangkaikan
pada suatu segitiga hubungan
Alokasi
Dana
seperti terlihat pada gambar 2.2:

Luas Area


Kuantitas/ kualitas Pelayanan

SERVICE OUTPUTS
Mis : Jumlah kendaraan
Panjang Jalan
Jumlah Waktu

Efektivitas Pelayanan

CONSUMPTION
Efisiensi Pembayaran

Mis : Penumpang terlayani
Penghasilan

Sumber : Fielding (1977)
Gambar 2.2. Indikator Kinerja Transportasi (Fielding (1977)

Dari rangkaian keempat aspek sistem transportasi di atas dapat diturunkan
sebanyak enam kelompok indikator kinerja, yaitu :
1. Indikator kinerja yang menunjukan efisiensi pembiayaan;
2. Indikator kinerja yang menunjukan efektifitas pembiayaan;
3. Indikator kinerja yang menunjukan efisiensi pelayanan;
4. Indikator kinerja yang menunjukan kualitas/kuantitas pelayanan;
5. Indikator kinerja yang menunjukan efektifitas pelayanan;
6. Indikator kinerja yang menunjukan afordabilitas pelayanan.
Untuk masing-masing kelompok indikator kinerja diatas selanjutnya dapat
diidentifikasikan beberapa parameternya, yang jumlahnya sangat tergantung pada
jumlah parameter yang ada pada masing-masing aspek sistem transportasi.

2.3 Angkutan Umum Ideal

Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang
digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Menurut
Undang undang No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan,
perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa
angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum. Jenis
angkutan Umum adalah :
1. angkutan jalan raya : angkutan jalan raya dibagi menjadi angkot, bis, ojek,
bajaj, taksi dan metro mini.
2. angkutan rel : angkutan rel dibagi menjadi kereta api penumpang dan
barang.
3. angkutan laut : angkutan laut dibedakan menjadi kapal feri dan kapal
pesiar.
4. angkutan udara : angkutan udara dibedakan menjadi pesawat terbang dan
helikopter.
Tujuan dasar dari penyediaan angkutan umum, Wells (1975) mengatakan
adalah menyediakan pelayanan angkutan yang baik – andal, nyaman, aman, cepat
dan murah,untuk umum. Secara umum dapat dikatakan angkutan umum selalu
kalah bersaing dengan kendaraan pribadi. Dari beberapa studi mengenai angkutan
umum Harries (1976) menyatakan pelayanan angkutan umum dapat diusahakan
mendekati angkutan pribadi untuk membuat angkutan umum menjadi lebih
menarik dan pemakai angkutan pribadi tertarik berpindah ke angkutan umum.
Hal ini dapat diukur secara relatif dari kepuasan pelayanan beberapa
kriteria angkutan umum ideal antara lain adalah:
Tabel 2.1
Faktor Kepuasan Pelayanan Transportasi

No

Faktor

1

2

1

Keandalan

Ekspektasi
3

 Setiap saat tersedia,
 Kedatangan dan sampai tujuan tepat waktu,
 Waktu total perjalanan singkat – dari rumah,
menunggu, dalam kenderaan, berjalan ke tujuan,
 Waktu tunggu singkat,
 Sedikit berjalanan kaki ke bus stop,

 Tidak perlu berpindah kendaraan.

2

Kenyamanan.

 Pelayanan yang sopan,
 Terlindung dari cuaca buruk di bus stop,
 Mudah turun naik kenderaan,
 Tersedia tempat duduk setiap saat,
 Tidak bersesak-sesak,
 Interior yang menarik,

Keamanan,

 Tempat duduk yang enak.
 Terhindar dari kecelakaan,
 Badan terlindung dari luka benturan,

Murah,
Waktu perjalanan

 Bebas dari kejahatan.
 Ongkos relatip murah terjangkau.
 Waktu di dalam kenderaan singkat.

Sumber : Analisis Peneliti, 2013

Kendaraan umum darat seperti angkot, bis, busway, taksi, becak
bermotor, oplet, omprengan, ojek, dan lain sebagainya ada di sekitar kita melayani
kebutuhan transportasi masyarakat untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Mereka sangat dibutuhkan karena tidak semua orang di indonesia memiliki
kendaraan pribadi serta karena tarifnya yang relatif terjangkau oleh seluruh
kalangan masyarakat. Tanpa kehadiran kendaraan umum akan mengakibatkan
banyak orang kesulitan untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya.

2.4 Karakteristik Sistem Pelayanan Transportati Angkutan
Umum di Kota Medan
Kota Medan merupakan salah satu kota Metropolitan di Indonesia
dengan jumlah penduduk 2.983.868 per Januari 2013. Seperti kota besar lainnya
di Indonesia sistem sistem pelayanan angkutan umum kota medan belum dapat
dikatakan humanis. Humanis di sini dapat diartikan, belum layak, belum sesuai
dengan peruntukan sebenarnya dan diperlakukan layaknya seorang penumpang
dimana privasi, kenyamanan, keamanan, tepat waktu, dan biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan pelayanan yang diberikan. Masyarakat Medan umumnya

menggunakan transportasi angkutan umum untuk bepergian dan melakukan
aktivitasnya seperti bekerja, ke sekolah, ke pasar, dan melakukan aktivitas
ekonomi sosial lainnya.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik ciri-ciri angkutan umum
masyarakat yang terjadi di kota Medan yang memiliki resiko tinggi untuk
mengalami kecelakaan di jalan raya :
1. Dikemudikan secara ugal-ugalan (tidak ada standar keselamatan)
Kendaraan umum dikemudikan secara ugal-ugalan ciri-cirinya adalah
sering berjalan dalam kecepatan tinggi, kadang berjalan berkelok-kelok
tidak stabil, sering berbelok tiba-tiba mengagetkan, dan mengerem tibatiba. Hal ini tentu menyebabkan ketidaknyamanan naik angkutan umum
karena membahayakan peumpang dan pengguna jalan lainnya. Alasan
klasik para supir tentunya adalah mengejar setoran.
2. Supir emosional, tidak disiplin dan ngantuk
Salah satu karakter unik yang bisa dilihat secara kasat mata kondisi sopir
angkutan umum di kota Medan adalah mudah terpancing emosi apabila
hal-hal menjengkelkan yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan.
Sebagai contoh, di kawasan Medan Plaza jalan Iskandar Muda, Medan
sering terjadi adu mulut sesama supir, supir terhadap pengguna kendaraan
pribadi, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini sangat mengganggu
penumpang dan juga mempengaruhi mental supir yang sedang
mengemudi. Faktor supir yang mudah marah juga dapat dilihat dari tandatanda mengantuk seperti sering menguap, mata sayu, mata terlihat lelah,
mata merah, mata sering terpejam, suka tertidur saat sedang berhenti
sebentar, kepala sering oleng, dan lain sebagainya.
3. Sopir Tidak Layak atau Tidak Punya Izin
Dengan alasan mencari nafkah seseoarang yang belum mempunyai
keahlian dan nekat untuk mengemudikan kenderaan umum menjadi supir
sering terjadi di kota Medan. Umumnya mereka adalah anak remaja yang
tidak lagi mengeyam pendidikan formal dan lebih memilih untuk mencari
nafkah dengan menjadi supir padahl belum layak dan belum memiliki
SIM. Orang yang tidak punya sim (surat izin mengemudi) dan izin

menjadi sopir kendaraan tersebut (supir tembak / batangan) harus dihindari
tapi sulit untuk dihindari karena penumpang biasanya mengabaikan hal ini
dengan alasan yang penting cepat sampai ke tujuan.
4. Angkut Kapasitas Berlebihan
Tidak hanya di kota Medan, angkutan umum di Indonesia memang sangat
memprihatinkan karena sering mengangkut penumpang di luar batas
kapasitas penumpang yang berlaku. Polisi, Dinas terkait seperti Dinas
Perhubungan sudah sering merazaia agar supir maupun agen perjalanan
tidak mempraktekkan hal tersebut.

Sumber : Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.3. Angkutan umum yang kelebihan kapasitas

Namun nyatanya masih sering terjadi karena alasan tanggung, para
penumpang juga tidak keberatan bila berdesakan, dan jarak tempuh
penumpang tersebut dekat sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama
bila berdesakan. Padahal kondisi kelebihan kapasitas penumpang bisa
menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Untuk kota Medan,
biasanya hal ini terjadi di kawasan pasar tradisional seperti Pasar Sambu,
Pasar Petisah, kawasan Pajak USU, dan Pajak Pringgan.
5. Fungsi mesin mencurigakan dan fisik kendaraan yang rusak
Mesin yang baik dan normal sangat penting bagi kelangsungan suatu
kendaraan. Jika mesin kendaraan mengalami masalah seperti sering

mogok, mengeluarkan suara/bunyi yang tidak wajar, mengeluarkan
bau/aroma yang tidak wajar, keluar asap, dan lain sebagainya maka
sebaiknya jangan kita lanjutkan perjalanan dengan angkutan umum
tersebut. Dilihat dengan kasat mata, baik dari luar ataupun dari dalam
kedaraan umum yang ringkih akan dapat diketahui. Banyak angkutan
umum di kota Medan yang kondisi angkutannya cukup memprihatikan
seperti kondisi bangku penumpang yang rusak, bau apek atau kondisi
angkut yang bau sehingga penumpang merasa tidak nyaman.

Sumber : Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.4. Kondisi gngkutan umum yang tidak layak digunakan

6. Tidak ada Kelengkapan Keselamatan
Perlengkapan penyelamat saat terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
sangat penting untuk selalu berada di tempat-tempat yang mudah
dijangkau penumpang di dalam kendaraan umum. Misalnya seperti alat
pemadam kebakaran, palu pemecah kaca, pintu darurat, kotak P3K
(pertolongan pertama pada kecelakaan), dan lain-lain. Untuk angkutan
moda lainnya seperti Pemadu Moda Damri yang melayani penumpang
yang akan menuju Bandara Kualanamu hal ini merupakan syarat penting
sebuah kendaraan dikatakan layak jalan. Namun, hal ini sepertinya tidak
berlaku untuk angkutan umum di kota Medan dan dianggap hanya
membuat suasana dashboard mobil penuh sesak.

7. Kendaraan Tidak Memiliki Izin Beroperasi atau Izin Kadaluarsa
Untuk kota Medan, kendaraan umum tidak resmi (ilegal) atau yang izin
operasionalnya tidak ada masih sering beroperasi dan dapat mengabaikan
keselamatan penumpangnya. Namun untuk angkutan umum ilegal plat
hitam, semua kembali lagi ke penilaian pribadi. Jika memang sudah
terbiasa, bisa dipercaya, tahu persis situasi dan kondisi, tidak ada angkutan
umum resmi yang lebih baik, maka tidak ada masalah menumpangi
kendaraan tidak resmi tersebut. Namun hal ini tentu sangat merugikan
karena kompetisi pelayanan transportasi umum menjadi tidak sehat.
Tabel 2.2
Faktor Emosional yang mempengaruhi kualitas Pelayanan
No Faktor Emosional
Efek yang Timbul
1 Mengejar
Setoran Supir menjadi ugal-ugalan, tidak peduli/ tidak
2

(ada target)
memperhatikan keselamatan penumpang
Tidak terdidik/ tidak Tidak bertanggungjawab, tidak memahami tanda
memiliki SIM

dan fungsi marka jalan, dan etika berkendaraan.
Sering tidak memberikan tanda lampu sinyal ke

3

Kami

selalu

utama

kanan maupun ke kiri.
yang Ada fenomena unik di kota Medan, bahwa angkutan
umum baik angkot, becak bermotor adalah raja
jalanan yang harus diutamakan sehingga “terkesan”
sesuka hati mendahului, tidak perlu menyalakan
lampu tanda sinyal ke kiri atau ke kanan, kaca spion

kiri biasa dicabut (tidak terpasang).
Tidak ada Timing Mengetem atau menunggu para penumpang untuk
yang jelas

naik ke angkutan umum yang lama akan membuat
masyarakat enggan kembali untuk menggunakan
angkutan massal.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Perencanaan Partisipatif antara Pemerintah, Stakeholder, dan
Masyarakat

Penyediaan transportasi yang humanis bukan semata hanya tugas
Pemerintah butuh peran serta stakeholder dan masyarakat dalam menciptakan
sistem penyediaan transportasi yang baik. Salah satu metode yang dapat dilakukan
untuk menumbuhkan atau menstimulus keinginan masyarakat adalah sebagai
berikut.
1. Melakukan riset atau survei bagaimana bentuk, fasilitas, moda
transportasi yang masyarakat inginkan sehingga diperoleh standar moda
transportasi yang modern, unik sehingga menimbulkan kesan, ramah
lingkungan, dan menimbulkan keinginan untuk menaikinya.
2. Menjadikan profesi supir angkutan umum sebagai pekerjaan yang
dilindungi oleh instansi pemerinah seperti jaminan sosial di hari tuanya
yang diatur dalam undang-undang dan membebaskan supir dari istilah
“kejar setoran”.
3. Perlu pembinaan bertahap yang harus dilakukan oleh Pemerintah dalam
hal ini Dinas Perhubungan ataupu Kepolisian bahwa bagaimana etika
dan perilaku yang baik memperlakukan penumpang khususnya wanita
dan anak-anak.
4. Halte Bus haruslah dikembalikan kepada fungsinya semua. Tidak bisa
dipungkiri bahwa halte bus di kota Medan telah berubah menjadi tempat
orang berdagangan dengan kondisi yang kotor, poster-poster di dinding,
dan sangat tidak aman bila digunakan pada malam hari.
5. Melarang dengan keras Pedagang asongan, pengamen, anak jalanan
untuk masuk ke dalam angkutan umum untuk berjualan maupun
mengemis.
6. Membiasakan budaya senyum dan mengucapkan kata terima kasih. Hal
ini memang terlihat sepele. Namun, hal ini terlihat sulit dilakukan apabila
berada di angkutan umum.

3.2 Kesimpulan dan Saran
3.2.1 Kesimpulan
Alasan terbesar penyebab mengapa masyakarat Medan masih enggan
menggunakan transportasi umum adalah masih kurang layaknya sebuah angkutan
umum digunakan sebagai moda angkutan. Jika point penting moda transportasi

yang layak jalan digunakan dimana bangku yang bersih, jumlah penumpang tidak
berlebihan, termasuk fasilitasnya seperti kemacetan bersumber dari kurangnya
kesadaran masyarakat pemakai transportasi kota mulai dari pengemudi, pengelola
parkir, dan masyarakat pelanggan sendiri. Untuk itu perlu pemasyarakatan
perubahan pandangan dalam penyelesaian masalah angkutan umum dari semua
kalangan yang terlibat dalam proses angkutan umum, khususnya melalui
pendidikan transportasi.
Untuk kalangan menengah ke atas, harga tidak menjadi kendala. Yang
terpenting adalah aman, nyaman, dan tepat waktu dan juga tidak harus pindah
moda angkutan. Hal ini memang masih sulit dilakukan mengingat banyaknya
organisasi angkutan di kota Medan yang harus disesuaikan dengan trayeknya
masing-masing.
Namun yang terpenting adalah usaha dari Pemerintah sendiri dan juga
stakeholder khusus Organda dalam mengatasi permasalahan sistem angkutan
transportasi umum ini. Pendekatan persuasif dan partisipatif yang baik dan benar
dapat mendorong masyarakat untuk beralih menggunakn transportasi umum
mengingat harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik harusnya menjadi
momentum Pemerintah dalam memperbaiki pelayanan transpotasi publik di kota
Medan umumnya.
3.2.2 Saran
Ada beberapa saran yang konstruktif yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam meningkatkan pelayanan transportasi umum sebagai berikut.
1. Kapasitas angkut angkutan umum massal yang ada di kota Medan
harus distandarkan atau diperdakan. Idealnya 1 (satu) angkutan umum
maksimal mengangkut 14 (empat belas) orang baik itu dewasa, anakanak, maupun pelajar.
2. Waktu/ lama intensitas lampu merah pada setiap persimpangan jangan
disamakan/

dipukul

rata

pada

semua

traffic

light.

Harus

memperhatikan intensitas/volume lalu lintas, waktu sibuk dan waktu
lancar sehingga tidak menimbulkan penumpukan.

3. Menerapkan sistem pelayanan minimal angkutan moda transportasi
umum dengan mewajibkan penggunaan AC tanpa melihat kelas
ekonomi maupun non AC.
4. Waktu tunggu di pemberhentian rata-rata 5–10 menit dan maksimum
10–20 menit dan penggantian rute dan moda pelayanan, jumlah
pergantian rata-rata 0–1,maksimum 2.
5. Desain moda angkutan harus seunik mungkin, senyaman mungkin
dengan memperhatikan efisiensi dan menggunakan teknologi ramah
lingkungan sehingga menimbulkan keinginan untuk menggunakan
transportasi tersebut.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Malik, Ilham. 2004. “Susahnya Mengurus Transportasi : Mengkritik Indonesia
Lewat Jogja”. Yogyakarta : Dunia kata
Morlok, Edward K. 1978. "Pengantar teknik dan Perencanaan Transportasi. Alih
bahasa Johan
Tamin, OZ., (1997). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Penerbit ITB,
Bandung.
http://www.pemkomedan.go.id/infodata.php, diakses tanggal 27 Agsutus 2013 )
http://theglobejournal.com/cities/32386-kendaraan-per-bulan-masuk-ke-sumutancaman/index.php, diakses tanggal 27 Agsutus 2013 )
http://www.hariansumutpos.com/2013/01/50066/25-juta-kendaraanberseliweran#axzz2cWMeO02D, diakses tanggal 27 Agsutus 2013 )
http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=13792, diakses tanggal 27
Agsutus 2013 )

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1