SEMINAR PROPOSAL Analisis Strength Kekua

Analisis Strength (Kekuatan), Weakness
(Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan
Thread (Ancaman) Sebagai Strategi
Peningkatan Daya Saing Pada Industri
Kerajinan Batik Kabupaten Tulungagung
PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
GILANG IQBAL MAULANA HABIBI
NIM. 17402153178

JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
MEI 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah Indonesia kondisi perekonomian Negara yang

mengalami krisis moneter yang berkepanjangan pada tahun 1998 memberi
dampak besar terhadap banyak bidang kehidupan masyarakat Indonesia pada
umumnya dan perkembangan industri pada khususnya. Dalam kondisi krisis
tersebut ternyata Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat bertahan dan
berkembang. Usaha Kecil Menengah memiliki kemampuan dalam penyedia
barang dan jasa bagi konsumen dan memberikan kontribusi besar dalam
peningkatan devisa Negara. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai
peran yang besar dalam pembangunan ekonomi nasional.
Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi

nasional

dan

penyerapan tenaga kerja, Usaha Kecil dan Menengah juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan dan merupakan motor penggerak
pertumbuhan aktivitas ekonomi nasional. Secara umum Usaha Kecil dan
Menengah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian
nasional. Sebagai gambaran, pada tahun 2000 tenaga kerja yang diserap
industri rumah tangga (salah satu Prosiding Seminar Nasional 2013 Menuju

Masyarakat Madani dan Lestari 746 bagian dari usaha mikro sektor
perindustrian) dan industri kecil mencapai 65,38% dari tenaga kerja yang
diserap sektor perindustrian nasional.
Pada tahun yang sama sumbangan usaha kecil terhadap total PDB
mencapai 39,93%. Pentingnya peranan UKM dalam mengembangkan
perekonomian nasional ditunjukkan dengan ditetapkannya Undang-Undang RI
nomor 20 tahun 2008 tentang usaha kecil dan selanjutnya diikuti dengan
peraturan pemerintah RI nomor 32 tahun 1998 tentang pembinaan dan
pengembangan usaha kecil. Inti dari peraturan ini adalah adanya pengakuan
dan upaya untuk memperdayakan UKM. Dalam PP tersebut disebutkan bahwa
usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional yang
mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yangpenting dan strategis dalam
mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang kokoh.
Batik telah dikenal sejak abad XVII, dan pada tanggal l2 Oktober
2009 telah mendapat pengkuan dari badan PBB yaitu UNESCO sebagai The

Intangible cultural heritage. Pengakuan tersebut karena batik dari Indonesia
mampu merefleksikan aspek oraltradition, social customs dan traditional
handicraft. Batik saat ini menjadi sentra Bisnis yang menjanjikan dan
pemberdayaan batik merupakan salah satu cara menjaga warisan budaya. Batik

dalam masa modern seperti sekarang tidak redup begitu saja di makan zaman
teknologi, malah semakin dicari dan diburu oleh masyarakat di semua
kalangan. Maka dari itu, pengusaha Btik kian menggencarkan produksi dan
pemasaran untuk memenuhi pasar regional maupun nasional.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan
perusahaan

dalam

rangka

mencapai

tujuan

yaitu

mempertahankan

kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan laba. Pemasaran juga

merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk itu
kegiatan pemasaran harus dapat memberikan kepuasan konsumen jika
perusahaan tersebut menginginkan usahanya tetap berjalan terus atau
menginginkan konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap
perusahaan. Bisa dikatakan bahwa pemasaran adalah nyawa dari sebuah
perusahaan.
Dalam buku Perjalanan Pemikiran Konsep Pemasaran Hermawan
Kartajaya dari Indonesia untuk Indonesia, Strategi pemasaran menjadi hal yang
sangat penting bagi perusahaan dimana strategi merupakan suatu cara
mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hubungan strategi dan pemasaran
menjadi penting dalam dunia bisnis, karena pada hakikatnya hubungan ini
merupakan langkah-langkah kreatif yang berkesinambungan, yang diupayakan
oleh

sebuah

perusahaan

guna


mencapai

target

pemasaran

dalam

memaksimalkan kepuasan pelanggan secara optimal. Pemasaran tidak hanya
dipertimbangkan sebagai alat penjualan dan penciptaan permintaan, tetapi
dipertimbangkan sebagai bagian terpenting bagi perusahaan dalam meraih
kepercayaan konsumen.1
Beragam cara dilakukan mulai dari pasang iklan di pinggir jalan,
media masssa, hingga elektronik, tak kalah dengan majunya teknologi,
penggunaan media social seperti Facebook, Instagram, Buka Lapak, Toko
Pedia dan sebagainya digunakan sebagai sarana pemasaran. Karena media
1 Mussry, Jacky dan Iwan Setiawan, Perjalanan Pemikiran Konsep Pemasaran
Hermawan Kartajaya dari Indonesia untuk Indonesia, (Surabaya : Erlangga, 2010), hal. 86.

sosial biayanya murah dan bebas dari ambiguitas, maka media tersebut akan

menjadi masa depan untuk komunikasi pemasaran. Karena itu, konsumen
memiliki potensi untuk mempengaruhi konsumen lain dengan opini dan
pengalaman yang telah mereka rasakan, selain itu konsumen akan lebih terlibat
pada aktivitas lain yang dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan
wawasan mengenai pasarnya.
Dengan demikian pendekatan marketing yang bersifat vertikal
digantikan oleh pendekatan yang bersifat horizontal. Di era horisontal ini, pasar
tidak lagi menjadi objek melainkan subjek karena penciptaan nilai pemasaran
akan bertambah kalau perusahaan dapat melibatkan pelanggannya. Pergeseran
itu, misalnya, dari segmentasi ke komunitisasi, targetting ke confirmation,
positioning ke clarification, differentiation ke codification. Sementara, bauran
marketing 4P (product, price, place, promotion) bergeser menjadi co-creation,
currency, communal activation, dan conversation. Selanjutnya, selling menjadi
commercialization, brand menjadi character, service menjadi care, process
menjadi collaboration. Semua itu disebut dengan 12C.
Seiring dengan perkembangan waktu persaingan bisnis pun semakin
ketat karena pasar mulai dipenuhi oleh lebih banyak lagi perusahaan. Situasi ini
tentu akan mempengaruhi daya tawar konsumen menjadi lebih tinggi. Sadar
akan hal ini, banyak pelaku usaha mulai mengubah paradigmanya dan
menyadari pentingnya pelayanan kepada konsumen. Dalam dunia bisnis di

Indonesia telah banyak pengrajin batik yang telah diakui oleh masyarakat akan
karyanya. Apalagi menjalani bisnis di bidang tersebut tidak hanya
menguntungkan secara materi saja, namun bisnis tersebut juga sekaligus bisa
menjadi sarana pelestarian dan pemberdayaan warisan budaya bangsa
Indonesia.
Batik Tulis yang di produksi hanya tidak terbatas pada kebutuhan
kaum hawa saja, melainkan menjadi kebutuhan kaum adam untuk tampil
sederhana namun elegan dengan penuh kebanggaan. Batik sudah berdiri seja
tahun 1984 hingga sekarang. Sudah ratusan ribu karya telah diproduksi untuk
dikenalkan pada masyarakat Tulungagung maupun Nasional. Dalam hal ini
peneliti meneliti beberapa pusat Batik
Tulungagung.

yang berada di Kabupaten

Dengan ini peneliti akan mencari lebih dalam Menganalisis dengan
melihat Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang),
dan Thread (Ancaman) pada Industri Batik
Strength


(Kekuatan),

dengan judul “Analisis

Weakness

(Kelemahan),

Opportunity (Peluang), dan Thread (Ancaman) Sebagai
Strategi

Peningkatan

Daya

Saing

Pada

Kerajinan Batik Kabupaten Tulungagung”


Industri

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana st Bagaimana bentuk Pendidikan dan Pelatihan terhadap SDM
pada industri kerajinan batik Batik di Kab tulungagung?
2. Bagaimana kondisi SDM, bahan baku, pemasaran, dan teknologi industry
Batik Di Kab Tulungagung ?
3. Bagaimana Kondisi Lingkungan Internal Dan Eksternal Pada Industri
Kerajinan Batik Di Kab Tulungagung ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan Skripsi
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah:
a. Mengetahui bentuk Pendidikan dan Pelatihan terhadap SDM pada
industri kerajinan Batik Di Kab Tulungagung .
b. Mengetahui kondisi SDM, bahan baku, pemasaran dan teknologi pada
Industri Batik Di Kab Tulungagung
c. Mengetahui Kondisi Lingkungan Internal Dan Eksternal Pada Industri
Kerajinan Batik Di Kab Tulungagung .
2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis
1) Untuk menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
khususnya mengenai analisis Strength (Kekuatan) Weakness
(Kelemahan),

Opportunity

(Peluang),

dan

Thread

(Ancaman) pada industri kerajinan batik Di Kab Tulungagung .
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mengembangkan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan
Strength

(Kekuatan),


Weakness

(Kelemahan),

Opportunity (Peluang), dan Thread (Ancaman) pada
industri kerajinan batik Di Kab Tulungagung .
b. Secara praktis
1) Bagi akademik

Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi civitas
akademika (Institut Agama Negeri) IAIN Tulungagung.
2) Bagi Instansi/Batik Tulungagung
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi usaha kerajinan batik
terutama pemilik, Kabupaten Tulungagung untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha batik di Kabupaten Tulungagung.
3) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan
rujukan untuk peneliti selanjutnya.
.

D. Penegasan Istilah
1. Penegasan Konseptual
a. Strenght (kekuatan) merupakan kompetensi khusus yang terdapat dalam
organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit
usaha dipasaran. Hal demikian dikarenakan satuan bisnis memiliki sumber,
ketrampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari
para pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah direncanakan
akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan. 2
b. Weaknesses (Kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek keterbatasan
dan kelemahan.3
c. Opportunities (Peluang) merupakan berbagai situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi satu satuan bisnis. 4
d. Threats

(Ancaman)

merupakan

faktor-faktor

lingkungan

yang

tidak

menguntungkan suatu satuan bisnis. Jika tidak diatasi ancaman akan menjadi
“ganjalan” bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang
maupun di masa mendatang.5

2 Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hal. 172.
3 Ibid., hal. 173.
4 Ibid., hal. 173.
5 Ibid., hal. 173.

e. Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilitas
atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan
pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan,
memberikan jasa,atau akivitas lain yang bertujuan memperoleh keuntungan,
seperti manajemen rekening investasi terbatas. 6

2. Penegasan Operasional
a. Kekuatan merupakan keunggulan yang dimiliki oleh Batik
Tulungagung yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan
b. Kelemahan

merupakan

kekurangan

yang

dimiliki

oleh

Batik

dibandingkan dengan para pesaing yang ada.
c. Peluang merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan oleh Batik
untuk meningkatkan pendapatan.
d. Ancaman merupakan situasi yang dihadapi oleh Batik dan harus segera
di atasi agar tidak menjadi ganjalan bagi kinerja perusahaan.
Yang dimaksud dengan “Analisis Strength (Kekuatan)
Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan
Thread

(Ancaman)

Sebagai

Strategi

Peningkatan

Daya Saing Pada Industri Kerajinan Batik Kabupaten
Tulungagung” dalam penelitian ini adalah bagaimana peran pelaku
industri

dalam meningkatkan penjualan Batik

di ranah Regional dan

Nasional.

6 Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,2001), hal.
204.

E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penelitian ini berisi tentang isi keseluruhan penelitian
yang terdiri dari bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir penelitian. Bagian
awal memuat sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan penguji, halaman pernyataan keaslian, motto, halaman
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran, dan abstrak.
Adapun bagian isi, penelitian terdiri dari enam bab, yaitu:
BAB I

Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.

BAB II

Kajian Pustaka, memuat uraian tentang tinjauan pustaka
atau buku-buku teks yang berisi teori-teori besar (grand
theory) dan hasil dari penelitian terdahulu. Pembahasan
dalam bab ini terdiri dari sub bab deskripsi teori mencakup
teori-teori analisis Strength (Kekuatan) Weakness
(Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan
Thread (Ancaman)

BAB III

Metode Penelitian, berisi tentang rancangan penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, waktu penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV

Hasil penelitian, berisi tentang gambaran umum objek
penelitian meliputi sejarah, profil industry kerajianan,
struktur organisasi, dan pegawai-pegawai yang ada di Batik
di Kab Tulungagung , temuan penelitian meliputi peranan
Pemilik

dalam

memasyarakatkan

memasarkan

Batik

sebagai

Batik
asset

dalam

Nasional

di

Kabupaten Tulungagung dan Nasional, dan mengenai
hambatan-hambatan yang dialami oleh Batik

dalam

menjalankan kapasitasnya, dan analisis data merupakan

uraian tentang hasil analisis penulis dari data-data yang
didapatkan, meliputi bagaimana peranan yang telah
dilakukan Batik dalam rangka meningkatkan pemasaran
Batik dan hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh
Batik dalam melaksanakan peranannya tersebut.
BAB V

Pembahasan hasil penelitian yang memuat keterkaitan
antara temuan penelitian dengan teori-teori besar yang
diuraikan di kajian

BAB VI

Penutup, dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan
saran-saran.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Defnisi Usaha Kecil Menengah
Menurut UU No. 9/1995, yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah
usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki kekekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar.
3. Milik Warga Negara Indonesia (WNI).
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau besar.
5. Bentuk usaha merupakan orang perseorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk
koperasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan
entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Menurut
Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop
dan UKM), yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro
(UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-.
Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik
warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih antara Rp 200.000.000
s.d. Rp 10.000.000.000,-.7 Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2008
tentang UMKM yang dikutip dari (www.bi.go.id) ada beberapa kriteria yang
dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
7 Diakses dari http//:www.bps.go.id pada tanggal 28 Maret 2017, pada
pukul 16.04 WIB.

Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :8
1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UU
No. 20 tahun 2008 ini digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang
dimiliki oleh sebuah usaha seperti yang diuraikan sebagai berikut :
1. Usaha Mikro
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
2. Usaha Kecil

8 Diakses dari http//:www.bi.go.id pada tanggal 28 Maret 2017, pada pukul
16.50 WIB.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3. Usaha Menengah
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah); atau Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
B. Faktor-Faktor Produksi dalam Usaha Kecil dan Menengah Batik
Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk mempermudah analisis maka
faktor produksi dianggap tetap kecuali tenaga kerja, sehingga pengaruh faktor
produksi terhadap kuantitas produksi dapat diketahui secara jelas. Ini berarti
kuantitas produksi dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja yang digunakan.
Faktor produksi yang dianggap konstan disebut faktor produksi tetap, dan
banyaknya faktor produksi ini tidak dipengaruhi oleh banyaknya hasil
produksi.
Faktor produksi yang dapat berubah kuantitasnya selama proses
produksi atau banyaknya faktor produksi yang digunakan tergantung pada hasil
produksi yang disebut faktor produksi variabel. Periode produksi jangka
pendek apabila di dalam proses produksi yang bersifat variabel dan yang
bersifat tetap. Proses produksi dikatakan jangka panjang apabila semua factor
produksi bersifat variabel.
Adapun dalam usaha kecil dan menengah batik faktor-faktor produksi
yang digunakan antara lain meliputi:
a. Modal Sebagai Faktor Produksi
Modal adalah dana yang digunakan dalam proses produksi saja, tidak
termasuk nilai tambah dan bangunan yang ditempati atau biasa yang disebut
modal kerja (Lembaga Penelitian Ekonomi UGM, 1983). Masalah modal

sering disorot sebgai salah satu faktor utama penghambat produksi dan dengan
demikian juga penggunaan tenaga kerja “Working Capital Employee Labor”
berarti bahwa tersedianya modal kerja yang cukup mempunyai efek yang besar
terhadap penggunaan tenaga kerja. Modal merupakan sinonim kekayaan, yaitu
semua barang yang dimiliki orang seorangan. Tanah berserta sumber alam yang
terkandung didalamnya sering disebut modal alami, untuk membedakan dari
modal buatan seperti gedung, mesin-mesin alat-alat, dan bahan-bahan.
Munurut Bambang Riyanto sumber-sumber penawaran modal
diantaranya yaitu:9
1. Sumber internal yaitu modal yang dihasilkan sendiri.
2. Sumber eksternal yaitu modal dari luar perusahaan.
3. Suplier
4. Bank
5. Pasar modal
b. Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi
Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi, baik dalam kuantitas dan kualitas.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan harus disesuaikan dengan kebutuhan
sampai tingkat tertentu hingga dicapai hasil yang optimal. Menurut UndangUndang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagkerjaan, tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Berdasarkan Biro Pusat Statistik, 2008 (BPS) perhitungan produktivitas tenaga
kerja adalah dengan membagi kuantitas hasil dengan kuantitas penggunaan
masukan tenaga kerja, di mana masukan tenaga kerja dapat dihitung dalam hari
kerja setara pria (HKSP), hari orang kerja (HOK), ataupun dalam perhitungan
waktu kerja satu tahun.
Adapun perhitungan hari kerja setara pria (HKSP) yang berlaku di
kalangan pertanian yaitu untuk pria, wanita dan anak laki-laki berumur 10
tahun maka berturut-turut adalah sebesar 1; 0,7; dan 0,5 HKSP dan dapat
bekerja penuh dalam 7 jam perhari.
9 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi ke-3, (Yogyakarta:
BPFE, 1993), hal. 156.

c. Bahan Baku Sebagai Faktor Produksi
Sukanto Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo mengatakan bahwa
bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting.
Kekurangan bahan dasar yang tersedia dapat berakibat terhentinya proses
produksi karena habisnya bahan baku untuk diproses. Tersedianya bahan dasar
yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses
produksi. Oleh karena itu perlu diadakan perencanaan dan pengaturan terhadap
bahan dasar ini baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya.10
1) Lilin Batik Sebagai Bahan Baku
Di samping mori (kain) sebagai bahan baku, pembuatan warna batik
juga menggunakan malam atau “lilin batik” sebagai bahan perintang. Bahan
perintang dalam proses pemembatikan, malam “lilin batik” digunakan untuk
menutup hiasan sehingga membebaskannya dari bahan pewarna ketika
dilakukan proses pencelupan. Lilin batik merupakan campuran beberapa
macam bahan diantaranya yaitu: paraffin, kote (lilin lebah), gondorukem (getah
pohon pinus), damar (mata kucing), lilin gladhagan (lilin bekas), kendal (lemak
dari tumbuhan) dan minyak kelapa atau lemak hewan. Semua bahan ramuan
tersebut dapat diperoleh di dalam negeri.
2) Obat Pewarna Sebagai Bahan Baku
Proses pembuatan batik menggunakan obat pewarna, baik zat warna
nabati maupun zat warna buatan. Zat warna nabati berasal dari daun, kulit
kayu, pokok kayu, akar pohon atau umbi. Contoh pewarna nabati misalnya,
daun nila untuk warna biru atau kebiru-hitam, akar pohon mengkudu untuk
warna merah, kayu tegeran atau kunyit untuk warna kuning, kulit kayu tingi
untuk merah-cokelat, dan kayu soga untuk warna cokelat. Semua obat pewarna
nabati dapat diperoleh di dalam negeri, sedangkan zat warna buatan sampai
saat ini didatangkan dari luar negeri, antara lain Jerman (HOECHST), Inggris

10 Sukanto Rekso Hadiprojo dan Indriyo Gito Sudarmo, Manajemen Produksi Edisi 4.
(Yogyakarta : BPFE, 1998), hal. 199.

(ICI), Swiss (CIBA) Perancis (FRANCOLOR), Amerika (DU PONT) dan
Italia (ACNA).11

11 Efi Eka Wanty, Analisis Produksi Batik Cap dari UKM Batik Kota Pekalongan
(Studi Pada Sentra Batik Kota Pekalongan-Jawa Tengah), (Thesis Mahasiswa Pasca Sajana
Magister Manajemen FE UNDIP Semarang, 2006), hal. 26.

C. Pengertian Analisis SWOT
Menurut Fredy Rangkuti, Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis

(strategic

planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini
disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis
situasi adalah analisis SWOT.12
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, Analisis SWOT merupakan
salah satu instrument analisis yang ampuh apabila digunakan dengan tepat.
Maksudnya, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu
strategi perusahaan dalam memaksimalkan peranan factor kekuatan dan
pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk
meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan
dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

13

Telah diketahui pula

bahwa analisis SWOT merupakan akronim untuk kata-kata strengths,
(kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats
(ancaman). Factor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu
organisasi, termasuk satuan bisnis tertentu sedangkan peluang dan ancaman
merupakan factor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau satuan
bisnis yang bersangkutan.
Analisis SWOT biasa digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan
tantangan di lingkungan bisnis maupun pada lingkungan internal perusahaan.
Manajer tingkat atas menggunakan SWOT untuk mendorong refleksi diri dan
diskusi kelompok tentang bagaimana mengembangkan perusahaan dan
posisinya untuk mencapai sukses. Untuk memudahkan dalam melaksanakan
12 Fredy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka, 2001), hal 18-19.
13 Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hal.
172-173.

analisis

SWOT

diperlukan

matriks

SWOT.

Matriks

SWOT

akan

mempermudah merumuskan berbagai strategi. Pada dasarnya alternatif strategi
yang diambil harus diarahkan pada usaha-usaha untuk menggunakan kekuatan
dan memperbaiki kelemahan, memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta
mengatasi ancaman. Sehingga dari matris SWOT tersebut akan memperoleh
empat kelompok alternatif strategi yang disebut dengan strategi SO, strategi
WO, strategi ST, dan strategi WT.14
Dengan matriks strategi SWOT tersebut, kemudian dilakukan
positioning, untuk mengukur posisi bank yang bersangkutan dalam pasar
perbankan. Mengingat pengaruh aspek internal dan eksternal terhadap bisnis
bank berbeda-beda, maka dalam melakukan positioning harus dilakukan
pembobotan atas aspek-aspek tertentu. Caranya adalah dengan terlebih dahulu
membuat prioritas, mulai dari aspek yang paling berpengaruh hingga ke aspek
yang paling tidak berpengaruh.
Selanjutnya setiap aspek yang telah diberi bobot tersebut dapat dinilai
dengan menggunakan hasil identifikasi SWOT. Jika factor kekuatan lebih besar
pengaruhnya (dominan) dibandingkan dengan factor kelemahan maka suatu
aspek internal dinilai kuat. Sebaliknya jika factor kekuatan lebih kecil
pengaruhnya dari factor kelemahan maka suatu aspek internal dinilai lemah.
Jika factor kekuatan relative seimbang dengan factor kelemahan maka suatu
aspek internal dinilai sedang. Jika factor peluang suatu aspek eksternal lebih
besar pengaruhnya dari faktor ancamannya maka aspek tersebut dinilai
menarik.
Sebaliknya jika faktor peluang lebih kecil pengaruhnya dari factor
ancaman maka suatu aspek eksternal dinilai tidak menarik. Jika factor peluang
relatif seimbang pengaruhnya dibandingkan dengan factor ancaman maka suatu
aspek eksternal dinilai sedang. Setelah penetapan nilai dilakukan, dilakukan
pemberian skor/nilai untuk setiap aspek internal maupun eksternal. Misalnya
suatu aspek dinilai kuat atau menarik diberi skor 3, bila nilai sedang diberi
skor 2 dan jika lemah atau tidak menarik diberikan skor 1. Setelah itu skor
masing-masing aspek dikalikan dengan bobotnya, kemudian seluruh aspek

14 Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (TK: PT.
Gelora Aksara Pratama, 2005), hal 51.

internal dan eksternal dijumlahkan.15 Akhirnya didapatkan skor total untuk
aspek internal dan skor total untuk aspek eksternal seperti terlihat pada table
diatas.
Berdasarkan hasil pemberian skor yang diperoleh tersebut, dapat
dibuat grafik positioning, dimana sumbu vertical menunjukkan total skor aspek
eksternal dan sumbu horizontal menunjukkan total skor aspek internal. Angka
koordinat kedua aspek tersebut menunjukkan posisi usaha bank yang
bersangkutan. Kendati demikian analisis SWOT memiliki keterbatasan.
Keterbatasan yang dimiliki analisis SWOT antara lain sebagai
berikut: 16
1. Kekuatan tidak selalu menjadi suatu keunggulan
2. Analisis SWOT terhadap lingkungan eksternal terlalu sempit.
3. SWOT memberikan analisis pada keadaan statis dan tidak dinamis.
4. SWOT selalu menekankan pada strategi satu dimensi.
Faktor-Faktor dalam Analisis SWOT
1) Strenght (Kekuatan)
Kekuatan merupakan kompetensi khusus yang terdapat dalam
organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit
usaha dipasaran. hal demikian dikarenakan satuan bisnis memiliki sumber,
ketrampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari
para pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah direncanakan
akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan. Contohcontoh bidangbidang keungguan itu antara lain: kekuatan pada sumber keuangan, citra
positif, keunggulan kedudukan dipasar, hubungan dengan pemasok, loyalitas
pengguna produk dan kepercayaan para berbagai pihak yang berkepentingan.

2) Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
15 Ibid., hal 53.
16 Ibid., hal. 53.

penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek keterbatasan
dan kelemahan kelemahan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang
dimiliki atau tidak dimiliki., kemampuan manajerial yang rendah, ketrampilan
pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau
kurang diminati oleh konsumen atau calon pengguna dan tingkat perolehan
keuntungan yang kurang memadai.
Kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas terkontrol suatu
organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Hal ini
muncul dalam manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi,
penelitian dan pengembangan dan sebagainya.17
3) Opportunities (Peluang)
Peluang

merupakan

berbagai

situasi

lingkungan

yang

menguntungkan bagi satu satuan bisnis. Yang dimaksud dengan berbagai
situasi tersebut adalah:
a) Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna produk.
b) Hubungan dengan para pembeli yang akrab dan
c) Hubungan dengan para pemasok yang harmonis.
d) identifikasi suatu segemen pasar yang belum mendapat perhatian
e) Perubahan dalam kondisi persaingan
f) Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka berbagai
kesempatan baru dalam kegiatan berusaha.

17 Fred R. David, Manajemen Strategik, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal 17.

4) Threats (Ancaman)
Ancaman

merupakan

faktor-faktor

lingkungan

yang

tidak

menguntungkan suatu satuan bisnis. Jika tidak diatasi ancaman akan menjadi
“ganjalan” bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang
maupun di masa mendatang. Berbagai contohnya antara lain:
a) Masuknya pesaing baru dipasar yang sudah dilayani oleh satuan bisnis.
b) Pertumbuhan pasar yang lamban
c) Meningkatnya posisi tawar pembeli prduk yang dihasilkan.
d) Menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang
diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu.
e) Perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai.
f) Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restriktif.
D. Teori Daya Saing
Daya Saing atau keunggulan bersaing dalam perdagangan suatu
komoditas atau produk antarnegara telah mengalami perkembangan. Konsep
pertama yang dimulai pada keunggulan absolute dari Adam Smith yang
menyatakan bahwa dua negara akan mendapatkan keuntungan dari
perdagangan

apabila

menghasilkan

produk

faktor-faktor
yang

dari

lebih

masing-masing
murah

negara

dibandingkan

dapat
dengan

memproduksinya sendiri.18
Konsep keunggulan komparatif yang menyatakan bahwa apabila
suatu negara dapat memproduksi masing-masing dari dua barang dengan lebih
efisien dibandingkan negara lainnya. Aspek dinamika dari keunggulan
komparatif adalah produk life cycle hypothesis. teori yang menyatakan
pentingnya

teknologi

dalam menentukan struktur

industri dan

pola

perdagangan suatu negara. Namun dalam hal ini keduanya tidak menjelaskan
berapa lama masing-masing tahapan berlangsung.19
E. Strategi Pemasaran Produk
18 Fadhila Ramadhani ,Analisis Daya Saing Teh. Skripsi. (Semarang: Fakultas Ekonomi
UNNES, 2014), hal. 3.
19 Faisal Basri dan Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009),
hal 13.

1. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran kini telah merambah keseluruh dunia dalam segala
sektor kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan lainnya. dan tak
dipungkiri lagi kebutuhan suatu perusahaan dalam pemasaran produk tidak
lepas dari strategi pemasaran agar dapat menembus pasar sasaran yang dituju.
Penelitian ini secara umum membahas tentang strategi pemasaran dan
memahami secara mendalam terkait strategi pemasaran. Perlu kita ketahui
bahwa setiap perusahaan mempunyai tujuan agar tetap hidup dan berkembang
terus guna mencapai kemajuan, melalui usaha mempertahankan dan
meningkatkan keuntungan perusahaan, melalui usaha mencari dan membina
langganan serta usaha mengusai pasar.
Tujuan ini hanya dapat dicapai, apabila bagian pemasaran perusahaan
melakukan strategi yang mantap untuk dapat menggunakan kesempatan atau
peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan
perusahaan di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan. Secara
umum teori strategi menurut bahasa adalah untuk mencari suatu maksud. Jadi
strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan untuk mencapai sesuatu
maksud dalam pencapaian tujuan organisasi.20 Dalam buku Marketing menurut
Philip Kotler menjelaskan bahwa strategi adalah wujud rencana yang terarah
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21
Pass dan Lowes menjelaskan Strategi adalah rencana-rencana dan
tindakan terpadu untuk mengubah posisi pasarnya dengan meninggalkan
segmen pasar (Market Segmen) tertentu untuk berkonsentrasi kesegmen pasar
lain yang memungkinkan perusahaan itu memiliki posisi kompetitif yang lebih
kuat.22 Menurut pendapat Swastha, strategi adalah serangkaian rancangan besar
yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk
mencapai tujuannya.23 Sedangkan dalam buku Manajemen Pemasaran dan
Pemasaran Jasa Kenneth R. Andrews menyatakan bahwa strategi perusahaan
adalah

pola

keputusan

dalam

perusahaan

yang

menentukan

dan

20 Poerwo Darminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai pustaka, 1993),
hal. 965.
21 Philip Kotler, Marketing . Cet 3, (Jakarta: Erlangga, 1994), hal 7.
22 Christopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Bisnis. (Jakarta : Penerbit
Erlangga, 1999), hal. 569.
23 Agus Hermawan, Komunikasi Pemasaran. (Jakarta: Erlangga, 2012), hal 33.

mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijakan
utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan
bisnis yang akan dikejar oleh perusahaan.24
Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses
pertukaran.25 Menurut Basu Swastha DH, pemasaran adalah sistem seluruhan
dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang jasa, ide kepada pasar sasaran
agar dapat mencapai tujuan organisasi.26 Pada dasarnya pemasaran bermula
dari perencanaan startegis, yang lebih dahulu menetapkan visi, misi, tujuan
lembaga.
Strategi pemasaran adalah proses perencanaan dan implementasi
kebijakan perusahaan untuk mewujudkan tujuan-tujuan perusahaan yang sesuai
dengan visi dan misi perusahaan. Dalam buku komunikasi pemasaran Agus
Hermawan menyatakan Strategi pemasaran sangat diperlukan untuk mencegah
penurunan jumlah komsumen serta jatuhnya daya saing produk bisnis di
pasar.27 Strategi merupakan daya kreativitas dan daya cipta (inovasi) serta
merupakan cara pencapaian tujuan yang sudah ditentukan oleh pemimpin
puncak perusahaan sedangkan fokus pada pemasaran dilakukan oleh manajer
pemasaran.
Melalui strategi ini sebuah proses pemasaran yang baik dapat
dipertahankan, memberikan cara-cara yang baru yang membuat para pelanggan
senantiasa menemukan keunikan dalam produk, hal ini merupakan salah satu
strategi yang dibutuhkan dalam pemasaran. Menurut Philip Kotler menjelaskan
bahwa produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar
agar diperhatikan, diminta, dipakai, atau dikonsumsi sehingga mungkin
memuaskan keinginan dan kebutuhan.28 Produk bisa berupa benda fisik, jasa,
24 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung: Alfabeta,
2013), hal 199.
25 Marius P. Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran. Cet.2. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), hal. 03.
26 Danang Sunyoto, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Konsep, Strategi dan Kasus.
(Yogyakarta: CAPS, 2014), hal 14.
27 Agus Hermawan, Komunikasi Pemasaran. (Jakarta: Erlangga, 2012), hal 33.
28 Danang Sunyoto, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Konsep, Strategi dan Kasus.
(Yogyakarta: CAPS, 2014), hal 69.

orang, tempat. Oganisasi dan gagasan (ide). Sedangkan jenis produk (product
item) adalah unit produk yang bisa dibedakan menurut ukuran, harga,
penampilan, atau beberapa atribut lain.
Sedangkan Danang Sunyoto menggolongkan atau mengklasifikasikan
mengenai produk sesuai daya tahannya, yaitu sebagai berikut:29
a. Barang yang tahan lama (durable goods), merupakan barang nyata yang
biasanya melayani banyak kegunaan, misalnya pakaian, peralatan
otomotif, komputer, lemari dan sebagainya.
b. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods), merupakan barang
nyata yang biasanya dikonsumsi untuk satu atau beberapa kegunaan,
misalnya pasta gigi, kuliner, mimuman, dan lainnya.
c. Jasa, merupakan kegiatan, manfaat atau kegunaan yang ditawarkan untuk
dijual, misalnya bengkel sepeda motor, reparasi komputer, laundry, jasa
angkutan barang, jasa olah data, rental mobil, kursus bahasa dan lainnya.
Serta dalam buku manajemen pemasaran dan pemasaran jasa bahwa
produk ialah segala suatu yang dapat ditawarkan di pasar, untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dan produk banyak macam seperti
barang, jasa, pengalaman, events, orang, tempat, kepemilikan, organisasi,
informasi dan ide. Sehingga stategi pemasaran produk adalah serangkaian
tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usahausaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu dalam menghadapi
lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah guna dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal dalam
penciptaan produk.30

29 Ibid., hal 73.
30 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung: Alfabeta,
2013), hal 139.

2. Konsep Strategi Pemasaran
Menurut A. Usmara dalam buku Strategi Baru Manajemen Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap
perusahaan. McDonald menjelaskan bahwa “formulation marketing
strategies is one of the most critical and difficult parts of the
entire marketing process.” (formulasi strategi pemasaran adalah salah
satu bagian yang paling penting dan sulit dari seluruh proses pemasaran).31
Menurut Agus Suryana dalam buku Strategi Pemasaran untuk pemula,
strategi pemasaran meliputi beberapa elemendiantaranya:32
a. Segmentasi yaitu upaya pembagian pasar, saluran, ataupelanggan ke
dalam berbagai kelompok dengan kebutuhan yang berbeda.
b. Riset pasar (penelitian konsumen) yaitu suatu format penelitian bisnis
yang merupakan suatu format dari sosiologi terapan berkonsentrasi pada
pemahaman perilaku, tingkah dan pilihan, dari pelanggan di dalam
ekonomi berdasarkan pasar. Riset ini dilakukan sebagai cara memperoleh
informasi berharga yang dapat digunakan untuk mengevaluasi peluang
kesuksesan perusahaan.33
c. Branding (merek) yaitu nama perusahaan, bagaimana nama itu secara
visual diekspresikan melalui logo dan bagaimana nama dan logo itu
diperluas sepanjang suatu komunikasi organisasi.34
d. Strategi produk baru yaitu suatu pengembangan produk dalam rangka
bereaksi terhadap kompetisi global di dalam pasar seperti halnya bersaing
secara efektif atas dasar global.35
e. Penetapan harga (pricing) yaitu proses manual atau otomatis dari
penerapan harga untuk perintah membeli dan menjual.36
Dalam buku Pemikiran Kreatif Pemasaran menurut Henry Mintzberg,
suatu strategi dapat membentuk dan dibentuk. Suatu strategi yang terealisasi
31 A. Usmara, Strategi Baru Manajemen Pemasaran. (Yogyakarta: Amara Books,
2003), hal 22.
32 Agus Suryana, Strategi Pemasaran Untuk Pemula, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2007)
hal. 01.
33 Ibid., hal. 24.
34 Ibid., hal. 54.
35 Ibid., hal. 81.
36 Ibid., hal. 106.

dapat muncul dalam tanggapan terhadap suatu situasi yang sedang
berkembang, atau strategi itu dapat diciptakan secara sengaja, melalui sebuah
proses

perumusan

(formulation)

yang

diikuti

oleh

pelaksanaan

(implementation). Tetapi ketika keinginan (intention) yang terencana ini tidak
menghasilkan tindakan yang diinginkan, organisasiditinggalkan dengan strategi
yang tidak terealisasi. Sehingga pola akhir yang diinginkan akan terbentuk.37
3. Perbedaan Penjualan dan Pemasaran
Perbedaan antara pemasaran dan penjualan menurut Menurut Paul N.
Bloom & Louise N. Boone:38
a. Selling : Menentukan kebutuhan konsumen terlebih dahulu kemudian
merancang sebuah produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhuan
tersebut.
b. Selling : mendengarkan konsumen dengan tujuan untuk menjawab setia
pertanyaan (kebutuhan) konsumen.
Sedangkan penjualan (selling) menurut Danang Sunyoto, yaitu:39
a. Selling : Tekanannya pada produk
b. Selling : Perusahaan pertama-tama membuat produk kemudian
bagaimana menjualnya.
c. Selling : Manajemen berorientasi pada laba volume penjualan
d. Selling : Perencanaan berorientasi ke jangka pendek, berdasarkan
produk dan pasar.
e. Selling : Tekanannya pada kebutuhan penjual.
Sedangkan pemasaran menurut Paul N. Bloom & Louise N. Boone,
yaitu:
b. Marketing : Berusaha mencari keuntungan dengan cara memenuhi
kebutuhan para konsumen dan memecahkan permasalahan mereka.

37 Usi Usmani, Pemikiran Kreatif Pemasaran, ( Yogyakarta: Amara Books, 2008), hal.
27.

38 Paul N. Bloom dan Louise N. Boone, Strategi Pemasaran Produk : 18 Langkah
Membangun Jaringan Pemasaran Produk Yang Kokoh, (Jakarka : Prestasi Pustakaraya, 2006), hal.
8.
39 Danang Sunyoto, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Konsep, Strategi dan Kasus,
(Yogyakarta: CAPS, 2014), hal. 25.

c. Marketing : mendengarkan setiap konsumen dengan tujuan untuk
memahami kebutuhan mereka.
Sedangkan menurut Danang Sunyoto perbedaan pemasaran dan
penjualan ialah:
b. Marketing : Tekanannya pada keinginan konsumen
c. Marketing : Perusahaan pertama-tama menentukan apa keinginan
konsumen dan kemudian membuat atau mencari jalan keluarnya
bagaimana membuat dan menyerahkan produk untuk emenuhi keinginan
konsumen
d. Marketing : Manajemen berorientasi pada laba usaha
e. Marketing : Perencanaan berorientasi pada hasil jangkan panjang,
berdasarkan produk-produk baru, pasar esok dan pertumbuhan yang akan
datang
f. Marketing : Tekanannya pada keinginan pembeli Dan perbedaan antara
selling dan marketing sangatlah mencolok sehingga masyarakat perlu
memahami kedua hal tersebut dan memenerapkannya secara berbeda.
Orientasi keduanya memiliki kesamaan yaitu memberikan yang terbaik
kepada pelanggan atau konsumen.
F. Penelitian Terdahulu
Mengutip skripsi dari Muhammad Reza Yusa (2011) yang berjudul
“Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm Kampus IPB Darmaga
– Bogor”. EcoFarm yang dibentuk dari hasil kerjasama Departeman Pertanian
Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB merupakan salah satu usaha kecil yang
memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi dan puding
susu. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk Menganalisis faktor-faktor
lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha EcoFarm dan Merumuskanalternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak EcoFarm.
Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan
Data yang metode analisis deskriptif untuk memberikan gambaran secara
sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan
antara fenomena yang diteliti, Analisis dan pengolahan data dilakukan secara

kualitatif melalui pendekatan konsep manajemen strategis untuk mengetahui
lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu menggunakan analisis SWOT dalam
penentuan alternatif strategi.
Berdasarkan analisis lingkungan usaha, lingkungan E-coFarm terbagi
menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal memiliki
kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama EcoFarm adalah adanya hubungan
yang baik antara pekerja dengan penanggung jawab E-coFarm, sedangkan
kelemahan utamanya adalah pemilik usaha kurang fokus terhadap usaha.
Pada lingkungan eksternal faktor-faktor yang menjadi peluang utama
adalah

Peningkatan

kesadaran

masyarakat

akan

kesehatan

dengan

mengkonsumsi minuman kesehatan. Sedangkan faktor faktor yang menjadi
ancaman utama yaitu meningkatnya biaya bahan baku (gula dan BBG).
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka dapat
diformulasikan alternatif strategi yangdapat dilaksanakan.matriks IE dan
SWOT, maka diperoleh sepuluh alternatif strategi pengembangan usaha bagi EcoFarm.
Berdasarkan analisis SWOT, urutan prioritas alternatif strategi
pengembangan

usaha

bagi

EcoFARM

adalah

sebagai

berikut:

1)

Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha, 2)
Mempertahankan dan meningkatakankualitas/mutu produk, 3) Memperluas
wilayah distribusi produk, 4)Meningkatkan kegiatan promosi, 5) Melakukan
pengaturan dalam pengelolaan keuangan perusahaan, 6) Memperbaiki kemasan
produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal, 7) Melakukan
diferensiasi produk yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi untuk
menghadapi pesaing dan pendatang baru, 8)Mempertahankan tingkat harga
bersaing dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan,
9)Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas
terkait, 10) Meningkatkan kualitas SDM.
Keterkaitan terhadap penelitian ini adalah permasalahan yang
mendasar pada usaha UKM yaitu faktor-faktor produksi seperti Sumber Daya
Manusia, Permodalan, Pemasaran dan Teknologi. Yang membedakan penelitian
ini adalah dengan peneliti sebelumnya juga meneliti lingkungan eksternal
faktor politik dan faktor sosial sedangkan dalam penelitian ini tidak meneliti

faktor politik dan sosial karena hanya berfokus pada sdm, bahan baku,
permodalan, pemasaran dan teknologi saja.40
Mengutip jurnal dari Teguh Baroto Dan Chandra Purbohadiningrat
(2014) yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Bisnis PPOB KIPO
Menggunakan Analisis SWOT Dan QSPM”. Dari hasil penelitian tersebut
peneliti melihat persaingan semakin ketat di antara perusahaan penyedia jasa
pembayaran online (seperti listrik, air, dan telepon), hal ini yang membuat
pentingnya strategi untuk meningkatkan daya saing PT X Malang. Cara terbaik
dalam meningkatkan persaingan adalah dengan melibatkan langsung faktorfaktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman.
Analisis SWOT dan QSPM digunakan dalam penelitian ini untuk
merumuskan dan memilih strategi yang tepat untuk daya saing perusahaan.
Dari hasil analisis matriks SWOT dirumuskan empat strategi SO, lima strategi
WO, tiga strategi ST, dan dua strategi WT. Dalam diagram kartesius posisi
perusahaan berada pada strategi WO. Berdasarkan hasil perhitungan matriks
QSPM, prioritas pemilihan strategi WO secara berturut-turut adalah
penambahan featurefeature produk pelayanan jasa dengan bobot 4,75;
memanfaatkan fasilitas internet dalam kegiatan promosi dan pemasaran dengan
bobot 3,88; memanfaatkan jaringan instansi pemerintahan dan perusahaan lain
secara maksimal dengan bobot 3,84; meningkatkan fasilitas pelayanan loketloket kios pembayaran online dengan bobot 3,77; dan membuat rencana kerja
yang sistematis dengan bobot 3,58. Keterkaitan terhadap penelitian ini adalah
metode analisis data yang dilakukan menggunakan analisis SWOT.
Hal yang membedakan penelitian ini adalah objek penelitian pada
jurnal yang tentunya berbeda yaitu meneliti tentang strategi pengembangan
bisnis usaha penyedia jasa pembayaran online dan penelitian ini juga
menggunakan analisis QSPM.41

40 Muhammad Reza, Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada Ecofarm Kampus
IPB Darmaga-Bogor, Skripsi mahasiswa Departeman Agribisnis Manajemen FE Institut Pertanian
Bogor, 2011.
41 Chandra Purbohadiningrat Baroto Teguh, Analisis Strategi Pengembangan Bisnis
PPOB Kipo Menggunakan Analisis SWOT Dan QSPM, Dalam Jurnal Teknik Industri, Vol. 15, No.
1, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2014), hal 88-102.

Mengutip jurnal dari Azmi Alvian Gabriel, Imam Santoso dan Dhita
Morita Ikasari yang berjudul “Perencanaan Strategi Pengembangan Industri
Rumah Tangga Gula Kelapa (Studi Kasus Industri Rumah Tangga Gula Kelapa
Desa Gledug Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar)”. Dalam jurnal ini
peneliti menjelaskan Gula kelapa merupakan salah satu produk sektor
agroindustri dengan potensi pengembangan yang baik. Potensi ini didukung
dengan adanya prospek pangsa pasar lokal maupun pasar luar negeri yang baik.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh perumusan strategi yang
dapat digunakan untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi dalam upaya
mengembangkan Industri Rumah Tangga (IRT) gula kelapa Desa Gledug.
Dari hasil analisis SWOT diperoleh 9 alternatif strategi
pengembangan yang dapat diterapkan. Dari hasil pembobotan metode
Analytical Network Process (ANP), didapatkan bahwa strategi pembentukan
ikatan kerjasama d

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63