TATA KELOLA PEMERINTAHAN DALAM PENINGKATAN KAPASITAS ADAPTIFKETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
TATA KELOLA PEMERINTAHAN DALAM PENINGKATAN KAPASITAS ADAPTIF/KETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
Maulana Mukhlis
Jurusan Ilmu Pe me rintahan FISIP Un iversitas La mpung. e-mail : maulanamuk hlis1978@gmail.com
Abstract
City of Bandar Lampung identified as areas in Indonesia are very vulnerable to natural disaster caused by climate change. Currently the intensity and the impact is considered to be more frequent and severe. The role of local government is important for the resilience to face the disaster, especially in mak ing policies and implementing policies resilience for community scale and scale of the city. The purpose of this research was to evaluate the role and policies that have to implemented by local governance. The valuat ed focus on improve local adaptive capacity or resilience. The evaluation of the efforts to increase the adaptive capacity resistance area were analyzed using The Adaptive Capacity Wheel approach within 6 (six) dimensions of variety, learning capacity, roo m for autonomous change, leadership, resources, as well as fair and responsive government. Research shows that awareness of Bandar Lampung city government in order to increase the resilience of the region is already quite high because the city government b andar lampung made climate change as a strategic issue in the formal planning documents as well as the diversity of actions, both urban scale and scale sector. The town has the capacity of learning to learn from the disaster event never experienced in the past. Leadership capacities are also able to affect the appearance of action ranging from strategic planning, policy implementation, and collaboration capabilities by establishing local institutions (specifically related to climate change) involving diversity and optimize existing resources. Although not optimal, the existence of some institutional rules governing regions to shape the resulting policy in the context of climate change also become evidence of governance indicators fair and responsive. In the context of governance in order to increase the adaptive capacity and resilience to climate change, the city of Bandar Lampung worthy example of best practice for other regions in Indonesia.
Keywords: Adaptive Capacity, Resilience, Climate Change
Abstrak
Kota Bandar La mpung teridentifikasi sebagai salah satu daerah di Indonesia yang sangat rentan bencana dengan intensitas serta dampaknya d itengarai akan se ma kin sering dan parah seiring dengan dampak perubahan iklim. Peran Pe merintah Daerah dala m me mbuat keb ija kan dan mengimp le mentasikan a ksi adaptasi/mitigasi merupakan hal penting yang me mpengaruhi ketahanan (resilience) baik ska la ko munitas maupun skala kota untuk menghadapi bencana tersebut. Tujuan riset ini adalah untuk mengevaluasi bagaimana peran dan kebija kan yang telah dijalankan Pe merintah Daerah dala m tata ke lola pe me rintahan ma mpu men ingkatkan kapasitas adaptif atau ketahanan daerah. Evaluasi terhadap upaya peningkatan kapasitas adaptif (ketahanan daerah) tersebut dianalisis menggunakan pendekata n The Adaptive Capacity Wheel dalam 6 (ena m) d imensi yaitu keberagaman, kapasitas pembelajaran, kewenangan untuk berubah, kepemimpinan, sumbe r daya, serta pemerintahan yang adil dan responsif. Hasil riset menunjukkan bahwa kesadaran Pemkot Bandar La mpung dala m upaya peningkatan ketahanan daerah sudah cukup tinggi dengan dijadikannya perubahan iklim sebagai isu strategis dalam doku men perencanaan formal serta keberaga man tindakan, baik ska la kota maupun skala sektor. Kota in i me miliki kapasitas pembela jaran dengan belajar dari peristiwa bencana yang pernah diala mi di masa la lu. Kapasitas kepemimp inan juga ma mpu me mpengaruhi munculnya aksi mula i dari perencanaan strategi, kebijakan, imple mentasi, dan ke ma mpuan kolaborasi dengan me mbentuk ke le mbagaan loka l (khusus terkait dengan perubahan iklim) dengan melibatkan dan mengoptima lkan ke raga man sumber daya yang ada. Meskipun belum optima l, keberadaan beberapa aturan daerah yang mengatur ke le mbagaan hingga bentuk kebijakan yang dihasilkan da la m konteks perubahan iklim juga menjadi bukt i adanya indikator pe me rintahan yang adil dan responsif. Pada konteks tata ke lola pe merintahan dala m upaya peningkatan kapasitas adaptif atau ketahanan terhadap perubahan iklim, Kota Bandar La mpung layak dijadikan contoh best practice bagi daerah lain di Indonesia.
Kata kunci : Kapasitas Adaptif, Ketahanan, Perubahan Ik lim
Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2 / Desemb er 2016
1. Pendahuluan
RAN API menegaskan bahwa tata
1.1. Latar Belakang
pemerintahan di Indonesia sangat berpengaruh terhadap inisiatif lahirnya kebijakan adaptasi Perubahan iklim (climate change) perubahan iklim. Oleh karena itu, RAN API
menjadi salah satu isu global yang tidak hanya diharapkan dapat dijadikan sebagai instrumen dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-
kebijakan untuk membangun soliditas peran negara lain di seluruh dunia dewasa ini.
pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kesadaran itu muncul sebagai respons dari
kapasitas adaptasi dampak luar biasa yang diakibatkan perubahan
dalam
peningkatan
masyarakat --di satu sisi--. serta pengendalian iklim terhadap berbagai sektor kehidupan
dampak/risiko bencana --di sisi lain--. Hal ini manusia, flora dan fauna, serta makhluk hidup
selaras dengan Undang Undang 23 Tahun lainnya. Ancaman kekeringan, banjir/rob,
2014 tentang Pemerintahan Daerah di mana di badai,
pembagian urusan ekosistem, minimnya ketersediaan air,
kebakaran hutan, terganggunya
dalamnya
terdapat
pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah punahnya aneka ragam sumber daya hayati,
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. merosotnya produksi pangan, penyebaran
Regulasi ini menegaskan bahwa sistem hama dan penyakit (tanaman dan manusia),
pemerintahan Indonesia bersifat eksternalitas bahaya paceklik dan kelaparan, serta konflik
dengan adanya pembagian urusan dan sosial adalah beberapa dampak yang sudah
wewenang antara pemerintah pusat dan dirasakan oleh sebagian besar makhluk hidup
eksternalitas ini di planet bumi ini. Positifnya, kesadaran
daerah.
Berlakunya
menimbulkan isu skala dan pembagian peran terhadap ancaman isu perubahan iklim tersebut
dan tanggung jawab --termasuk tanggung telah
jawab dalam perubahan iklim-- dalam konteks internasional yang sangat besar. Konferensi
administrasi kewilayahan maupun level Stockholm (1972), Konferensi Rio de Janiero
pemerintahan.
(1992), Protokol Kyoto (1997 berlaku 2005), Bandar Lampung adalah ibu kota Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan
Provinsi Lampung yang secara geografis
Berkelanjutan di Johannesburg (2002), Bali o terletak pada 5 20' - 5 30‟ lintang dan bujur
Action Plan o (2007), dan terakhir Durban 105 28'-105 37' dengan luas wilayah 19.722 Platform for Enhanced Action (2014) adalah
hektar yang terdiri dari 20 kecamatan dan 128 beberapa bukti adanya kesadaran itu. Deretan
kelurahan. Kota ini dilalui oleh dua sungai komitmen tersebut seluruhnya menunjuk pada
besar yaitu Way Kuala dan Way Kuripan dan satu hal yakni pentingnya pertanggungjawaban
23 sungai kecil. Semua sungai-sungai ini negara terhadap isu perubahan iklim.
membentuk daerah aliran sungai (DAS) yang Wujud keseriusan pemerintah Indonesia
sebagian besar mengarah ke Teluk Lampung. terhadap isu perubahan iklim ditunjukkan
Bandar Lampung juga merupakan kota dengan keluarnya Undang-Undang Republik
pelabuhan yang penting untuk kawasan Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 Tentang
Sumatera. Pelabuhan Kota Bandar Lampung Pengesahan Kyoto Protocol To The United
terletak di suatu pantai berbentuk teluk Nations Framework Convention On Climate
sehingga gelombang tinggi sebagai akibat Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi
angin kencang tidak sepenuhnya langsung Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa
pantai. Meskipun Tentang Perubahan Iklim) yang salah satunya
mengenai
kawasan
demikian, di beberapa tempat kawasan pantai, ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden
sudah terjadi abrasi oleh gelombang air laut, (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011 tentang
bahkan di beberapa lokasi, wilayah pesisir Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah
merupakan kawasan yang sangat padat Kaca (RAN-GRK). Selanjutnya pada tahun
penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan akan 2014,
tempat tinggal, penduduk membangun rumah mengeluarkan
Rencana Aksi Nasional tempat tinggal di lahan hasil penimbunan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API).
pantai (reklamasi) sehingga terjadi akresi.
Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016 JIPSi
Karena itu, banyak dari para pemukim tidak pegunungan dan dataran tinggi, berubahnya memiliki bukti kepemilikan tanah secara
kawasan tangkapan air menjadi pemukiman, hukum.
industri, dan lain sebagainya. Berdasarkan analisis terhadap data iklim
Keempat , akibat perubahan iklim dengan historis, ditemukan bahwa di Kota Bandar
meningkatnya suhu air laut diprediksikan Lampung terdapat perubahan trend dan
koloni ikan akan bermigrasi ke arah kutub, variabilitas variabel iklim seperti suhu dan
sehingga nelayan di daerah tropis akan curah hujan. Bukti paling nyata dapat dilihat
mendapatkan hasil dari trend peningkatan suhu permukaan rata-
semakin
kesulitan
tangkapan yang cukup, sehingga akan rata selama 100 tahun terakhir di kota ini.
mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan Perubahan curah hujan musiman juga
di belahan negara tropis termasuk Indonesia ditemukan, yaitu pergeseran awal musim dan
dan juga Bandar Lampung. perubahan frekuensi curah hujan ekstrim.
Kelima, kondisi lingkungan dan suhu Berdasarkan 14 model iklim global (GCM),
lingkungan yang tercipta sangat cocok diindikasikan bahwa curah hujan musim basah
membuat nyamuk dapat berkembang biak dan (musim hujan) di Bandar Lampung pada masa
menyebarkan penyakit demam berdarah, depan mungkin sedikit meningkat, terutama di
malaria, kaki gajah dan penyakit lainnya, serta kawasan pesisir. Sebaliknya, curah hujan
banyak lagi dampak yang dapat ditimbulkan musim kering akan menurun (Broer, 2009:14).
akibat perubahan iklim.
Dalam kehidupan sehari- hari dampak dari perubahan iklim yang dialami oleh
Potensi bencana yang tinggi tidak hanya masyarakat Kota Bandar Lampung baik pada
menjadi refleksi fenomena alam secara wilayah pesisir dan permukiman lainnya
geografis yang sangat khas untuk suatu menunjukkan kondisi yang sangat kompleks
wilayah tetapi merupakan kontribusi beberapa (Mukhlis et al, 2010:6).
permasalahan lain sehingga meningkatkan Pertama, sulit diprediksinya musim
kerentanan (vulnerability) masyarakat yang hujan-kemarau
membutuhkan suatu mekanisme adaptasi. musim tanam bagi sebagian petani di sebagian
sehingga
mempengaruhi
Kerentanan dilihat sebagai tingkatan dari suatu wilayah kota. Kedua, banjir yang diakibatkan
sistem terhadap kemudahan sistem tersebut oleh cuaca yang ekstrem seperti hujan lebat
terkena dampak atau ketidakmampuan dengan intensitas yang tinggi pada periode
mengatasi dampak dari perubahan iklim yang pendek sedangkan kondisi dan kapasitas
termasuk iklim yang berubah-ubah dan lingkungan tidak siap menerimanya, seperti
ekstrim (Thomson dalam Nugraha, 2014:42). adanya konversi lahan, penyempitan badan
Oleh karena itu dalam kaitan dengan sungai, serta penduduk yang bermukim di
implementasi RAN-API, Pemerintah Indonesia pinggir laut. Pada lingkungan perkotaan
menunjuk Bandar Lampung sebagai salah satu dengan pemukiman yang padat dan halaman
daerah pilot implementasi RAN-API bersama rumah dengan betonisasi atau aspal
dengan Kota Semarang, Kota Pekalongan, menyebabkan aliran air (hujan) tidak terserap
Kota Blitar, Kota Tarakan, Kabupaten Malang, oleh tanah, hal tersebut diperparah dengan
Kota Batu, dan Kota Malang. Daerah-daerah sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah yang
tersebut memiliki tingkat kerentanan yang buruk serta macetnya saluran alir (drainase).
tinggi sehingga diarahkan untuk menjadi kota Ketiga , air bersih semakin sulit didapat
pilot di Indonesia dengan melakukan akibat minimnya sumber-sumber air baku
serangkaian tata kelola pemerintahan dalam seperti menurunnya debit air sungai,
perspektif mewujudkan kota yang adaptif dan menghilangnya banyak mata air, menurunnya
(climate change permukaan air tanah, intrusi air laut, dan
penurunan kualitas air tanah, ini berhubungan dengan rusaknya kawasan tangkapan air di
JIPSi Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016
1.2. Rumusan Masalah
terhadap kapasitas adaptif serta ketahanan (resilience) yang yang dimiliki oleh kota ini
Sebagai kota yang tingkat kerentanan terhadap dampak perubahan iklim. (vulnerability) -nya tinggi serta bagian dari
Bagaimana hubungan antara riset ini kota yang ditunjuk oleh pemerintah pusat
reformasi birokrasi? Menurut sebagai kota percontohan RAN API, maka
dengan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan tantangan bagi Bandar Lampung adalah
Negara Nomor: bagaimana tata kelola pemerintahan daerah
Aparatur
PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman kota ini mampu merespons isu perubahan
Umum Reformasi Birokrasi, reformasi iklim dalam berbagai kebijakan, program,
birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya maupun keputusan politik di daerah. Juga
untuk melakukan pembaharuan dan perubahan bagaimana aksi adaptasi tersebut berkontribusi
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan terhadap peningkatan kapasitas adaptif atau
pemerintahan terutama menyangkut aspek- ketahanan daerah terhadap dampak perubahan
kelembagaan (organisasi), iklim.
aspek
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Selanjutnya Ndraha
1.3. Maksud dan Tujuan
mengelompokkan macam pengertian birokrasi yaitu birokrasi sebagai Riset ini akan memberikan gambaran
government by bureaus , birokrasi sebagai sifat evaluasi tentang bagaimana peran dan
atau perilaku pemerintahan, dan birokrasi kebijakan yang telah dijalankan pemerintah
sebagai tipe ideal organisai. Thoha (2006:46) daerah dalam tata kelola pemerintahan mampu
mempersyaratkan adanya empat hal untuk meningkatkan kapasitas adaptif atau ketahanan
mendorong timbulnya reformasi birokrasi dan daerah. Tujuan tersebut didapatkan melalui
dua diantaranya adalah kemampuan untuk temuan model tata kelola adaptasi perubahan
memahami perubahan yang terjadi di iklim dan analisis atas dimensi kapasitas
lingkungan strategis baik nasional maupun adaptif yang dimiliki kota ini atas tata kelola
global.
adaptasi perubahan iklim yang telah Oleh karena itu mengacu pada dilakukannya selama ini.
konsepsi Ndraha (2003) dalam konteks tata kelola adaptasi perubahan iklim maka upaya
1.4. Kegunaan Penelitian
reformasi birokrasi dilakukan pada aspek perilaku pemerintahan, sedangkan pada
Beberapa riset lain yang sejenis misalnya konsepsi Thoha (2006), keberhasilan reformasi dilakukan oleh Simbolon (2012) di Kabupaten
birokrasi salah satunya didasarkan pada Indramayu menunjukkan hasil bahwa tingkat
kemampuan birokrasi untuk memahami pemahaman dan kepedulian terhadap isu
perubahan yang terjadi di lingkungan global perubahan iklim masih rendah ditunjukkan
(isu perubahan iklim global) sebagai dasar dengan belum terpolanya perencanaan yang
tindakan tata kelola pemerintahan (tata kelola secara langsung berkontribusi terhadap upaya
adaptasi perubahan iklim). dan langkah adaptasi perubahan iklim, belum adanya kelembagaan formal yang secara
2. Kajian Pustaka
khusus bertanggung jawab untuk ini, serta minimnya kerja sama antar lembaga di lingkup
Tata kelola pemerintahan secara umum internal dan dukungan serta kolaborasi dengan
pengertiannya adalah segala sesuatu yang lembaga eksternal. Karena itu riset di Kota
terkait dengan tindakan atau tingkah laku Bandar Lampung ini akan berkontribusi
yang bersifat mengarahkan, mengendalikan terhadap ada tidaknya pengaruh jaringan dan
atau mempengaruhi urusan publik untuk atau kolaborasi yang dilakukan Kota Bandar
mewujudkan nilai- nilai dalam kehidupan Lampung sebagai kota pilot RAN-API
Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016 JIPSi
sehari- hari di masyarakat (Sedarmayanti, dapat diterima dengan membuat, mengubah, 2003:3).
dan mengimplementasikan beragam pilihan- Sedangkan Menurut World Bank
pilihan (tindakan) adaptif. Secara sederhana (1992:79), tata kelola pemerintahan adalah
ketahanan adalah kemampuan untuk bertahan suatu
dan bangkit kembali dari dampak perubahan pembangunan yang solid dan bertanggung
penyelenggaraan
manajemen
iklim (Rockefeler Foundation White Paper, jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi
2009:16). Selain individu, komunitas, dan dan pasar yang efisien, penghindaran salah
institusi yang harus memiliki ketahanan alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi
dijelaskan Rockefeler baik secara politik mapun administratif,
sebagaimana
Foundation White Paper , VanBreda (2001:iii) menjalankan
mengkategorisasikan ketahanan dalam enam menciptakan legal dan political framework
jenis, yaitu individual resilience, family bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
resilience , community resilience, resilience- Sedarmayanti (2003:4) menegas-kan
based policy , dan resilience theory in social bahwa dari segi fungsional, apakah pemerintah
work.
telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam Malone et al. (2005:45) mengusulkan upaya mencapai tujuan yang telah digariskan,
adanya kesamaan antara ketahanan dan atau justru sebaliknya dimana pemerintahan
kapasitas adaptif karena pada kasus-kasus tidak berfungsi secara efektif dan terjadi
tertentu faktor penentu kapasitas adaptif inefisiensi diperlukan tiga
disamakan dengan indikator ketahanan. menilainya, yaitu:
kaki
untuk
Persamaan itu memungkinkan sebagai
1. Political governance, adalah proses pendekatan untuk pengukuran kapasitas keputusan untuk formulasi kebijakan
adaptif dalam mengukur ketahanan pada
2. Administrative governance, adalah sistem sebuah daerah atau komunitas. Kapasitas implementasi proses kebijakan.
adaptif merujuk pada kemampuan sumber
3. Economic governance, yang meliputi daya sedangkan adaptasi dan ketahanan proses pembuatan keputusan (decision
merujuk pada hasilnya. Menurut Lebel et al.
pemerintah sangat terhadap equity (kesetaraan), poverty
making process) yang memfasilitasi
peran
mempengaruhi adanya ketahanan (resilience) (kesejahteraan) dan quality of life ( kualitas
terutama ketahanan komunitas (community hidup).
resilience )
dan
ketahanan kebijakan
(resilience-based policy).
Dalam konteks tata kelola pemerintahan Ketahanan (resilience) pada dasarnya dalam adaptasi perubahan iklim maka yang
juga dipandang sebuah metafora, dengan akar menjadi tujuan adalah kapasitas adaptif dan
dalam ilmu fisika dan matematika, istilah atau ketahanan terhadap perubahan iklim
awalnya digunakan untuk menggambarkan (climate change resilience). Konsep ketahanan
kapasitas bahan atau sistem untuk kembali ke (resilience) secara umum adalah upaya
ekuilibrium setelah terjadi guncangan (Norris membangun kapasitas sistem untuk bertahan
et al. 2008:16). Suatu masyarakat yang pernah dari goncangan, bangkit kembali, dan
terkena bencana akan cenderung melakukan berupaya untuk berubah termasuk terhadap
mekanisme resiliensi untuk menyesuaikan diri perubahan yang tidak diantisipasi (VanBreda,
terhadap lingkungannya atau kembali pada 2001:52). Sedangkan ketahanan terhadap
kondisi semula sebelum bencana terjadi. perubahan iklim (climate change resilience)
Resiliensi terhadap bencana dan upaya adalah kapasitas dari individu, komunitas, atau
pemulihan yang dilakukan oleh suatu institusi untuk secara dinamis dan efektif
masyarakat, komunitas, atau daerah dipelajari memberikan respons atau tanggapan terhadap
dari berbagai perspektif pembelajaraan kondisi perubahan dari dampak iklim dan terus
termasuk sosiologi, implementasi kebijakan, melakukan fungsinya dalam tingkat yang
pengambilan keputusan, rekayasa, geografi
JIPSi Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016
dan perencanaan kota yang pernah ada. Oleh Merujuk pada tiga kaki dari segi fungsional, karena itu, resiliensi merupakan suatu proses
tata kelola pemerintahan ini didasarkan pada yang mengarah pada adaptasi, bukan suatu
aspek political governance yaitu ada tidaknya hasil tetapi mengarah pada kembali ke kondisi
kebijakan (program) adaptasi perubahan iklim stabil (Norris et al. 2008:17).
yang berhasil disusun dan bagaimana Dapat disimpulkan bahwa resiliensi
menyusunnya serta aspek administrative sebagai mekanisme yang dilakukan oleh
bagaimana proses individu, keluarga, komunitas, sistem, dan
governance
yaitu
implementasi kebijakan adaptasi perubahan kebijakan dengan melihat kapasitas sistem dan
iklim tersebut dijalankan dengan segala potensi terkena bencana dan berusaha untuk
variannya. Untuk menilai ketercapaian tujuan menyesuaikan diri terhadap perubahan atau
kebijakan adaptasi perubahan iklim dalam tata kembali ke keadaan sebelumnya dengan
kelola pemerintahan yaitu kapasitas adaptif pembelajaran yang dimiliki.
atau ketahanan (resilience) dipergunakan Malone et al (2009:46) mengidentifikasi
dimensi atau kriteria untuk menganalisis delapan faktor penentu kapasitas adaptif
kapasitas adaptif pemerintah daerah dari sebagai berikut:
dimensi yang dirumuskan oleh Gupta (2010:
1) Pilihan teknologi yang tersedia untuk
459-471).
melakukan adaptasi;
2) Ketersediaan sarana prasarana dan distribusinya pada seluruh
lapisan
masyarakat;
3) Keberadaan lembaga yang memiliki otoritas pengambilan keputusan, dan adanya kriteria tentang pilihan keputusan yang akan digunakan;
4) Kemampuan pengambil keputusan untuk
mengelola informasi, termasuk proses
pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang kredibel,
serta kredibilitas dari pengambil keputusan itu sendiri;
Sumber : Gupta et al, 2010.
5) Kepercayaan publik terhadap kemampuan Keberagaman (variety) memiliki lima lembaga
keberagaman dalam pengambilan keputusan.
pendekatan masalah (variety of problem
6) Kualitas sumber daya manusia;
frames) ,
partisipasi
antar pemangku
7) Keberadaan modal sosial, termasuk kepentingan dan antar sektor (multi actor, mekanisme pelibatannya dalam sebuah
multi level, multi sektor) , keragaman alternatif lembaga;
solusi (diversity of solutions), redundansi
8) Akses sistem untuk menjalankan proses (duplication) , dan kepercayaan (trust) . penyebaran pengetahuan tentang risiko
Kapasitas pembelajaran (learning capacity) dengan membangun kolaborasi.
memiliki empat indikator yaitu pembelajaran satu putaran (single
loop learning) , pembelajaran dua putaran (double loop
3. Objek dan Metode Penelitian
learning) , keterbukaan lembaga (discuss doubts) , dan proses pemantauan dan evaluasi
Obyek atau ruang lingkup materi dari
(institutional memory) .
riset ini adalah bagaimana tata kelola Kewenangan untuk berubah (room for pemerintahan
autonomous change) memiliki tiga indikator perubahan iklim dilakukan di sebuah daerah.
yaitu akses yang menerus terhadap Informasi
Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016 JIPSi
(continuous acess to information) , bertindak riset. Analisis ini dapat membantu penulis sesuai rencana (act according to plan), dan
untuk mengelaborasi informasi menjadi kemampuan untuk berimprovisasi (capacity to
temuan-temuan yang mengarahkan kepada improvise) .
Kepemimpinan (leadership) penyimpulan bagaimana tata kelola adaptasi ditunjukkan dengan tiga indikator yaitu
perubahan iklim dilakukan oleh Pemerintah visioner (visionary) , berjiwa wirausaha
Kota Bandar Lampung dan bagaimana (enterpreneurial) , dan kemampuan kolaboratif
kapasitas adaptif dimiliki oleh pemerintah (collaborative) . Sumber daya (resources)
yang sedang diteliti ini. Segala sesuatu yang didukung dengan tiga indikator yaitu
dinyatakan oleh informasi secara tertulis atau kewenangan (authority) , sumber daya
lisan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. financial (financial resources), dan sumber
Dengan kata lain penelitian tidak hanya daya manusia (human resorces). Terakhir
mengungkapkan kebenaran belaka, tetapi pemerintahan yang adil dan responsif (fair and
kebenaran tersebut. Untuk responsiveness governance), memiliki empat
memahami
memperoleh tingkat kepercayaan hasil indikator yaitu legitimasi (legitimacy) ,
penelitian, merujuk pada pendapat Creswell keadilan kebijakan yang dihasilkan (equity),
(2010:286) dilakukan uji validitas dengan tanggap keadaan (responsiveness) , serta
mentriangulasi (triangulate) dan meminta akuntabilitas (accountability).
seorang auditor luar (external auditor) untuk Riset dilakukan secara kualitatif dengan
mereview keseluruhan hasil riset yang telah melakukan tinjauan terhadap seluruh dokumen
dilakukan.
perencanaan formal yang dimiliki oleh Kota Bandar Lampung (baik skala kota maupun
4. Hasil Dan Pembahasan
skala sektor, baik konteks perencanaan
4.1 Political Governance Adaptasi
pembangunan secara
umum
maupun
Perubahan Iklim
perencanaan dalam isu perubahan iklim). Riset ini akan melihat berbagai program maupun
Analisis political governance dilakukan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah
untuk menilai ada tidaknya kebijakan Kota Bandar Lampung dalam merespon
(program) adaptasi perubahan iklim yang perubahan iklim dengan meninjau sejauh mana
berhasil disusun oleh Pemerintah Kota Bandar pemerintah daerah
Lampung serta bagaimana menyusunnya. pertimbangan-pertimbangan isu perubahan
telah
memasukkan
Hasil riset menunjukkan bahwa secara iklim dalam kebijakan dan rogramnya, baik
langsung dan nyata telah ada tindakan- pada
tindakan yang dapat digolongkan sebagai kolaborasi antar instansi ataupun bentuk
masing- masing
instansi
maupun
upaya adaptasi perubahan iklim yang lainnya. Riset juga dilakukan melalui
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar wawancara terhadap aktor kunci di pemerintah
Lampung terutama sejak tahun 2009 pada saat kota; dalam hal ini beberapa kepala SKPD
kota ini dipilih oleh Mercy Corps Indonesia serta lembaga lain yang memiliki peran dalam
dan Rockefeler Foundation (Yayasan donor hal adaptasi perubahan iklim; dalam hal ini
yang berbasis di Amerika Serikat) sebagai Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim
salah satu kota di Indonesia --selain Kota Kota Bandar Lampung.
Semarang-- bersama dengan delapan kota lain Metode analisis yang digunakan dalam
di Asia Tenggara sebagai kota dampingan riset adalah analisis isi (content analysis).
Asian Cities Climate Change Resilience Metode
Network (ACCCRN). ACCCRN bertujuan mempertimbangkan karakterisik data dan
untuk mendukung delapan kota tersebut di atas informasi berupa dokumen-dokumen resmi
dalam membangun ketahanan terhadap dan transkrip wawancara yang diperoleh masih
perubahan iklim, terutama pada kelompok memerlukan pemahaman dan interpretasi teks
masyarakat yang miskin dan rentan. yang baik dan tepat dikaitkan dengan tujuan
JIPSi Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016
Dukungan ACCCRN di Kota Bandar pengukuran indikator ketahanan kota (city Lampung telah melampaui sejumlah tonggak
resilience indicator) .
capaian diawali dengan dihasilkannya kajian Sebenarnya Pemerintah Kota Bandar kerentanan
Lampung telah melaksanakan berbagai penerapan proyek percontohan (Pilot Project)
(Vulnerability
Assesment) ,
program dan juga mengembangkan strategi adaptasi perubahan iklim, studi sektoral
jangka menengah dan panjang untuk (Sector Studies) dan disisipi dengan sejumlah
Rencana untuk dialog pembelajaran (SLDs) secara kontinyu.
mengelola
bencana.
infrastruktur untuk Sebelum
meningkatkan
pengendalian bencana iklim seperti sistem perubahan iklim dalam skala kota, semua
dilakukannnya
implementasi
drainase dan tanggul di pesisir pantai telah capaian tersebut telah dikaji lebih mendalam
disiapkan. Namun, dengan meningkatnya dan ditindaklanjuti melalui penyusunan
perubahan iklim pada frekuensi dan intensitas Strategi Ketahanan Kota (City Resilience
kejadian iklim yang ekstrim, desain saat itu Strategy/CRS, serta dokumen Indikator
mungkin sudah tidak efektif untuk mengelola Ketahanan Kota (City Resilience Indicator)
bencana iklim pada masa mendatang. Oleh dan kumpulan catatan naskah (concep note)
karena itu, Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai alternatif upaya lain pada skala yang
memiliki kesadaran yang sangat penting untuk lebih kecil (sekolah, kawasan nelayan,
mempertimbangkan perubahan iklim dalam permukiman padat, dsb).
merancang sistem kontrol bencana iklim Dokumen CRS
tersebut dalam dokumen yang lebih formal dan ACCCRN tersebut merupakan landasan dasar
Tahun 2010, dikeluarkan Peraturan implementasi peningkatan ketahanan terhadap
bagi pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
Daerah No. 10 Tahun 2010 tentang Rencana perubahan iklim di Kota Bandar Lampung
Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2010-2030. Dokumen CRS pada sisi yang lain
(RPJMD) Bandar Lampung 2010-2015 di juga dapat dilihat sebagai suatu jalur yang
mana di dalamnya telah memuat secara ditempuh (roadmap) untuk menyiapkan kota
eksplisit tentang aksi adaptasi perubahan iklim ini dalam menghadapi skenario terburuk (the
yang akan dilakukan. Penentuan kegiatan worst scenario ) yang mungkin timbul dari
dalam CRS yang dapat diintegrasikan ke adanya perubahan iklim. Keberadaan dokumen
dalam program pemerintah kota dilakukan CRS menunjukkan kedasaran bahwa tanpa
dengan menentukan program yang sesuai adanya dokumen strategi ketahanan, fungsi
dengan sektor-sektor pembangunan sesuai sistem perkotaan akan terancam begitu pula
dengan peraturan perundang-undangan yang dengan kelompok-kelompok rentan yang ada
berlaku, jangka pelaksanan yang tidak terlalu di kota ini.
panjang, dan mampu dilaksanakan dengan Esensi dari CRS ini adalah dokumen
memanfaatkan kapasitas lokal. Pemilihan untuk menunjukkan komitmen Kota Bandar
strategi alternatif ini dilakukan dengan Lampung dalam adaptasi perubahan iklim,
mengadakan berbagai workshop atau rapat hubungan dengan rencana kota dan rencana
internal antara Tim Koordinasi Ketahanan pembangunan secara komprehensif yang juga
Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung yang telah memaparkan mekanisme koordinasi dan
dibentuk oleh Walikota Bandar Lampung pembelajaran, dan pelibatan kelompok rentan
dengan tim penyusun RPJMD Kota Bandar dalam mengidentifikasi dan melaksanakan
Lampung 2010-2015 hingga disepakatinya tindakan adaptasi. Kemudian, di dalam CRS
Perda No. 10 Tahun 2010 tersebut. ini juga memaparkan rencana implementasi
Satu pembelajaran yang sangat penting mengenai
adalah bahwa proses penyusunan CRS di kota pertanggungjawaban
bagaimana
mekanisme
ini hingga keluarnya peraturan daerah di atas, pemantauan mengenai bagaimana tujuan
dan
koordinasi,
dipahami sebagai sebuah interaksi antar sistem ketahanan dicapai di masa depan melalui
yaitu antara sistem kota (urban systems),
Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016 JIPSi
perubahan iklim (climate change), dan perubahan terhadap tingkat ketahanan di suatu kerentanan (vulnerability) dan yang termasuk
kota terhadap perubahan iklim. Hal ini dalam sistem kota (urban systems) adalah
dilakukan untuk mengukur kemampuan kota ekosistem, sistem ekonomi, sistem sosial,
perubahan iklim, infrastruktur, dan institusi dan sistem tata
dalam
menghadapi
peninjauan terhadap tindakan adaptasi yang kelola pemerintahan (governance).
sudah dilakukan dan menentukan tindak lanjut Sejak
ke depan. Indikator ketahanan kota dilakukan ACCCRN telah memasuki tahap ke-3 yang
melalui penyusunan seperangkat indikator dilaksanakan hingga 2016. Pada tahap ini,
ketahanan (resilience indicators) terhadap kegiatan difokuskan pada upaya implementasi
sistem prioritas (priority system) di suatu kota program adaptasi dalam rangka membangun
dan pengumpulan data untuk kurun beberapa ketahanan perubahan iklim perkotaan. Pada
tahun. Kota Bandar Lampung memilih sistem tahun 2011, telah dilaksanakan satu proyek
air bersih, sistem drainase, dan sistem intervensi adaptasi skala kota mengenai
persampahan.
“Penyusunan Master Plan Pengelolaan Dalam dokumen CRS, RPJMD, maupun Sampah Padat Terpadu untuk Meningkatkan
CRI Bandar Lampung diperoleh temuan: (1) Ketahanan terhadap Perubahan Iklim ”.
bahwa sektor-sektor pembangunan yang Kemudian, dua proyek intervensi adaptasi lain
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah yang dilaksanakan sepanjang 2012 –2014 yaitu
telah mengangkat isu perubahan iklim sebagai (1) Pemberdayaan dan Penguatan Kapasitas
isu strategis kota dan kemudian diterjemehkan Para Guru dan Siswa dalam Ketahanan Kota
ke dalam dalam roadmap sektoral dalam terhadap Perubahan Iklim , dan (2) Konservasi
bentuk Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah Air Bawah Tanah melalui Penerapan
dengan pola bagi- habis. (2) Masing- masing Teknologi Lubang Resapan Biopori bagi
SKPD memiliki porsi yang berbeda dalam Adaptasi Perubahan Iklim .
mengangkat isu perubahan iklim, dimana pada Memperhatikan kebutuhan terhadap
sektor tertentu cukup concern terhadap upaya pemantauan atas berbagai implementasi
dampak perubahan iklim, sementara sektor adaptasi dalam membangun ketahanan kota,
lain tidak atau hanya sekedar sektor maka diperlukan suatu perangkat untuk
pendukung dalam bentuk program utama dan melihat perubahan tingkat ketahanan kota.
catatan konsep (concept note). (3) bahwa Kota Bandar Lampung telah mampu
perangkat pengukuran ketercapaian tujuan mengembangkan indikator ketahanan kota dan
ketahanan kota terhadap perubahan iklim telah mengumpulkan data
disusun secara khusus dalam bentuk indikator perubahan tingkat ketahanan kota terhadap
untuk
memantau
ketahanan kota terhadap perubahan iklim, perubahan iklim di kotanya. Indikator
bukan hanya sekedar menggunakan metode ketahanan kota tersebut dibuat berdasarkan
pengukuran yang selama ini dipakai dalam pada Kerangka Perencanaan Ketahanan Iklim
sistem pemerintahan daerah misalnya Laporan Perkotaan (Urban Climate Resilience Planning
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai Framework ) yang dikembangkan oleh ISET
evaluasi atas Renstra SKPD yang dimiliki dan ARUP sebagai lembaga yang berhasil
instansi atau Evaluasi RPJMD pada skala kota. digaet oleh kota ini untuk membangun
Hal lain yang cukup baik berlangsung di kolaborasi perencanaan aksi adaptasi dan
kota ini adalah bahwa seluruh keputusan mekanisme evaluasi.
tentang aspek-aspek penting terkait dengan Pada versi terakhir, perangkat indikator
rencana tindakan diputuskan secara bersama ketahanan tersebut dikembangkan ke dalam
melalui rangkaian forum dialog pembelajaran alat bantu pengembangan indikator (Indicators
bersama/Share Learning Dialogue (SLD‟s). Development Tool) dan alat bantu penilaian
Upaya ini sejak awal sudah dilakukan untuk indikator (Indicators Scoring Tool). Indikator
mengenalkan program dan mengidentifikasi ketahanan kota dipergunakan untuk memantau
kerentanan pada tiap kelurahan dan skala kota,
JIPSi Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016
mendiskuksikan hasil dari kajian kerentanan, positif dalam menyeberluaskan pemahaman mendiskusikan proyek percontohan pada skala
dan kesadaran terhadap perubahan iklim di komunitas, menyusun concept note, proposal
masa depan. Program ini bertujuan untuk dan mengintegrasikan adaptasi iklim ke dalam
meningkatkan kapasitas respons siswa SD dan rencana pembangunan kota, memaparkan hasil
SMP dalam menghadapi dampak perubahan studi sektoral dan peluang pendanaan, serta
iklim melalui integrasi bahan ajar ketahanan dalam proses pengambilan keputusan lainnya.
iklim ke dalam kurikulum nasional yang Keberadaan Tim Koordinasi Ketahanan
diajarkan di sekolah. Dalam menilai ada Perubahan Iklim di kota ini menjadi jaminan
tidaknya peningkatan pemahaman dan bahwa proses SLD ‟s itu dapat berjalan dengan
kapasitas siswa dalam hal materi perubahan cukup baik.
iklim dilakukan penilaian terhadap seluruh Hasil dari proses ini berupa kesepakatan-
siswa tersebut dengan mendasarkan pada kesepakatan atau komitmen maupun regulasi-
indikator pencapaian tiap-tiap materi pada regulasi yang berhasil ditelurkan dalam jangka
bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan panjang. Pilihan terhadap apakah sebuah
iklim yang diajarkan di kelas mereka. pilihan program hanya perlu dikuatkan dengan
Dalam konteks inovasi ini Kota Bandar kesepakatan ataukah perlu dibuat aturan
Lampung beberapa kali dikunjungi dan daerah tergantung dimensi program tersebut;
diminta oleh Pemerintah Daerah, lembaga jangka pendek atau jangka panjang. Aksi
nasional, bahkan lembaga internasional untuk adaptasi jangka pendek misalnya penanganan
menjadi narasumber dan berbagi pengalaman daerah rawan air bersih, pengembangan
dalam upaya melakukan pembelajaran sosial kampong hijau dan sebagainya cukup dibuat
kepada pemerintah, lembaga nasional bahkan dengan
lembaga internasional lain. Pengakuan ini Sedangkan aksi jangka panjang misalnya
telah mendorong pemerintah daerah untuk peningkatan cadangan air bawah tanah melalui
selalu mencari teknik dan strategi yang efektif pembangunan biopori, membangun peran
guna menjalankan fungsi pelayanan publik pendidikan dalam pengembangan aksi adaptasi,
melalui kebijakan dan program yang inovatif; serta keterlibatan stakeholders dalam aksi
khususnya dalam adaptasi perubahan iklim. adaptasi dikuatkan dengan keluarnya Peraturan
Walikota (Perwali) No. Tahun 2013 tentang
4.2. Administrative Governance Adaptasi
Pemanfaatan Air Hujan, Perwali Nomor 12
Perubahan Iklim
Tahun 2014 tentang Pembelajaran Materi Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim di SD
Analisis administrative governan-ce dan SMP, serta Keputusan Walikota Bandar
dilakukan untuk menilai bagaimana proses Lampung Nomor 567/IV.40/HK/2015 Tentang
implementasi kebijakan adaptasi perubahan Pembentukan
iklim tersebut dijalankan di Kota Bandar Lingkungan dan Perubahan Iklim (Green
Komunitas
Guru Peduli
Lampung dengan segala variannya atau faktor Teacher and Climate Change Community) pendukungnya. Faktor pendukung dalam hal
Kota Bandar Lampung ini adalah aspek kepemimpinan, keberadaan Kota Bandar Lampung juga memiliki
lembaga yang khusus bertanggung jawab mekanisme pengembangan untuk menilai
dalam isu perubahan iklim, serta peluang tingkat pemahaman stakeholders terhadap isu
kolaborasi pendanaan dalam implementasi aksi perubahan iklim. Meskipun hanya ditujukan
adaptasi perubahan iklim.
untuk siswa SD dan SMP melalui Dalam pengertian paling sederhana pembelajaran di sekolah formal melalui
kepemimpinan bisa diartikan sebagai teknik program
untuk mempengaruhi orang-orang yang berada Kapasitas Guru dan Siswa dalam Peningkatan
Penguatan
& Pemberdayaan
di sekitar kita, agar dapat bekerjasama demi Ketahanan Kota terhadap Perubahan Iklim,
mencapai tujuan, target atau keinginan yang namun upaya ini dinilai sebagai langkah
akan diharapkan. Dalam konsep itu sangat
Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016 JIPSi
nyata bahwa peran kepemimpinan daerah dalam skala yang lebih luas. Kepercayaan untuk membangun kerja sama dengan berbagai
yang diberikan oleh walikota kepada tim ini energi sosial yang ada di masyarakat dalam
keleluasaan untuk mencapai tujuan ketahanan kota dalam
terbukti
memberi
membangun kolaborasi.
perspektif perubahan iklim sangat penting. Sinergi, kolaborasi dan kontribusi dari Kesadaran ini terbangun secara nyata di
pemerintah daerah, sektor swasta, lembaga Bandar
Lampung dengan keterbukaan swadaya masyarakat, akademisi hingga walikota melibatkan multistakeholders dalam
komunitas dalam Tim diharapkan mampu perencanaan dan implementasi aksi adaptasi,
meredam munculnya risiko dan dampak merumuskan berbagai regulasi daerah,
perubahan iklim di masyarakat yang lebih memberikan
besar. Sinergi dan kolaborasi berbagai pihak kepercayaan penuh yang diberikan kepada
yang diwujudkan dalam kegiatan adaptasi institusi di bawahnya untuk menjalankan aksi
hingga peraturan dan kebijakan yang adaptasi
mendukung diharapkan dapat membentuk kepercayaan
ketahanan (resilience) terhadap perubahan multistakeholders tak ragu untuk memberikan
iklim yang lebih baik di kota ini. kontribusinya
Dari sisi pemerintah, dukungan berupa ketahanan kota.
kebijakan untuk membangun ketahanan Pada bagian kelembagaan ini dapat
masyarakat. Para praktisi dan akademisi dirumuskan bahwa secara institusional sejak
memberikan masukannya dari kajian-kajian tahun 2009 telah terbentuk lembaga khusus
ketahanan terhadap perubahan iklim. Sektor yang dibentuk yang bertanggung jawab
swasta memberi dukungannya melalui CSR langsung
maupun program yang merespons perubahan perubahan
terhadap
mainstreaming isu
iklim. Selanjutnya LSM maupun lembaga non pemerintahan daerah. Lembaga tersebut
secara proaktif dinamakan Tim Koordinasi Ketahanan
pemerintah
lainnya
masyarakat, sekaligus Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung. Tim
mendampingi
mendorong proses advokasi di berbagai level. ini adalah sebuah lembaga multiskateholders
Tidak kalah penting adalah kesadaran yang disahkan oleh walikota sebagai lembaga
masyarakat dan komunitas yang sudah khusus yang diberikan kewenangan pe nuh
mempraktikkan berbagai aksi dan kegiatan untuk memberikan masukan, mendesain draft
yang berkontribusi dalam membangun regulasi, mendesain kebijakan, menjalankan
perubahan iklim. program serta membangun kolaborasi dengan
ketahanan
terhadap
Kolaborasi seluruh pemangku kepentingan lembaga di dalam maupun di luar pemerintah
inilah yang telah terbangun dengan baik di untuk mendorong percepatan pelaksanaan aksi
Bandar Lampung melalui fasilitasi Tim adaptasi.
Koordinasi Ketahanan Kota. Meskipun kapasitas (kemampuan tim)
yang terbangun sebagian besar masih
4.3. Kapasitas Adaptif/Ketahanan Kota
merupakan kapasitas individual atau kapasitas
Terhadap Pe rubahan Iklim
institusi masih belum sepenuhnya di keseluruhan institusi terkait, namun kapasitas
terhadap political dan tim kota dalam perencanaan, pembiayaan,
Analisis
administrative governance adaptasi perubahan koodinasi
iklim selanjutnya menjadi landasan dalam ketahanan telah meningkat. Yang penting
adaptif dengan dicatat dalam peran tim kota ini adalah
pengukuran
kapasitas
menggunakan pendekatan The Adaptive terbangunnya kesadaran untuk menjadikan isu
Capacity Wheel dalam 6 (enam) dimensi yaitu perubahan iklim sebagai isu bersama dan
keberagaman (variety), kapasitas pembelajaran kemauan untuk membangun mekanisme
(learning capacity) , kewenangan untuk sharing untuk berbagi pengetahuan itu ke
berubah (room for autonomous change),
JIPSi Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi
Volume VI No. 2/Desemb er 2016
kepemimpinan (leadership), sumber daya pendanaan bagi pengembangan aksi aksi (resources) , dan pemerintahan yang adil dan
adaptasi rutin diperoleh oleh kota ini. Hanya responsive
saja, masih terdapat indikator yang lemah governance) .
dalam dimensi ini yaitu masih minimnya Dari faktor keberagaman (variety),
kemampuan untuk berimprovisasi terutama seluruh kriteria telah dominan tercapai di kota
dalam hal mengkombinasikan aksi-aksi ini terutama adanya keterlibatan stakeholder
adaptasi yang didukung oleh dana APBD dari berbagai kalangan dan tingkatan dalam
maupun dukungan lembaga donor dnegan alas kerjasama maupun kolaborasi kebijakan atau
an kesulitan pertanggungjawaban. Padahal, program khususnya dengan keberadaan Tim
kolaborasi ini akan sangat mungkin Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim;
meningkatkan skala kemanfaatan proram termasuk kemampuan kota ini untuk
(aksi) adaptasi.
membangun jejaring dengan kota-kota lainnya. Dari penilaian dimensi kepemimpinan Kriteria adanya ragam alternatif sulusi juga
(leadership) terbukti bahwa pemimpin daerah mampu dihasilkan oleh kota ini untuk
terbuka untuk menjadikan isu perubahan iklim menghadapi permasalahan karena dokumen
sebagai bagian dari visi jangka panjang CRS telah dibuat dalam jangka waktu yang
daerah. Kepemimpinan lokal juga terbukti cukup panjang didukung dengan adanya solusi
concern terhadap isu perubhan iklim dengan cadangan (redundansi) yang dipersiapkan
kesediaan melegalkan beberapa dokumen serta dalam berbagai dokumen perencanaan yang
komitmen untuk mendorong Tim Koordinasi ada (baik CRS maupun dokumen sektoral --
Iklim menjalin misalnya sektor persampahan--). Berbagai
Ketahanan
Perubahan
kerjasama dalam rangka peningkatan kapasitas kondisi ini telah mampu menjadikan Kota
mereka. Namun, pada indikator berjiwa Bandar Lampung sebagai kota yang layak
wirausaha dan kemampuan kolaboratif masih dipercaya oleh kota lainnnya dalam upaya
sangat dibutuhkan upaya peningkatan terutama adaptasi perubahan iklim.
mendobrak kekakuan pertanggungjawaban Pada dimensi kapasitas pembelajaran
anggaran sebagaimana juga dirasakan pada institusi (learning capacity), telah terbangun
dimensi kewenangan perubahan. kepercayaan antar instansi ditunjukkan dengan
Penilaian kapasitas adaptif berdasarkan adanya pembagian pelaksanaan kewenangan,
dimensi sumber daya (resources) sudah sangat terdapat ruang diskusi baik antar instansi,
maksimal, baik dari keberadaan regulasi yang lintas sektor, dan lintas tingkatan dalam
secara legal mengatur mengenai upaya berbagai forum share learning dialogue
adaptasi perubahan iklim, demikian juga (SLD), serta adanya mekanisme evaluasi
dengan sumber daya keuangan dengan adanya berupa pelaporan program dan kegiatan baik
alokasi khusus untuk membiayai aksi-aksi internal instansi maupun evaluasi dalam
adaptasi maupun untuk operasionalisasi tim bentuk CRI. Indikator adanya inovasi untuk
kota. Kemampuan SDM (Tim Koordinasi menghadapi ketidakpastian kondisi dan hal- hal
Ketahanan Perubahan Iklim) mengenai isu tidak terduga dari perubahan iklim juga telah
perubahan iklim serta penaggulangannya juga mampu direspons dengan ketersediaan
sudah sangat baik bahkan di atas rata-rata berbagai catatan konsep (concept note).
dengan kemampuannya membangun kerja Selanjutnya, pada dimensi kewenangan
sama untuk mengadakan pelatihan-pelatihan. perubahan (room for autonomous change),
Sedangkan upaya pengingkatan kapasitas pemerintah daerah sangat memiliki akses
SDM pemerintah daerah mengenai upaya untuk meningkatkan kapasitas improvisasi
adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim dengan informasi terus menerus yang dimiliki.
dilakukan dengan rutin mengikutsertakan Sebagai kota yang masuk dalam jejaring,
mereka dalam berbagai kegiatan yang berbagai sumber informasi baik sekedar
dilakukan oleh Tim Kota maupun oleh tambahan pengetahuan maupun peluang
program ACCCRN di kota ini. Tim
Jurnal Ilmu Po litik dan Komunikasi