EVALUASI DANA BAGI HASIL UNTUK MENINGKAT

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

ISSN 1978-838X

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

EVALUASI DANA BAGI HASIL UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
EVALUATION OF RESULTS FOR THE REVENUESHARING TO INCREASE PUBLIC WELFARE
Ida Bagus Made Agung Dwijatenaya a) dan Mutiara Kartika Dewi b)
a)

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara
Peneliti Fungsional Balitbangda Kutai Kartanegara
Email : dwijatenaya@yahoo.co.id
Email : mutiarakartikadewi@gmail.com

b)

ABSTRACT
This research aims to identify and evaluate people s under standing of the balance funds. The design of the

study using a quantitative approach with quantitative descriptive format. Data data obtained from the
questionnaire that describes the relationship of balance funds in order to improve the welfare of society Kutai
Kartanegara. Distributing questionnaires carried out in the district of Tenggarong and respondents were
taken by simple random sampling technique amounted to 42 people. Research shows that respondents tend
to agree balance fund is able to raise the level of education, health status, level of investment and good
governance. The majority of respondents agreed that improved balance funds and stated that the law no. 33
of 2004 revised.
Key Word: Balance Fund, UU no 33 of 2004, welfare
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan mengevaluasi pemahaman masyarakat terhadap DBH. Rancangan
penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan format deskriptif kuantitatif. Data- data diperoleh dari
hasil kuisioner yang menggambarkan hubungan Dana Bagi Hasil (DBH) dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara. Penyebaran kuisioner dilakukan di Kecamatan Tenggarong
dan responden diambil dengan teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling)
berjumlah 42 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden cenderung setuju dana bagi hasil (DBH)
mampu meningkatkan tingkat pendidikan, derajad kesehatan, tingkat investasi dan tata kelola pemerintahan
yang baik serta mayoritas responden setuju agar DBH ditingkatkan dan menyatakan agar Undang Undang
Nomor 33 Tahun 2004 direvisi.
Kata Kunci: Dana Bagi Hasil, UU No 33 Tahun 2004, Kesejahteraan


PENDAHULUAN

Otonomi Daerah sebagaimana dijelaskan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Selanjutnya pasal 2 ayat (3) Undang-Undang tersebut menjelaskan Pemerintahan

daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya

saing daerah. Daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri
dengan sedikit bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan

Gerbang Etam [78]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015


Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

ISSN 1978-838X

kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 kemudian Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014

menegaskan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke
dalam belanja-belanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah.
Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif

terlebih dahulu menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas & Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber daya dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

UU No. 33 Tahun 2004 pasal 157 menyatakan bahwa


salah satu pendapatan daerah adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DBH dibagi menjadi 2 yaitu DBH

pajak dan bukan pajak/sumber daya. Diberlakukannya otonomi daerah memberikan kesempatan
pemerintah Daerah untuk lebih mengembangkan potensi daerah. Untuk itu, dalam rangka

mengembangkan potensi daerah tersebut, maka pemerintah daerah perlu meningkatkan anggaran

belanja modal. Sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai belanja modal tersebut
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

Wahyuni dan Adi (2009) melakukan penelitian tentang Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi

Dana Bagi Hasil terhadap pendapatan Daerah studi pada Kabupaten/Kota se-Jawa dan Bali

temuannya menunjukkan bahwa DBH pajak selalu mengalami pertumbuhan positf selama periode
pengamatan (2001

2005). Namun demikian, DBH SDA masih mengalami pertumbuhan yang


fluktuatif. Secara umum potensi penerimaan daerah dari kedua sumber ini dapat diandalkan,

hanya sebagian kecil saja daerah yang benar-benar harus mencari alternatif penerimaan lain

diluar kedua sumber ini. Penelitian Kurniawati, dkk. (2013) tentang Kesenjangan Fiskal Dana Bagi
Hasil Minyak dan Gas Bumi Atas Eksploitasi Blok Cepu menunjukkan hasil bahwa kesenjangan
fiskal disebabkan oleh disinkronisasi regulasi antara UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan PP Nomor 55
Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.

Dana bagi hasil (DBH) merupakan salah satu sumber dari dana pembentuk Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan diantaranya adalah belanja modal, bertujuan
untuk meningkatkan masyarakat Kutai Kartanegara. Untuk itu, perlu dilakukan kajian terhadap

Dana Bagi Hasil (DBH) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengetahui dan
mengevaluasi pemahaman masyarakat terhadap DBH dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,
serta menganalisis pengaruh DBH terhadap kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara.


Gerbang Etam [79]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

ISSN 1978-838X

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pendekatan kuantitatif dengan format

deskriptif kuantitatif.

Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan data- data dari hasil

kuisioner yang menggambarkan hubungan Dana Bagi Hasil (DBH) dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara. Lokasi penelitian adalah dalam wilayah Kabupaten

Kutai Kartanegara. Penetapan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dari Delapan

Belas (18) kecamatan, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut ini.

1) Secara geografis bahwa Kecamatan Tenggarong merupakan pusat pemerintahan dan sebagai
ibu kota kabupaten.

2) Kecamatan Tenggarong merupakan daerah yang penduduknya terbesar di Kabupaten Kutai
Kartanegara.

Populasi penelitian adalah seluruh penduduk di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai

Kartanegara yang telah dewasa berusia di atas 17 tahun atau yang sudah menikah baik laki-laki
maupun perempuan. Adapun sampel atau responden pada kajian ini terdiri dari masyarakat baik

sebagai pegawai negeri maupun non pegawai negeri. Sampel atau responden diambil dengan

teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) berjumlah 42 orang.
Sampel berjumlah 42 orang sampel telah memenuhi syarat normal untuk analisis.

Penelitian ini menggunakan kuisioner yang disusun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.


Dalam penelitian ini, terdapat variabel independen Dana Bagi Hasil (DBH) dan variabel dependen

yakni kesejahteraan. Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka perlu dilakukan

pendefinisian terhadap setiap variabel tersebut. Pengukuran variabel-variabel dijabarkan dalam
bentuk indikator-indikator sebagai pengukurnya. Selanjutnya diukur dengan menggunakan skala

yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Selanjutnya setiap variabel dikembangkan ke dalam

bentuk pernyataan yang mencerminkan pemahaman terhadap dana bagi hasil (DBH) oleh
responden, yakni (a) sangat mengetahui/sangat adil/sangat setuju/sangat cukup diberi skor 4, (b)

mengetahui/adil/setuju/cukup diberi skor 3, (c) belum mengetahui/kurang setuju/kurang adil/raguragu diberi skor 2, dan (d)

tidak mengetahui/tidak setuju/tidak adil/tidak cukup diberi skor 1.

Pengukuran bertujuan agar diperoleh informasi kualitas dari variabel-variabel dalam bentuk

kontinum nilai total terendah (sama dengan jumlah indikator) dan nilai total tertinggi (sama dengan
jumlah skor maksimum).


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer terdiri atas pengetahuan masyarakat tentang DBH dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan. Data diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, serta hasil kuisioner dan
wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait serta hasil kajian pustaka.

Gerbang Etam [80]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

ISSN 1978-838X

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

HASIL DAN PEMBAHASAN

DBH Mampu Meningkatkan Pendidikan Masyarakat


Dana bagi hasil yang diterima oleh Kabupaten Kutai Kartanegara diharapkan mampu

meningkatkan derajad pendidikan masyarakatnya.

Upaya ini telah ditempuh oleh pemerintah

Kutai Kartanegara yaitu alokasi anggaran untuk pendidikan diupayakan lebih dari 20 persen dari
APBD. Langkah ini, tentu akan dirasakan oleh masyarakat pada umumnya, melalui penelusuran
pendapat tentang DBH, maka akan diketahui apakah DBH memang mampu meningkatkan tingkat

pendidikan masyarakat di Kutai Kartanegara. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dana
bagi hasil (DBH) mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara, jawaban

responden 52 persen (dibulatkan) menyatakan setuju. Walaupun mayoritas responden

menyatakan setuju, akan tetapi berdasarkan hasil wawancara mendalam melalui angket diperoleh

bahwa DBH yang diterima belum sepenuhnya mampu meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena
itu, tuntutan untuk meningkatkan perolehan DBH sangat didukung.


Gambar 1. Pernyataan terhadap DBH Mampu Meningkatkan Tingkat pendidikan masyarakat

DBH Mampu Meningkatkan Derajad Kesehatan

Salah satu indikator kesejahteraan adalah dilihat dari derajad kesehatan masyarakat yang

dikemukakan oleh Spicker; Midgley; Tracy dan Livermore; Thompson (dalam Suharto, 2006).

Didalam kontek pembangunan MDG s sektor kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

pembangunan suatu negara. Oleh sebab itu, dana bagi hasil yang diterima Kutai Kartanegara
diharapkan dapat diarahkan untuk pembangunan kesehatan masyarakat.

Sebagaimana hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden atau sebesar 52,4 persen jawaban
responden menyatakan setuju bahwa DBH mampu meningkatkan derajad kesehatan.

Gerbang Etam [81]

Gambar 2. Pernyataan terhadap DBH Mampu meningkatkan Derajad Kesehatan Masyarakat

DBH Mampu Meningkatkan Pendapatan Masyarakat

Pembangunan suatu daerah tidak terlepas dari sumber pendanaan, salah satunya adalah

DBH. DBH merupakan sumber pendapatan potensial dan merupakan salah satu modal dasar

pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. DBH
merupakan komponen pembentuk APBD, akan berperan terhadap proses pembangunan suatu
daerah.

Adanya pembangunan akan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh

terhadap pendapatan masyarakat. Semakin besar masyarakat terlibat dalam pembangunan akan
berimplikasi secara ekonomis, artinya semakin besar kesempatan untuk terlibat, semakin besar

pula kesempatan untuk memeroleh tambahan penghasilan. Sebagaimana disajikan pada Gambar

3 bahwa responden mayoritas menyatakan setuju bahwa dana bagi hasil (DBH) mampu
meningkatkan pendapatan.

Gambar 3. Pernyataan terhadap DBH Mampu Meningkatkan Pendapat

DBH Mampu Mendorong Peningkatan Investasi

Untuk mendorong pertumbuhan investasi di Kutai Kartanegara, pemerintah daerah telah

menempuh berbagai upaya.

Berdasarkan fakta tidak dipungkiri telah banyak investor yang

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

ISSN 1978-838X

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

berinvestasi di Kutai Kartanegara, terutama pada sektor migas dan pertambangan.

Guna

mendorong pertumbuhan ekonomi daerah pemerintah daerah telah berupaya meningkatkan
investasi melalui perusahaan daerah yang didirikannya. Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari
besarnya dana yang dimiliki daerah. Dana tersebut salah satunya bersumber dari daba bagi hasil
(DBH).

Tidak dipungkiri bahwa DBH yang diperoleh akan mampu mendorong investasi di

Kabupaten Kutai Kartanegara dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 42,9 persen responden atau 18
responden menyatakan setuju bahwa DBH mampu mendorong investasi. Akan tetapi 40,5 persen
pernyataan responden yang ragu-ragu. Hal ini mengindikasikan bahwa evaluasi DBH melalui

penelusuran pendapat dengan menggunakan kuisioner, ternyata DBH masih diragukan perannya
dalam rangka mendorong peningkatan investasi di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Gambar 4. Pernyataan terhadap DBH Mampu Mendorong Peningkatan Investasi

DBH Mampu Mempertahankan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Tata kelola pemerintahan yang baik akan terwujud apabila didukung oleh sumber dana

yang mencukupi, selain dari faktor sumber daya itu sendiri. Sumber dana yang tertuang didalam

anggaran pemerintah dalam bentuk APBD berasal dari berbagai sumber salah satunya adalah
dana bagi hasil (DBH). Dana bagi hasil yang diterima pun harus dapat dikelola dalam kerangka
tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu, semua lapisan masyarakat harus memahami dan

menilai atau mengevaluasi apakah dana bagi hasil telah dikelola dengan baik atau dengan kata
lain apakah dana bagi hasil yang diterima Kabupaten Kutai Kartanegara telah dapat mendorong
adanya tata kelola pemerintahan yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana

ditunjukkan Gambar 5 mayoritas responden menyatakan ragu-ragu bahwa DBH mampu
mempertahankan tata kelola pemerintahan yang baik.

Hal ini mengindikasikan bahwa

pembangunan di Kutai Kartanegara perlu ditingkatkan melalui penambahan anggaran, yang

bersumber salah satunya dari DBH. Hampir semua orang mengetahui bahwa Kutai Kartanegara
Gerbang Etam [83]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

ISSN 1978-838X

memiliki sumber daya alam yang besar. Akan tetapi, sumber daya alam yang dimiliki tersebut
belum mampu mensejahterakan masyarakatnya.

Gambar 5.

Pernyataan terhadap DBH Mampu Mempertahankan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

TUNTUTAN MASYARAKAT KUTAI KARTANEGARA AGAR DBH DITINGKATKAN

Dana perimbangan yang diterima oleh Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini masih belum

dirasakan adil oleh masyarakat. Untuk itu, tuntutan meningkatkan DBH bagi Kutai Kartanegara
terus disuarakan.

Berdasarkan jawaban responden terhadap pernyataan bahwa DBH perlu

ditingkatkan mayoritas responden menyatakan setuju. Sebesar 95 persen menyatakan setuju, hal
ini mengindikasikan bahwa dana bagi hasil memang harus segera diperjuangkan untuk
ditingkatkan.

Terkait masalah ini berbagai elemen masyarakat di Kutai Kartanegara telah

menyuarakannya. Mulai dari kajian akademis sampai turun ke jalanan. Untuk itu, pemerintah
pusat seyogyanya segera menanggapi hal ini.

Gambar 6. Pernyataan terhadap Tuntutan Masyarakat Kutai Kartanegara Agar DBH Ditingkatkan

Gerbang Etam [84]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

ISSN 1978-838X

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

UNDANG UNDANG NO. 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN SUDAH
CUKUP BAGI MASYARAKAT KUTAI KARTANEGARA
Dasar pemerintah dalam membagi persentase dana bagi hasil adalah Undang Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah. Kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 yang menunjukkan
berapa besar presentase yang diterima oleh daerah penghasil dan daerah bukan penghasil.

Berdasarkan peraturan tersebut tercermin bahwa daerah penghasil diberikan persentase yang
cenderung sama dari daerah yang bukan penghasil. Menurut beberapa pendapat pakar formulasi
dari pengaturan persentase pembagian untuk

daerah penghasil belum

mencerminkan

keberpihakan bagi daerah penghasil seperti Kabupaten Kutai Kartanegara. Untuk itu, pembagian
yang diatur menurut undang undang ini belum dirasakan adil sehingga tuntutan untuk merevisi
Undang Undang ini terus berlangsung.

Berdasarkan jawaban responden terhadap apakah

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan telah cukup bagi
Kabupaten Kutai Kartanegara mayoritas responden menjawab belum cukup.

Gambar 7.

Pernyataan terhadap UU No.33 Tahun 2004 Sudah Cukup Bagi Kutai Kartanegara.

REVISI UU NO.33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN

Pembangunan daerah yang mengacu pada undang-undang no 33 tahun 2004 tidak serta

merta dapat dilaksanakan oleh daerah.

Gejolak merasa tidak adil atas perolahan dana

perimbangan, menimbulkan tuntutan agar Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 segera direvisi.

Demikian pula gaung tuntutan untuk merevisi Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 telah
menggema di Kutai Kartanegara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 67

persen menyatakan sangat setuju dan 26 persen menyatakan setuju Undang Undang Nomor 33
Tahun 2004 direvisi.

Mayoritas responden yang menyatakan setuju bahwa Undang Undang
Gerbang Etam [84]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

ISSN 1978-838X

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Nomor 33 Tahun 2004 direvisi mengindikasikan bahwa persentase dana perimbangan yang
diterima Kutai Kartanegara saat ini tidak adil. Sumber daya alam yang melimpah tidak dinikmati
oleh masyarakatnya. Infrastruktur yang tidak memadai akibat dari tidak cukupnya dana untuk
membangun, apalagi rentang geografis Kutai Kartanegara yang relatitif sangat luas. Untuk itu,
diperlukan dana yang cukup agar pembangunan di Kutai Kartanegara dapat berjalan dengan baik.

Gambar 8.

Pernyataan terhadap UU No.33 Tahun 2004 agar Direvisi.

DBH Mampu Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Desentralisasi yang dikenal dengan otonomi daerah yang mengatur tentang pemerintah

daerah diatur di dalam suatu undang undang yang dikenal dengan Undang Undang Nomor 32
Tahun 2004 dan disempurnakan kembali dengan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Undang-undang tentang pemerintah daerah diiringi juga dengan undang undang yang mengatur

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yakni Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004
berikut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005. Undang undang ini memberikan aturan

untuk memberikan kemudahan bagi daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.
Kesejahteran masyarakat akan terwujud jika terlaksana pembangunan dengan produktivitas yang

tinggi, produktivitas tinggi akan mengakibatkan pendapatan masyarakat meningkat dan dampak
berikutnya adalah kesejahteraan masyarakat meningkat.

DBH adalah merupakan sumber

pendanaan bagi pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kabupaten Kutai Kartanegara

yang kaya akan sumber daya alam tentu diharapkan masyarakat akan lebih sejahtera. Akan
tetapi, DBH yang diterima saat ini, belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jawaban responden sebesar 62
persen menyatakan bahwa DBH

belum mampu meningkatkan kesejahteraan.

Pernyataan

responden terhadap DBH dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.. Mayoritas responden
menyatakan bahwa DBH yang diterima Kuta Kartanegara belum mampu meningkatkan

kesejahteraan, dapat memberikan petunjuk bahwa dorongan untuk merevisi UU Nomor 33 Tahun
2004 semakin tegas.

Gerbang Etam [85]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

ISSN 1978-838X

Gambar 9. Pernyataan DBH Meningkatkan Kesejahteraan

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Beberapa simpulan penting yang dapat ditarik dari hasil pembahasan penelitian dapat

dikemukakan bahwa responden cenderung setuju bahwa dana bagi hasil (DBH) mampu
meningkatkan tingkat pendidikan, derajad kesehatan, tingkat investasi dan tata kelola

pemerintahan yang baik serta mayoritas responden setuju agar DBH ditingkatkan. Selain itu
mayoritas responden menyatakan agar Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 direvisi.

Rekomendasi ditunjukkan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama masyarakat

agar perjuangan untuk merevisi Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan terus diperjuangkan. Untuk itu perjuangan ini jangan sampai berhenti ditengah jalan.
Adapun keinginan untuk merevisi undang undang ini adalah semata-mata ingin untuk hidup lebih
sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA
Bungin, H.M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Dailami, Elvius. Bahan Presentasi Rapat Konsulitasi DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara dengan
Derektorat Jenderal Keuangan Daerah Kementrian Dalam Negeri. Terkait Revisi Undang
Undang Nomor 33 Tahun 2004.
Darmono, 2010. Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah di
Kabupaten Berau. Jurnal Manajemen dan Akuntasi, Vol. 11, No. 2. Oktober 2010.
Djojosoekarto. Agung, Rudiarto Sumarwono, dan Cucu Suryaman. (editor). 2008. Kebijakan
Otonomi Khusus Papua. Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di
Indonesia.
Harianto, David & Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal,
Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita . Simposium Nasional Akuntansi X
Makasar 26-28 Juli 2007.
Gerbang Etam [86]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

ISSN 1978-838X

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Johnson, Buerke dan Larry Christensen. 2008. Educational Research. Quantitative, Qualitative,
and Mixed Approaches. Third Edition. California: Sage Publication, Inc.
Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. (Landung R. Simatupang, Pentj).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kurniawai, Titik, Wiwik Widayati dan Sulistyowati. 2013. Kesenjangan Fiskal Dana Bagi Hasil
Minyak dan Gas Bumi Atas Ekploitasi Blok Cepu. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol. No.
2013.
Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. (Fitria Liza, SE dan Imam Nurmawan,
Pentj). Jakarta: Erlangga.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Ad Interim. 2005. Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Jakarta: Deputi Menteri
Sekretaris Negara Bidang Perundang-Undangan.
Menteri Sekretaris Negara. 1974. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Menteri Sekretaris
Negara.
Menteri/Sekretris Negara Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera. Jakarta: Menteri/Sekretris Negara Republik Indonesia.
Mustofa. 2010. Dana Bagi Hasil dan Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia Periode
Desentralisasi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol.8 No.2. November 2010.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pasaribu,
Rowland
B.F.
Tata
Kelola
Pemerintah.
Terdapat
pada
http://www.Frowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F36626%2
Fbab-13-tata-kelola pemerintahan. Diunduh 02 Juli 2015.
Stiglitz, Joseph E., Amartaya Sen dan Jean-Paul Fitoussi. 2011. Mengukur Kesejahteraan
Mengapa Produk Domestik Bruto Bukan Tolok Ukur Yang Tepat Untuk Menilai Kemajuan.
(Mutiara Arumsari dan Fitri Bintang Timur, Pentj). Bintaro: Marjin Kiri.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Suharto, Edi. 2006. Negara Kesejahteraan dan Reinventing DEPSOS. IRE. Yogyakarta.
Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah daerah.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

2009.

Metodologi Penelitian Sosial.

Edisi Kedua.

Wahyuni dan Priyo Hari Adi. 2009. Analisis Pertumbuhan Dan Kontribusi Dana Bagi Hasil
Terhadap Pendapatan Daerah (Studi Pada Kabupaten/Kota Se Jawa-Bali). Surabaya:
National Conference UKWMS
Gerbang Etam [87]

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015

Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

ISSN 1978-838X

Wandira, Arbie Gugus. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Pengalokasian
Belanja Modal. (Skripsi). Semarang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Semarang.

Gerbang Etam [88]