Makalah Praktik Sumber Daya Manusia Lemb (1)

Makalah Praktik Sumber Daya Manusia Lembaga
Keuangan tentang Kepemimpinan

Disusun oleh:
Lutfi Setyo Pambudi

Sri Rizki

Ratna Dewi Murtiana

Tita Kusuma Wardhani

Ratna Rezky Adita

Umi Faridatul Khoir

Rayhan Sampagita

Vivi Ayu Roselawati

Restu M. Ridwan


Wenny Novelina

Reza Sulistyaningsih

PROGRAM STUDI D-3 KEUANGAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
review materi modul Praktik Sumber Daya Manusia Lembaga Keuangan pada Bab 7
yang berjudul “Kepemimpinan”. Atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan,
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Pembimbing, yang
memberikan materi pendukung, masukan dan bimbingan kepada penulis.
Semoga makalah ini dapat menambag pengetahuan bagi pembaca. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Surakarta, 10 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
1. Kepemimpinan
2. Kekuasaan dan Wewenang
3. Kriteria Seorang Pemimpin
4. Pendelegasian Tugas

5. Membangun tim yang handal
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia sebagai salah satu pilar utama berdirinya suatu perusahaan.
Oleh karena itu terdapat manajemen yang mengatur khusus untuk sumber daya manusia,
termasuk di dalam nya seleksi, recruitment, pelatihan hingga pengembangan sumber
daya manusia yang dimiliki perusahaan. Salah satu kriteria yang diinginkan perusahaan
dari karyawannya adalah memiliki jiwa kepemimpinan (leadership), terlepas dari
perusahaan yang memang harus memiliki pemimpin maka tiap-tiap karyawan diharapkan
memiliki jiwa kepemimpinan agar dapat bekerja dengan baik dalam team-work dan
menyadari tanggung jawab diri sendiri atas pekerjaan yang diberikan.
Di dalam kepemimpinan terdapat beberapa hal penting antara lain tentang
kepemimpinan itu sendiri, kekuasaan dan wewenang, kriteria seorang pemimpin,
pendelagasian tugas dan bagaimana cara membangun tim yang handal.


B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana kepemimpinan yang baik?

2.

Bagaimana kekuasaan dan wewenang yang dimiliki pemimpin?

3.

Bagaimana kriteria seorang pemimpin?

4.

Bagaimana pendelegasian tugas pemimpin?

5.

Bagaimana cara membangun tim yang handal?


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kepemimpinan yang baik.
2. Untuk mengetahui apa saja kekuasaan dan wewenang yang dimiliki pemimpin.
3. Untuk mengetahui kriteria seorang pemimpin.
4. Untuk mengetahui pendelegasian tugas pemimpin.
5. Untuk mengetahui cara membangun tim yang handal.

BAB II
PEMBAHASAN
A.KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk meyakinkan dan menggerakkan orang lain
agar mau bekerja sama dibawah kepemimpinannya. Kepemimpinan merupakan sebuah
keputusan dan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri
seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Pemimpin sejati adalah seseorang pemberi
semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer. Konsep pemikiran seperti ini
adalah suatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional
yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian ( honor and praise) dari mereka yang
dipimpinnya. Sebenarnya kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarakan pada

kerendahan hati (humble).
Menurut Smith, seperti Yng dikutip oleh Neff and Citrin dalam buku mereka
“Lesson

from the Top”, seorang pemimpin seharusnya adalah seorang strategist ( ahli

strategi ). Karena dunia bisnis adalah dunia yang penuh dengan perubahan. Seorang
pemimpin perlu menyiapkan strategi untuk mengelola perubahan-perubahan tersebut agar
perusahaan dapat mengambil keuntungan dari perubahan bukannya tergilas oleh perubahan.
Untuk menjadi seorang ahli strategi diperlukan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
lapangan serta yang paling penting adalah visi. Dengan adanya visi tersebut seorang
pemimpin tersebut dapat menyusun strategi atau menyiapkan serangkaian tindakan untuk
mencapai keunggulan. Untuk dapat memimpin orang lain maka seseorang harus mampu
memimpin dirinya sendiri.
Untuk dapat memimpin dirinya sendiri terdapat beberapa hal yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin diantaranya sebagai berikut :
1.

Self Awareness yaitu pemahaman diri bagi seorang pemimpin bisa dijadikan dasar
untuk memperbaiki kinerja atau untuk meningkatkan percaya diri dan pemahamannya

terhadap orang lain. Penting bagi seorang pemimpin untuk mendedikasikan waktunya
tidak hanya untuk memahami orang lain, tetapi terlebih dahulu adalah untuk
memahami diri sendiri. Seperti nilai-nilai yang dianutnya ( misal: kejujuran, kerja
sama, dan tanggung jawab), apa kelemahan dan kelebihannya, apa minatnya, apa
tujuan dalam hidupnya, serta apa yang diperjuangkannya.

2.

Self Directing tersebut yaitu dimana seorang pemimpin akan membawa orang yang
dipimpinnya berangkat dari satu titik ke titik lainnya, atau dari satu kondisi ke kondisi
yang dituju. Sehingga kita perlu menetapkan dengan jelas kemana kita akan pergi dan
bergerak menuju tujuan tersebut. Semakin jelas tujuan yang ingin kita raih maka akan
semakin mudah bagi kita untuk memimpin diri untuk meraih tujuan.

3.

Self Managing yaitu setelah kita mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai,
selanjutnya dalah mengelola diri kita untuk mencapai tujuan tersebut. Langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah menyusun tindakan-tindakan yang akan kita
lakukan dalam skala prioritasyaitu kita perlu menentukan tindakan ataupun keputusan

apa yang lebih menjadi prioritas kita pada saat ini. Langkah selanjutnya adalah
dengan memperhatikan unsur waktu, yaitu: waktu pelaksanaannya.

4.

Self accomplishment yaitu setelah prioritas disusun dan jangka waktu penyelesaianya
diatur dengan baik, langkah selanjutnya adalah melaksanakan yang sudah
direncanakan tersebut. Untuk itu kita perlu mengidentifikasi sarana, prasarana yang
sudah ada dan yang perlu ditambah, keterampilan yang sudah kita kuasai yang dapat
menunjang penyelesaian tindakan dan keterampilan yang masih harus kita pelajari
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setelah poin 1,2, dan 3 dilaksanakan
dengan baik kita akan lebih siap untuk meraih mimpi.

B. KEKUASAAN dan WEWENANG
Untuk dapat mengusahakan orang lain mau bekerjasama, maka seorang pemimpin
menggunakan wewenang formal dan kekuasaan yang merupakan salah satu dari sendi
organisasi. Dalam teori otoritas formal, kewenangan adalah kekuasaan atau hak pimpinan
untuk bertindak dan memerintah orang lain atau bawahan. Berikut adalah ruang lingkup
kekuasaan dan kewenangan :
1.


Ruang Lingkup Kekuasaan dan Wewenang
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka
mencapai suatu yang diinginkan. Kekuasaan dan wewenang memiliki hubungan yang
erat namun mereka berbeda dimana kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan,
sedangkan wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit.
Namun dengan wewenang seseorang dapat meminta semua bawahannya untuk mematuhi
perintahnya.

Unsur-unsur yang terdapat dalam wewenang sebagai berikut :
a. Wewenang ditanamkan pada posisi seseorang karena posisi yang didudukinya
bukan karena karakteristik pribadi yang dimilikinya
b. Wewenang diterima oleh bawahan dan digunakan secara vertikal, artinya
wewenang mengalir dari atas kebawah mengikuti hierarki kepemimpinan dalam
organisasi.
2.

Basis Kekuasaan, kekuasaan dapat berasal dari berbagai sumber baik antar pribadi,
srtuktural dan situasi. Secara lebih detail masing-masing akan dibahas sebagai berikut :
a. Kekuasaan legitimasi, kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain

karena posisi atau kedudukan yang dimilikinya.
b. Kekuasaan imbalan, yaitu berdasarkan kemampuan seseorang untuk memberikan
imbalan pada orang lain karena kepatuhannya. Teknik pemberian imblan ini
sering disebut dengan money policy.
c. Kekuasaan paksaan, kekuasaan paksaan mempunyai senjata berupa hukuman,
maksud dari penggunaan kekuasaan ini mempunyai konsekuensi tidak
menyenangkan bagi si penerima. Pada jenis kekuasaan ini cenderung pemilik
bersifat manut.
d. Kekuasaan panutan, kharisme merupakan basis nyata saat ini kekuasaan panutan
banyak ditemui misal nya seorang artis yang kemudian menjadi kepala daerah.

3. Kekuasaan Strukrutal dan Situasional, kekuasaan struktural biasanya ditentukan oleh
struktur dalam organisasi yang dipandang sebagai mekanisme pengendalian yang
mengatur organisasi.dalam tatanan struktur organisasi kebijaksanaan pengambilan
keputusan dialokasikan ke berbagai posisi. Selain itu struktur organisasi membentuk pola
komunikasi dan arus informasi. Jadi, struktur organisasi menciptakan kekuasaan dan
wewenang formal dengan mengkhususkan orang-orang tertentu untuk melaksanakan tugas
pekerjaan dan mengambil keputusan tertentu dengan memenfaatkan kekuasaan informal
yang timbul. Bentuk lain dari kekuasaan struktural timbul kareana sumber daya,
pengambilan keputusan dan informasi, seperti dijelaskan sebagai berikut :

a. Sumber daya, menurut teori ini menyebutkan bahwa, kekuasaan seseorang
berasal dari 2 sumber yaitupertama penggunaan sumber daya, informasi dan
dukungan. Kemudian yang kedua adalah kemampuan memperoleh kerjasama
untuk melakukan pekerjaan yang penting.

b. Kekuasaan pengambilan keputusan, seseorang yang memiliki kekuasaan bisa
mempengaruhi

jalannya

proses

pengambilan

keputusan,

alternatif

yang

seharusnya diambil dan waktu pengambilan keputusan.
c. Kekuasaan informasi, kekuasaan yang diperoleh dari kepemilikan atas akses
atau jangkauan informasi yang relevan.
C. KRITERIA SEORANG PEMIMPIN
Saat ini model kepemimpinan sudah mulai berada pada konsep yang kontemporer
dengan mengacu pada beberapa Qoutient. Setiap individu sebenarnya memiliki kapasitas dan
kemampuan untuk menjadi pemimpin, hanya kemudian dalam proses pengembangannya ada
yang mampu berkembang dan ada yang tidak. Dalam konsep kontemporer muncul ada
sebuah jenis kepemimpinan yang disebut Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki
4 makna. Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligent ( seperti dalam IQ-kecerdasan
intelektual, EQ- kecerdasan emosional, dan SQ- kecerdasan spritual). Q Leader berarti
seorang pemimpin yang memiliki IQ-EQ-SQ yang cukup tinggi. Kedua, Q leader berarti
kepemimpinan yang memiliki quality,baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Ketiga, Q leader berarti seorang seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‘chi’ – bahasa
mandarin yang yang berarti energi kehidupan). Keempat, Q Leader adalah seperti yang
dipopulerkan oleh KH. Abdullah Gymnastiar sebagai Qolbu atau inner self.
Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya
(qolbu-nya) dan dapat mengelola dan mengedalikannya ( self management atau qolbu
management). Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu
belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar q ( intelligent-quality-qiqolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Kepemimpinan Q terangkum dalam tiga aspek penting dan dan disingkat menjadi 3C
yaitu:
1.

Perubahan karakter dari dalam diri (character change)

2.

Visi yang jelas ( clear vision )

3.

Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar, dan berkembang baik secara internal ( pengembangan kemampuan
intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll ) maupun dalam hubungannya dengan
orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan).

Selain model kepemimpinan yang kontemporer tersebut, terdapat 3 perilaku seorang
pemimpin dengan gaya – gaya berikut :
1. The Authocratic Leader, yaitu seseorang yang menganggap bahwa semua tugas
dan kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan
dan memberi motivasi merupakan tugas yang berada ditangannya. Pada gaya
kepemimpinanseperti, gaya yang dipakai adalah top down dimana pemimpin
menjadi penguasa tunggal dalam menentukan setiap arah dan gerak organisasi
perusahaan.
2. The Participative Leader, yaitu seorang pemimpin yang akomodatif atas berbagai
masukan dari orang orang yang berada disekitarnya termasuk dari bawahan, pada
gaya kepemimpinan seperti ini sifatnya dipakai pada botton up. Pemimpin akan
memberikan support kepada bawahan-bawahannya untuk turut aktif dalam
pengembangan organisasi perusahaan.
3. The Free Rein Leader, pada gaya ini pemimpin memberikan delegasi kepada
orang-orang di jenjang dibawahnya untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Pada model ini pemimpin cenderung untuk memberikan tanggung jawab yang lebih
besar kepada bawahannya dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan yang harus
diselesaikannya.
Selain gaya kepemimpinan diatas,terdapat gay kepemimpinan berdasarkan hal yang lebih
implementatif yaitu bagaimana seorang manajer didalam melakukan pengaturan kepada
bawahannya. Pembagian gaya kepemimpinan tersebut sebagai berikut :
1. Gaya Mengarahkan : gaya kepemimpinan ini dipakai pada saat manajer akan
mengarahkan seorang karyawan atau sekelompok karyawan untuk melakukan
pekerjaan tertentu.
2. Gaya Demokratis : gaya kepemimpinan demokratis dicirikan oleh upaya
manajer untuk melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan untuk
pencapaian consensus. Syaratnya adalah karyawan harus dipandang lebih
sebagai mitra kerja daripada sebagai karyawan.dan akan lebih efektif lagi bila
melibatkan karyawan yang aktif.
3. Gaya Beroreintasi pada Tugas : gaya kempemimpinan ini diterapkan pada
sekolompok karyawan baru yang belum banyak mengenai anatomi, cara kerja,
dan pelaksanaan program organisasi.
4. Gaya Membangun Motivasi : gaya kepemimpinan ini sangat cocok
diterapkan pada karyawan yang sudah memiliki otonomi dan kemandirian

yang tinggi. biasanya tipe karyawan yang dikelola

memiliki tingkat

pengetahuan, pengalaman, dan kepedulian diatas standar dalam melaksanakan
tugas sehingga diperlukan adanya motivasi agar melaksanakan tugas-tugasnya
selalu sesuai dengan standar kerja.
Bagaimana memilih gaya manajemen kepemimpinan yang paling cocok ?
Jawab : Tidak ada riset umum untuk itu. Yang jelas dikebanyakan situasi manajer seharusnya
mampu menerapkan gaya kepemimpinan dimana dia dapat menyerahkan sepenuhnya suatu
persoalan atau pekerjaan yang mampu diputuskansendiri oleh para karyawan. Untuk itu,
manajer seharusnya mendorong dan menciptakan suasana agar karyawan mampu membuat
keputusan dengan luwes. Gaya kepemimpinan manajemen yang mendorong keterlibatan
karyawan akan memperoleh hasil sikap positif karyawan. Namun apabila karyawan tidak siap
proses pengambilan keputusan akan memakan waktu terlalu lama dan risiko yang kecil.
Diantara kalangan manajer, boleh jadi ada manajer yang dapat menerapkan kombinasi
gaya manajemen kepemimpinan, sedang yang lain hanya satu gaya kepemimpinan saja.
Namun yang jelas kecenderungan tiap manajer akan memilih gaya kepemimpinan tergantung
pada kegunaannya. Disinilah diperlukannya kemampuan melakukan adaptasi. Misalnya gaya
mengarahkan dan gaya berorientasi tugas sangat diperlukan ketika perusahaan memerlukan
para karyawannya harus segera menyelesaikan pekerjaannya karena adanya pesanan dari
rekan yang sangat mendesak untuk dipenuhi. Pada konteks makna keterlibatan dalam
pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan ini akan menyebabkan para karyawan merasa
kurang puas. Sebaliknya, jika manajer menerapkan gaya mkepemimpinan demokratis dan
tanpa mengalami kelambatan proses penyelesaian pesanan rekanan maka karyawan
cenderung akan merasa puas. Mereka akan merasa bangga mempunyai andil dalam
pengambilan keputusan produksi.
Ketika para manajer akan memilih gaya kepemimpinan tertentu tidak terkait pada
gaya manajeman itu sendiri,tetapi pada pertimbangan bahwa semua pilihan itu sangat terkait
dengan hati nurani manajer. Dengan komitmen dan keinginan untuk selalu belajar serta
beradaptasi, para manajer kemungkinan besar akan selalu berimprovisasi dalam menerapkan
gaya kepemimpinan manajemennya. Dengan kata lain, tidak tergantung pada gaya
kepemimpinan tertentu.

Ketika

manajer

memilih

gaya

kepemimpinan

manajemen

tertentu

maka

keberhasilannya dapat diukur dari berbagai segi, diantaranya :
1.

Keberhasilan karyawan dan kelompoknya dalam mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan

2.

Keputusan maksimum dikalangan karyawan

3.

Derajat konflik horizontal dan vertikal yang relatif kecil

4.

Perputaran ( keluar-masuknya) karyawan diantara kelompok diantara periode
tertentu yang relatif rendah

5.

Produktivitas kerja karyawan yang meningkat

Apabila 5 poin diatas sudah tercapai, apakah dengan demikian manajer sudah merasa
puas ? jawabnya : tidak juga tentunya karena keberhasilan penerapan suatu gaya manajemen
tidak hanya ditentukan oleh manajer, masih ada faktor lain, yaitu faktor intrinsik karyawan
dan kondisi perusahaan. Sehingga seharusnya manajer harus terus belajar , dimulai dari
mengevaluasi diri sendiri: mengetahui kelebihan dan kelemahan diri sendiri merupakan
modal awal manajer untuk terus memperbaiki kualitas kepemimpinan manajer. Selain itu
juga manajer jangan segan untuk belajar dari manajer yang lebih senior dan juga mengikuti
pelatihan-pelatihan.
Disamping itu jangan segan untuk meminta pendapat dari karyawan tentang gaya
manajemen yang diterapkan, manfaatkan respon para karyawan sebagai unsur umpan
balikdalam meningkatkan kualitas kepemimpinan manajemen. Umpan balik disini dapat
diartikan pula sebagai terjadinya fenomena saling bergantung antara manajer dan karyawan.
Jika suatu saat manajer melangkah menuju kemandirian (independent) menjadi saling
bergantung (interdependence) maka manajer sedang melangkah menjadi seorang pemimpin
yang sebenarnya. Bentuk umpan balik yang terjadi kemungkinan besar adalah peningkatan
kualitas intrinsik manajer sebagai seorang manajer yang sekaligus menjadi seorang pemimpin.
Di era milenium III ini karyawan menghendaki manajer sebagai seorang pemimpin
yang diharapkan memenuhi karakteristik berikut :
1. Keteladanan dalam berperilaku, akhlak/moral mulia dan amanah
2. Kesadaran diri akan perlunya kejujuran dan ketegasan dalam bertindak
3. Kemampuan berfikir dan berempati, kecerdasan dalam menganalisis permasalahan
oreganisasi dan sumber daya manusia, serta pengambilan keputusan
4. Kemampuan

dalam

menerapkan

manajemen

manajemen emosi, serta manajemen krisis

konflik, manajemen

amarah,

5. Kemampuan dalam membangun suasana kondusif, inovatif, dan produktif dalam
tim kerja lewat komunikasi efektif, suasana keterbukaan, ketulusan, cara berfikir
positif, integritas kepribadian, serta saling memotivasi antara manajer dan karyawan
6. Kemampuan dalam melihat peluang bisnis
7. Perasaaan malu dalam berbuat bersalah dan tidak jujur.

D. PENDELEGASIAN TUGAS
a. Pengertian pendelegasian
pendelegasian adalah proses penyerahan tugas dari seseorang kepada orang lain.
Pendelegasian merupakan pengambilan keputusan, tugas-tugas mana yang di kerjakan
manager sendiri serta mana yang diserahkan kepada dan dikerjakan orang lain(karyawan).
Syarat penyerahan tugas adalah adanya karyawan yang berkompeen dan dipercaya untuk
menerima penyerahan tugas tersebut.
Tahap pendelegasian, diawali dengan kegiatan analisis kemudian janji,
breafing,control, dan efaluasi. Dalam tahap analisis maka “atasan” memilih tugas apa saja
yang akan didelegasikan kepada “bawahannya”. Hal ini penting, agar tugas yang dipilih
sesuai kebutuhan pengembangan organisasi. Kemudian tasan melangkah pada tahap janji
yang menentukan siapa bawahan yang akan menerima tugas. Diseni bawahan harus diberi
tahu alasan pendelegasian tugas agar bawahan tidak bertanya-tanya dan tidak memiliki beben
dan kewalahan dalam pemberian tugas tersebut. Hal ini penting karena pada saat
pelaksanaan tugas tersebut bawahan tidak mengalami distorsi pekerjaan. Pada saat
pelaksanaan pendelegasian tugas berjalan atasan teap wajib melakukan pemantauan dan
pemotivasisn kepada karyawan. Untuk menghindari defiasi pencapaian tujuan dari
pendelegasian .
Pada tahap akhir dilakukan evaluasi dalam bentuk me review dan hasilnya di pakai untuk
memperbaiki pendelegasian tugas.
b. Apa yang di delegasikan?
Jenis tugas yang didelegasikan dari manager dan karywan lain adalah beragam,
tergantung pada tujuan, sifat dari tugas, periode waktu dan kompetensi dari penerima tugas.
Contohnya manager mendelegasikan tuga membuat laporan sebulan terakhir tentang
penjualan produk tertentu kepada asisten manager. Namun hampir tidak mungkin manager

pendelegasian tugas tentang memelihara hub ungan dengan klien manager yang sudah lama
terjalin dengan baik kepada orang lain.
Ada beberapa tugas pendelagasian. Anatara lain yaitu:
1. Tugas rutin
2. Tugas yang mudah
3. Tugas yang menyita waktu
4. Tugas yang tidak mendesak
5. Bagian-bagian tugas yang relatif rumit
c. Mengaloksikan tugas
pertimbangan aspek tanggung jawab ketika memutuskan kepada siapa tugas di
berikan memiliki porsi perhatian yang lebih besar di banding sekedar pertimbangan tentang
kompetensi karyawan penerima pengalihan tugas. Kompetensi memenag merupakan hal
yang pokokterhadap kelancaran menjalankan tuagas, tapi mungkin saja terjadi beberapa
karyawan yang memiliki kompetensi keahlian(keterampila) yang setara baik, tetapi kurang
tanggung jawab selain penguasaan pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Ada beberapa faktor ynag perlu dipertimbangkan oleh manager , yaitu sekurngkurangnya dari segi kenyamanan yang dapat menambah rasa tanggung jawab seseorang yang
meneriama tugas dari manager. Mungkin beberaa karyawan memandang tugas tersebut
sebagai bagian dari proses pengembangan bai mereka. Namun sebagian boleh jadi justru
merasa sebagai beban, yang justru cenderung menolak tugas tersebut.
Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan manager sendiri harus
mengerjakan tugas dari orang yang diserahi limpahan tugas dari manager. Bahwa proses
pendelegasian tugas akan berjalan optimum apabila seseorang yang menerima limpahan
merasa berkompeten dan nyaman dalam bekerja. Yang artinya , tidak terjadi penurunan
efisien kerja karean karyawan yang dilimpahi tugas termotivasi untuk
menge,mengembangkan dirinya.
Karakteristik atau kondisi karyawan yang layak di beri pendelegasian yaitu:
1. Karyawan yang memiliki waktu luang
2. Pegawai junior yang dalam rangka pembelajaran dan pemberdayaan serta peningkatan
pengalaman dan kinerja
3. Karyawan staf senior untuk akumulasi diri atau status
4. Karyawan yang memiliki keterampilan dan tanggung jawab tentu yang sangat
diperlukan

5. Karyawan ynag memiliki motivasi dan minat untuk memperdalan jenis pekerjaan baru
Manager juga harus mempertimbangkan beberapa hal untuk membujuk karyawan yang akan
menerima tugas yaitu:
1. Apakah mereka memiliki kemampuan untuk menjalan tugas tersebut
2. Kalau belum memliki kemampuan, apakah mereka bersedia dilatih terlebih dahulu
3. Apakah mereka memiliki waktu yang cukup
4. Apakah mereka memiliki minat dan semangat serta tanggung jawab
5. Apakah mereka sedang memiliki beban kerja yang tidah berat
d. Pendelegsian Terstruktur
sebelum pendelegasian dilakukan, para karyawan hendaknya memahapi apa saja yang
akan didelegasikan dan apa alasannya. Manager harus mengetahui dengan tepat mengenai
batasan kekuasaan sehingga individu dapat menjabarkan gambaran tugas,korteksnya, dan
tempatnya dimana. Klarifikasi bagaimana manager akan menyelia tugas dan menilai kinerja
karyawan. Siap-siaplah untuk menyesuikan gaya manager: suatu kepercayaan diri yang
meningkat mungkin menjadi kekuatan bagi seorang karyawan untuk mampu mengungkapkan
emosinya karena keterlibatan manger ang berlebihan.
e. Bagaimana Mengomunikasikan tugas
agar pendelegasian tugas berjalan sesuai harapan maka manager perlu
mengomunikasikan berbagai segi tugas yang mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan
kepada karyawan yang akan diserahi.
Beberapa penjelasan yng perlu dikomunikasikan oleh mnager kepada karyawan antara lain
yaitu:
1. Penjelasan secara umum mengenai tugas yang akan didelegasikan dan apa alasanya
termasuk tujuannya
2. Penjelasn rinci tentang tugas dan batasan-batasan wewenang serta tanggung jawab
yang manager akan berikan. Manager juga perlu menjelaskan apa yang akan manager
akan lakukan selama tugas itu dilaksanakan karyawan, misalnya kesediaan manager
untuk selalu jadi tempat bertanya,pemberi dukungn moril, pemberian peluang
pelatihan, dan dukungn sumber daya.
3. Menjelaskan kepada semua karyawan alasan mengapa ada pendelegasian tugas
kepada karyawan tertentu untuk mencegah timbulnya keheranan,kecerugaan dan

kecemburuan sosial, mencegah koordinasi yang buruk, serta sekaligus menghimbau
atau meminta karyawan yang lain membantu karyawan yang di serahi.
4. Jelaskan standar proses dan keberhasialn tugas yang diberikan termasuk batas waktu
criterian dan tujuan yang ingin dicapai.
f. Masalah Pendelegasian Tugas
Pendelegasian tugas tidak pernah luput dari masalah. Sepertinya merupakan suatu
yang biasa terjadi jika manager menghadapi masalah ketika dia memberi tugas kepada
subordinasnya. Manager dapat saja menolak mendelegasian tugas kepada subordinasi karena
faktor kekurangpercayaanya pada subordinasi. Disamping itu, dapat juga terjadi karena
manager masih mampu melaksanakan tugas yang bersangkutan.

Persoalan

Penyebab

Manager menolak untuk mendelegasikan

-Manager khawatir subordinasi gagal

tugas

melaksanakannya
-Manager menilai lebih mampu bekerja lebih
cepat dan lebih baik ketimbang kalau
didelegasikan pada subordinasi
-Manager khawatir kalau pendelegasian tugas
akan dipandang sebagai kekurangan beban
karena itu tidak disukai

Manager mendelegasiakn tugas yang salah

-Tugas sangat sulit dikerjakan manager
-Manager ingin melepaskan tanggung
jawabnya
-Managertidak mempertimbangkan
kompetensi yang dibutuhkan dan yang sesuai
dengan individu subordinasi.

Manager intervensi otoritas subordinasi yang

-Manager tidak mengembangkan batasan

berlebihan

struktur kokoh, batas pendelegasian yang
jelas.

E. MEMBANGUN TIM YANG HANDAL
Perusahaan adalah sebuah tim yang akan bekerjasama untuk membuat produk, baik
barang maupun jasa yag bisa memberikan keuntungan yang diharapkan. Dalam menjalankan
laju sebuah perusahaan dibutuhkan seni dan keterampilan. Bagian-bagian penting yang harus
dilakukan adalah plaanning,organising, actuanting, dan controling. Dimana keempat tersebut
harus di ramu dengan seni yang tinggi sehingga akan smapai tujuan dan mampu memberikan
hasil yang memuaskan baik untuk intern dan ekstern.
Di dalam mencapai tujuan sebuah perusahaan diperlukan suatu analisis dengan
mempertimbangkan berbagai faktor baik intern maupun ekstern baru kemudian diambil
keputusan apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Namun disini evaliasi juga menduduki
porsi yang sangat penting. Secara periodical jajaran pimpinan atau pengambil keputusan
dalam suatu perusahaan harus melakukan evaluasi yang dimaksudkan apakan langkahlangkah pelaksanaan sudah sesui dengan tujuan yang di inginkan. Apabila ternyata belum
sesuai maka akan dilakukan analisis ulang terhadap berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan harus mempunyai sifat SMART yaitu spesific,measurable, achievable,
realistic dan time bounded.
-

Spesific, setiap tujuan harus tertentu sehingga langkah-langkah yang diambil juga bisa
jelas. Apabila tujuan tidak tertentu maka langkah-langkah dalam pencapaiannya pun
kan terjadi biasa.

-

Measurable, setiap tujuan harus bisa diukur sehingga bisa disesuaikan dengan sumber
daya yang dimiliki. Apabial tujuan tersebut sangat tinggi maka belum tentu bisa
dicapai, sementara bila tujuan tersebut sangat rendah maka justru akan menyebabkan
banyak sumber daya-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
menganggur.

-

Achivable, bisa di capai jangan sampai suatu tujuan hanya sebatas slogan karena sulit
untuk dicapai. Tujuan yang baik adalah terstruktur dan bisa dicapai. Oleh karena itu
sebaiknya periodisasi pencapaian tujuan dilakukan secara bertahap.

-

Realistic, suatu tujuan harus realistic

-

Time Bounded, harus ada ukuran waktu untuk mencapai suatu tujuan, maksudnya
adalah agar setiap jajaran dalam perusahaan mempunyai target yang jels mengenai
kapan kan selesai, bagaimana peraturan waktunya dan sebagainya.
Selain faktor ekstern yaitu, kebijakan makro, strategi pesaing, kondisi masyarakat

konsumen, harga input produksi dan sebagainya. Faktor intern juga merupakan faktor
yang cukup penting, antara lain sumber daya manusia. Maksudnya bagaimana
memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada bisa mencapai tujuan. Membangun tim

adalah keterampilan yang dasar yang harus dimiliki oleh setiap manager, baik jajaran
yang rendah maupun jajaran yang tingkat tinggi. Kemampuan staf untuk bekerja sebagai
tim maupun individu merupakan kinerja yang sangat penting sebagai penentu
keberhasilan bagian atau organisasi keseluruhan. Untuk membangun tim yang kohasi
dana memotifasi mencapai tujuan bersama para pimpinan atau manager perlu
mengembangkan sikap positif. Pimpinn yang menggunakan keterampilan yang
membangun tim akan memperoleh keyakinan bahwa anggota tim mereka akan mencapai
prestasi tertinggi serta menciptakan suasana kerja yang lebih efisien dan produktif.
Bagian inti dari membangun suatu tim yang handal adalah perencanaan dan
pengorganisasian, komunikasi,pelatiha dan pembinaan,pemilihan SDM berkualitas,
komitmen dan kepercayaan serta penyelesai konflik antar anggota organisasi. Dimulai
dari tujuan yang akan menuntun seseorang untuk tahu apa yang sebenarnya diharapkan
ingin dicapai. Dilanjutkan pembedaan antara kelompok dan tim yang selama ini jarang
menjadi perhatian.
Dalam sebuah tim setiap anggota menyadari ketergantungan diantara mereka dan
memahami bahwa sasaran pribadi maupun tim paling baik dicapai dengan cara saling
dukung sementara dengan kelompok yang dilakukan adalah semata-mata untuk
kepentingan atministratif, sehingga masing-masing bekerja secata mandiri.
Bagian selanjutnya adalah bagaimana cara membangun tim, manfaatnya, bagaiman
suasana kerja yang kondusif mampu membangkitkan motivasi tim sampai pada
pengendalian sasaran yang ini dicapai bisa terpenuhi. Kemudian bagimana cara mengajari
atau melatih tim untuk memecahkan masalah secara efektif.
Setiap manager harus mempunyai kemampuan bagaimana memberikan dukungan dan
evaluasi juga menjelaskan bagaimana komunikasi-komunikasi dan keterbukaan
merupakan faktor-faktor terpenting bagi terselesainya berbagai masalah dalam tim dan
kemudahan dalm mencapai tujuan. Hasil penelitian yang sdah dilakukan menunjukan
bahwa pemimpin yang baik adalah komunikator ulung. Pemimpin seyogyanya memberi
intruksi yang jelas,responsif dan menjaga agar pihak-pihat tertentu tetap memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Empati dan perhatian yang dikomunikasikan akan mampu
memecahkan konflik, ,mengurangi keluh kesah, mendorong menciptakan ide-ide dan
kerja sama serta meningktkan produktifitas.

1. Kerjasama
Setiap individu kelompok memiliki aspirasi tingkat keterampilan dan sikap
terhadap tugas yang berbeda-beda. Krena masing-masing individu berfikir,
berperasaan dan memberi tanggapan sesuai kepribadianya. Maka mereka kadangkadan tidak memikirkan keuntungan saling mendukung dan bekerjasma dengan orang
lain untuk mencapai suatu tujuan.
Seorang pemimpin yang baik harus bisa mengkombinasikan bakat dan kemauan
anggotanya dan melatih mereka untuk bekerja sama, saling mengisi kekurangan dan
kelebihan setiap anggota.
Bekerja bersama mengandung arti bahwa masing-masing anggota mengerjakan
suatu pekerjaan secara bersama-sama. Bekerjaama artinya dalam mengerjakan suatu
pekerjaan mereka saling melengkapi. Perbedaan nyata dalam pengertian keduanya
adalah pada efisiensi dan efektifitasnya. Bekerja sama lebih efisien dan efektifitas
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan karena saling melengkapi.
Unsur-unsur penting dalam team work adalah:
a. Persepsi yang sama tentang visi dan misi yang ingin diraih
b. Pemahaman terhadap tugas masing-masing(job disciption)
c. Komunikasi
d. Pengertian antar anggota
e. Evaluasi
Dalam sebuah tim anggota menyadari ketergantungan diantara mereka dan
memahami bahwa sasaran pribadi maupun tim paling baik dicapai dengan cara saling
dukung meskipun masing-masing bekerja secara mandiri. Kemudian bagaimana
melakukan evaluasi dan bagaiman komunikasi dan keterbukaan merupakan faktor
penting bagi terselesainya berbagai maslah dalam tim dan kemudahan dalam mencapai
tujuan.
2. Problem solving
Dalam suatu organisasi yang sehat, permaslahan akan selalu muncul seiring dengan
kemajuannya. Konflik atau perbenturan adalah cara yang terbaik dalam pendewasaan
anggota organisasi. Yang menjadi pemikiran utama adalah bagaimana cara mengelola
konflik tersebut untuk menjadi kekuatan utama organisasi.
Unsur-unsur yang terpenting dalam problem solving yang win-win solutin selain
empati atau perhatian juga komunikasi adalah bagaimana masing-masing anggota bisa

saling terbuka dan menyadari kesalahan masing-masing bukanya mencari pembenaran
dan maslah yang dihadapi.
3. Membangun sebuah tim
Kemampuan membangun tim kerja yang efektif diperlukan dengan memanfaatkan
kombinasi keterampilan dan kepribadian seseorang dikalangan karyawan untuk dilihat
dalam pencapaian sasaran dan tujuan organisasi.
Karyawan atau manager akan mencapai sesuatu yang bermanfaat jika bekerja
bersama dalam satu tim dari pada bekerja sendiri-sendiri. Pada karyawan akan merasa
lebih peduli dan komitmen untuk bekerja dalam satu tim karena dengan cara itu
terjadiinteraksi antar karyawan yang positif. Juga terjadi saling mengisi dan saling
memperkuat karena terjadi berbagai fenomena berbagi informasi pengalaman, berbagi
bakat dan keahlian sekaligus memperkecil kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing
karyawan.
Agar suatu tim kerja dapat berhasil dengan efektif dibutuhkan beberapa hal yaitu
sebagai berikut:
a. Keragaman keanggotaan tim,tetapi dengan suatu tujuan bersama.
b. Tujuan yang berorientasi pada tantangan.
c. Keterlibatan aktif para anggota tim.
d. Uraian peran dan koordinasi anggota tim yang jelas.
e. Komunikasi yang baik.
f. Kepemimpinan yang handal
Memimpin sebuah tim kerja membutuhkan beberapa langkah,yaitu sebagai berikut:
1) Memilih karyawan yang tepat untuk tim yang didasrkan pada keteramplan dan
keragaman
2) Menyusun kerangka kerja, dimana tiap karyawan di jamin akan memahami dan
mengerjakan.
3) Mendorong karyawan untuk berpartisipasi di dalam pengambilan keputusan dan
kegiatan tim.
4) Memperdayakan para anggota tim kerja dalam batasn-batasan yang disetujui dan
dipahami oleh karyawan.
5) Mengelola konflik yang muncul dari kalangan karyawan yang beragam.
6) Menunjukan standartnperilaku yang diharapkan.

7) Mempertahankan toim kerja dari gangguan eksternal untuk memaksimalkan
keefektifan.
Atribut peran normatif tim yang kompak menurut pelakunya meliputi beberapa hal yaitu
sebagai berikut:
1) Pekerja/karyawan
a) Kreatif,imajunatif,inisiatif, dan tidak ortodoks.
b) Mampu mengatasi masalah sulit
2) Penelitian sumber daya
a) Ekstrovet, antusias, komunikatif
b) Mencari peluang adanya inovasi
c) Mengembangkan jejaring informasi
3) Coordinator
a) Dewasa, percaya diri, figure pemimpin yang baik
b) Mengklarifikasi tujuan, promosi pengambilan keputusan dan
pendelegasian kerja yang baik
c) Komunikatif
4) Pemantau
a) Waspada, strategis, dan cerdas/jajam
b) Melihat semua pilihan
c) Mulai fenomena secara akurat dan obyektif
5) Tim kerja
a) Kerja sama, berwajah tulus, perspektif, diplomatis
b) Mendengarkan,membangun, menghindari friksi dan tenang
6) Pelaksana
a) Disiplin, dapat dipercaya,konservatif dan efisien
b) Kemampuan mengembangkan gagasan menjadi faktual
7) Penyelesai akhir
a) Ketelitian sungguh-sungguh, hati hati dan keinginan tinggi
b) Mencari kesalahan kesalahan dan kelalaian demi kemajuan
c) Menyerahkan sesuatau tepat mutu dan tepat waktu
8) Spesialis
a) Kemandirian , dedikasi dan inivatif
b) Menyediakan pengetahuan dan keahlian pada pekerjaan langka

a. MenyusunTujuan Tim Kerja
Semua anggot atim harus mengetahui secara pasti apa yang mereka harapkan dan
laksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan. Untuk itu yang manager perlukan adalah:
1) Mengembangkan visi dan tujuan perusahaan ke dalam kerja tim
2) Menjamin bahwa anggota tim mengetahui apa yang dapat di kontribusikan untuk
mencpai tujuan tim .
3) Menelaah ulang bagaimana tujuan tim berkaitan dengan tujaun organisasi yang
lebih luas
Tanpa kejelasan ini akan berakibat vatal ketika para anggota tim melainkan peran
duplikasi dan saling merugikan. Di hal lain mungkin mereka akan mengindahkan
semua tujuan. Tim seharusnya mengetahui secara jelas tentang siapa dan berbuat apa.
Ini adalah hal yang mendasar untuk mewujudkan jati diri dan komitmen tim. Disinilah
peran manager untuk mengontol dan mengarahkan.
b. Melibatkan para anggota tim
Untuk memperoleh tim yang kompak,manager perlu melibatkan mereka dalam
merumuskan tujuan-tujuan dan seterusnya melibatkan mereka ke dalam seluruh
pekerjaan tim. Keterlibatan tiap orang seharusnya setara dengan kegiatan dan
pengambilan keputusan dengan tim, sesuai dengan statusnya. Untuk itu seharusnya
manager seharusnya mengelola secara aktifdan tidak segan segan mendorong
karyawan yng rendah diri serta mengendalikan suasana keruh dengan cara bijaksana.
Untuk menjamin bahwa tiap orang bekerja dalam kerangka kerja yang sama maka
manager hendaknya menjekaska bagaimana tim akan melakukan pendekatan masalah
dan pengambilan keputusan.
c. Memperkuat tim
Membangun jati diri tim dilakukan dengan cara membawa anggota tim dala
suasana kerja akan “bermain peran” bersama. Selainitu mendorong terjadinya
komunikasi terbuka dengan memberikan rasa percaya diri kepada tiap orang dan
kebebasan untuk mengeksperimen tentang pandangan-pandanganya.
Manager dapat mengusulkan pada pihak managemen untuk menyesdiakan
kursus-kursus diluar bidang pekerjaan yang bersifat suplemen didalam pengembangan
sebuah tim. Hal ini diperlukan untuk membangun kebersamaan tim. Namun disisi lain

gagasan manager tidak ada gunanya kalau tim menilai hanya sebagai kegiatan
“selingan” saja. Karena itu pelatihan harusnya direncnakan dengan baik dan dengan
peserta yang benar-benar memerlukan.
Memlaui upaya ini diharapkan dapat membentuk tim yang kuat yang akan
dicirika n oleh adanya:
1) Pengembangan kreatifitas dan gagasan daripada kalau kerja sendiri lebih baik
dalam tim
2) Peningkatan motivasi karyawan
3) Pengembangan rasa kebersamaan serta tanggung jawan individu dan tim
4) Penciptaan dan pengembangan semangat kerja
5) Percepatan penyelesaian pekerjaan
6) Peningkatan disiplinan dan dedikasi karyawan
7) Penerapan evaluasi kerja secara kesinambungan
8) Pengembangan jangkauan pekerjaan yang lebih luas
9) Pengembangan proses belajar
10) Peningkatan produktivitas kerja
d. Menghadapi Masalah Tim
Kebanyakan masalah stagnasi yang terjadi pada tim disebabkan oleh
berkurangnya kepercayaan komitmen, telah tidak terpenuhi atau kerahasiaan telah
dikhianati. Para anggota mungkin menyimpang dari standar perilaku yang di terima.
Manager perlu mencegahnya dengan penerapan standar yang jelas dan mengelola
kinerja dengan taat asas. Kepemimpinan dan konsultasi dapat mengembangkan nilainilai umum tim yang dapat diterima oleh semua anggota tim.
Jangan pernah menaruh kepercayaan manger dalam managemen tim dengan
menyampingkan prinsip-prinsip managemen karyawan. Suatu tim akan berfungsi baik
hanya dengan dukungan-dukungan individu-individu yang ahli dan termotivasi. Jadi,
manager membutuhkan waktu tertentu untuk mencapainya dengan mendiskusikan
kepeduluan mereka. Manager perlu memelihara kepentingan para individu dengan
lebih intensif lagi meragsang timbulnya motivasi.
Pada awalnya pun harus mengtahui seberapa jauh hubungan ukuran dari
besarnya tim dari masalah-masalah yang mungkin timbul seperti
kerentanan ,keakraban hubungan ,timbulnya sifat individualisme, dan unsur kendali
sebagain berikut:

1. Kerentanan: semakin kecil ukuran tim semakin besar kemungkinan terjadinya
kerentanan. Misalnya pergantian karyawan dan ketidak hadiran karyawan pada
tim kecil akan menimbulkan keresahan sampai keadaan semakin kritis, begitu
juga sebaliknya.
2. Keakraban hubungan: keakraban hubungan sesama karyawan akan semakin erat
dengan semakin kecilnya ukuran tim, sebaliknya jika ukuran tim semakin besar
konsekuensinya, semakin besar ukuran tim, semakin besar juga keungkinan
terjadinya perpecahan yang dicirikan oleh terbentiknya clik clik yang boleh jadi
bersifat eksekutif dan dapat menimbulkan pecahnya kesetiaan karyawan ke
berbagai pimpinan sub tim.
3. Sifat individualitas: semakin besar ukuran tim semakin kecil kemungkinan
tumbuhnya sifat individualias dikalangan karyawan. Para karyawan terdorong
untuk melakukan penesuaian-penyesuaian diri didalam mengikuti kebijakan tim
dalam suatu konektovitas.
4. Unsur krndali: semakin kecil ukuran tim semakin mudah proses kendali
dilakukan, dan menjadi sebaliknya kalau ukuran tim semakin besar. Umumnya
untuk memudahkan kendali efekktif maka tim besar itu di bagi lagi menjadi
beberapa sub kelompok.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Seorang pemimpin yang baik dalam pekerjaan akan mampu
menghantarkan perusahaan pada visi yang dimiliki perusahaan.untuk
dapat memimpin orang lain, maka seorang pemimpin harus mampu
memimpin dirinya sendiri. Untuk dapat mengusahakan orang lain mau
bekerjasama, maka seorang pemimpin dapat menggunakan wewenang
formal dan kekuasaan yang diberikan organisasi/perusahaan. Untuk dapat
menggunakan kekuasaan dan wewenang dengan baik maka perlu
ditentukan kriteria seorang pemimpin dan pendelegasian tugassecara
profesional. Selain berkonsentrasi pada pengembangan diri pemimpin,
maka seorang pemimpin harus dapat membangun tim yang handal dan
profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Mafrurah, Izza.2009.”Praktik SDM Lembaga Keuangan”. Surakarta: Prodi D III
Fakultas Ekonomi UNS