PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF KODE

PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF
(KODE 104.DKK5)

PENDAHULUAN
Modul ini merupakan bagian integral dari Kurikulum pada Kompetensi Keahlian Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pada modul ini akan dipelajari tentang perbanyakan
dengan cara stek, cangkok, sambung (grafting), okulasi (temple entries).
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generative dan vegetative.
Perbanyakan generative menggunakan biji sebagai bahan perbanyakan. Penggunaan biji
yang menghasilkan tanaman produktif dengan jangka waktu lama dan sifat yang tidak
sama dengan induknya, memunculkan perbanyakan tanaman dari bagian vegetatifnya.
Hasil dari mempelajari modul ini, diharapkan peserta didik dapat mengerti dan memahami
beberapa hal penting dari metode perbanyakan tanaman yang diperlukan dalam
pengembangan pertanian
PRASYARAT
Prasyarat bagi peserta didik sebelum mempelajari modul ini harus memahami kompetensi
menyiapkan media tumbuh dan melakukan pembiakan tanaman secara generative.
TUJUAN AKHIR PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini siswa mampu melakukan pembiakan tanaman secare
vegetative meliputi stek, cangkok, sambung (grafting), okulasi


KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative)
A. PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN STEK
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetative buatan dengan
menggunakan sebagian akar, batang, dan daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru.
Persyaratan bahan stek :
1. Batang/cabang tidak terlalu muda atau terlalu tua, minimal berumur 1 tahun kecuali
untuk stek pucuk.
2. Bebas dari serangan hama dan penyakit
3. Warna batang/pucuk masih segar, berwarna hijau
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi
akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to
name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh factor intern yaitu
tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat
pengatur tumbuh.
Keuntungan dan kerugian perbanyakan dengan stek :
Keuntungan :
- caranya sederhana (tidak memerlukan teknik yang rumit)

- Memiliki sifat yang sama dengan induknya
Kerugian :
- memiliki perakaran lemah, karena berakar serabut
- tidak bisa digunakan untuk perbanyakan semua jenis tanaman
- persentasi keberhasilan pertumbuhan rendah
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya
regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran seharusnya
kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah, drainase dan
aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena cahaya penuh (200-100
W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit.
B. PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN CANGKOK
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat
menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling
batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan
dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara
dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan
agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan
kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah
menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di

lapang.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah:
1. waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan
penyiraman berulang-ulang
2. Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak
terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya

3. Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan
cukup lembab sepanjang waktu.
Cabang yang baik untuk dicangkok mempunyai arah ke atas 45 derajat atau ke samping
dan rajin berbuah.
Kelebihan cara pembiakan cangkokan antara lain :
1. Pohon dari bibit cangkokan lebih cepat berbuah.
2. Dapat mewarisi sifat baik dari tanaman induk karena induknya dapat dipilih yang
memiliki sifat baik.
Adapun kelemahannya antara lain :
1. Perakaran pohon cangkokan kurang kuat dan dangkal.
2. Bentuk pohon induk menjadi rusak.
3. Tidak dapat menyediakan bibit yang relatif banyak dalam waktu yang cepat.
4. Cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan ketelatenan.

5. Jika sering dilakukan pencangkokan terhadap pohon induk maka produksi buah pohon
induk menjadi terganggu.
Media yang dapat digunakan untuk mencangok :
 Mos
 Pupuk kandang


Kompos

C. PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN GRAFTING/SAMBUNG
Grafting/penyambungan adalah seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup
sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai
satu tanaman gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan
sebagai metode grafting.
Inkompatibilitas antar jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria sebagai
berikut:
1. Tingkat keberhasilan sambungan rendah
2. Pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning, rontok, dan
mati tunas
3. Mati muda, pada bibit sambungan

4. Terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dengan batang atas
5. Terjadinya pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah
Batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang berfungsi sebagai
batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran yang berfungsi
mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya.
Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tan vegetative (klon). Batang
bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa
virus dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara
genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman
batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin
terhadap batang bawah asal biji (Ashari, 1995).
Agar hasil sambungan dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Batang atas dan batang bawah harus kompatibel
2. Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan
3. Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat

4. Pekerjaan segera dilakukan sesudah entris diambil dari pohon induk
5. Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah
penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas.
Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting), sambung samping

(side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung susu (approach grafting), dan
sambung tunjang (inarching).
Persyaratan bibit batang bawah :
1. Mempunyai daya adaptasi yang luas.
2. Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama/penyakit yang
ada dalam tanah, serta dapat tumbuh pada tanah yang kondisinya kurang
menguntungkan.
3. Mempunyai batang yang kuat.
4. Mempunyai kecepatan tumbuh yang sesuai dengan batang atas.
5. Tidak mempunyai pengaruh negatif pada batang atas.
Batang atas yang biasanya disebut entres (scion) adalah calon bagian atas atau
tajuk tanaman yang di kemudian hari akan menghasilkan buah berkualitas unggul.
Batang atas ini dapat berupa mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik okulasi
ataupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas atau ranting dengan tunas
pucuk yang digunakan dalam sambungan (grafting).
Persyaratan batang atas :
1. Besar cabang hampir sama dengan besar batang bawah, cabangnya lurus.
2. Umur cabang hampir sama dengan umur batang bawah.
3. Cabang diambil pada waktu pohon induk dalam keadaan dorman
Penyambungan dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Penyusuan
Penyusuan adalah cara penyambungan tanaman dimana kedua tanaman baik
batang atas maupun batang bawah masing-masing masih memiliki system perakarannnya.
Cara penyusuan ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
 Sambung lengkung
 Sambung lidah
 Sambung pelana
2. Sambung pucuk (enten)
sambung pucuk dapat dilakukan dengan cara sambung baji, sambung baji terbalik,
sambung cemeti, sambung celah lidah :
 Sambung baji


Sambung cemeti

D. PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN BUDDING/OKULASI
Sedangkan budding adalah salah satu bentuk dari grafting, dengan ukuran batang
atas tereduksi menjadi hanya terdiri atas satu mata tunas (Hartmann et al, 1997). Tanaman
sebelah atas disebut entries atau batang atas (scion), sedangkan tanaman batang bawah
disebut understam atau batang bawah (rootstock) (Ashari, 1995). Batang atas berupa

potongan pucuk tanaman yang terdiri atas beberapa tunas dorman yang akan berkembang

menjadi tajuk, sedang batang bawah akan berkembang menjadi sistem perakaran
(Hartmann et al, 1997).
Teknik ini dipilih dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang
sukar/tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan, atau dengan
cangkok. Menurut Ashari (1995), banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar/tidak
dapat diperbanyak dengan cara-cara tersebut, tetapi mudah dilakukan penyambungan,
misalnya pada manggis, mangga, belimbing, jeruk dan durian.
Syarat batang bawah untuk okulasi :
1. Tanaman berasal dari biji
2. Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan
3. Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya
aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel
ke batang bawah.
4. Batang sudah berkayu dan tumbuh subur, dan rimbun.
5. Tidak terserang hama atau penyakit
6. Perakarannya baik.

Syarat batang atas untuk okulasi :

1. Entres yang baik adalah yang cabangnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan juga
tidak terlalu muda (setengah berkayu).Warna kulitnya coklat muda kehijauan atau abuabu muda. Entres yanng diambil dari cabang yang terlalu tua pertumbuhannya lambat
dan persentase keberhasilannya rendah. Besar diameter cabang untuk entres ini harus
sebanding dengan besarnya batang bawahnya.
2. Cabang entres untuk okulasi ini sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah rontok). Pada
tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang masih ada daun melekat pada
tangkai batangnya. Untuk itu perompesan daun harus dilakukan dua minggu sebelum
pengambilan cabang entres. Dalam waktu dua minggu ini, tangkai daun akan luruh dan
pada bekas tempat melekatnya (daerah absisi) akan terbentuk kalus penutup luka yang
bisa mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit (patogen).
3. Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan
dan kesehatan pohon induk. Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya
tiga minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk
NPK. Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit
sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit.
4. Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat dipisahkan dari
kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu ini (kambium) akan tampak berair, ini
menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan akan
mempercepat pertautan dengan batang bawah.
Bentuk pengambilan entres (mata tunas) :


Segiempat

Sayatan

Bulatan/temple

Kegiatan Belajar 2 ( Melakukan Pembiakan tanaman secara vegetative)
Peralatan yang digunakan antara lain :
pisau okulasi gunting stek
gergaji stek
STEK
Macam teknik penyetekan :

Stek datar

Stek miring

Stek bermartil/bertumit
a.

STEK DAUN
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat berupa
lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol.
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem
sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal dari meristem primer
pada kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint
paulia (Avrican violet), Sansevieria, Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang
dari meristem sekunder dari hasil pelukaan.
Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjang 7,5 – 10
cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media
(Hartmann et al, 1997). Untuk Begonia dan Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan
adalah penyemprotan dengan IBA 100 ppm.
b.
STEK UMBI
Bahan utama pada stek ini adalah umbi yaitu umbi batang, umbi akar, dll. Sebagai bahan
perbanyakan dapat digunakan umbi secara utuh atau dipotong-potong asalkan setiap
potongan memiliki caon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk pada potongan umbi,
maka umbi dapat direndam pada larutan fungisida dan bakterisida.
Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum
tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lainlain.
c.
STEK BATANG
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi
empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni:

berkayu keras; contoh apel, cemara

semi berkayu; contoh jeruk

Lunak; contoh tanaman Magnolia

Herbaceous; contoh Dieffenbachia, Chrysanthemum, Ipomoea batatas
Factor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan dengan perbanyakan tanaman
secara stek antara lain :

Pemotongan bahan stek (halus, kasar)

Panjang dari potongan bahan stek (20-30 cm)

Jumlah mata tunas (3-5 mata tunas)

Kelembaban udara pada waktu memotong

Tempat untuk menanam bahan stek (struktur tanahnya remah/subur)

Tidak kena sinar matahari secara langsung (dibuatkan naungan)

Jumlah daun yang masih terbawa pada bahan stek, sebaiknya dikurangi, untuk
mengurangi penguapan

Menggunakan zat perangsang tumbuh (ZPT) contohnya Rootone F yang berbentuk
tepung.


CANGKOK
Syarat tanaman/pohon induk untuk dicangkok minimal sudah berbunga untuk
tanaman hias dan sudah berbuah minimal 3 kali untuk tanaman buah.
Di dalam melakukan penyayatan cabang cangkokan dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yakni :
1. Cabang kecil
Cabang yang berdiameter kurang dari 2 cm digolongkan ke dalam cabang kecil.
Kulit kayu yang tepat untuk disayat berada tepat di bawah kuncup daun, karena disitulah
terkumpul zat pembentuk akar yang disebut rizokalium. Dalam satu cabang bisa dibuat
satu atau lebih sayatan (cangkok berantai).
2. Cabang besar
Batasan cabang besar disini adalah cabang yang diameternya melebih 2 cm.
Dengan besarnya cabang ini maka diperlukan perimbanga jumlah akar yang sesuai untuk
memasok air dan zat hara yang nantinya diperlukan setelah hasil cangkokan ditanam.
Perakaran yang tumbuh dari bentuk penyayatan seperti pada cabang kecil sering kurang
memadai. Oleh karena itulah bentuk sayatan dibuat sedemikian rupa agar bidang yang
nantinya ditumbuhi akar menjadi luas.
Setelah kulit kayu tersayat akan tampak kambium. Kambium yang umumnya terdapat
hanya pada tanaman dikotil ini kmerupkan suatu tabunga yang berada antara xilem dan
floem. Hasil kerja kambium erupa pertambahan lingkaran batang berkayu. Untuk
menghindari kejadian ini pada luka sayatan juga agar proses pertumbuhan akar tidak
terganggu, kambium harus dihilangkan.
Macam-macam pembungkus cangkokan :

Sabut kelapa

Tabung bambu

Kaleng bekas

Plastik bening


Pot tanah atau plastik

SAMBUNG(GRAFTING)
Tahapan sambung pucuk secara umum :
1. Pemotongan batang bawah
2. Pembelahan batang bawah
3. Melancipkan 2 sisi pangkal batang atas
4. Batang atas siap disambungkan
5. Batang atas disambungkan dengan batang bawah
6. Pengikatan dengan tali plastik
7. Sambungan telah diikat
8. Sambungan diselubungi
9. Sambungan telah jadi dan bertaut
dengan kantong plastic ditandai keluarnya kuncup daun

OKULASI
Tahapan Okulasi :
1. Okulasi dengan menggunakan bibit
2. Pembuatan 2-3 sayatan di batang bawah berdiameter 3-5 mm, berumur 3-4 bulan
3. Pengambilan mata entres dari batang atas
4. Mata entres terpisah dengan batang atas
5. Mata entres terlepas dengan kayunya
6. Mata entres terlepas tanpa kayunya dan siap ditempel
7. Menempelkan mata
8. Pengikatan dengan tali plastic
9. Arah ikatan dari bawah ke entres ke sayatan batang atas
10. Setelah 2-3 minggu okulasi
11. Mata tunas tumbuh hasil okulasi sudah dapat dibuka

Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Penyambungan
(Perbanyakan vegetative)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perbanyakan vegetatif dapat dibagi
menjadi tiga golongan:
a). Faktor lingkungan


Waktu penyambungan

Pada umumnya penyambungan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak
hujan, dan tidak di bawah terik matahari.
Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara jam 07.00-11.00 pagi,
karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman
juga dalam kondisi aktif dan optimum. Diatas Jam 12.00 siang daun mulai layu.Tetapi ini
bisa diatasi dengan menempel di tempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari
langsung.


Temperatur dan kelembaban

Temperatur dan kelembaban yang optimal akan mempertinggi pembentukan
jaringan kalus, yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu sambungan.
Temperatur yang diperlukan dalam penyambungan berkisar antara 7,2°C-32°C, bila
temperatur kurang dari 7,2°C pembentukan kalus akan lambat, dan bila lebih dari 32°C
pembentukan kalus menjadi lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan.
Temperatur optimum pada penyambungan adalah 25°C-30°C.
Penyambungan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembabannnya rendah akan
mengalami kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus pada
sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.
 Cahaya
Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan penyambungan
berlangsung, oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau
sore hari pada saat matahari kurang kuat memancarkan sinarnya. Cahaya yang terlalu
panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak
kambium pada daerah
sambungan.

b). Faktor tanaman
a. Kompatibilitas dan inkompatibilitas
Pada umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas yang sama akan
menghasilkan sambungan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman/hasil
sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat.
Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang disambung antara lain :
 Gabungan antara species, varietas atau klon-klon yang tidak pernah membentuk
sambungan.
 Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan sambungan sangat
kecil.
 Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati.
 Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam pertumbuhan vegetatif
pada permulaan atau akhir musim.
 Adanya pertumbuhan yang berlebihan di atas atau di bawah sambungan.
 Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi
kerdil).
b. Keadaan fisiologi tanaman
Beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk disambungkan ke tanaman lain,
karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus.
c. Penyatuan kambium
Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi,
maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir sama.
c). Faktor pelaksanaan
a. Keahlian
Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi
penyakit dan kerusakan pada kambium
b. Kesempurnaan alat
Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat yang
tipis dan lentur.
c. Keserasian bentuk potongan
Keserasian bentuk potongan antara batang atas dan batang bawah perlu
diperhatikan untuk mendapatkan kesesuaian letak penyatuan kambium batang atas dan
batang bawah yang serasi.

Kegiatan Belajar 3 (Memelihara bibit hasil pembiakan secara vegetative)
Dalam pembiakan tanaman secara stek dilakukan pemeliharaan yang meliputi:
a.
Pengairan
Pengairan diberikan pada waktu media tanaman mulai kering, biasanya dilakukan
setiap hari, waktu pengairan (penyiraman) pada pagi hari yaitu dengan menggunakan alat
Pengairan (penyiraman) pada pembibitan dengan cara stek dilakukan 2 kali dalam sehari,
pagi dan sore (tergantung kondisi tanaman atau media tanamnya.
Dalam pengairan pembibitan stek diberikan secara merata dengan cara mengayunahunkan gembor yang diisi dengan air.
b.

Pemupukan
Pemupukan pada bibit stek dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun satu
minggu sekali dengan konsentrasi 0,2-0,3% pupuk dilarutkan dalam air setelah itu
disemprotkan pada bibit hasil stek.
c.

Penyiangan
Penyiangan dalam pembibitan stek baik dalam bedengan, bak batu bata, kotak kayu
dan polybag perlu dilakukan. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang
berada disekitar bibit stek. Penyiangan dilakukan agar supaya pertumbuhan bibit stek tidak
terganggu baik dalam menyerap unsur hara maupun mengganggu dalam pencahayaan
(proses asimilasi).
d.
Pengendalian hama penyakit
Serangan hama dan penyakit segera diberantas dengan pestisida untuk menjaga
terjadinya serangan hama dan penyakit di lakukan pengendalian secara precentif yaitu
disemprot setiap 2 kali dalam 1 minggu, hama yang menyerang pada pembibitan yaitu
kutu-kutu daun, ulat dan kepik, pestisida yang digunakan dengan konsentrasi 0,1- 0,2%.
e.
Pemangkasan
Bibit hasil setekan yang masih berada daun pembibitan perlu dilakukan
pemangkasan agar supaya didapatkan tunas yang banyak sehingga akan dihasilkan bibit
stek yang banyak tunas. Pada waktu akan dipindahkan bibit stek perlu dilakukan
pemangkasan agar supaya mengurangi penguapan yang berlebihan sehingga akan
mengakibatkan bibit mengalami stress (staknasi). Pemangkasan dilakukan dengan
menggunakan gunting atau pisau.
Di dalam pemotongan stek dilakukan menurut jenis dari bahan stek yang
diperbanyak. Setiap jenis tanaman mempunyai syarat pemotongan yang berbeda baik
ukuran panjangnya maupun bentuk ukurannya.
Pemeliharaan bibit merupakan rangkaian kegiatan yang tidak boleh dilupakan. Pada
pembiakan tanaman dengan sambung dan okulasi ini, pemeliharaan bibit meliputi :
1). Pengairan/Penyiraman
Air mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan media tanam.
Oleh karena itu, pemberian air dalam media tanam harus diatur sehingga cukup memadai
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian air diantaranya adalah :
a). Sifat fisik media tanam
Sifat fisik media tanam, misalnya tekstur, menentukan banyaknya kebutuhan air.
Tekstur media tanam yang lebih halus mempunyai kemampuan memegang air lebih kuat.
Dengan demikian kebutuhan air media tanam yang bertekstur halus lebih banyak dari pada
media tanam yang bertekstur kasar. Misal pasir mempunyai kemampuan mengabsorbsi air
lebih rendah dari pada tanah liat. Pasir menjadi cepat basah dan mudah kering. Oleh

karena itu, frekuensi pemberian air pada media pasir lebih sering dilakukan, tetapi
jumlahnya lebih sedikit.
b). Pengaruh musim
Untuk mempertahanakan kelembaban pada media tanam, saat musim hujan jumlah
dan frekuensi air siraman dikurangi. Pada musim kemarau diusahakan jumlah dan
frekuensi air siraman ditambah agar media tanam tidak kering. Karena pada musim
kemarau tingkat penguapannya lebih tinggi sehingga media cepat kering.
Kekurangan atau kelebihan air pada musim kemarau terjadi penguapan yang tinggi dan
dapat mempengaruhi kondisi air dalam media tanam. Tanpa diimbangi penyiraman yang
rutin, menyebabkan media cepat kering. Bila keadaan kering ini dibiarkan berkepanjangan
maka daun-daun bisa gugur dan lama kelamaan bibit akan mati. Begitu juga pada musim
penghujan, media tanam akan cenderung kelebihan air sehingga kondisi media tanam
akan menjadi sangat lembab. Hal ini akan memacu pertumbuhan penyakit pada bibit.
Selain itu air yang berlebihan sampai menggenang dalam media terlalu lama dapat
menyebabkan busuk akar, akibatnya bibit akan mati.
2). Pemupukan
Pemupukan merupakan aktivitas pemberian unsur-unsur hara untuk mendukung
pertumbuhan tanaman dan mempertahankan kesuburan media tanam. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemupukan yaitu:
a). Jenis pupuk
Pupuk yang berasal dari bahan anorganik seperti Amonium Nitrat, mempunyai
kelarutan unsur hara yang tinggi. Bila diberikan secara teratur pada media tanam, maka
ketersediaan unsur hara dapat dipertahankan.
b). Waktu pemberian pupuk
Pemberian pupuk perlu memperhatikan keadaan musim. Pada awal atau akhir
musim hujan merupakan saat yang tepat untuk melakukan pemupukan pada tanaman
tahunan. Namun
pemberian pupuk pada bibit dalam polybag sebaiknya dilakukan secara periodik dengan
frekuensi pemberian yang lebih sering dan tidak bergantung pada musim. Satu hal yang
perlu diingat dalam pemberian pupuk adalah jangan melakukan pemupukan ketika media
tanam kekurangan air, karena unsur-unsur hara tidak dapat diserap oleh tanaman. Pupuk
diberikan pada waktu daun-daunan mulai menguning dan pertumbuhan sedikit mulai
terhambat.
c). Cara Pemberian pupuk
Ada beberapa cara pemberian pupuk yang dapat dilakukan yaitu ditaburkan,
disiramkan dan disemprotkan. Pemberian pupuk pada tanaman yang ada dalam polybag
lebih efektif dilakukan dengan disiramkan atau disemprotkan.
3). Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang sering menyerang sambungan atau okulasi antara lain:
tungau merah, Aphia spec (kutu daun) dan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Cara
untuk mencegah di samping dengan kebersihan pada alat-alat dan tempat
penyambungan/ okulasi, juga dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya dari tanaman
yang disambung.
Pemakaian pestisida dapat pula dipergunakan bila tingkat serangan hama dan penyakit
sudah tinggi. Faktor-faktor yang perlu di perhatikan dalam penggunaan pestisida adalah :

Dosis atau konsentrasi pestisida.

Jenis pestisida disesuaikan dengan organisme pengganggu.

Waktu pemberian disesuaikan dengan cuaca, tahap pertumbuhan bibit dan
organisme pengganggu.

Cara pemberian pestisida disesuaikan dengan bentuk pestisida misal
disemprot/ditaburkan.
Sebelum menggunakan pestisida terlebih dahulu bacalah petunjuk penggunaan yang
tertera pada label.