Makalah Hadist Ekonomi Sumber Daya Manus

MAKALAH

HADITS TENTANG SUMBER DAYA MANUSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Ekonomi
Dosen Pengampu: Dr. Abdul Rokhim S,Ag.,M.EI

Disusun oleh : Kelompok 4
Ida Saida

(083143001)

Deby Nikmatuz Zahro

(083143047)

Bella Dwi Saputri

(083143021)

Elok Wulan Maulida


(083143045)

Imanu Dwisiswo Putranto

(083143051)

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
SEPTEMBER, 2015

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berisikan pembahasan mengenai Hadits tentang Sumber Daya Manusia.
Penyusun yakin atas pertunjuk-NYA pula sehingga berbagai pihak berkenan memberikan
bantuan dan kemudahan bagi penyusun. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak terutama kepada bapak Dr.Abdul RokhimS,Ag.,M.EI. yang telah mendampingi
kami dalam mengkaji materi hadist ekonomi, dengan judul bab dadits tentang sumber daya
manusia.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan

dan

keterbatasan untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Dan diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
pembahasan bab yang akan kita pelajari ini.

Jember , September 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ...................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan ........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................5
2.1 Hadits dan Terjemah Tentang Sumber Daya Manusia................................5
2.2 Kata Kunci Hadits Tentang Sumber Daya manusia ...................................
2.3 Penjelasan Hadits Tentang Sumber Daya Manusia....................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16

BAB I
3


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hadits merupakan sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik
perkataan, perbuatan, ketetapan dan cita-cita Nabi Muhammad SAW, berlaku sepanjang zaman
dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan
manusia di dunia dan akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia
dalam mengarungi kehidupannya.
Namun demikian Hadits bukanlah suatu ketetapan yang siap pakai dalam arti berbagai
konsep yang dikemukakan dalam Hadist tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan
berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran Hadits tampil dalam sifatnya yang global,
ringkas dan general sehingga untuk dapat memahami aturan atau ketetapan tentang berbagai
masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur penjelasan tentang hadist
sebagaimana yang dilakukan oleh para pemaham hadist.
Salah satu ketetapan yang ada dalam suatu hadits adalah tentang Sumber Daya Manusia
yang akan dibahas dalam bab ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hadits dan Terjemah Tentang Sumber Daya Manusia ?
2. Bagaimana Kata Kunci Hadits Tentang Sumber Daya manusia ?
3. Bagaimana Penjelasan Hadits Tentang Sumber Daya Manusia?
1.3 Tujuan

1. Memahami Hadits dan Terjemah Tentang Sumber Daya Manusia.
2. Memahami Kata Kunci Hadits Tentang Sumber Daya manusia .
3. Memahami Penjelasan Hadits Tentang Sumber Daya Manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
4

‫)‪SUMBER DAYA MANUSIA (TENAGA KERJA‬‬
‫‪Hadits dan Terjemahan Tentang Sumber Daya Manusia‬‬
‫‪a. Hadist 1‬‬

‫‪2.1‬‬

‫م ب‬
‫ن‬
‫سنعيِ ن‬
‫ش ن‬
‫ن ِال بوسنليِ ن‬
‫حد دث سسناَ ِوسهب ن‬

‫ي ِ س‬
‫س‬
‫ن ِ س‬
‫د ِالد د س‬
‫حد دث سسناَ ِال بعسدباَ ن‬
‫ب ِب ب ن‬
‫ق ي‬
‫س ِب ب ن‬
‫د ِب ب ن‬
‫ة ِالسل سمي ِحدث سناَ ِع سبد ِالرحمن ِبععن ِزيععد ِبعع س‬
‫ن‬
‫ع سط نيِ د س‬
‫د ن ي س د س‬
‫ن ِأ ب‬
‫سععل س س‬
‫م ِع سعع ب‬
‫ب ن د ب س ن ب ن س ب ن ب ن‬
‫أس‬
‫د ِالل د‬
‫سو ن‬

‫ل ِسقاَ س‬
‫مسر ِسقاَ س‬
‫ه‬
‫ب‬
‫ه ِ‬
‫ب‬
‫ع‬
‫ن ِ‬
‫ع‬
‫ه ِ‬
‫بيِ‬
‫س‬
‫س‬
‫ل ِالل دعع ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ل ِسر ن‬

‫صععدلىَّ ِالل دعع ن‬
‫ن ِع ن س‬
‫ن‬
‫ه ِ س‬
‫ب‬
‫ن‬
‫طوا ِابل سجيِر ِأ سجره ِقسب س س‬
‫م ِأ سع ب ن‬
‫جعع د‬
‫ع سل سيِ ب ن‬
‫ل ِأ ب‬
‫ن س ب س ن ب‬
‫ه ِوس س‬
‫ه ِ)سرسواه ن‬
‫ف ِع سسرنقعع ن‬
‫ن ِي س ن‬
‫سل د س‬
‫جه(‬
‫ماَ س‬
‫ن ِ س‬

‫اب ب ن‬

‫‪1‬‬

‫‪Artinya : “Telah menceritakan kepada kami al-Abbas bin al-Walid al-Dimasyqi berkata, telah‬‬
‫‪menceritakan kepada kami Wahab bin Sa'id bin Athiah al-Salami berkata, telah‬‬
‫‪menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari‬‬
‫‪Abdullah bin Umar ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Berikanlah upah kepada‬‬
‫)‪pekerja sebelum kering keringatnya”. (HR. Ibnu Majah‬‬

‫‪b. Hadist 2‬‬

‫ن ِ ن س‬
‫د ِسقاَ س‬
‫ن‬
‫س ن‬
‫م م‬
‫حد دث سنني ِي س ب‬
‫ل ِ س‬
‫م س‬

‫س‬
‫حد دث سسناَ ِنيو ن‬
‫ح د‬
‫ن ِ ن‬
‫م ِع سعع ب‬
‫حسيِىَّ ِب بعع ن‬
‫ف ِب ب ن‬
‫سععليِ ب م‬
‫ة ِع سععن ِسععنعيِد ِبععن ِأ س‬
‫ل ِبن ِأ ن‬
‫ن ِأ سب نععي‬
‫عع‬
‫ع‬
‫د ِ‬
‫عيِ‬
‫عع‬
‫س‬
‫ععي ِ‬
‫ب‬
‫عع‬

‫يِ‬
‫م‬
‫س‬
‫ن‬
‫س‬
‫ماَ ن‬
‫م‬
‫ن‬
‫ب‬
‫د‬
‫س‬
‫س‬
‫إن ب‬
‫ن‬
‫س‬
‫س س‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ن‬
‫عيِ س ب ن‬
‫م‬
‫هنسري بسر س‬
‫ه ِع سل سيِ بعع ن‬
‫ة ِسر ن‬
‫ه ِوس س‬
‫سععل د س‬
‫صععدلىَّ ِالل دعع ن‬
‫ه ِع سن ب ن‬
‫ي ِالل د ن‬
‫ي ِ س‬
‫ن ِالن دب ن د‬
‫ه ِع س ب‬
‫ض س‬
‫جعع ل‬
‫ل ِسقاَ س‬
‫سقاَ س‬
‫ل‬
‫ة ِأ سسناَ ِ س‬
‫ه ِت سسعاَسلىَّ ِث سسلث س ل‬
‫معع ن‬
‫م ِال ب ن‬
‫ة ِسر ن‬
‫م ِسيعوب س‬
‫قسيِاَ س‬
‫مه ن ب‬
‫صعع ن‬
‫ل ِالل د ن‬
‫خ ب‬
‫ل ِبععاَع ِحععرا ِفسأ س‬
‫أ سع ب س‬
‫س‬
‫جعع ل‬
‫س‬
‫س‬
‫ل‬
‫عع‬
‫ن‬
‫م‬
‫ث‬
‫ل ِ‬
‫عع‬
‫ك‬
‫س‬
‫ه ِوسسر ن‬
‫م ِغ سععد سسر ِوسسر ن‬
‫س ن‬
‫طىَّ ِنبي ِث نعع د‬
‫جعع ل س س ن ر‬
‫‪1 Riwayat Ibnu Majah, hadits ke 2434.‬‬

‫‪5‬‬

‫اسععتأ بجر ِأ سجيِععرا ِسفاَسععتوسفىَّ ِمنععه ِول سععم ِيعطعع س‬
‫ن ب ن س ب نب ن ن‬
‫ه ِأ ب‬
‫جععسره ن ِ)سرسواه ن‬
‫ب س ب‬
‫ب س س س ن ر‬
2
(‫خناَرى‬
‫ال بب ن س‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada saya Yusuf bin Muhammad berkata, telah menceritakan
kepada saya Yahya bin Sulaim dari Isma'il bin Umayyah dari Sa'id bin Abi Sa'id dari
Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: "Allah SWT berfirman: Ada tiga
golongan (orang) yang Aku (Allah) musuhi (perangi) pada hari qiyamat, seseorang
yang bersumpah (memberi gaji) atas nama-Ku lalu mengingkarinya, seseorang yang
menjual orang merdeka lalu memakan harganya (hasil penjualannya) dan seseorang
yang mempekerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya
namun tidak dibayar upahnya.” (HR. Bukhari).

c. Hadist 3

‫ن‬
‫م س‬
‫د ِالل د ن‬
‫ماَل ن م‬
‫حد دث سسناَ ِع سب ب ن‬
‫س‬
‫م ب‬
‫ن ِ س‬
‫سل س س‬
‫ن ِ س‬
‫ن ِسناَفنمع ِع س ب‬
‫ك ِع س ب‬
‫ة ِع س ب‬
‫ه ِب ب ن‬
‫ن ِاب ب ن‬
‫س‬
‫سو س‬
‫ه ِع سل سيِ بهن‬
‫ل ِالل د ن‬
‫مسر ِسر ن‬
‫ماَ ِأ د‬
‫ن ِسر ن‬
‫صدلىَّ ِالل د ن‬
‫ه ِع سن بهن س‬
‫ي ِالل د ن‬
‫عن س‬
‫ه ِ س‬
‫ض س‬
‫س‬
‫ه ِ س‬
‫م ِسقاَ س‬
‫ن‬
‫عسباَد س س‬
‫ن ِ ن‬
‫ة ِسرب د ن‬
‫كاَ س‬
‫ه ِوسأ ب‬
‫ص س‬
‫ل ِال بعسب ب ن‬
‫ح س‬
‫ح ِ س‬
‫وس س‬
‫سيِ دد س ن‬
‫سل د س‬
‫د ِإ نسذا ِن س س‬
‫س س‬
‫ل سه ِأ س‬
3
(‫خناَرى‬
ِ‫ي‬
‫ت‬
‫ر‬
‫م‬
ِ ‫ه‬
‫ر‬
‫ج‬
‫ه ِال بب ن س‬
‫س‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ن ِ ِ)سرسوا ن‬
‫س‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫د ن‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Nafi' dari
Ibnu 'Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Seorang hamba jika menasehati
tuannya dan menjadi lebih baik ibadahnya pada Tuhannya maka baginya mendapat
dua pahala". (HR. Bukhari).
2.2 Kata Kunci Hadits Tentang Sumber Daya Manusia

2 Riwayat Bukhari, hadits ke 2109.
3 Riwayat Bukhari, hadits ke 2360.

6

2.3 Penjelasan Hadits Tentang Sumber Daya Manusia
Secara objektif sumber daya diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan ,atau kemampuan
untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan secara subjektif, sumber daya dapat diartiakan segala
sesuatu baik berupa benda, maupun buka benda yang dibutuhakan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu bangsa
atau negara. Sumber daya harus memadai baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Segi kuantitas bersangkut paut dengan jumlah kepadatan dan mobilitas penduduk. Sedangkan
kualitas terutama dilihat dari beberapa aspek seperti tingkat pendidikan kesehatan dan tenaga
kerja yang tersedia.
Ada beberapa pakar yang mengatakan bahwa sumber daya manusia adalah manusia yang
bersumber daya dan merupakan kekuatan (power). Tenaga kerja sebagai faktor produksi
mempunyai arti yang besar karena semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dikelola oleh
manusia dan buruh atau tenaga kerja. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung,
akan tetapi tanpa usaha manusia semua akan tersimpan. Tenaga kerja merupakan penduduk yang
memasuki usia kerja. Menurut UU no 13 tahun 2003 Bab 1 ayat 1 Pasal 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.4
Secara garis besar prnduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Tenaga Kerja
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja . Menurut
undang-undang tenaga kerja mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka
yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Menurut pengertian ini setiap orang yang mampu
bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat dari pada usia dari para tenaga kerja
ini, ada yang menyebutkan diatas 17 tahun ada yang menyebutkan diatas 20 tahun.
2. Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu atau tidak mau bekerja
meskipun ada permintaan bekerja. Menurut undang-undang tenaga kerja No.13 Tahun 2003,

4 Abdul Rokhim S.Ag, M.EI, Ekonomi Islam Prespektif Muhammad SAW, (Jember: Stain Press,2013), 65-66

7

mereka adalah penduduk diluar usia yaitu mereka yang berusia dibawah 15 tahun dan berusia
diatas 64 tahun misalnya para pensiun, lansia dan anak-anak.
Dengan demikian, tanaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatanya
(kualitasnya) terbagi menjadi :
a. Tenaga kerja tedidik (skilled labour) adalah tenaga kerja ayang memperoleh pendidikan
baik formal maupun non formal misalnya, guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi,
peneliti dan lain-lain.
b. Tenaga kerja terlatih (trained labour) adalah tenaga kerja yang memperoleh berdasarkan
latihan dan pengalaman misalnya, montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir dan teknisi.
c. Tenaga kerja yang tak terdidik dan terlatih (unskilled and untrained labour) dalah tenaga
kerja yang mengandalakan kekuatan jasmani daripada rohani, misalnya tenaga kuli pikul,
tukang sapu, pemulung dan buruh tani.5
Sedangkan peranan tenaga kerja

dalam kehidupan, dunia bisnis dan sektor lainnya

adalah:
1) Berperan dalam pertumbuhan ekonomi,
2) Merupakan hal ang sangat menentukan bagi hasil produksi,
3) Sebagai suber devisa negara (TKI yang dikirim ke luar negeri),
4) Merupakan salah satu tolak ukur perkembangan suatu negara.
Oleh karena itu, tenaga kerja mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap
pembangunan ekonomi bangsa dan negarakarena secara umum produksi diartikan sebagai suatu
kegiatan atau proses yang menstransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).
Dalam arti sempit, pengertian produksi hanya dimaksud sebagai kegiatan yang menghasilkan
barang baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang dan
komponen. Hasil produksinya dapat berupa barang-barang konsumsi maupun barang-barang
industri. Menurut definisi diatas produsi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup
pengertian yang sangat luas, produksi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup
5 Agung Feryanto, Ekonomi (Yogyakarta: Intan Pariwara, 2010), 2-3

8

pembuatan barang-barang yang dapat dilihat dengan menggunakan faktor produksi. Faktor
roduksi yang dimaksud adalah berbagai macam input yang digunakan untuk meelakukan roses
produksi. Faktor-faktor produksi tersebut dapat diklasifikasi menjadi faktor produksi tenaga
kerja, modal dan bahan mentah. Ketiga faktor produksi tersebut dikombinasikan dalam jumlah
dan kualitas tertentu. Aktivitas yang terjadi dalam proses produksi yang meliputi perubahanperubahan bentuk, tempat dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Pengertian lain yang
sederhana adalah produksi adalah suatu kegiatan mengubah input (faktor produksi menjadi
output barang dan jasa).
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah
proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan manajemen. Saat ini ada limahal yang
dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labour), modal (capital), sumber daya fisik
(physical resources), manajemen dan sumber daya informasi (information resources).
Singkatnya tenaga kerja ddikatakan sebagai faktor produksi karena adanya balas jasa
berupa upah tenga kerja. Pada dasarnya seluruh tenaga kerja memiliki hak dan kewajiban yang
diatur dalam konstitusi semua negara, termasuk indonesia. Begitu banyak kewajiban yang harus
diterima oleh tenaga kerja tunaikan, maka juga ada hak yang harus diterima oleh tenaga kerja.
Adapun hak dari tenaga jerja adalah hak atas upah yang ditentukan menurut tenggang waktu
dalam perjanjian, jaminan keselamatan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan sosial tenaga kerja.
Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada:
1) Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya,
2) Peraturan undang-undang yang mangikat tentang upah minimum pekerja (UMR),
3) Produktifitas marginal tenga kerja.
Dngan demikian, hak-hak tenaga kerja sesuai dengan pasal 18 Undang-undang
ketenagakerjaan Nomer 13 Tahun 2003. Disamping itu kewajiban mereka sebagai tenaga kerja
adalah melakukan pekerjaan yang merupakan tugas utama tenaga kerja, mentaati aturan dan
petunjuk pengusaha dalam melakukan npekerjaannya. Diantara kewajiban tenaga kerja adalah
membayar ganti rugi dan denda, jika buruh atau tenaga kerja melakukan perbuatan yang

9

merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip
hukum pekerja wajib membayar ganti rugi denda.

Dalam ekonomi sumber daya manusia, produktifitas tebaga kerja menunjukkan
kemampuan tenaga kerja atau pekerjaan unruk menghasilkan sejumlah output dalam satu satuan
waktu tertentu. Produktifitas tenaga kerja tersebut dapat merupakan ukuran efisiensi
pemanfaatan tenaga kerja. Hal ini mengingat bahwa secara nyata, seorang pekerja dalam
melakukan pekerjaannya belum tentu memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Oleh
karena itu, pakar sumber daya manusia (SDM) menjelaskan bahwa produktifitas tenaga kerja
adalah pencerminan dari mutu tenaga kerja jika hal-hal yang dianggap sama. Menurutnya,
perubahan (peningkatan) produktifitas kerja dapat terjadi karena pengaruh oleh: Pertama,
sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang besar atau mutu yang lebih baik. Kedua,
sumber daya fisik tersedia dalam jumlah yang banyak atau mutu yang lebih baik. Ketiga, mutu
modal manusia itu sendiri yang meningkat. Keempat,kapasitas produksi dari setiap sektor
produksi. Kelima, peralatan atau fasilitas penunjang tenaga kerja (teknologi). Keenam,
produktifitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar lingkungan
perusahaan.
Berkat dari penerapan di atas, maka islam memandang bahwa upah dan tenaga kerja
merupakan faktor produksi. Dalam hal ini al-quran telah memberi penjelasan dengan penekanan
yang lebih terhadap tenga kerja, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Najm: ayat 39 yamg
berbunyi;

‫)وأ س‬
‫س‬
٣٩)َّ‫سسعى‬
ِ َ‫ما‬
ِ ِ‫إل‬
ِ ‫ن‬
َ‫سا‬
‫ن‬
ِ‫لل‬
ِ ‫س‬
ِ‫ي‬
‫ل‬
ِ ‫ن‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫س ن ن س س‬
‫س‬
‫س‬
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya” (al-Najm: 39)
Lebih jelas lagi al-Quran juga memberi penekana utama terhadap pekerjaan dan
menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan dibumi ini untuk bekerja keras untuk
mencari penghidupan masing-masing dimana dijelaskan dalam surat al-taubah: ayat 105 yang
berbunyi:
10

‫ه‬
‫م ِوسسر ن‬
‫منلوا ِفس س‬
‫سول ن ن‬
‫مل سك ن ب‬
‫ه ِع س س‬
‫سيِ سسرى ِالل د ن‬
‫ل ِاع ب س‬
‫وسقن ن‬
‫ب ِسوال د‬
‫ن ِإ نسلىَّ ِ س‬
‫شسهاَد سةن‬
‫مؤ ب ن‬
‫دو س‬
‫ست نسر ي‬
‫مننو س‬
‫ن ِوس س‬
‫سوال ب ن‬
‫م ِال بغسيِ ب ن‬
‫عاَل ن ن‬
١٠٥)ِ ‫ن‬
‫منلو س‬
‫م ِت سعب س‬
‫ماَ ِك نن بت ن ب‬
‫م ِب ن س‬
‫)فسيِ نن سب دئ نك ن ب‬
Artinya: “Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan" (al-Taubah: 105)
Upah dalam isalam diartikan sebagai hak pekerjaan yang diteriam sebagai imbalan atau
ganjaran dari seseorang penyewa tenaga kerja (pengusaha) kepada pemberi sewa atau pemilik
tenaga kerja (pekerja) atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan atau sesuai
dengan kadar pekerjaan yang dilakukan. Empat aspek pengupahan menurut hukum islam, meski
ada beberapa nilai-nilai keutamaan dalam konsep pengupahan yang sesuai dengan syariah,
namun empat aspek tersebut bisa dijadikan parameter untuk menentukan kesesuain konsep upah
yang diterapkan pihak perusahaan dengan konsep syariah, adapun aspek itu antara lain berupa:
1. Tujuan kerja
2. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
3. Kelayakan terhadap kariawan
4. Adanya keadialan.
Rasulullah SAW adalah pribadi yang menetapkan upah bagi para pegawainya sesuai dengan
kondisi, tanggung jawab dan jenis pekerjaan yang dipikulnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa mempekerjakan seorang pekerja, maka disebutkan upahnya.” Rasulullah SAW
memberikan petunjuk bahwa dengan memberikan informasi gaji yang akan diterima,
diharapkan akan memberikan dorongan semangat bagi pekerja untuk memulai pekerjaan, dan
memberikan rasa ketenangan mereka akan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan
kesepakatan kontrak kerja dengan majikan. Di samping itu, Rasulullah saw juga mendorong
11

para majikan untuk membayarkan upah para pekerja ketika mereka telah usai menunaikan
tugasnya. Rasulullah saw bersabda:

‫سو ن‬
‫ل ِسقاَ س‬
‫ه ِع سن بنهمساَ ِسقاَ س‬
َّ‫صدلى‬
‫ل ِالل د ن‬
‫مسر ِسر ن‬
‫ل ِسر ن‬
‫ي ِالل د ن‬
‫ن ِع ن س‬
‫ه ِ س‬
‫ض س‬
‫عس ب‬
‫ن ِاب ب ن‬
‫طوا ِابل سجيِر ِأ سجره ِقسب س س‬
‫ ِأ سع ب ن‬.ِ ‫م‬
‫ه‬
‫ج د‬
‫ه ِع سل سيِ ب ن‬
‫ل ِأ ب‬
‫ن س ب س ن ب‬
‫ه ِوس س‬
‫ف ِع سسرقن ن‬
‫ن ِي س ن‬
‫سل د ب‬
‫الل د ن‬
‫جه‬
‫ماَ س‬
‫ن ِ س‬
‫))سرسوا ن‬
‫ه ِاب ب ن‬
Artinya: dari Ibnu Umar RA berkata: “ berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya
kering (HR Ibnu Majah )
Ketentuan ini untuk menghilangkan keraguan pekerja atau kekhawatirannya bahwa upah
mereka tidak akan dibayarkan, atau akan mengalami keterlambatan tanpa adanya alasan yang
dibenarkan. Namun demikian, umat Islam diberikan kebebasan untuk menentukan waktu
pembayaran upah sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dan majikan, atau sesuai dengan
kondisi. Upah bisa dibayarkan seminggu sekali atau sebulan sekali.
Sedangkan dalam hal produksi, Islam mengaturnya sedemikian rupa karena dengan
keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah maka konsep produksi di dalam
ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting
untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat, sebagaimana dijelaskan dalam surat alQashash {28}: ayat 77 yang berbunyi:

‫صيِب س س‬
‫ماَ ِا سستاَ س‬
َ‫ن ِالد ين بسيِا‬
‫خسر س‬
‫داسر ِابل س ن‬
‫ك ِ ن‬
‫س ِن س ن‬
‫ه ِال د‬
‫ك ِالل د ن‬
‫سواب بت سنغ ِفنيِ ب س‬
‫ة ِوسسلِت سن ب س‬
‫م س‬
‫وأ سحسن ِك سماَ ِأ س‬
‫فساَسد ِنفي ِابل س‬
‫ب‬
‫س‬
‫س‬
‫د‬
‫س‬
‫ن‬
‫ر‬
‫س‬
‫ل‬
‫غ ِا‬
‫ب‬
‫ت‬
ِ ِ‫ل‬
‫و‬
ِ ‫ك‬
ِ‫ي‬
‫ل‬
‫إ‬
ِ ‫ه‬
‫ل‬
‫ن ِال‬
‫س‬
‫ح‬
‫س‬
‫ض ِإ ن د‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫س‬
‫س‬
‫ن‬
‫س ب ن ب س‬
‫س‬
‫س‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ب ن‬
‫ه ِ س‬
۷۷)ِ ‫ن‬
‫م ب‬
‫لِ ِي ن ن‬
‫س ن‬
‫ف ن‬
‫ح ي‬
‫ب ِال ب ن‬
‫)الل د س‬
‫دي س‬

12

Artinya: “ Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allh kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allh telah berbuat baik, kepadamu
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (al-Qashash: 77)
Dengan demikian, tujuan dari produksi Islam adalah untuk menciptakan maslahah yang
optimum bagi konsumen atau bagi manusia secara keseluruhan. Dengan maslahah optimum ini,
maka akan dicapai falah yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan
hidup manusia. Falah adalah kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat yang akan memberikan
kebahagiaan yang hakiki bagi manusia. Alur tujuan kegiatan produksi dapat diambil dari suatu
substansi bahwa karakter yang terpenting dalam perspektif ekonomi Islam yang mengangkat
kualitas kemanusiaan dari hidup manusia. Kemuliaan harkat manusia harus mendapat perhatian
besar dan utama dalam keseluruhan aktifitas produksi. Segala aktifitas yang bertentangan dengan
kemuliaan harkat kemanusiaan dapat di katakan bertentangan dengan ajaran islam. Karakter
produksi tersebut yang membawa implikasi penting dalam teori produksi. Misalnya dalam
memandang kedudukan manusia, khususnya tenaga kerja, dengan kapital (modal). Dalam
pandangan konfensional, tenaga kerja dan kapital (modal) memilki kedudukan yang setara
dimana keduanya adalah subtitusi sempurna.
Oleh karena itu, al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw, memberikan arahan mengenai
prinsip-prinsip produksi antara lain:
1. Tugas manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dan
langit beserta segala apa yang ada di antara keduanya karena sifat Rahman dan Rahimnya kepada manusia.
2. Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi.
3. Teknik produksi diserahkan kepada keinginn dan kemampuan manusia.
4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya Agama Islam menyukai
kemudahan, menghindari mudrat dan memaksimalkan manfaat.

13

Dengan demikian, ekonomi Islam mengatur sedemikian rupa dalam hal berproduksi
dengan menerapkan kaidah-kaidah dalam produksi:
1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian
dan ketersediaan smber daya alam.
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta
mencapai kemakmuran.
4. Produksi dalam islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
5. Meningkatkan kualitas smber daya manusia baik kualitas spiritual dan mental fisik.
Berangkat dari penjabaran dan pemaparan di atas, maka konsep tenaga kerja secara
umum dengan tenaga kerja secara islam tidak ada bedanya dalam mensikapinya, hanya saja
islam dalam hal mengenai upah lebih condong kedalam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan
keadilan sesua dengani pekerjaan yang dilakukan. Begitu pula dalam hal produksi, islam tidak
semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, akan tetapi lebih penting untuk
mencapai maksimalisasi keuntungan dunia, akan tetapi lebih penting untuk mencapai
maksimalisasi keuntungan akhirat.karena tujuan islam adalah untuk mencapai falah. Dalam islam
tenaga kerja juga dikatakan sebagai faktor produksi karena adanya balas jasa berupa upah, selain
itu tenaga kerja dalam islam juga memilki andil yang sangat besar dalam hal produksi. Oleh
karena itu, tenaga kerja merupakan sebuah aset penting dalam perkembangan sebuah bisnis
dalam segi kuantitas maupun kualitas.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampou melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
2. Klasifikasi tenaga kerja menurrut tingkatanya (kualitasnya) terdiri dari tenaga kerja
terdidik, terlatih dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih.
3. Tenaga kerja sebagi faktor produksi karena adanya balas jasa berupa upah tenaga
kerja dan merupakan aset penting dalam perkembangan sebuah bisnis.
4. Hak dan tega kerja adalah hak atas upah yang ditentukan menurut tenggang waktu
dalam perjanjian, jaminan keselamatan tenaga kerja, jaminan hari tua, jaminan sosial
tenaga kerja, sedangkan kewajibanya adalah melakukan pekerjaan yang merupakan
tugas utama seorang tenaga kerja, manaati aturan majikanya atau pengusaha dalam
melakukan pekerjaan.
5. Faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja adalah sumber daya alam,
modal, kapasitas produksi peralatan, fasilitas produksi, faktor dari dalam dan luar
lingkungan perusahaan.
6. Upah dalam islam diartikan sebagai hak pekerja yang diterima sebagai imbalan atau
ganjaran dari seseorang penyewa tenaga kerja (pengusaha) kepada pemberi sewa
atau pemilik tenaga kerja. Sedangkan dalam produksi, islam tidak semata-mata

15

bermatif maksimali keuntungan akhirat, karena tujuan islam yaitu mencapai tujuan
falah.
3.2 Saran
Akhir kata tidak ada hasil pemikiran yang baik kecuali memberikan manfaat bagi orang
lain. Penulis berharap semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari makalah ini dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Saran dan kritik dari pembaca sangat
penting penulis harapkan sebagai bahan perbaikan bagi penulis dalam penyusunan
makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Feryanto,Agung.2010.Ekonomi.Yogjakarta : Intan Pariwara
Rokhim ,Abdul.2013. Ekonomi Islam Prespektif Muhammad SAW.Jember:STAIN Press.

16