Front Matter | Penyakit | Jurnal Vektor Penyakit
K
A
BA
TI
DA
JURNAL
HUS
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
VEKTOR PENYAKIT
Journal of Disease Vector
Vol. 10
No. 2
DESEMBER 2016
[email protected]
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
K
A
BA
TI
DA
JURNAL
HUS
Volume 10 No.2
Desember 2016
VEKTOR PENYAKIT
Journal of Disease Vector
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab :
Muh. Faozan, S.K.M., M.P.H. (Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala)
Pemimpin Redaksi :
Rosmini, S.K.M., M.Sc. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
Anggota Dewan Redaksi :
w Sitti Chadijah, S.K.M., M.Si. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Junus Widjaja, S.K.M., M.Sc. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Hayani Anastasia, S.K.M., M.P.H. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Made Agus Nurjana, S.K.M., M.Epid. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Anis Nurwidayati, S.Si, M.Sc. (Biologi Lingkungan, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
Mitra Bestari :
w Prof. dr. Agus Suwandono,M.P.H,Dr.PH (Biomedik ,Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes)
w Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.K.M., M.Kes., M.ScPH (Epidemiologi , FKM, Universitas Hasanuddin)
w Prof. Dr. drg A Arsunan Arsin, M.Kes. (Epidemiologi Penyakit Menular, FKM, Universitas Hasanuddin)
w dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc, PhD (Entomologi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin )
w Dr. Lif.Sc I Nengah Suwastika, M.Sc, M.Lif.Sc (Biologi Sel dan Molekuler, Universitas Tadulako )
Redaksi Pelaksana:
Mujiyanto, S.Si, M.P.H.
Sekretaris:
Riri Arifah Patuba, S.K.M.
Staf Sekretariat:
Ni Nyoman Veridiana, S.K.M.
Alamat Redaksi:
Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. Masitudju No.58, Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah 94252
Website e-journal : http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp
E-mail : [email protected] , [email protected]
Terbit dua kali setahun, edisi Juni dan Desember
Dalam proses akreditasi
Jurnal Vektor Penyakit merupakan media publikasi dan informasi hasil - hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan
hasil - hasil penelitian, metodologi dan pendekatan-pendekatan baru dalam penelitian yang berkaitan dengan vektor
penyakit dan usaha pengendalian penyakit bersumber binatang.
Jurnal ini merupakan jurnal publikasi ilmiah resmi Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI.
Volume 10 No. 2 Desember 2016
Journal of Disease Vector
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
Pengantar Redaksi
Jurnal Vektor Penyakit Volume 10 No. 2 Desember Tahun 2016 ini diawali dengan tulisan dari
Malonda Maksud yang berjudul “Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya sebagai
Vektor Malaria di Sulawesi Tengah”. Tulisan ini merupakan suatu telaah kepustakaan. Hasil telaah
menunjukkan bahwa An. vagus memiliki habitat di saluran irigasi, bekas tapak/roda, tepi sungai,
rawa-rawa, dan kolam. An. vagus juga merupakan spesies paling dominan dan relatif banyak
menggigit orang dibanding spesies Anopheles lainnya.
Liestiana Indriyati, dkk menyampaikan tulisan yang berjudul “Gambaran Hasil Spot Survei
Nyamuk Anopheles sp. di Tambang Emas Kura-Kura Bania, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan
Selatan”. Pada artikel ini disebutkan bahwa ditemukan An. maculatus dan An. leucosphyrus di
lokasi penelitian dengan kepadatan yang sangat rendah dan ragam tempat/habitat pada tempat
bekas pencucian emas, tromol bekas dan wadah-wadah plastik bekas.
Tulisan tentang “Efektifitas Kader Jumantik Cilik Terhadap Kepadatan Populasi Aedes aegypti L.
Di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta” oleh Tri Wahyuni Sukesi, dkk menunjukkan bahwa
ada perbedaan kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan sesudah dibentuknya jumantik anak.
Artikel selanjutnya ditulis oleh Sriwahyuni, dkk yang berjudul “Kendali Optimal Model Siklus
Hidup Cacing Schistosoma japonicum Dengan Prinsip Minimum pontryagin”. Artikel ini mengkaji
secara matematis kendali optimal siklus hidup cacing S. japonicum.
Edisi ini diakhiri dengan artikel yang berjudul “Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma
japonicum” yang merupakan review artikel oleh Anis Nurwidayati. Review ini bertujuan untuk
menggambarkan beberapa kandidat vaksin terhadap S. japonicum dengan tingkat efikasi yang
bervariasi dan belum ada yang paling potensial.
Demikian informasi singkat kelima artikel yang dimuat di edisi kali ini. Harapan dari redaksi
semoga artikel Jurnal Vektor Penyakit pada tahun 2016 ini dapat bermanfaat baik dalam ilmu
pengetahuan maupun pengendalian penyakit bersumber binatang.
Salam Sehat
Dewan Redaksi
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
Journal of Disease Vector
Volume 10 Nomor 2 Desember 2016
DAFTAR ISI
ARTIKEL
Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya Sebagai 33–38
Vektor Malaria di Sulawesi Tengah: Suatu Telaah Kepustakaan
(Malonda Maksud)
Gambaran Hasil Spot Survei Nyamuk Anopheles sp. di Tambang 39–44
Emas Kura-Kura Banian, Kabupaten Kotabaru,
Kalimantan Selatan
(Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa )
Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Kepadatan Populasi
Aedes aegypti L. di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta
(Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari)
45–50
Kendali Optimal Model Siklus Hidup Cacing Schistosoma 51–58
japonicum dengan Prinsip Minimum Pontryagin
(Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar)
Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk
Schistosoma japonicum
(Anis Nurwidayati)
[email protected]
59–64
Volume 10 No. 2 Desember 2016
Journal of Disease Vector
ISSN 1978-3647
E-ISSN 2354-8835
ABSTRACT SHEET
NLM : QX515
Malonda Maksud
(Zoonoses Research Office of Donggala, NIHRD,
Ministry of Health Republic of Indonesia)
The Important Aspect of Anopheles vagus and Its Potential
as Malaria Vector in Central Sulawesi : A Literature Review
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016; p
33– 38
Kuning village, Sungai Durian sub-district, Kotabaru
district, South Kalimantan. The all night collection was
done by using human landing collection method and
collection of pre-adult mosquitoes around the gold
mining. The study found a low density of Anopheles
maculatus and Anopheles leucosphyrus. It is also foud
several habitat of Anopheles sp. such as, unused gold
washers, unused drums, and unused plastic containers.
The low density of mosquito was caused by high rainfall,
inappropriate habitat, low temperature, high humadity,
wild vegetation, and air polution.
Malaria is caused by protozoa from the genus of Keywords : malaria, Anopheles, mosquito collection, gold
Plasmodium which transmitted by Anopheles mosquitoes.
mining
There are 90 species of Anopheles in Indonesia, included
Anopheles vagus which is suspected as malaria vector. This _________________________________________________________________
article was a review of several studies related to An. vagus NLM : WC528
conducted in Central Sulawesi in which descriptively
present the behavior of An. vagus and its potential as Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari
malaria vector in Central Sulawesi. The results showed (Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University)
that the habitats of An. vagus larvae were irrigations, the
edge of rivers, swamps, ponds, and tire tracks. An. vagus The Effectiveness of Child Jumantik in Monitoring The
was a dominant species in biting human compared to Density of Aedes aegypti in Umbulharjo Subdistrict of
other Anopheles species. The Plasmodium sporozoite was Yogyakarta
also found in An. vagus, which show the possibility of An.
vagus as vector of malaria. The vectorial capacity need to Journal of Disease Vector Vol. 10 No. 2, Desember 2016;
examine further in order to know the porosity and human p 45–50
blood index of An. vagus.
Since the first cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
appeared in indonesia in 1968, DHF has been spreading
Keywords: malaria, Anopheles vagus, vector, Central
throughout provinces in Indonesia. Yogyakarta is one of
Sulawesi
the provinces with a high incidence rate which shows an
_________________________________________________________________ increasing trend each year, particularly in Sub-district
NLM : QX515
Umbulharjo. Many efforts have been done to reduce the
incidence of dengue cases, however dengue cases are still
high. The purposes of this study were to establish the child
Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa
(Zoonoses Research Office of Tanah Bumbu, NIHRD, jumantik and to determine the density of Aedes aegypti
before and after the establisment of child jumantik. QuasiMinistry of Health Republic of Indonesia)
experimental method was used on this study. The results
indicated that there was a difference in Ae. aegypti density
Anopheles sp. Spot Survei at Kura-Kura Gold Mining in before and after the establisment of child jumantik. Child
Banian, Kotabaru District, South Kalimantan
jumantik showed higher accuracy compared to adult
jumantik. They can monitor the density of Ae. aegypti
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016;
while playing and doing it together with their friends.
p 39–44
Therefore, it is expected to lower the density of Ae. aegypti
and eventually decrease the number of cases of DHF.
The work area of Banian Health Center in Kotabaru
District is an malaria endemic area with reported Annual Keywords : Dengue Hemorraghic Fever, child jumantik,
Parasite Incidence (API) was 241.19‰ in 2014. Most of
dutch
the malaria cases were from illegal gold mining at Banian ________________________________________________________________________
Mountain. Malaria vector has a significant role in malaria NLM : WC810
transmission as well as its control. This study was an
observational with a cross-sectional design and analyzed Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar
descriptively. The study was carried out from February to (Department of Mathematics, Faculty of Mathemathics
March 2015 at Turtle Gold Mining in Banian, BUluh and Natural Science, Tadulako University)
Optimal Control of Schistosoma japonicum Cycle Model
using Minimum Pontryagin Principle
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016;
p 51–58
Schistosomiasis is an infectious disease caused by
trematodes, of the genus Schistosoma. In Indonesia the
disease is caused by Schistosoma japonicum. The worm
life cycle is specific because its habitat is not only on
human body or some other mammal but also in snail.
This research is aimed to a mathematical model of the
worm cycle and investigates the optimal control of the
model. The mathematically control was conducted by
put a time dependent parameter ρ (t) to the model that
represents a medical treatment to infected humans. The
governed model, that has an endemic stable critical
point, describes a transferred worm cycle of several
phases. The optimal control is determined by the
Minimum Pontryagin Principle. The simulation of the
model shows that, for such initial condition of the
uncontrolled model, the number of adult worms will
increase up to 4700 in 80 days. This number could
reduce to 4500 on the day of 100 and converge to
4400for unbounded time growth. It means that
schistosomiasis is permanently occurring (endemic).
The controlled model gives r t )= min ìí20, æçç maksæç l W ö÷,60 ö÷÷üý
1
î
è
è L ø
øþ
as the drug dose of praziquantel. The drug doze of 20 mg
praziquantel could minimize the growth of worms and
decreasethe number of adult worm population to 8 in 6
months.
Keywords: optimal control, Pontryagin minimum
principle, Schistosoma japonicum
_______________________________________________________________
NLM : WC810
Anis Nurwidayati
(Zoonoses Research Office of Donggala, NIHRD, Ministry
of Health Republic of Indonesia
Vaccines Development for Schistosoma japonicum : A
Literature Review
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016;
p 59–64
Schistosomiasis infects 261 million people in 78 countries
with 600 million people at risk of infection.
Schistosomiasis in Indonesia is due to blood trematode
Schistosoma japonicum and Oncomelania hupensis
lindoensis snail as intermediate host. Schistosomiasis
control is conducted by the management of environment
as well as treatment with praziquantel. The long periode
and continously drug use may result in drug resistance.
Based on these, vaccines against schistosomiasis, as
schistosomiasis control strategies in the future, is needed.
This review was aimed to describe some of the vaccine
candidates against S. japonicum with their level of efficacy,
which composed by many schistosomiasis vaccinerelated scientific literature. Schistosomiasis vaccine
candidate proteins showed varying levels of efficacy and
no one has the most potential. Although the development
of vaccines against schistosomiasis is quite difficult, the
research must still be continued.
Keywords : schistosomiasis, Schistosoma japonicum,
vaccine
_________________________________________________________________
Volume 10 No.2 Desember 2016
Journal of Disease Vector
ISSN 1978-3647
E-ISSN 2354-8835
LEMBAR ABSTRAK
NLM : QX515
diketahui vektor yang berperan dalam penularan
malaria di lokasi tersebut. Penelitian ini merupakan
Malonda Maksud
penelitian observasional yang dilakukan secara cross
(Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, sectional dan dianalisis secara deskriptif. Penelitian
Kementerian Kesehatan RI )
dilakukan di Tambang Emas Kura-Kura Dusun Banian,
Desa Buluh Kuning, Kecamatan Sungai Durian,
Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan pada
sebagai Vektor Malaria di Sulawesi Tengah : Suatu Telaah bulan Februari dan Maret 2015. Kegiatan penangkapan
Kepustakaan
nyamuk all night collection dilakukan dengan metode
umpan orang (human landing collection) dan dilakukan
Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016;
pula penangkapan nyamuk pra dewasa di sekitar lokasi
Hal 33–38
tambang. Ditemukan Anopheles maculatus dan Anopheles
leucosphyrus dengan kepadatan yang sangat rendah dan
Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium
ragam tempat/habitat perkembangbiakan Anopheles sp
dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada 90 jenis
pada tempat bekas pecucian emas, tromol bekas dan
nyamuk Anopheles di Indonesia, dan Anopheles vagus
wadah-wadah plastik bekas. Hasil penangkapan nyamuk
diduga menjadi salah satu vektor malaria. Tulisan ini
dengan kepadatan nyamuk yang sangat rendah
merupakan telaah penelitian An. vagus di Sulawesi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
Tengah disajikan secara deskriptif untuk melihat aspek
kondisi alam berupa curah hujan yang cukup tinggi,
perilaku nyamuk An. vagus dan potensinya sebagai vektor
habitat perkembangbiakan yang kurang sesuai, suhu
malaria di Sulawesi Tengah. Hasil telaah menunjukan
yang terlalu rendah, kelembaban yang terlalu tinggi,
bahwa An. vagus memiliki habitat di saluran irigasi, bekas
rimbunnya vegetasi liar dan pencemaran udara di sekitar
tapak/roda, tepi sungai, rawa-rawa, dan kolam. An. vagus
tambang emas.
juga merupakan spesies paling dominan, ditemukan
relatif banyak menggigit orang dibanding spesies
Kata kunci : malaria, Anopheles, penangkapan nyamuk,
Anopheles lainnya, dan ditemukannya sirkum sporozoit
tambang emas
Plasmodium spp. pada tubuh nyamuk. Hal ini, sangat
________________________________________________________________
mendukung potensi An. vagus sebagai vektor malaria di
Sulawesi Tengah. Perlu mengetahui parousitas dan NLM : WC528
Human Blood Index untuk mengetahui kompotensi
vektorialnya.
Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti
Mulasari
Kata kunci: malaria, Anopheles vagus, vektor, Sulawesi (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan )
Tengah
________________________________________________________________
Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Kepadatan
NLM : QX515
Populasi Aedes aegypti L. di Kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta
Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa
(Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Jurnal Vektor Penyakit Vol. 10 No. 2, Desember 2016;
Hal 45–50
Kesehatan, Kementerian Kesehatan)
Gambaran Hasil Spot Survei Nyamuk Anopheles sp. di
Tambang Emas Kura-Kura Banian, Kabupaten Kotabaru,
Kalimantan Selatan
Sejak kasus pertama Demam Berdarah Dengue (DBD)
muncul di Indonesia pada tahun 1968, DBD menyebar di
seluruh provinsi di Indonesia. Yogyakarta (DIY)
termasuk salah satu provinsi dengan Incident Rate (IR)
Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016; yang menunjukkan peningkatan setiap tahun, khususnya
Hal 39–44
di kecamatan Umbulharjo. Banyak upaya telah dilakukan
untuk mengurangi kejadian kasus DBD tetapi kasus DBD
Wilayah kerja Puskesmas Banian Kabupaten Kotabaru masih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merupakan lokasi endemis malaria dengan nilai API mementuk jumantik anak dan untuk menentukan
(Annual Parasite Incidence) pada tahun 2014 sebesar tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti sebelum dan
241,19‰ dimana kasus malaria hampir seluruhnya sesudah dibentuknya jumantik anak. Metode yang
berasal dari beberapa tambang emas ilegal di lereng digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
Gunung Banian. Vektor malaria memiliki peranan yang semu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
cukup penting dalam penularan malaria sekaligus perbedaan kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan
pengendalian malaria di suatu daerah, untuk itu perlu
sesudah dibentuknya jumantik anak. Jumantik anak
memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada jumantik
dewasa. Mereka dapat memantau kepadatan Ae. aegypti
saat bermain dan melakukan bersama-sama dengan
teman-teman mereka. Melalui hal itu diharapkan dapat
mengurangi kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan kasus
DBD dapat dikurangi. Kesimpulan ada perbedaan
kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan sesudah
dibentuknya jumantik anak.
Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, jumantik cilik,
kader
________________________________________________________________
NLM : WC810
.Kendali optimal untuk meminimalkan pertumbuhan
cacing S. japonicum adalah dengan pemberian obat dalam
dosis 20 mg dan memberikan hasil yang efektif, dilihat
dari jumlah cacing dewasa dalam tubuh manusia yang
mengalami penurunan dan akan habis setelah dilakukan
pengobatan selama enam bulan sehingga siklus hidup
cacing S. japonicum dapat dikendalikan.
Kata kunci : kendali optimal, prinsip minimum
Pontryagin, Schistosoma japonicum
_________________________________________________________________
NLM : WC810
Anis Nurwidayati
(Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI )
Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar
(Program Studi Matematika, Jurusan Matematika FMIPA,
Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma
Universitas Tadulako )
japonicum
Kendali Optimal Model Siklus Hidup Cacing Schistosoma
Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016;
japonicum dengan Prinsip Minimum Pontryagin
Hal 59–64
Jurnal Vektor Penyakit Vol. 10 No. 2, Desember 2016; Schistosomiasis menginfeksi 261 juta orang di 78 negara
Hal 51–58
dengan 600 juta orang berisiko terinfeksi. Schistosomiasis
di Indonesia disebabkan cacing trematoda darah
Schistosomiasis adalah salah satu penyakit menular yang Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong
disebabkan oleh cacing darah trematoda dari genus Oncomelania hupensis lindoensis. Pengendalian
Schistosoma. Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan schistosomiasis dilakukan dengan pengelolaan linkungan
oleh cacing Schistosoma japonicum. Penelitian ini maupun pengobatan dengan praziquantel. Penggunaan
mengkaji secara matematis kendali optimal siklus hidup obat yang berlangsung terus menerus berpotensi untuk
cacing S. japonicum. Pengendalian dilakukan dengan terjadinya resistensi. Berdasarkan hal tersebut
pemberian obat pada manusia yang terjangkit diperlukan adanya vaksin anti schistosomiasis sebagai
schistosomiasis. Kendali optimal ditentukan dengan strategi pengendalian schistosomiasis di masa depan.
prinsip minimum Pontryagin. Hasil penelitian Review ini bertujuan untuk menggambarkan beberapa
menunjukan bahwa sebelum pemberian obat, banyaknya kandidat vaksin terhadap S. japonicum dengan tingkat
cacing dewasa mengalami peningkatan hingga mencapai efikasinya. Metode penulisan ini menggunakan
4700 ekor pada hari ke 80, selanjutnya menurun hingga p e n e l u s u ra n l i t e ra t u r i l m i a h t e r k a i t va k s i n
4500 ekor pada hari ke 100. Penurunan banyaknya cacing schistosomiasis. Berbagai protein kandidat vaksin
dewasa terus berlanjut hingga stabil mulai hari ke 140 schistosomiasis yang sudah diteliti menunjukkan tingkat
sebanyak 4400 ekor. Hasil tersebut menunjukan bahwa efikasi yang bervariasi dan belum ada yang paling
schistosomiasis bersifat menetap (endemik). Untuk potensial. Meskipun pengembangan vaksin anti
mengoptimalkan pertumbuhan cacing S. japonicum schistosomiasis cukup sulit, namun upaya tersebut harus
dilakukan pengendalian dengan parameter ρ (dosis obat tetap dilakukan.
praziquantel) menggunakan prinsip minimum
Pontryagin diperoleh persamaan kendali
Kata kunci: schistosomiasis, Schistosoma japonicum,
ì æ
æ l W ö öü
r t ) = min í20, çç maksç 1 ÷,60 ÷÷ý
è L ø øþ
î è
vaksin
_________________________________________________________________
A
BA
TI
DA
JURNAL
HUS
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
VEKTOR PENYAKIT
Journal of Disease Vector
Vol. 10
No. 2
DESEMBER 2016
[email protected]
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
K
A
BA
TI
DA
JURNAL
HUS
Volume 10 No.2
Desember 2016
VEKTOR PENYAKIT
Journal of Disease Vector
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab :
Muh. Faozan, S.K.M., M.P.H. (Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala)
Pemimpin Redaksi :
Rosmini, S.K.M., M.Sc. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
Anggota Dewan Redaksi :
w Sitti Chadijah, S.K.M., M.Si. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Junus Widjaja, S.K.M., M.Sc. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Hayani Anastasia, S.K.M., M.P.H. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Made Agus Nurjana, S.K.M., M.Epid. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Anis Nurwidayati, S.Si, M.Sc. (Biologi Lingkungan, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
Mitra Bestari :
w Prof. dr. Agus Suwandono,M.P.H,Dr.PH (Biomedik ,Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes)
w Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.K.M., M.Kes., M.ScPH (Epidemiologi , FKM, Universitas Hasanuddin)
w Prof. Dr. drg A Arsunan Arsin, M.Kes. (Epidemiologi Penyakit Menular, FKM, Universitas Hasanuddin)
w dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc, PhD (Entomologi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin )
w Dr. Lif.Sc I Nengah Suwastika, M.Sc, M.Lif.Sc (Biologi Sel dan Molekuler, Universitas Tadulako )
Redaksi Pelaksana:
Mujiyanto, S.Si, M.P.H.
Sekretaris:
Riri Arifah Patuba, S.K.M.
Staf Sekretariat:
Ni Nyoman Veridiana, S.K.M.
Alamat Redaksi:
Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. Masitudju No.58, Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah 94252
Website e-journal : http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp
E-mail : [email protected] , [email protected]
Terbit dua kali setahun, edisi Juni dan Desember
Dalam proses akreditasi
Jurnal Vektor Penyakit merupakan media publikasi dan informasi hasil - hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan
hasil - hasil penelitian, metodologi dan pendekatan-pendekatan baru dalam penelitian yang berkaitan dengan vektor
penyakit dan usaha pengendalian penyakit bersumber binatang.
Jurnal ini merupakan jurnal publikasi ilmiah resmi Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI.
Volume 10 No. 2 Desember 2016
Journal of Disease Vector
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
Pengantar Redaksi
Jurnal Vektor Penyakit Volume 10 No. 2 Desember Tahun 2016 ini diawali dengan tulisan dari
Malonda Maksud yang berjudul “Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya sebagai
Vektor Malaria di Sulawesi Tengah”. Tulisan ini merupakan suatu telaah kepustakaan. Hasil telaah
menunjukkan bahwa An. vagus memiliki habitat di saluran irigasi, bekas tapak/roda, tepi sungai,
rawa-rawa, dan kolam. An. vagus juga merupakan spesies paling dominan dan relatif banyak
menggigit orang dibanding spesies Anopheles lainnya.
Liestiana Indriyati, dkk menyampaikan tulisan yang berjudul “Gambaran Hasil Spot Survei
Nyamuk Anopheles sp. di Tambang Emas Kura-Kura Bania, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan
Selatan”. Pada artikel ini disebutkan bahwa ditemukan An. maculatus dan An. leucosphyrus di
lokasi penelitian dengan kepadatan yang sangat rendah dan ragam tempat/habitat pada tempat
bekas pencucian emas, tromol bekas dan wadah-wadah plastik bekas.
Tulisan tentang “Efektifitas Kader Jumantik Cilik Terhadap Kepadatan Populasi Aedes aegypti L.
Di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta” oleh Tri Wahyuni Sukesi, dkk menunjukkan bahwa
ada perbedaan kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan sesudah dibentuknya jumantik anak.
Artikel selanjutnya ditulis oleh Sriwahyuni, dkk yang berjudul “Kendali Optimal Model Siklus
Hidup Cacing Schistosoma japonicum Dengan Prinsip Minimum pontryagin”. Artikel ini mengkaji
secara matematis kendali optimal siklus hidup cacing S. japonicum.
Edisi ini diakhiri dengan artikel yang berjudul “Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma
japonicum” yang merupakan review artikel oleh Anis Nurwidayati. Review ini bertujuan untuk
menggambarkan beberapa kandidat vaksin terhadap S. japonicum dengan tingkat efikasi yang
bervariasi dan belum ada yang paling potensial.
Demikian informasi singkat kelima artikel yang dimuat di edisi kali ini. Harapan dari redaksi
semoga artikel Jurnal Vektor Penyakit pada tahun 2016 ini dapat bermanfaat baik dalam ilmu
pengetahuan maupun pengendalian penyakit bersumber binatang.
Salam Sehat
Dewan Redaksi
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
Journal of Disease Vector
Volume 10 Nomor 2 Desember 2016
DAFTAR ISI
ARTIKEL
Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya Sebagai 33–38
Vektor Malaria di Sulawesi Tengah: Suatu Telaah Kepustakaan
(Malonda Maksud)
Gambaran Hasil Spot Survei Nyamuk Anopheles sp. di Tambang 39–44
Emas Kura-Kura Banian, Kabupaten Kotabaru,
Kalimantan Selatan
(Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa )
Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Kepadatan Populasi
Aedes aegypti L. di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta
(Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari)
45–50
Kendali Optimal Model Siklus Hidup Cacing Schistosoma 51–58
japonicum dengan Prinsip Minimum Pontryagin
(Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar)
Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk
Schistosoma japonicum
(Anis Nurwidayati)
[email protected]
59–64
Volume 10 No. 2 Desember 2016
Journal of Disease Vector
ISSN 1978-3647
E-ISSN 2354-8835
ABSTRACT SHEET
NLM : QX515
Malonda Maksud
(Zoonoses Research Office of Donggala, NIHRD,
Ministry of Health Republic of Indonesia)
The Important Aspect of Anopheles vagus and Its Potential
as Malaria Vector in Central Sulawesi : A Literature Review
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016; p
33– 38
Kuning village, Sungai Durian sub-district, Kotabaru
district, South Kalimantan. The all night collection was
done by using human landing collection method and
collection of pre-adult mosquitoes around the gold
mining. The study found a low density of Anopheles
maculatus and Anopheles leucosphyrus. It is also foud
several habitat of Anopheles sp. such as, unused gold
washers, unused drums, and unused plastic containers.
The low density of mosquito was caused by high rainfall,
inappropriate habitat, low temperature, high humadity,
wild vegetation, and air polution.
Malaria is caused by protozoa from the genus of Keywords : malaria, Anopheles, mosquito collection, gold
Plasmodium which transmitted by Anopheles mosquitoes.
mining
There are 90 species of Anopheles in Indonesia, included
Anopheles vagus which is suspected as malaria vector. This _________________________________________________________________
article was a review of several studies related to An. vagus NLM : WC528
conducted in Central Sulawesi in which descriptively
present the behavior of An. vagus and its potential as Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari
malaria vector in Central Sulawesi. The results showed (Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University)
that the habitats of An. vagus larvae were irrigations, the
edge of rivers, swamps, ponds, and tire tracks. An. vagus The Effectiveness of Child Jumantik in Monitoring The
was a dominant species in biting human compared to Density of Aedes aegypti in Umbulharjo Subdistrict of
other Anopheles species. The Plasmodium sporozoite was Yogyakarta
also found in An. vagus, which show the possibility of An.
vagus as vector of malaria. The vectorial capacity need to Journal of Disease Vector Vol. 10 No. 2, Desember 2016;
examine further in order to know the porosity and human p 45–50
blood index of An. vagus.
Since the first cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
appeared in indonesia in 1968, DHF has been spreading
Keywords: malaria, Anopheles vagus, vector, Central
throughout provinces in Indonesia. Yogyakarta is one of
Sulawesi
the provinces with a high incidence rate which shows an
_________________________________________________________________ increasing trend each year, particularly in Sub-district
NLM : QX515
Umbulharjo. Many efforts have been done to reduce the
incidence of dengue cases, however dengue cases are still
high. The purposes of this study were to establish the child
Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa
(Zoonoses Research Office of Tanah Bumbu, NIHRD, jumantik and to determine the density of Aedes aegypti
before and after the establisment of child jumantik. QuasiMinistry of Health Republic of Indonesia)
experimental method was used on this study. The results
indicated that there was a difference in Ae. aegypti density
Anopheles sp. Spot Survei at Kura-Kura Gold Mining in before and after the establisment of child jumantik. Child
Banian, Kotabaru District, South Kalimantan
jumantik showed higher accuracy compared to adult
jumantik. They can monitor the density of Ae. aegypti
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016;
while playing and doing it together with their friends.
p 39–44
Therefore, it is expected to lower the density of Ae. aegypti
and eventually decrease the number of cases of DHF.
The work area of Banian Health Center in Kotabaru
District is an malaria endemic area with reported Annual Keywords : Dengue Hemorraghic Fever, child jumantik,
Parasite Incidence (API) was 241.19‰ in 2014. Most of
dutch
the malaria cases were from illegal gold mining at Banian ________________________________________________________________________
Mountain. Malaria vector has a significant role in malaria NLM : WC810
transmission as well as its control. This study was an
observational with a cross-sectional design and analyzed Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar
descriptively. The study was carried out from February to (Department of Mathematics, Faculty of Mathemathics
March 2015 at Turtle Gold Mining in Banian, BUluh and Natural Science, Tadulako University)
Optimal Control of Schistosoma japonicum Cycle Model
using Minimum Pontryagin Principle
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016;
p 51–58
Schistosomiasis is an infectious disease caused by
trematodes, of the genus Schistosoma. In Indonesia the
disease is caused by Schistosoma japonicum. The worm
life cycle is specific because its habitat is not only on
human body or some other mammal but also in snail.
This research is aimed to a mathematical model of the
worm cycle and investigates the optimal control of the
model. The mathematically control was conducted by
put a time dependent parameter ρ (t) to the model that
represents a medical treatment to infected humans. The
governed model, that has an endemic stable critical
point, describes a transferred worm cycle of several
phases. The optimal control is determined by the
Minimum Pontryagin Principle. The simulation of the
model shows that, for such initial condition of the
uncontrolled model, the number of adult worms will
increase up to 4700 in 80 days. This number could
reduce to 4500 on the day of 100 and converge to
4400for unbounded time growth. It means that
schistosomiasis is permanently occurring (endemic).
The controlled model gives r t )= min ìí20, æçç maksæç l W ö÷,60 ö÷÷üý
1
î
è
è L ø
øþ
as the drug dose of praziquantel. The drug doze of 20 mg
praziquantel could minimize the growth of worms and
decreasethe number of adult worm population to 8 in 6
months.
Keywords: optimal control, Pontryagin minimum
principle, Schistosoma japonicum
_______________________________________________________________
NLM : WC810
Anis Nurwidayati
(Zoonoses Research Office of Donggala, NIHRD, Ministry
of Health Republic of Indonesia
Vaccines Development for Schistosoma japonicum : A
Literature Review
Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016;
p 59–64
Schistosomiasis infects 261 million people in 78 countries
with 600 million people at risk of infection.
Schistosomiasis in Indonesia is due to blood trematode
Schistosoma japonicum and Oncomelania hupensis
lindoensis snail as intermediate host. Schistosomiasis
control is conducted by the management of environment
as well as treatment with praziquantel. The long periode
and continously drug use may result in drug resistance.
Based on these, vaccines against schistosomiasis, as
schistosomiasis control strategies in the future, is needed.
This review was aimed to describe some of the vaccine
candidates against S. japonicum with their level of efficacy,
which composed by many schistosomiasis vaccinerelated scientific literature. Schistosomiasis vaccine
candidate proteins showed varying levels of efficacy and
no one has the most potential. Although the development
of vaccines against schistosomiasis is quite difficult, the
research must still be continued.
Keywords : schistosomiasis, Schistosoma japonicum,
vaccine
_________________________________________________________________
Volume 10 No.2 Desember 2016
Journal of Disease Vector
ISSN 1978-3647
E-ISSN 2354-8835
LEMBAR ABSTRAK
NLM : QX515
diketahui vektor yang berperan dalam penularan
malaria di lokasi tersebut. Penelitian ini merupakan
Malonda Maksud
penelitian observasional yang dilakukan secara cross
(Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, sectional dan dianalisis secara deskriptif. Penelitian
Kementerian Kesehatan RI )
dilakukan di Tambang Emas Kura-Kura Dusun Banian,
Desa Buluh Kuning, Kecamatan Sungai Durian,
Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan pada
sebagai Vektor Malaria di Sulawesi Tengah : Suatu Telaah bulan Februari dan Maret 2015. Kegiatan penangkapan
Kepustakaan
nyamuk all night collection dilakukan dengan metode
umpan orang (human landing collection) dan dilakukan
Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016;
pula penangkapan nyamuk pra dewasa di sekitar lokasi
Hal 33–38
tambang. Ditemukan Anopheles maculatus dan Anopheles
leucosphyrus dengan kepadatan yang sangat rendah dan
Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium
ragam tempat/habitat perkembangbiakan Anopheles sp
dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada 90 jenis
pada tempat bekas pecucian emas, tromol bekas dan
nyamuk Anopheles di Indonesia, dan Anopheles vagus
wadah-wadah plastik bekas. Hasil penangkapan nyamuk
diduga menjadi salah satu vektor malaria. Tulisan ini
dengan kepadatan nyamuk yang sangat rendah
merupakan telaah penelitian An. vagus di Sulawesi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
Tengah disajikan secara deskriptif untuk melihat aspek
kondisi alam berupa curah hujan yang cukup tinggi,
perilaku nyamuk An. vagus dan potensinya sebagai vektor
habitat perkembangbiakan yang kurang sesuai, suhu
malaria di Sulawesi Tengah. Hasil telaah menunjukan
yang terlalu rendah, kelembaban yang terlalu tinggi,
bahwa An. vagus memiliki habitat di saluran irigasi, bekas
rimbunnya vegetasi liar dan pencemaran udara di sekitar
tapak/roda, tepi sungai, rawa-rawa, dan kolam. An. vagus
tambang emas.
juga merupakan spesies paling dominan, ditemukan
relatif banyak menggigit orang dibanding spesies
Kata kunci : malaria, Anopheles, penangkapan nyamuk,
Anopheles lainnya, dan ditemukannya sirkum sporozoit
tambang emas
Plasmodium spp. pada tubuh nyamuk. Hal ini, sangat
________________________________________________________________
mendukung potensi An. vagus sebagai vektor malaria di
Sulawesi Tengah. Perlu mengetahui parousitas dan NLM : WC528
Human Blood Index untuk mengetahui kompotensi
vektorialnya.
Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti
Mulasari
Kata kunci: malaria, Anopheles vagus, vektor, Sulawesi (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan )
Tengah
________________________________________________________________
Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Kepadatan
NLM : QX515
Populasi Aedes aegypti L. di Kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta
Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa
(Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Jurnal Vektor Penyakit Vol. 10 No. 2, Desember 2016;
Hal 45–50
Kesehatan, Kementerian Kesehatan)
Gambaran Hasil Spot Survei Nyamuk Anopheles sp. di
Tambang Emas Kura-Kura Banian, Kabupaten Kotabaru,
Kalimantan Selatan
Sejak kasus pertama Demam Berdarah Dengue (DBD)
muncul di Indonesia pada tahun 1968, DBD menyebar di
seluruh provinsi di Indonesia. Yogyakarta (DIY)
termasuk salah satu provinsi dengan Incident Rate (IR)
Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016; yang menunjukkan peningkatan setiap tahun, khususnya
Hal 39–44
di kecamatan Umbulharjo. Banyak upaya telah dilakukan
untuk mengurangi kejadian kasus DBD tetapi kasus DBD
Wilayah kerja Puskesmas Banian Kabupaten Kotabaru masih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merupakan lokasi endemis malaria dengan nilai API mementuk jumantik anak dan untuk menentukan
(Annual Parasite Incidence) pada tahun 2014 sebesar tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti sebelum dan
241,19‰ dimana kasus malaria hampir seluruhnya sesudah dibentuknya jumantik anak. Metode yang
berasal dari beberapa tambang emas ilegal di lereng digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
Gunung Banian. Vektor malaria memiliki peranan yang semu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
cukup penting dalam penularan malaria sekaligus perbedaan kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan
pengendalian malaria di suatu daerah, untuk itu perlu
sesudah dibentuknya jumantik anak. Jumantik anak
memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada jumantik
dewasa. Mereka dapat memantau kepadatan Ae. aegypti
saat bermain dan melakukan bersama-sama dengan
teman-teman mereka. Melalui hal itu diharapkan dapat
mengurangi kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan kasus
DBD dapat dikurangi. Kesimpulan ada perbedaan
kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan sesudah
dibentuknya jumantik anak.
Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, jumantik cilik,
kader
________________________________________________________________
NLM : WC810
.Kendali optimal untuk meminimalkan pertumbuhan
cacing S. japonicum adalah dengan pemberian obat dalam
dosis 20 mg dan memberikan hasil yang efektif, dilihat
dari jumlah cacing dewasa dalam tubuh manusia yang
mengalami penurunan dan akan habis setelah dilakukan
pengobatan selama enam bulan sehingga siklus hidup
cacing S. japonicum dapat dikendalikan.
Kata kunci : kendali optimal, prinsip minimum
Pontryagin, Schistosoma japonicum
_________________________________________________________________
NLM : WC810
Anis Nurwidayati
(Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI )
Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar
(Program Studi Matematika, Jurusan Matematika FMIPA,
Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma
Universitas Tadulako )
japonicum
Kendali Optimal Model Siklus Hidup Cacing Schistosoma
Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016;
japonicum dengan Prinsip Minimum Pontryagin
Hal 59–64
Jurnal Vektor Penyakit Vol. 10 No. 2, Desember 2016; Schistosomiasis menginfeksi 261 juta orang di 78 negara
Hal 51–58
dengan 600 juta orang berisiko terinfeksi. Schistosomiasis
di Indonesia disebabkan cacing trematoda darah
Schistosomiasis adalah salah satu penyakit menular yang Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong
disebabkan oleh cacing darah trematoda dari genus Oncomelania hupensis lindoensis. Pengendalian
Schistosoma. Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan schistosomiasis dilakukan dengan pengelolaan linkungan
oleh cacing Schistosoma japonicum. Penelitian ini maupun pengobatan dengan praziquantel. Penggunaan
mengkaji secara matematis kendali optimal siklus hidup obat yang berlangsung terus menerus berpotensi untuk
cacing S. japonicum. Pengendalian dilakukan dengan terjadinya resistensi. Berdasarkan hal tersebut
pemberian obat pada manusia yang terjangkit diperlukan adanya vaksin anti schistosomiasis sebagai
schistosomiasis. Kendali optimal ditentukan dengan strategi pengendalian schistosomiasis di masa depan.
prinsip minimum Pontryagin. Hasil penelitian Review ini bertujuan untuk menggambarkan beberapa
menunjukan bahwa sebelum pemberian obat, banyaknya kandidat vaksin terhadap S. japonicum dengan tingkat
cacing dewasa mengalami peningkatan hingga mencapai efikasinya. Metode penulisan ini menggunakan
4700 ekor pada hari ke 80, selanjutnya menurun hingga p e n e l u s u ra n l i t e ra t u r i l m i a h t e r k a i t va k s i n
4500 ekor pada hari ke 100. Penurunan banyaknya cacing schistosomiasis. Berbagai protein kandidat vaksin
dewasa terus berlanjut hingga stabil mulai hari ke 140 schistosomiasis yang sudah diteliti menunjukkan tingkat
sebanyak 4400 ekor. Hasil tersebut menunjukan bahwa efikasi yang bervariasi dan belum ada yang paling
schistosomiasis bersifat menetap (endemik). Untuk potensial. Meskipun pengembangan vaksin anti
mengoptimalkan pertumbuhan cacing S. japonicum schistosomiasis cukup sulit, namun upaya tersebut harus
dilakukan pengendalian dengan parameter ρ (dosis obat tetap dilakukan.
praziquantel) menggunakan prinsip minimum
Pontryagin diperoleh persamaan kendali
Kata kunci: schistosomiasis, Schistosoma japonicum,
ì æ
æ l W ö öü
r t ) = min í20, çç maksç 1 ÷,60 ÷÷ý
è L ø øþ
î è
vaksin
_________________________________________________________________