morfologi and siklus hidup udang.docx
JUDUL RINGKASAN
; UDANG (Caridea)
NAMA MAHASISWA
: PUTRI AMALGA
NIM
: AK816059
SEMESTER
: IV
KELAS
:B
MATA KULIAH
: PARASITOLOGI III
PROGRAM STUDI
: DIII ANALIS KESEHATAN
DOSEN
: PUTRI KARTIKA SARI M.SI
1.1 Morfologi Udang
Udang merupakan binatang berair yang hidup di laut, sungai, dan danau, hanya beberapa
spesies tertentu. Udang dijadikan sebagai hasil perikanan yang sering dikonsumsi karena
kandungan gizinya. Jenis udang sangat banyak, ada yang berukuran besar maupun kecil.
Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan sebanyak 343 spesies yang potensial
secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies termasuk didalam famili Penaidae. Udang
digolongkan kedalam Filum Arthropoda dan merupakan Filum terbesar dalam Kingdom
Animalia.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan.
Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13
ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen
terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki
renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan
satu telson yang berbentuk runcing.
Bagian
Kepala
Bagian kepala
dilindungi
oleh cangkang
kepala
atau
Carapace.
Bagian depan
meruncing dan
melengkung
membentuk
huruf S yang
disebut cucuk
kepala
atau
rostrum. Pada
bagian
atas
rostrum
terdapat
7
gerigi
dan
bagian
bawahnya 3
gerigi untuk P monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
1. Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
2. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat.
3. Sepasang sungut besar atau antena.
4. Dua pasang sungut kecil atau antennula.
5. Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
6. Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
7. Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit
yang dinamakan chela.
8. Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian Badan dan Perut
(Abdomen) tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis.
Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan
ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk
menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada
bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus
(intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam. Tubuh udang
mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang antenula bagian dalam dan
luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae (periopod), lima pasang pleopod, sepasang
telson dan uropod.
Berikut ini adalah bagian-bagian utama tubuh yang menjadi ciri-ciri udang:
1.
Cephalothorax bagian dorsal tertutup karapaks, terdiri atas delapan segmen.
2.
Ujung depan terdapat rostrum, di kanan kirinya terdapat mata yang bertangkai.
Mulut dibagian ventral depan.
3.
Abdomen terdiri atas enam segmen dengan perluasan pada segmen terakhir yang
disebut telson.
Ekstremitas terdiri atas:
1.
Antena dan antenula sebagai alat indera
2.
Mandibula dan maxilla (rahang) yang berfungsi untuk mengunyah makanan dan
mengalirkan air.
3.
Chilepes, yaitu kaki yang paling depan, merupakan kaki terbesar dan ujungnya
membentuk capit (chela) untuk menyerang, bertahan, dan sebagai alat peraba.
4.
Empat pasang kaki yang sebenarnya berfungsi untuk bergerak, memegang
makanan, dan membersihkan tubuh.
5.
Extremitas pada abdomen berfungsi untuk menimbulkan aliran air, membantu
fertilisasi (perkawinan), dan untuk memelihara telur serta anak-anaknya.
6.
Extremitas terakhir disebut uropodium dengan telson yang berfungsi untuk
berenang mundur.
Sistem Pencernaan Udang
Susunan alat pencernaan pada udang sudah seperti kelengkapan pada hewan tingkat tinggi.
Adapun
alur
pencernaan
pada
udang
ialah:
Mulut > Kerongkongan > Lambung dengan kelenjar penceraan > Usus > Rektum > Anus
Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada udang ialah sebagai berikut: jantung memompa darah
keseluruh tubuh melalui arteri dan kembali ke jantung lagi setelah melalui insang.
Pertukaran oksigen dengan karbondioksida terjadi ketika berada di di dalam insang. Darah
berfungsi untuk mengedarkan oksigen, karbondioksida, mengedarkan zat makanan, dan
mengangkut urea ke alat ekskresi.
Sistem Saraf Udang
Sistem saraf pada udang menyerupai sistem saraf yang terdapat pada cacing tanah. Udang
memiliki mata facet yang mana merupakan indera yang berkembang dengan baik dan
terdiri dari bagian yang disebut facet.
Tiap-tiap facet merupakan sebuah kesatuan indera penglihatan yang disebut ommatidium.
Ommatidium terdiri dari kornea, dua buah sel korneagen (sel pembentuk kornea), konus
kristalinus, dua sel retinula, dan serabut saraf. Satu mata facet terdiri dari kurang ebih 2.500
ommatidium
Sistem Perkembangbiakan Udang
Sistem perkembangbiakan udang bersifat gonokris, namun bisa ditemui adanaya dua jenis
perkembangbiakan yakni jantan dan betina.
Telur yang dihasilkan akan disimpan pada ektremitas abdomen dan akan menetas sesudah
5-8 minggu. Larva yang terbentuk lalu akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) hingga
berulang-ulang kali hingga dewasa.
Daya Regenerasi Udang
Daya regenerasi udang hanya terjadi di organ-organ tertentu saja dan berjalan lambat. Kulit
baru, saat ekdisis bertekstur sangat lunak disebabkan masih awal masa pertumbuhan.
Seiring berjalan waktu kulit tersebut akan mengeras dengan bertambahnya kandungan
garam kalsium karbonat di dalamnya. Jika sudah mengeras, maka hampir bisa dipastikan
tidak terjadi pertumbuhan.
1.2 Siklus Hidup
Siklus hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat yang berbeda
pada setiap tahapan. Udang melakukan pemijahan di perairan yang relatif dalam. Setelah
menetas, larvanya yang bersifat planktonis terapung-apung dibawa arus, kemudian
berenang mencari air dengan salinitas rendah disekitar pantai atau muara sungai. Di
kawasan pantai, larva udang tersebut berkembang. Menjelang dewasa, udang tersebut
beruaya kembali ke perairan yang lebih dalam dan memiliki tingkat salinitas yang lebih
tinggi, untuk kemudian memijah. Tahapan-tahapan tersebut berulang untuk membentuk
siklus hidup. Udang penaeid dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
beberapa fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan udang
dewasa
setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Saat
stadium post larva bergerak ke daerah dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di
daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu
yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di
daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel
kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi.
1.3 Epidemiologi
Penyakit bercak putih viral yang disebabkan oleh WSSV menjadi kendala utama di tambak
udang, terutama tambak udang windu tradisional di Indonesia. Terkait dengan aspek
pengendalian penyakit yang disebabkan oleh WSSV telah dilakukan penelitian untuk
mengetahui prevalensi WSSV pada tambak tradisional udang windu di wilayah kabupaten
Demak, uji transmisi WSSV, dan Uji pengendalian penularan WSSV dengan penerapan
BMP klaster dan tambak penyanggah. Metode yang diterapkan adalah lintas seksional,
dengan pengambilan sampel sebanyak 90 tambak yang mewakili kawasan tambak yang
termasuk kategori aktif berproduksi. Transmisi WSSV serta kemungkinan trisipan sebagai
karier bagi WSSV dilakukan melalui uji kohabitasi dan ingesti secara laboratorium.
Penelitian ini juga menentukan waktu konsentrasi lethal yang mengakibatkan kematian
50% populasi udang. Pengujian teknik budidaya untuk mengetahui efektifitas
mengendalian transmisi WSSV di tambak tradisional dilakukan pada tambak udang windu
tradisional dengan model klaster dan dikelilingi tambak buffer berupa tambak berisi nonudang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi tambak terserang WSSV adalah
antara 65,6% (CI=55,7% - 75,4%). Faktor yang mempengaruhi kejadian WSSV adalah
pemilihan benih (Koefesien=1,517; P < 0,049; Odd ratio (OR)=4,56), luas tambak
(Koefisisen=0,0002; P
; UDANG (Caridea)
NAMA MAHASISWA
: PUTRI AMALGA
NIM
: AK816059
SEMESTER
: IV
KELAS
:B
MATA KULIAH
: PARASITOLOGI III
PROGRAM STUDI
: DIII ANALIS KESEHATAN
DOSEN
: PUTRI KARTIKA SARI M.SI
1.1 Morfologi Udang
Udang merupakan binatang berair yang hidup di laut, sungai, dan danau, hanya beberapa
spesies tertentu. Udang dijadikan sebagai hasil perikanan yang sering dikonsumsi karena
kandungan gizinya. Jenis udang sangat banyak, ada yang berukuran besar maupun kecil.
Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan sebanyak 343 spesies yang potensial
secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies termasuk didalam famili Penaidae. Udang
digolongkan kedalam Filum Arthropoda dan merupakan Filum terbesar dalam Kingdom
Animalia.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan.
Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13
ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen
terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki
renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan
satu telson yang berbentuk runcing.
Bagian
Kepala
Bagian kepala
dilindungi
oleh cangkang
kepala
atau
Carapace.
Bagian depan
meruncing dan
melengkung
membentuk
huruf S yang
disebut cucuk
kepala
atau
rostrum. Pada
bagian
atas
rostrum
terdapat
7
gerigi
dan
bagian
bawahnya 3
gerigi untuk P monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
1. Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
2. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat.
3. Sepasang sungut besar atau antena.
4. Dua pasang sungut kecil atau antennula.
5. Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
6. Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
7. Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit
yang dinamakan chela.
8. Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian Badan dan Perut
(Abdomen) tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis.
Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan
ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk
menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada
bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus
(intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam. Tubuh udang
mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang antenula bagian dalam dan
luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae (periopod), lima pasang pleopod, sepasang
telson dan uropod.
Berikut ini adalah bagian-bagian utama tubuh yang menjadi ciri-ciri udang:
1.
Cephalothorax bagian dorsal tertutup karapaks, terdiri atas delapan segmen.
2.
Ujung depan terdapat rostrum, di kanan kirinya terdapat mata yang bertangkai.
Mulut dibagian ventral depan.
3.
Abdomen terdiri atas enam segmen dengan perluasan pada segmen terakhir yang
disebut telson.
Ekstremitas terdiri atas:
1.
Antena dan antenula sebagai alat indera
2.
Mandibula dan maxilla (rahang) yang berfungsi untuk mengunyah makanan dan
mengalirkan air.
3.
Chilepes, yaitu kaki yang paling depan, merupakan kaki terbesar dan ujungnya
membentuk capit (chela) untuk menyerang, bertahan, dan sebagai alat peraba.
4.
Empat pasang kaki yang sebenarnya berfungsi untuk bergerak, memegang
makanan, dan membersihkan tubuh.
5.
Extremitas pada abdomen berfungsi untuk menimbulkan aliran air, membantu
fertilisasi (perkawinan), dan untuk memelihara telur serta anak-anaknya.
6.
Extremitas terakhir disebut uropodium dengan telson yang berfungsi untuk
berenang mundur.
Sistem Pencernaan Udang
Susunan alat pencernaan pada udang sudah seperti kelengkapan pada hewan tingkat tinggi.
Adapun
alur
pencernaan
pada
udang
ialah:
Mulut > Kerongkongan > Lambung dengan kelenjar penceraan > Usus > Rektum > Anus
Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada udang ialah sebagai berikut: jantung memompa darah
keseluruh tubuh melalui arteri dan kembali ke jantung lagi setelah melalui insang.
Pertukaran oksigen dengan karbondioksida terjadi ketika berada di di dalam insang. Darah
berfungsi untuk mengedarkan oksigen, karbondioksida, mengedarkan zat makanan, dan
mengangkut urea ke alat ekskresi.
Sistem Saraf Udang
Sistem saraf pada udang menyerupai sistem saraf yang terdapat pada cacing tanah. Udang
memiliki mata facet yang mana merupakan indera yang berkembang dengan baik dan
terdiri dari bagian yang disebut facet.
Tiap-tiap facet merupakan sebuah kesatuan indera penglihatan yang disebut ommatidium.
Ommatidium terdiri dari kornea, dua buah sel korneagen (sel pembentuk kornea), konus
kristalinus, dua sel retinula, dan serabut saraf. Satu mata facet terdiri dari kurang ebih 2.500
ommatidium
Sistem Perkembangbiakan Udang
Sistem perkembangbiakan udang bersifat gonokris, namun bisa ditemui adanaya dua jenis
perkembangbiakan yakni jantan dan betina.
Telur yang dihasilkan akan disimpan pada ektremitas abdomen dan akan menetas sesudah
5-8 minggu. Larva yang terbentuk lalu akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) hingga
berulang-ulang kali hingga dewasa.
Daya Regenerasi Udang
Daya regenerasi udang hanya terjadi di organ-organ tertentu saja dan berjalan lambat. Kulit
baru, saat ekdisis bertekstur sangat lunak disebabkan masih awal masa pertumbuhan.
Seiring berjalan waktu kulit tersebut akan mengeras dengan bertambahnya kandungan
garam kalsium karbonat di dalamnya. Jika sudah mengeras, maka hampir bisa dipastikan
tidak terjadi pertumbuhan.
1.2 Siklus Hidup
Siklus hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat yang berbeda
pada setiap tahapan. Udang melakukan pemijahan di perairan yang relatif dalam. Setelah
menetas, larvanya yang bersifat planktonis terapung-apung dibawa arus, kemudian
berenang mencari air dengan salinitas rendah disekitar pantai atau muara sungai. Di
kawasan pantai, larva udang tersebut berkembang. Menjelang dewasa, udang tersebut
beruaya kembali ke perairan yang lebih dalam dan memiliki tingkat salinitas yang lebih
tinggi, untuk kemudian memijah. Tahapan-tahapan tersebut berulang untuk membentuk
siklus hidup. Udang penaeid dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
beberapa fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan udang
dewasa
setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Saat
stadium post larva bergerak ke daerah dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di
daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu
yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di
daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel
kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi.
1.3 Epidemiologi
Penyakit bercak putih viral yang disebabkan oleh WSSV menjadi kendala utama di tambak
udang, terutama tambak udang windu tradisional di Indonesia. Terkait dengan aspek
pengendalian penyakit yang disebabkan oleh WSSV telah dilakukan penelitian untuk
mengetahui prevalensi WSSV pada tambak tradisional udang windu di wilayah kabupaten
Demak, uji transmisi WSSV, dan Uji pengendalian penularan WSSV dengan penerapan
BMP klaster dan tambak penyanggah. Metode yang diterapkan adalah lintas seksional,
dengan pengambilan sampel sebanyak 90 tambak yang mewakili kawasan tambak yang
termasuk kategori aktif berproduksi. Transmisi WSSV serta kemungkinan trisipan sebagai
karier bagi WSSV dilakukan melalui uji kohabitasi dan ingesti secara laboratorium.
Penelitian ini juga menentukan waktu konsentrasi lethal yang mengakibatkan kematian
50% populasi udang. Pengujian teknik budidaya untuk mengetahui efektifitas
mengendalian transmisi WSSV di tambak tradisional dilakukan pada tambak udang windu
tradisional dengan model klaster dan dikelilingi tambak buffer berupa tambak berisi nonudang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi tambak terserang WSSV adalah
antara 65,6% (CI=55,7% - 75,4%). Faktor yang mempengaruhi kejadian WSSV adalah
pemilihan benih (Koefesien=1,517; P < 0,049; Odd ratio (OR)=4,56), luas tambak
(Koefisisen=0,0002; P