STUDI PERILAKU DINDING BATA DENGAN TIGA PEMBATAS PADA STRUKTUR PORTAL BETON BERTULANG

STUDI PERILAKU DINDING BATA DENGAN TIGA PEMBATAS PADA STRUKTUR PORTAL BETON BERTULANG

  1 1*

  H. K RISTIJANTO , D.

  I RANATA

1 Jurusan Teknik Sipil, FTSP - ITS Surabaya,

  • E-mail: iranata_data@yahoo.com

  

AbstrakDinding bata yang terbuat dari batu bata dan mortar mempunyai kekuatan

dan kekakuan tertentu yang dapat berfungsi sebagai komponen struktural terutama pada bangunan sederhana. Pada penelitian ini dilakukan analisa perilaku dinding bata dengan

tiga pembatas pada struktur portal beton bertulang. Dinding dengan tiga pembatas

memiliki arti dinding yang dibatasi oleh dua buah kolom pada sisi kanan dan kiri serta sebuah balok pada sisi bawah. Sehingga pada sisi atas dinding terdapat bukaan yang dapat digunakan sebagai jendela. Dalam studi ini dibuat tiga buah model portal struktur beton bertulang satu lantai dengan tinggi 3.2 m, serta lebar bervariasi yaitu 4 m, 3 m, dan 2 m. Sedangkan tinggi dinding bata diasumsikan setengah dari tinggi portal, yaitu 1.6 m. Ketebalan dinding diasumsikan sebagai susunan satu bata dan setengah bata. Pada analisa struktur, dinding bata pengisi dimodelkan sebagai bracing tekan. Hasil studi menunjukan bahwa struktur dengan dinding pengisi batu bata memiliki nilai daktilitas yang lebih baik dan kapasitas base shear yang lebih baik dibandingkan dengan struktur open frame. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur dengan dinding pengisi batu bata memiliki perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan struktur open frame. Oleh karena itu kekuatan dan kekakuan dinding bata pengisi perlu diperhatikan sebagai komponen struktural.

  Kata Kunci— dinding bata, portal beton bertulang, daktilitas.

1. PENDAHULUAN Perilaku portal dengan dinding bata

  terhadap pembebanan lateral telah lama Fungsi dinding bata sebagai komponen diselidiki, misalnya Holmes (1961), Smith non-struktural dalam peraturan tingkat (1966), Dawe dan Sheah (1989), Mehrabi dkk.

  Nasional (SNI 03-2847 2002) mengakibatkan (1996), Mehrabi dan Shing (1997), serta pengaruh kekuatan dan kekakuan dinding bata Madan dkk. (1997). Dari beberapa penelitian sering tidak diperhitungkan dalam yang ada, pemodelan dinding bata sebagai perencanaan suatu bangunan. Pada bracing tekan yang diteliti oleh Saneinejad dan kenyataannya, dinding bata yang tersusun oleh Hobbs (1995) dinilai paling sederhana namun material batu bata dan mortar memiliki nilai representatif. Untuk lebih mudah menganalisa kekuatan dan kekakuan serta berpengaruh perilaku non – linier, maka dilakukan cukup signifikan terutama pada bangunan penggunaan analisa beban dorong statik (static rumah sederhana dan bertingkat rendah (dua pushover analysis) pada struktur portal beton lantai). bertulang dengan bata. Hal tersebut dimungkinkan, sebab beberapa program komputer seperti SAP 2000 dan ETABS telah mempunyai kemampuan untuk melakukan analisa tersebut (Lumantarna 2008).

  Dari latar belakang tersebut, dalam studi ini akan dianalisa bagaimana perilaku dinding bata pada struktur beton bertulang dengan mengasumsikannya sebagai bracing tekan. Bracing tekan tersebut merupakan representasi dari luasan dinding bata yang akan dianalisa. Pada studi ini akan dilakukan analisa struktur beton bertulang dengan dinding bata yang mempunyai tiga pembatas. Dinding dengan tiga pembatas memiliki arti dinding yang dibatasi oleh dua buah kolom pada sisi kanan dan kiri serta sebuah balok pada sisi bawah. Sehingga pada sisi atas dinding terdapat bukaan yang dapat digunakan sebagai jendela. Studi ini sendiri merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya, yaitu tentang dinding bata dengan empat pembatas (Iranata, dkk. 2012).

2. TINJAUAN PUSTAKA

  Pada studi ini akan didesain struktur beton bertulang dengan tinggi 3.2 m dan lebar bervariasi mulai dari 2 m, 3 m sampai 4 m. Sedangkan tinggi dinding bata diasumsikan setengah dari tinggi portal, yaitu 1.6 m. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan desain struktur yang mewakili desain rumah sederhana pada umumnya di Indonesia. Umumnya susunan yang sering digunakan di Indonesia adalah susunan dinding setengah bata, namun tidak menutup kemungkinan digunakan juga susunan dinding satu bata. Karena kedua jenis susunan dinding ini memiliki kekuatan yang berbeda maka kedua jenis susunan dinding tersebut akan dianalisa juga perilakunya pada penelitian ini. Parameter yang ditinjau adalah kapasitas dan daktilitas struktur menggunakan evaluasi kinerja dengan pushover analysis. Software bantu untuk menghitung pushover analysis menggunakan SAP2000. Untuk nilai kuat tekan batu bata (f bc ) dan mortar (f mc ), juga nilai modulus elastisitas (E) dari mortar akan dilakukan penelitian di laboratorium terlebih dahulu.

  2.1. ANALISA BEBAN DORONG

  Analisa beban dorong statik (static pushover analysis) adalah dimana struktur didorong secara bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali hingga beberapa komponen struktur mengalami leleh dan berdeformasi inelastis dan satu target perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai. Pada dasarnya dalam analisa kinerja ini dilakukan perbandingan antara kapasitas (capacity) dengan kebutuhan (demand). Bila kapasitas struktur lebih besar dari kebutuhan, maka kinerja yang disyaratkan dapat dicapai. Grafik yang menyatakan hubungan antara beban geser total (base shear) dengan displacement pada puncak bangunan dinamakan kurva kapasitas (capacity curve). Dalam proses membandingkan kapasitas dan kebutuhan, ada beberapa cara yang dapat digunakan, tetapi saat ini yang banyak digunakan adalah cara yang dinamakan Capacity Spectrum Method (CSM). Seluruh proses evaluasi ini dapat dilakukan secara dengan menggunakan program SAP2000. Prosedur analisa secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

  2.2. DINDING BATA

  Pada struktur rumah sederhana pendefinisian properti sendi plastis juga perlu dilakukan pada dinding bata (Chung dkk. 2006). Beberapa peneliti yang telah melakukan analisa perilaku nonlinier dinding bata adalah Chen (2003) dan Tu dkk. (2006). Chen (2003) menyatakan bahwa dinding bata dapat disimulasikan sebagai bresing tekan dengan

  7

  2 cos b T d L d A =

  − = b W b H

     

  (2)    

  2 b H b W d L + =

  2

  (1)

  φ λ

  (3)

  3

  3

  2

  dimensi yang ekivalen dengan dimensi dinding bata, seperti terlihat pada Gambar 2.

  2

  3

  5 b W b H b W b H b H b W

  1 φ tan

  • =

  3

  (4) dimana L

  pada dinding bata (Chen 2003)

  V Gambar 3: Kurva hubungan gaya-perpindahan

  V n

  ∆ u r

  adalah lebar dinding bata (mm), yaitu .

     ≤ b W b H

     

  2 5 . ≤ 

  .

  adalah tinggi dinding bata (mm), dan W b

  ν diambil sebagai 0.15, H b

  adalah panjang dari dinding bata (mm), T b adalah ketebalan dinding bata (mm),

  d

  ν ν ν λ

  b) Deformasi bresing tekan yang ekivalen dengan dinding bata akibat beban lateral Gambar 2: Simulasi model dinding bata

   

       

       

     

  Gambar 1: Prosedur Analisa Kinerja

  4

  Δ

  2

  V Δ u

  V n A d Ø

  4

  (a) (b)

  a) Deformasi dinding bata akibat beban lateral

  2

2.2. DINDING BATA

  P P P Portal beton bertulang Dinding bata + interaksi dinding bata dan portal = + Portal beton bertulang + dinding bata + interaksi dinding bata dan portal = + Δ Δ Δ

  Gambar 5: Susunan dinding tipe setengah bata Gambar 4: Perilaku dinding bata pada portal beton bertulang (Tu dkk. 2006)

  Chen (2003) juga menyatakan bahwa kurva hubungan gaya-perpindahan pada dinding bata hanya mempunyai dua titik kritis, yaitu titik puncak dan titik residu (Gambar 3). Tu dkk.

  Gambar 6: Susunan dinding tipe satu bata (2006) menambahkan bahwa perilaku dinding bata merupakan kombinasi dari tiga macam

  Kekuatan utama dari dinding bata dengan perilaku, yaitu perilaku portal beton bertulang, 4 pembatas dijelaskan oleh persamaan berikut: perilaku dinding bata, dan perilaku interaksi

  = ⋅ ⋅ ⋅ +

  V T W τ H α f (7) n b ( b f 2 mbt )

  antara dinding bata dengan portal beton dimana: bertulang, sebagaimana tampak pada Gambar '

  H H W

  = min( , )

  b b b 4.

  ............................ (8)

  Untuk kekuatan dan deformasi dinding

  H = W tan θ 1 b ................................... (9)

  bata ditentukan oleh kegagalan strut diagonal dinding bata, θ, yang juga dipengaruhi oleh

  H = ⋅ W θ ≤ H 2 b b . 5 tan .................... (10)

  jenis susunan dinding bata (Gambar 5 dan

  N Gambar 6).

  Nilai θ untuk jenis susunan = f f

  

τ

f mc mc . 0258 ( ) . 885 ( . 654 . 00515 ) A d tersebut dapat dilihat pada persamaan berikut.

  .......................................................... (11) (Chen 2003) . 338

  . 232 f = f

  ( )

  • 2 h g mbt mc

  ( ) ......................... (12) h Setengah bata : tan ...............

  θ =

  22 f l g

  • f = . bt bc

  ..................................... (13) v

  α and β adalah koefisien kekuatan, keduanya ............................................................... (5)

  diambil sebesar 0.45

  • 2 h g

  ( ) h Satu bata : tan θ = ....................

f

mbt adalah kekuatan tarik dinding batu bata

  • w l 2 g

  v

  (MPa)

  ............................................................... (6)

f

bt adalah kekuatan tarik batu bata (Mpa)

  dimana l, w, dan h adalah panjang, lebar,

  f mc adalah kekuatan tekan mortar (Mpa)

  dan tinggi batu bata, masing-masing (mm); g h

  f bc

  adalah kekuatan tekan bata (Mpa) dan g v adalah tebal horisontal dan vertikal

  N adalah beban aksial bracing tekan (N) mortar (mm).

  Perpindahan ultimate dari dinding bata ditentukan oleh persamaan berikut:

  N

  ∆ = λ (14)

  u E T u b

  dimana: modulus elastisitas dinding bata

  E = u

  (MPa) Karena komponen dinding bata memiliki dua titik kritis, yaitu titik ultimate dan titik

  3200 mm

  sisa. Maka kekuatan residu dari dinding bata dapat dihitung dengan rumus berikut:

6 V (15)

  r f b b n

  V T W = τ ⋅ ⋅ ≤ .

3. EVALUASI KINERJA STRUKTUR

  Gambar 8: Pemodelan dinding bata 3 pembatas

3.1. MODEL PARAMETER

  Pada penelitian ini terdapat variabel susunan dinding bata yang berbeda yaitu Tabel 1: Rekapitulasi 9 macam pemodelan susunan satu bata dan setengah bata. Hal ini dinding bata diperlukan karena kedua tipe susunan tersebut

  Lebar Tebal

  memiliki nilai kekuatan dan kekakuan yang Model Portal Tipe Struktur

  Dinding (m)

  berbeda. Dinding bata sendiri akan

  4 open frame - M 40

  dimodelkan sebagai bracing tekan yang

  dinding bata satu

  merupakan representasi dari luasan dinding

  M 41

  4 3 pembatas bata

  bata tersebut. Sekali lagi, pada studi ini dibuat

  dinding bata setengah

  tiga buah model portal struktur beton bertulang

  M 42

  4 3 pembatas bata

  satu lantai dengan tinggi 3.2 m, serta lebar

  3 open frame - M 30

  bervariasi yaitu 4 m, 3 m, dan 2 m. Sedangkan

  dinding bata satu M 31

  3

  tinggi dinding bata diasumsikan setengah dari

  3 pembatas bata

  tinggi portal, yaitu 1.6 m. Pemodelan portal

  dinding bata setengah M 32

  3

  beton bertulang dengan dinding bata dapat

  3 pembatas bata dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. 2 open frame - M 20 dinding bata satu

  M 21

  2 3 pembatas bata dinding bata setengah M 22

  2 3 pembatas bata 3200 mm 1600 mm

  Gambar 7: Dinding bata dengan 3 pembatas

0.17 Baja

  3.2. SENDI PLASTIS PADA BALOK, KOLOM DAN DINDING BATA

  1 D n r

0.3 Dinding

  Dalam melakukan evaluasi kinerja struktur portal beton bertulang dengan dinding, maka perlu dilakukan pendefinisian sendi plastis plastis pada masing-masing komponen. Untuk komponen balok dan kolom properti sendi plastis dapat diambil dari FEMA-356 (2000). Sedangkan untuk dinding bata akan diinputkan parameter non-linier non-default hinge properties pada SAP2000 berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Properti sendi plastis untuk dinding bata diberikan pada bagian tengah bentang bracing tekan. Detail parameter sendi plastis pada komponen dinding bata dapat dilihat pada Tabel 3.

  Table 3: Parameter model nonlinier dinding bata

  Points Force/SF Displacement/SF A B

  0.8 C

  1

  1.1 E n r

  V V

  1. Sedangkan untuk material parameter yang akan digunakan pada penelitian ditampilkan secara ringkas pada Tabel 2.

  V V

  10

  3.3. HASIL EVALUASI KINERJA STRUKTUR

0.15 Hasil dari analisa tersebut akan

  Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja antara struktur dengan bracing tekan dan struktur open frame. Kinerja struktur dapat dilihat melalui kurva kapasitas spektrum dari tiap – tiap model. Ringkasan hasil yang menunjukkan nilai daktilitas dan kinerja struktur dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil analisa pushover tersebut dapat ditarik beberapa ringkasan sebagai berikut :

  dibandingkan dengan perilaku struktur portal rangka terbuka. Dengan demikian, terdapat 9 macam model struktur portal yang dianalisa pada penelitian ini. Rekapitulasi dari permodelan tersebut dapat dilihat pada Tabel

  Tabel 2: Material model parameter

  320 MPa Modulus Elastisitas s

  Tipe Material Parameter Symbol Nilai Beton Kuat Tekan ' c f

  20 MPa Modulus Elastisitas c

  E 21019 MPa

  Poisson’s rasio c

  ν

  tulangan Tegangan leleh y f

  E 200000 MPa

  ν

  Poisson’s ratio s

  ν

  bata Kuat Tekan Mortar mc f

  10 MPa Kuat Tekan Batu Bata bc f

  7 MPa Modulus Elastisitas b

  E 2237 Mpa

  Poisson’s ratio b

  • Semua pemodelan memenuhi syarat daktilitas parsial, yaitu lebih besar dari 3.0. (SNI-1726-2002)
  • Nilai daktilitas struktur portal dengan lebar 4 m lebih besar daripada nilai daktilitas struktur portal dengan lebar 3 m, serta struktur portal lebar 2 m memiliki nilai daktilitas terkecil.
  • Struktur portal dengan dinding bata pengisi mempunyai nilai daktilitas yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur open frame. Nilai daktilitas
pada struktur dinding bata tidak dapat mencapai daktilitas penuh, hal ini disebabkan adanya dinding bata yang mampu menahan pergoyangan kolom. Nilai daktilitas maksimal yang bisa dicapai hanya sekitar 5.2 (daktilitas parsial), dimana masih lebih kecil dari 5.3 yang merupakan syarat minimum dari daktilitas penuh.

  • Pada saat mencapai performance point, base shear yang dihasilkan struktur dengan dinding bata pengisi melebihi nilai struktur open frame, nilainya mampu naik hingga dua kali lipat. Untuk struktur dengan dinding bata tebal satu batu memiliki base shear yang lebih tinggi daripada struktur dengan tebal dinding setengah batu.
  • Hasil kinerja struktur baik pada open frame maupun dengan bracing tekan masih berada pada level di bawah Immediate Occupancy. Tabel 4: Hasil Analisa Pushover

  Mode l Δy (mm) Δu (mm) Daktilita s (μ) Base shear (kN) Kategor i Step akhi r M 40

  13.0

  IO (Immediate Occupancy).

  77.1

  2 Evaluasi kapasitas model struktur baik yang open frame maupun dengan bracing tekan menunjukkan hasil yang telah memenuhi syarat, hal ini dapat dilihat dari kinerja struktur ketika mencapai performance point, keseluruhan model mencapai range B (yield point) to

  1 Berdasarkan hasil pushover, semua model baik portal dengan lebar 4 m, 3 m, dan 2 m, memenuhi syarat nilai daktilitas parsial. Dari hasil perbandingan variasi dinding bata yang ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai daktilitas suatu struktur dipengaruhi oleh luasan dan tebal dinding bata. Semakin besar dan tebal sebuah dinding semakin besar pula nilai kekakuan dan kekuatannya mempengaruhi sebuah struktur beton bertulang.

  Dari hasil analisa struktur dan evaluasi kinerja pada struktur beton bertulang dengan dinding bata pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

  4. KESIMPULAN

16 M 41

  10.39

  12.8

  76.6

  9 5.6312 3.335 B – IO

  20 M 21

  13.1

  3

  68.9

  4 5.2506 7.195 B – IO

  23 M 22

  9

  13.6

  67.3

  2 5.2227 5.503 B – IO

  21

  66.7

  3

  12.7

  2 5.9096 5.100 B – IO

  5

  3 Hasil studi menunjukan bahwa struktur dengan dinding pengisi batu bata memiliki nilai daktilitas yang lebih kecil namun kapasitas base shear yang mampu diterima lebih besar bila dibandingkan dengan struktur open frame. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan dinding bata memiliki pengaruh yang cukup signifikan pada suatu sistem struktur bangunan.

  2

  26 M 20

  8 B – IO

  76.5

  19 M 42

  12.3

  2

  64.2

  9 5.2183 8.417 B – IO

  17 M 30

  13.2

  5

  3 5.7758 4.196 B – IO

  5 5.2113 7.041 B – IO

  17 M 31

  12.9

  9

  67.8

  7 5.2248 9.604 B – IO

  6 5.2443

  12.5

  4

  65.3

  24 M 32

UCAPAN TERIMA KASIH

  Studi ini merupakan bagian dari penelitian dengan judul “Rancang Bangun Rumah Sederhana Tahan Gempa dengan Memperhitungkan Kontribusi Kekuatan Dinding Bata”, Program Hibah Penelitian

  Mehrabi, A.B., Shing, P.B., Schuller, M.P., Noland, J.L. (1996), “Experimental Evaluation of Masonry-Infilled RC Frames”, Journal of Structural Engineerin., ASCE, 122(3), 228-237.

  Assessment on School Buildings in Taiwan”, Proceeding of 4th International Conference on Earthquake Engineering, No. 147, Taipei.

  ASCE, 92, 381 – 403. Tu, Y.H., Hwang, S.J., and Chiou, T.C. (2006), “In-Site Pushover Tests and Seismic

  SNI 03-1726 (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum . Smith, B.S. (1966), “Behavior of Square Infilled Frames” Journal of Structural Engineering,

  Structural Engineering, ASCE, 121(4), 634- 650.

  Mehrabi, A.B. and Shing, P.B. (1997), “Finite Element Modeling of Masonry-Infilled RC Frames”, Journal of Structural Engineering, ASCE, 123(5), 604-613. Saneinejad, A. and Hobbs, B. (1995), “Inelastic Design of Infilled Frames”, Journal of

  Panels for Structural Analysis”, Journal of Structural Engineering, ASCE, 123(10), 1295-1302.

  Produktif, LPPM - ITS, Surabaya, Kontrak

  Lumantarna, B. (2008), “Perkembangan Perencanaan Bangunan Tahan Gempa: 40 th Teknik Sipil Untar”, Construction and Global Warming Issues, Jakarta, 17 Oktober. Madan, A., Reinhorn, A.M., Mander, J.B., Valles, R.E. (1997). “Modeling of Masonry Infill

  Pembatas pada Struktur Portal Beton Bertulang”, Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil VIII, Program Pasca-Sarjana Jurusan Teknik Sipil, ITS, Surabaya.

  Vol. 19, 473 – 478. Iranata, D., Kristijanto, H. dan Tavio (2012), “Studi Perilaku Dinding Bata dengan Empat

  FEMA-356 (2000), Pre-standard and Commentary for the Seismic Rehabilitation of Buildings, Report No. FEMA-356, Federal Emergency Management Agency, Washington, D.C. Holmes, M. (1961), “Steel Frames with Brickwork and Concrete Infilling”, Proceeding Institute of Civil Engineers, London, England, Part 2.

  Journal of Civil Engineering, Vol.16, 865 – 876.

  Chen, Y.H. (2003), “Seismic Evaluation of RC Buildings In-Filled with Brick Walls”, Ph.D Dissertation, Department of Architecture, National Cheng-Kung University, Tainan, Taiwan. Chung, L.L., Jean, W.Y., Yeh, Y.K., and Hwang, S.J. (2006), “Strategy for Seismic Evaluation and Retrofit for School Buildings”, International Training Program for Seismic Design of Structures 2006, National Center for Research on Earthquake Engineering, Report Number NCREE-06-014, Taipei, Taiwan. Dawe, J.L. and Seah, C.K. (1989), “Behavior of Masonry Infilled Steel Frames”, Canadian

  No. 0750.158/I2.7/PM/2011 tanggal 2 Mei 2011. Penulis juga mengucapakn terima kasih kepada saudara Rany Rakitta Dewi, Muhammad Rifqy dan Redha Sadhu Leksono yang juga mahasiswa Teknik Sipil FTSP – ITS yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.