1. Tahap Persiapan - BAB IV
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dimulai pada tanggal 31 Mei 2013 sampai dengan
tanggal 10 Juni 2013 di MAN 2 Palembang. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Berikut adalah jadwal kegiatan yang dilakukan peneliti selama proses penelitian:
Tabel 4
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Tanggal Kegiatan 1.
13 Mei 2103
- – 24 Mei 2013 Mengurus keperluan administrasi penelitian.
2.
31 Mei 2013
- – 10 Juni 2013 Melakukan penelitian dilapangan.
Adapun tahap
- –tahap yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah menyusun dan memvalidasi instrumen yang akan digunakan.
Instrumen yang digunakan peneliti adalah Lembar Kerja Siswa. Instrumen divalidasi oleh Ibu leza, S.Pd.
Kemudian guna melaksanakan penelitian langsung di MAN 2 Palembang, peneliti terlebih dahulu mengurus Surat Izin Penelitian Setelah mendapatkan Surat Izin dari Kanwil, kemudian peneliti menghubungi sekolah tempat penelitian.
Selanjutnya peneliti menemui Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum guna menentukan guru mata pelajaran yang kelasnya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Setelah menentukan guru mata pelajaran, peneliti menemui guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan untuk menentukan kelas yang akan digunakan untuk objek penelitian.
Berikut adalah jadwal penelitian yang telah disepakati dengan guru mata pelajaran :
Tabel 5 Jadwal Penelitian di Lapangan
No. Tanggal Kegiatan 1. 31 mei 2013 Pembelajaran ke 1 2.
04 Juni 2013 Pembelajaran ke 2 3.
07 Juni 2013 Pembelajaran ke 3 4.
10 Juni 2013 Pembelajaran ke 4
2. Tahap Pelaksanaan
Adapun tahapan yang dilakukan peneliti selama pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Selama proses pengajaran, peneliti meminta bantuan 2 orang observer untuk melakukan observasi. Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen, yaitu dimulai ketika awal pembelajaran sampai peneliti menutup kegiatan pengajaran. Observasi hanya dilakukan di kelas eksperimen karena dalam lembar observasi terdapat indikator dan deskriptor respon siswa yang muncul selama proses pembelajaran di beri perlakuan dengan pendekatan Problem Posing, sedangkan di kelas kontrol tidak diberikan perlakuan dengan pendekatan Problem Posing sehingga observasi tidak dilakukan di kelas kontrol.
b. Wawancara
Setelah melakukan observasi, peneliti kemudian melakukan wawancara kepada siswa subjek penelitian. Siswa yang dijadikan subjek wawancara adalah sebanyak 6 orang. Terdiri dari 2 orang siswa dengan kemampuan tinggi, 2 orang siswa dengan kemampuan sedang dan 2 orang siswa dengan kemampuan rendah. Masing-masing siswa tersebut adalah Annisa, Bella, Citra, Deni, Edi, dan Fani (bukan nama sebenarnya). Keenam siswa tersebut dipilih sebagai subjek wawancara berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru mata pelajaran matematika yang mengajar dikelas tersebut. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali. Yaitu pasca pertemuan ketiga dan pasca pertemuan keempat.
Pada wawancara pasca pertemuan ketiga, peneliti menanyakan mengenai kegiatan siswa selama diskusi kelompok yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan, meliputi aspek kreatif, kerja keras, komunikatif, rasa ingin tahu. Pada wawancara pasca pertemuan keempat, peneliti menanyakan mengenai proses siswa dalam menyelesaikan soal tes yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan, meliputi respon siswa berupa sikap mandiri, kreatif, rasa ingin tahu, dan kerja keras.
c. Test
Setelah melakukan tiga kali pertemuan, peneliti melakukan tes akhir terhadap siswa subyek penelitian. Tes terdiri dari 4 soal uraian dan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Tes dilakukan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif yang muncul pada siswa selama tes berlangsung.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada tahap analisis data, yang pertama peneliti lakukan adalah mereduksi data. Reduksi data dilakukan untuk mengumpulkan data- data yang dianggap penting dan mengurangi data-data yang tidak penting. Hal tersebut bertujuan agar data yang terkumpul dapat digunakan untuk proses analisis yang selanjutnya. Data dari observasi, tes dan wawancara dikelompokkan dengan memberi tanda pada kemampuan berpikir kretif siswa yang muncul. Hasil observasi, tes dan wawancara dari proses pembelajaran kemudian dianalisis dan key
points dapat ditandai untuk mempermudah coding dan
pengklasifikasian. Selanjutnya dilakukan coding data, data yang telah ditranskrip kemudian dikelompokkan ke dalam tema tertentu dan diberi kode untuk melihat kesamaan temuan. Lalu yang terakhir dilakukan adalah proses interpretasi, peneliti mengkaitkan hasil temuan penelitian dengan berbagai teori tentang kemampuan berpikir kreatif.
B. Deskripsi Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen
Proses pembelajaran yang dilakukan, yaitu :
1) Pertemuan Pertama
Berikut adalah deskripsi pembelajaran pada pertemuan pertama: (1). Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan pentingnya mempelajari materi limit fungsi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengingatkan siswa pada materi terkait. (2). Orientasi siswa terhadap masalah Peneliti memberikan masalah kepada siswa dan meminta siswa mengemukakan idenya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang diberikan yaitu Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kalian pernah mengaplikasikan limit fungsi.
Misalnya ketika kalian belanja ke Mall tentunya ada harga barang tertentu yang nilainya mencapai limit, misalnya harganya Rp 9.900,- sehingga kalian harus membayar Rp 10.000,-.
Sekarang coba kalian diskripsikan contoh limit fungsi lainnya dalam kehidupan sehari-hari ? (1) (2)
Gambar 1. Peneliti memberikan permasalahan kepada siswa
2. Seorang siswa mengemukakan idenya untuk menyelesaikan masalah (3). Tahap 1: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Siswa terlebih dahulu dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok diberikan LKS untuk mereka diskusikan bersama teman sekelompoknya. (4). Tahap 2 : Memberikan penjelasan tentang materi limit fungsi di titik tertentu dan membimbing siswa menyelesaikan masalah
Pada tahap ini peneliti memberikan penjelasan singkat tentang materi limit fungsi di titik tertentu dan membimbing siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan LKS dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa berfikir mengenai langkah penyelesaian LKSnya.
Gambar 3. Peneliti memberikan arahan pada siswa (5)
Tahap 3 : Mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya baik secara lisan maupun tulisan. Kelompok lain wajib memperhatikan presentasi dari kelompok yang berada didepan kelas. Bagi kelompok yang memiliki jawaban berbeda dipersilahkan untuk menyampaikan hasil diskusi mereka. (6)
Tahap 4: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Peneliti dan siswa mengevaluasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Jawaban diskusi yang salah kemudian diperbaiki. Kemudian peneliti dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari itu.
2) Pertemuan Kedua
Berikut adalah deskripsi pembelajaran pada pertemuan kedua: (1).
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan pentingnya mempelajari materi limit fungsi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengingatkan siswa pada materi terkait. (2).
Orientasi siswa terhadap masalah Peneliti memberikan masalah kepada siswa dan meminta siswa mengemukakan idenya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang diberikan yaitu mengenai cara menghitung nilai limit dengan menggunakan sifat-sifat fungsi 2 lim (
2 x 4 ) limit di satu titik. Misalnya =..... , tentunya setelah x 1
siswa mampu menyelesaikan soal tersebut, maka pembelajaran dengan Problem Posing mulai digunakan.
(3).
Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar Siswa terlebih dahulu dibagi menjadi 8 kelompok yang masing- masing terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok diberikan LKS untuk mereka diskusikan bersama teman sekelompoknya. (4).
Tahap 2 : Menjelaskan materi dan membimbing siswa membuat soal sendiri (Problem Posing) Pada tahap ini peneliti sedikit menjelaskan rumus-rumus yang terkait untuk menyelesaikan soal limit fungsi, setelah mereka mampu menyelesaikan contoh soal yang peneliti berikan selanjutkan siswa dibimbing untuk membuat soal sendiri tentang materi limit fungsi yang nantinya akan di bahas oleh kelompok lain. Ini adalah salah satu contoh soal yang dibuat oleh siswa dan diselesaikan oleh kelompok lain :
Soal yang dibuat oleh siswa
Penyelesaian oleh kelompok lain
(5).
Tahap 3: Mengecek kevalidan soal yang di buat siswa dan memberikan soal tersebut kepada kelompok lain untuk diselesaikan secara berkelompok
Pada tahap ini peneliti mengecek semua soal-soal yang telah di buat oleh siswa supaya tidak ada kekeliruan siswa lain untuk menjawab soal tersebut dan peneliti juga membantu siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa berfikir mengenai langkah penyelesaian soalnya.
(6).
Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya baik secara lisan maupun tulisan. Kelompok lain wajib memperhatikan presentasi dari kelompok yang berada didepan kelas. Bagi kelompok yang memiliki jawaban berbeda dipersilahkan untuk menyampaikan hasil diskusi mereka.
(4) (5) Gambar 4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi secara lisan
5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi secara tulisan (7).
Tahap 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Peneliti dan siswa mengevaluasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Jawaban diskusi yang salah kemudian diperbaiki. Kemudian peneliti dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari itu.
3) Pertemuan Ketiga
Berikut adalah deskripsi pembelajaran pada pertemuan ketiga: (1).
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan pentingnya mempelajari materi limit fungsi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengingatkan siswa pada materi terkait. (2).
Orientasi siswa terhadap masalah Peneliti memberikan masalah kepada siswa dan meminta siswa mengemukakan idenya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang diberikan yaitu mengenai cara menghitung limit fungsi di titik yang tak berhingga. Misalnya
4 x
1 lim =......., tentunya setelah siswa mampu menyelesaikan x 8 x
3
soal tersebut, maka pembelajaran dengan Problem Posing mulai digunakan.
(3).
Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar Siswa terlebih dahulu dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok diberikan LKS untuk mereka diskusikan bersama teman sekelompoknya. (4).
Tahap 2 : Menjelaskan materi dan membimbing siswa membuat soal sendiri (Problem Posing) Pada tahap ini peneliti sedikit menjelaskan rumus-rumus yang terkait untuk menyelesaikan soal limit fungsi, setelah mereka mampu menyelesaikan contoh soal yang peneliti berikan selanjutkan siswa dibimbing untuk membuat soal sendiri tentang materi limit fungsi yang nantinya akan di bahas oleh kelompok lain.Ini adalah salah satu contoh hasil soal yang dibuat oleh siswa dan diselesaikan oleh kelompok lain :
Soal yang dibuat oleh siswa Penyelesaian oleh kelompok lain (5).
Tahap 3: Mengecek kevalidan soal yang di buat siswa dan memberikan soal tersebut kepada kelompok lain untuk diselesaikan secara berkelompok
Pada tahap ini peneliti mengecek semua soal-soal yang telah di buat oleh siswa supaya tidak ada kekeliruan siswa lain untuk menjawab soal tersebut dan peneliti juga membantu siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dapat membantu siswa berfikir mengenai langkah penyelesaian soalnya. (6).
Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain wajib memperhatikan presentasi dari kelompok yang berada didepan kelas. Bagi kelompok yang memiliki jawaban berbeda dipersilahkan untuk menyampaikan hasil diskusi mereka.
Gambar 6. Masing-masing ketua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok (7).
Tahap 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Peneliti dan siswa mengevaluasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Jawaban diskusi yang salah kemudian diperbaiki.
Kemudian peneliti dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari itu. Gambar 7. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari itu
4) Pertemuan Keempat
Pada pertemuan keempat, peneliti melaksanakan tes akhir kepada siswa. Tes dilakukan selama 90 menit dan siswa diminta untuk mengerjakannya secara kelompok. Soal yang diberikan berupa 4 buah soal pemecahan masalah mengenai limit fungsi.
Gambar 8. Siswa mengerjakan soal tes C.
Deskripsi Pembelajaran Pada Kelas Kontrol
Proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol ini berlangsung secara konvensional. Setiap pertemuannya peneliti melakukan proses pembelajaran yang sama tanpa menggunakan pendekataan apapun, sehingga pembelajaran berlangsung seperti biasanya. Di kelas kontrol yang peneliti ambil adalah nilai hasil tes setiap pertemuannya. Berikut adalah pendeskripsian pembelajaran di kelas kontrol: (1).
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan pentingnya mempelajari materi limit fungsi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengingatkan siswa pada materi terkait.
(2).
Orientasi siswa terhadap masalah Peneliti memberikan masalah kepada siswa dan meminta siswa mengemukakan idenya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang diberikan yaitu Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kalian pernah mengaplikasikan limit fungsi.
Misalnya ketika kalian belanja ke Mall tentunya ada harga barang tertentu yang nilainya mencapai limit, misalnya harganya Rp 9.900,- sehingga kalian harus membayar Rp 10.000,-. Sekarang coba kalian diskripsikan contoh limit fungsi lainnya dalam kehidupan sehari-hari ?
Gambar 9. Peneliti memberikan permasalahan kepada siswa
(3).
Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar Siswa terlebih dahulu dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok diberikan LKS untuk mereka diskusikan bersama teman sekelompoknya.
Gambar 10. Siswa sedang duduk berkelompok (4). Tahap 2: Memberikan penjelasan tentang materi limit dan membimbing siswa menyelesaikan masalah
Pada tahap ini peneliti membantu siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan LKS dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan yang dapat membantu siswa berfikir mengenai langkah penyelesaian LKSnya.
Gambar 11. Peneliti memberikan arahan pada siswa
(5).
Tahap 3: Mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya baik secara lisan maupun tulisan. Kelompok lain wajib memperhatikan presentasi dari kelompok yang berada didepan kelas. Bagi kelompok yang memiliki jawaban berbeda dipersilahkan untuk menyampaikan hasil diskusi mereka.
(6).
Tahap 4: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Peneliti dan siswa mengevaluasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Jawaban diskusi yang salah kemudian diperbaiki.
Kemudian peneliti dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari itu.
D. Hasil Penelitian
Analisis data hasil penelitian dibuat berdasarkan hasil observasi, wawancara dan test. Berikut hasil analisis kemampuan berpikir kreatif yang muncul selama proses pembelajaran.
1. Observasi
Tabel 6
Respon siswa selama Proses Pembelajaran
No. Kemampuan berpikir kreatif Persentase Kemampuan berpikir kreatif
Rata - Rata
P1 P2 P3 P4
1. Kreatif 70% 80,5% 83,5% 80,5% 79%
2. Kerja keras 70% 80,5% 76% 70% 74%
3. Mandiri 62,5% 73% 67% 55% 64,38%
4. Demokratis 83,5% 83,5% 73% 0% 80%
5. Rasa Ingin Tahu 53,5% 73% 77,5% 76% 70%
6. Semangat 50% 53,5% 41% 0% 36%
7. Menghargai Prestasi 62,5% 83,5% 76% 0% 74%
8. Bersahabat/Komunikatif 80,5% 77,5% 83,5% 73% 78,63% Keterangan :
P1 = Pertemuan Pertama P2 = Pertemuan Kedua P3 = Pertemuan Ketiga P4 = Pertemuan Keempat
Grafik Respon siswa selama pembelajaran menggunakan Problem Posing
0.9 Kre
Wawancara dengan siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Problem Posing. Dari wawancara terhadap sejumlah siswa yang peneliti cantumkan di pembahasan observasi yang menunjukkan bahwa siswa merasa senang belajar matematika dengan pendekatan Problem Posing.
0.1
8. P1 P2 P3 P4 Rata - Rata
7.
6.
5.
4.
3.
2.
1.
Dari table dan diagram di atas, dapat diketahui bahwa respon siswa yang muncul selama proses pembelajaran adalah kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, menghargai prestasi, komunikatif, rasa ingin tahu. Sedangkan nilai yang tidak muncul adalah semangat.
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
at if Ke rja keras Ma n d iri De m o kr at is Ras a In gi n T ah u Se m an gat Me n gh ar gai Pres ta si Be rs ah ab at /Kom u n ika ti f
2. Wawancara
3. Test
Berikut adalah hasil analisis posttest siswa ditunjukkan oleh grafik di bawah ini:
1. Kemampuan Berfikir Lancar
Soal no. 1: Sebuah bola dijatuhkan ke permukaan bumi dengan d(t) adalah jarak bola ke permukaan bumi (m) pada saat t detik.
2 Misalkan d(t) = 16 t . Kecepatan bola (m/detik) setelah 2 detik
diberikan dalam bentuk
d ( t ) d ( 2 ) lim t 2 t
2
Hitunglah kecepatan bola setelah 2 detik.
Tabel 7. Persentase kemampuan berpikir lancar soal posttest no 1
kelas eksperimen dan kelas kontrol Eksperimen Kontrol
64,7 % 48,6 %
70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Eksperimen Kontrol
Berdasarkan grafik diatas, tampak bahwa kemampuan berpikir lancar di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dalam menyelesaikan masalah pada soal posttest siswa di kelas eksperimen lebih banyak mendapatkan cara alternatif untuk menjawab soal tersebut dibandingkan kelas kontrol.
Gambar 12. Jawaban yang berbeda yang diselesaikan oleh kelas eksperimen Gambar 13. Jawaban yang salah yang diselesaikan oleh kelas kontrol
2. Kemampuan Berpikir Luwes
Soal no. 3 : populasi orang (N) dari suatu kota kecil t tahun yang akan datang dimulai dari sekarang diperkirakan pada sebuah fungsi tersebut.
10 . 000
N
20 . 000 2
( t 2 ) Tentukan populasinya pada waktu yang sangat panjang. Apakah dengan menghitung lim N ? Jelaskan jawabanmu ! t
Tabel 8. Persentase kemampuan berpikir luwes soal posttest no 5
kelas eksperimen dan kelas kontrol Eksperimen Kontrol
76,4 % 54,05 %
80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
0.00% Eksperimen Kontrol
Berdasarkan grafik diatas, tampak bahwa kemampuan berpikir luwes di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dalam menyelesaikan masalah pada soal posttest siswa di kelas eksperimen lebih banyak menggunakan konsep limit yang berbeda-beda untuk menjawab soal tersebut dibandingkan kelas control.
Konsep limit digunakan untuk menjawab soal
Gambar 14. Jawaban dengan menggunakan konsep limit
Difaktorkan tapi solusi tetap dengan konsep limit
Gambar 15. Jawaban dengan menggunakan pemfaktoran 3.
Kemampuan Berpikir Orisinal
Soal no. 2: Luas sebuah elips dengan panjang sumbu mayor 2a 2 2 adalah ( a c ) dimana c adalah jarak titik fokus ke pusat.
Tentukan limit dari luas elips tersebut ketika c mendekati nol. Jelaskan jawaban anda !
Tabel 9. Persentase kemampuan berpikir orisinal soal posttest no 2
kelas eksperimen dan kelas kontrol Eksperimen Kontrol
73,5 % 54,05 % Berdasarkan grafik diatas, tampak bahwa kemampuan berpikir orisinal di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada soal terdapat kalimat yang meminta siswa untuk menuliskan cara yang baru dalam menyelesaikan soal yaitu penulisan limit ketika c mendekati 0 ( lim
c
). Dalam menyelesaikan masalah pada soal posttest sebagian siswa di kelas eksperimen mampu menuliskan penyelesaian dengan cara yang baru untuk menjawab soal tersebut dibandingkan kelas kontrol.
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%
Eksperimen Kontrol
4. Kemampuan Berpikir Memperinci
Soal no. 4: Tentukanlah nilai limit berikut : n n 1
a x a x ........ a x a n n 1 1
lim m m 1 x
b x b x ....... b x b m m 1 1 Untuk bilangan konstanta a , a ,........, a dan b , b ,........, b disetiap 1 n 1 m kasus berikut :
a. n < m
b. n = m
c. n > m
Tabel 10. Persentase kemampuan berpikir memperinci soal posttest
no 4 kelas eksperimen dan kelas kontrol Eksperimen Kontrol
26,4 % 13,5 %
30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00%
0.00% Eksperimen Kontrol
Berdasarkan grafik diatas, tampak bahwa kemampuan berpikir memperinci di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dalam menyelesaikan masalah pada soal posttest sebagian siswa di kelas eksperimen mampu menambah penjelasan atau gagasan untuk menjawab soal tersebut dibandingkan kelas kontrol.
Penyelesaiannya yang benar :
Dibagi dengan derajat tertinggi Gambar 16. Jawaban siswa yang tepat soal no. 4 pada posttest Penyelesaian yang salah :
Gambar 17. jawaban siswa yang salah soal no. 4 pada posttest
Langsung mensubstitu si nilai x
Dari kedua gambar diatas terlihat jelas bahwa siswa belum mampu menganalisis soal dalam menyelesaikan masalah. Selanjutnya analisis data hasil test dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu ada pengaruh signifikan antara pendekatan
Problem Posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
XI Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang.Sebelum peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan di analisis mengenai normalitas dan homogenitas data baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data yang di analisis adalah hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu posttest.
Data yang diperoleh dari penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa skor nilai posttest kedua kelompok. Nilai yang diperoleh dari eksperimen ini akan dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf signifikan 5%. Untuk mengolah data tersebut lebih lanjut dibutuhkan rata-rata nilai, simpangan baku dari nilai- nilai kedua kelompok.
Tabel 11. Hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol
Kelas Rata-rata Simpangan Jumlah Baku Siswa
Eksperimen 85,23 6,84
34 Kontrol 71,45 7,97
37
A. Uji Normalitas 1. Kelas Eksperimen
Dari perhitungan data kelas eksperimen setelah perlakuan dengan rata-rata = 85,23; simpangan baku = 6,84; modus = 86,84; nilai tertinggi = 100; nilai terendah = 70; banyak kelas interval = 6 dan panjang kelas interval =5 diperoleh kemiringan kurva=-0,235.
Karena -1< Km <1, maka data nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran I.
2. Kelas Kontrol
Dari perhitungan data kelas eksperimen setelah perlakuan dengan rata-rata = 71,45; simpangan baku = 7,97; modus = 72,5; nilai tertinggi = 85; nilai terendah = 55; banyak kelas interval = 6 dan panjang kelas interval = 5 diperoleh kemiringan kurva = -0,13.
Karena -1< Km <1, maka data nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran II.
B. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelompok sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak.
Untuk pengujian homogenitas peneliti menggunakan uji statistik untuk membandingkan varian terbesar dan varian terkecil.
Hasil perhitungan untuk kelas eksperimen di dapat varians= 46,79 dan untuk kelas kontrol varians = 63,58. Dari perbandingannya diperoleh F hitung = 1,35 sedangkan dari tabel distibusi F dengan taraf signifikan 5% dan dk pembilang = 36 dan dk penyebut 33, diperoleh F = 1,77. Karena F > dari F ,
tabel hitung tabel
(Ho di tolak Ha diterima) maka model signifikan. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran III.
Setelah data di uji kenormalitas dan homogenitasnya, maka untuk melihat adakah pengaruh signifikan antara pendekatan
Problem Posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa,
peneliti menguji hipotesis menggunakan t-test.C. Uji Hipotesis
Untuk melihat adakah pengaruh signifikan antara pendekatan
Problem Posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa,
peneliti menguji hipotesis dengan t-test. x x1
2 t
1
1 S g a b n n
1
2 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen.
Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelas eksperimen ( x ) = 85,23 dan kelas kontrol ( x ) = 71,45 dengan n = 34 dan 1 2 1
2 n = 37 dan simpangan baku gab
S
= 7,45 diperoleh t
hitung
= 7,82 dengan α = 5% dan dk = ( 37+34)-2 = 69, diperoleh t
tabel = 1,99.
Kriteria pengujian H o ditolak dan H a diterima jika t hitung > t tabel , berdasarkan hasil tersebut ternyata t hitung > t tabel yaitu 7,82 > 1,99. Dengan demikian dari hasil pengujian hipotesis tersebut H o ditolak dan H
a
diterima, yang berarti ada pengaruh signifikan antara pendekatan Problem Posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran IV .
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ada 8 indikator respon siswa selama pembelajaran dengan Problem Posing terdapat 7 indikator yang muncul dan 1 indikator yang tidak muncul. Berikut indikator respon siswa yang muncul yaitu sebagai berikut : a) Kerja Keras
Persentase rata-rata nilai kerja keras dalam penelitian ini adalah 74%. Persentase itu menunjukkan bahwa nilai kerja keras telah muncul dengan baik selama proses pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing menuntut dilakukannya kerja keras, dalam arti diperlukan pengerahan kerja mental besar-besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan (PPPPTK Matematika, 2010:18). Nilai kerja keras dapat dilihat melalui observasi dan latihan tertulis siswa.
Selama proses pembelajaran fokus siswa terhadap pekerjaannya masing-masing sudah baik, baik dalam aktifitas diskusi kelompok kecil maupun diskusi kelas. Siswa berusaha untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sebaik mungkin.
Gambar 18. Siswa fokus pada pekerjaan kelompoknya masing- masing Selain dari observasi, kerja keras juga dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa. Dalam mengerjakan soal siswa dituntut untuk teliti dan tidak mudah menyerah dalam mengerjakan soal. Pada soal yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi, siswa harus mencoba berkali- kali untuk menyelesaiakannya. Sikap pantang menyerah dan tidak mudah putus asa harus dimiliki siswa agar dapat menyelesaikan soal.
Seperti pada kutipan wawancara berikut. Kutipan wawancara peneliti dengan Deni : Deni : Ngerjoinnyo kemarin dioret-oret dulu, dak langsung kami tulis di LKS.
Peneliti : Langsung dapat jawabannya waktu dioret - oret ? Deni : Idak , bu. Kami berapo kali cari - cari dulu.
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa siswa tersebut bersama kelompoknya tidak langsung mendapatkan jawaban dari soal, tetapi mereka mencari ulang beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang dimaksud soal. Dalam hal ini, kelompok Deni memiliki kerja keras untuk menyelesaikan soal tersebut dan tidak mudah putus asa sehingga mau mencoba untuk mengerjakan berulang-ulang.
Meski tidak keseluruhan siswa mengerjakan soal dengan tepat namun sikap fokus dalam pembelajaran, pantang menyerah, tidak mudah putus asa dan ketelitian siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan telah menunjukkan persentase yang baik, hal tersebut berarti bahwa nilai kerja keras telah diterapkan dan muncul selama pembelajaran.
b) Kreatif Nilai kreatif adalah nilai yang telah direncanakan dalam RPP.
Nilai kreatif dapat dilihat selama proses pembelajaran, yaitu dari ide- ide alternatif siswa yang digunakannya untuk mempermudah menyelesaikan sebuah tugas. Dalam penelitian ini deskriptor yang dominan muncul pada siswa adalah penggunaan ide-ide alternatif selama penyelesaian tugas. Kemampuan menunjukkan kekuatan dan kelemahan suatu pemecahan atau penyelesaian masalah juga sudah cukup baik. Siswa sudah mampu memberikan alasan yang tepat terhadap pemilihan suatu alternatif penyelesaian masalah yang digunakannya.
Dalam penelitian ini nilai kreatif muncul sebesar 79 %. Rata - rata persentase tersebut menunjukkan bahwa dengan pendekatan
Problem Posing nilai kreatif dapat muncul dengan baik.
Gambar 19. Siswa menggunakan cara alternatif untuk mempermudah mengerjakan tugas.
c) Mandiri Dalam penelitian ini, nilai mandiri telah direncanakan dalam
RPP pertemuan keempat dan diharapkan muncul pada pertemuan tersebut. Pada proses pembelajaran nilai mandiri telah muncul pada siswa, namun persentasenya masih tergolong kategori cukup, khususnya pada pertemuan keempat. Persentase rata - rata nilai mandiri adalah sebesar 64,38 %.
Pembelajaran berdasarkan masalah pada hakekatnya juga bertujuan untuk membantu siswa menjadi pelajar yang otonom dan mandiri. Pelajar yang otonom dan mandiri ini dalam arti tidak sangat tergantung pada guru (PPPPTK Matematika, 2010:18).
Pada pertemuan pertama sampai dengan petemuan ketiga, nilai mandiri dapat dikategorikan cukup baik. Siswa dapat mengerjakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan pembagian tugas di kelompoknya. Peneliti membantu siswa dengan cara membimbing dan mengarahkan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu mereka berfikir dan menemukan penyelesaian masalah.
Sedangkan pada pertemuan keempat inilah nilai mandiri siswa dapat dikategorikan kurang. Pada pertemuan tersebut siswa diberikan 4 soal uraian untuk dikerjakan secara mandiri. Akan tetapi dalam pelaksanaannya siswa masih berdiskusi dengan teman sebangku atau teman yang duduk tidak jauh darinya untuk memastikan langkah penyelesaian soal. Setelah memastikan langkah pengerjaan, kemudian siswa umumnya menuliskan jawaban dengan cara penulisannya masing-masing dikertas jawaban. Ada pula siswa yang meminta bantuan kepada peneliti untuk membantu mereka menemukan penyelesaian masalah.
Dari wawancara peneliti dengan siswa berikut dapat diketahui bahwa siswa berikut juga berdiskusi dengan teman sebangkunya saat mengerjakan soal mandiri. Kutipan wawancara peneliti dengan Fani : Peneliti : Kok tanya sama Dyah? Nyontek ya ? Fani : Idak, bu. Waktu latihan kan dio duduk dengan aku, jadi aku tanyo caronyo , terus ku gawein dewek.
Kemunculan nilai mandiri yang belum maksimal dalam penelitian dikarenakan kurangnya kemampuan peneliti untuk mengontrol kelas tersebut. Selain itu agar tujuan pembelajaran dapat berjalan maka aturan yang jelas sangat dibutuhkan agar siswa mengetahui kapan mereka diharapkan berbicara satu sama lain dan kapan diharapkan mereka untuk bekerja secara mandiri.
d) Demokratis
Nilai demokratis merupakan salah satu nilai yang telah direncanakan dalam RPP peneliti, nilai ini dapat dilihat dari observasi selama proses pembelajaran, diantaranya adalah dengan melihat cara siswa dalam menghargai kesamaan hak antara dirinya dan teman sekelasnya. Pada penelitian ini, nilai demokratis telah muncul pada siswa selama proses pembelajaran dengan rata - rata persentase sebesar 80 % .
Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Problem
Posing , siswa diharuskan untuk menyajikan hasil diskusinya, baik
secara lisan maupun tulisan. Pada tahap ini, siswa memberikan kesempatan kepada kelompok penyaji untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok peserta diskusi mendengarkan presentasi. Sebaliknya, jika terdapat anggota diskusi yang memiliki jawaban berbeda, maka kelompok tersebut berhak menyampaikan pendapatnya dan kelompok yang lain wajib untuk menyimak apa yang disampaikan.
Seperti pada pertemuan pertama, pada tahap apersepsi, peneliti mengingatkan kembali kepada siswa mengenai limit. Pada tahap tersebut peneliti meminta siswa untuk menyampaikan pendapatnya mengenai contoh limit dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti kemudian menunjuk seorang siswa untuk menyampaikan pendapatnya, siswa tersebut menyatakan bahwa SPBU juga termasuk contoh real dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa yang lain menyampaikan bahwa pendapat tersebut tidak tepat. Menurutnya harga yang jual itu akan bulat tanpa limit. Peneliti kemudian mengajak siswa untuk menganalisis pendapat yang disampaikan oleh siswa- siswa tersebut. Pada tahap tersebut siswa tidak saling menyalahkan satu sama lain dan memberikan kesempatan untuk saling menyampaikan pendapat.
Pada pertemuan kedua, di mana saat kelompok penyaji mempresentasikan hasil diskusinya, terdapat beberapa kelompok peserta yang memiliki jawaban berbeda. Kelompok yang berbeda pendapat ini kemudian diminta untuk menyampaikan pendapatnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai demokratis telah diterapkan siswa dalam pembelajaran.
Gambar 20. Kelompok peserta menyampaikan pendapat yang berbeda
Kemudian, pada wawancara dengan Annisa diketahui bahwa nilai demokratis juga telah diterapkan oleh siswa ketika menyikapi perbedaan pendapat dalam kelompoknya. Adapun kutipan wawancara peneliti dengan Annisa adalah sebagai berikut.
Kutipan wawancara peneliti dengan Annisa : Peneliti : Terus kemarin ambil keputusan terakhir untuk
ngerjain itu kayak mana? Ambil pendapat Annisa atau
Irfan? Annisa : Ambil pendapat Annisa. Karena bener jawaban Annisa, bu.
Peneliti : Diskusi gak sama Irfan? Annisa : Diskusi, bu. Sudah dikasih tahu bahwa itu bukan sifat limit.
Dari kutipan tersebut diketahui bahwa Annisa dan Irfan memiliki pendapat yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan di LKS. Maka untuk mengambil keputusan akhir, kelompok tersebut melakukan diskusi dan diperoleh kesimpulan bahwa jawaban yang akan digunakan adalah jawaban Annisa.
e) Rasa Ingin Tahu Pada penelitian ini, rasa ingin tahu merupakan salah satu nilai yang muncul dan telah direncanakan dalam RPP. Dalam penelitian ini kemunculan nilai rasa ingin tahu adalah sebesar 70 %. Sesuai dengan sintaks pendekatan Problem Posing, dimana siswa didorong untuk mengumpulkan dan mencari tahu informasi yang sesuai dengan permasalahan yang akan diselesaikan, kemudian melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah (Supinah, 2010:21).
Rasa ingin tahu dapat dilihat langsung melalui observasi dan pengerjaan soal oleh siswa. Rasa ingin tahu siswa juga dapat disimpulkan melalui wawancara. Kutipan wawancara peneliti dengan Fani : Peneliti : Kenapa kok kamu mau dengerin temen yang lagi presentasi di depan ? Fani : Biar ngerti, bu. Kan soalnyo lain-lain. Biar ngerti jugo.
Adanya keinginan Fani untuk memperhatikan penjelasan dari kelompok lain yang sedang presentasi menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki rasa ingin tahu.
Gambar 21. Siswa mencari jawaban dibuku cetak matematika Gambar di atas menunjukkan aktivitas siswa yang sedang mencoba mencari informasi yang mereka butuhkan dibuku cetak matematika. Kegiatan tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu atas pertanyaan yang terdapat pada LKS sehingga mereka mencoba mencari dan menemukan informasi yang dapat membantu mereka menyelesaikan permasalahan.
f) Menghargai Prestasi Nilai menghargai prestasi dalam penelitian ini direncanakan dalam RPP peneliti, akan tetapi nilai tersebut muncul dalam pembelajaran, persentasenya adalah sebesar 74 %. Hal tersebut juga dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut.
Kutipan wawancara peneliti dengan Bella : Peneliti : Kenapa presentasi temennya didengerin ? Bella : Biar ngerti, bu. Terus biar kalau kita maju, didengerin juga sama kawan - kawan.
Kutipan wawancara peneliti dengan Deni : Peneliti : Kemarin sewaktu kawannya menjelaskan di depan kelas, kamu dengerin gak mereka jelasin apa ? Deni : Dengerin, bu. Peneliti : Kenapa ? Deni : Biar nambah ngerti, apa lagikan soalnya ada yang beda, jadi biar faham, bu.
Dari kutipan wawancara di atas dapat dilihat bahwa nilai menghargai prestasi telah diterapkan oleh siswa, yaitu dengan adanya sikap tertib saat memperhatikan penjelasan teman yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, serta keinginan untuk memahami hasil pekerjaan teman. g) Komunikatif
Nilai komunikatif dalam penelitian ini juga telah direncanakan dalam RPP peneliti dan persentase kemunculannya adalah sebesar 78,63% . Nilai komunikatif dapat dilihat selama proses pembelajaran melalui keaktifan siswa menyampaikan pendapat, berdiskusi dengan anggota kelompoknya dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas . Seperti yang dikemukakan Indrawati (2009:29) bahwa pendekatan Problem Posing menjadi sarana untuk melatih peserta didik melihat masalah dan memecahkannya dari berbagai sudut pandang keilmuan, bagaimana cara untuk membangun pengetahuan melalui kerja ilimiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. Dalam penelitian ini nilai komunikatif terlihat pada setiap pertemuan, hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas. Berikut adalah soal-soal yang dibuat oleh siswa ( Problem Posing ) pada pertemuan kedua : Gambar 22. soal Problem Posing 1 Gambar 23. soal Problem Posing 2
Pada gambar dapat dilihat bahwa gambar 22 siswa langsung memasukkan angka kedalam tabel dengan tidak memperlihatkan cara mendapatkan hasilnya.
Sedangkan gambar 23 siswa menunjukkan pencarian hasil didalam tabel dengan perhitungan manual.
Gambar 24. soal Problem Posing 3 Gambar 25. soal Problem Posing 4 Dari gambar (24 ) dan gambar (25) di atas, dari kelompok penyaji (gambar
25) terdapat perbedaan mulai dari tabel yang cara penulisannya berbeda. Pada kelompok penyaji menggunakan tanda ( ...... ) di sekitar angka 5 sedangkan pada kelompok yang membahas (gambar 24) tidak menggunakan tanda tersebut yang berakibat dapat mengurangi penilaian, selain itu pada jawaban di dalam tabel terlihat bahwa perbedaan itu sangat jauh berbeda antara kelompok penyaji dengan kelompok pembahas, pada kelompok penyaji hasil akhirnya diperoleh angka 10 sedangkan pada kelompok pembahas diperoleh angka -5. Adapun kesalahan terulang lagi oleh kelompok pembahas untuk grafik pada kelompok penyaji terlihat jelas perbedaan garis putus-putus dan garis utuh yang digunakan sedangkan pada kelompok pembahas menggunakan semua garis putus-putus.
Untuk pembahasan yang tepat adalah pada kelompok penyaji.
Gambar 26. soal Problem Posing 5 Gambar 27. soal Problem Posing 6 Gambar 28. soal Problem Posing 7 Gambar 29. soal Problem Posing 8 Dari kedua gambar 28 dan gambar 29 diatas dapat terlihat ada perbedaan jawaban dari kelompok penyaji dengan kelompok pembahas. Dari kelompok penyaji (gambar 29) pengerjaan sangat teliti sedangkan pada kelompok pembahas kurang teliti dalam menjawab soal.
Gambar 30. soal Problem Posing 9 Gambar 31. soal Problem Posing 10 Dari gambar 30 dan gambar 31 diatas, dapat dilihat bahwa keragaman soal yang dibuat oleh siswa walaupun hanya sekedar tanda- – dan + saja. Pada gambar 2
x
4 sebelumnya ( gambar 28 ) soal yang dibuat oleh siswa adalah lim x 2
2 x
2
x
4 sedangkan pada gambar 30 di atas lim namun kedua soal tersebut tetaplah x 2
x
2 berbeda. Pada gambar diatas terjadi kekeliruan siswa dalam meletakkan koordinat y= -4 dan x= -2 yang seharusnya koordinat y= -4 terletak dibawah tapi pada kelompok penyaji meletakkan pada bagian atas, sedangkan untuk x= -2 seharusnya diarah kiri oleh kelompok penyaji diletakkan di arah kanan yang bernilai +. Disini terlihat bahwa ada sebagian dari kelompok penyaji yang salah menjawab soal buatan mereka sendiri. Berikut adalah soal yang dibuat siswa ( Problem Posing ) pada pertemuan ketiga : Gambar 31. soal Problem Posing 11