PENGARUH WAKTU PEMASAKAN DAN VOLUME LARUTAN PEMASAK TERHADAP VISKOSITAS PULP DARI AMPAS TEBU

PENGARUH WAKTU PEMASAKAN DAN

VOLUME LARUTAN PEMASAK TERHADAP

  • *

    Adi Gunawan , Dessy Endiana Sihotang, M. Yusuf Thoha

  Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  

Abstrak

  Ampas tebu mengandung selulosa yang cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan bahan baku alternatif pembuatan pulp. Proses pembuatan pulp yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses acetosolv, yaitu melepaskan serat ampas tebu dengan larutan asam asetat. Penelitian ini mengamati pengaruh waktu pemasakan dan volume larutan pemasak terhadap % yield dan viskositas dari pulp yang dihasilkan. Jangkauan variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah waktu pemasakan 90, 120, 150, dan 180 menit dengan volume larutan pemasak asam asetat 100, 120, 140 dan 160. Hasil kualitas pulp dianalisa untuk mendapatkan viskositas dan % yield. Diperoleh hasil pulp terbaik pada waktu pemasakan 90 menit, dengan volume larutan pemasak asam asetat 100 ml.

  Kata kunci: ampas tebu, acetosolv, pulp, viskositas

Abstract

  Bagasse contains cellulose a fairly high, so it can be used as alternative raw materials pulping. Process pulping used in this study is acetosolv process, which is releasing fibers of bagasse with acetic acid solution. This study looked at the effect of cooking time and cooking solution volume of % yield and viscosity of the pulp produced. Range of variables used in this study is the cooking time 90, 120, 150, and 180 minutes with a volume of a solution of acetic acid cookers 100, 120, 140 and 160. The results were analyzed to obtain quality pulp viscosity and % yield. Pulp obtained best results when cooking 90 minutes, with the volume of a solution of 100 ml of acetic acid cooker.

  Keyword: bagasse, acetosolv, pulp, viscosity 1.

  Sebenarnya bahan baku yang dapat

   PENDAHULUAN

  Perkembangan industri pulp dan kertas diolah untuk menghasilkan pulp ini ada beberapa di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini ditunjukkan jenis, diantaranya kayu, jerami, bambu, bagasse, dengan peningkatan kapasitas produksi pulp dari dan lain-lain. Namun, peneliti mencoba untuk sekitar 6,5 juta ton per tahun, menjadi sekitar 11 memanfaatkan ampas tebu yang selama ini hanya juta ton per tahun (Laporan Asosiasi Pulp dan dijadikan bahan bakar saja. Kertas Indonesia, APKI, 2009). Peningkatan Ampas tebu sebagai sisa penggilingan tersebut membuat bahan dasar kertas yaitu pulp tebu yang telah diambil cairan niranya kayu semakin berkurang akibat dari tidak mengandung bahan berserat yang sangat seimbangnya antara penanaman dan penebangan bermanfaat sebagai bahan baku pembuatan pulp. kayu. Alternatif yang dapat dilakukan adalah Selama ini ampas tebu hanya ditumpuk di sekitar mencari bahan baku alternatif sebagai tambahan pabrik maupun di tempat penjualan minuman bahan baku kertas. Agar produksi pulp yang tebu (es tebu) dan akan dibuang begitu saja dihasilkan dapat diterima di pasar internasional, karena dipandang tidak mempunyai nilai maka harus dilakukan usaha-usaha pencarian ekonomis jika tidak dikelola secara tepat. teknologi alternatif yang lebih aman terhadap Berdasarkan uraian di atas, maka perlu lingkungan. diadakan penelitian pembuatan pulp dengan

  3.Pembuatan Pulp Secara Kimia

  • –an. Menurut metode yang diusulkan oleh C. Watt

  3

  2 CO

  Dalam proses ini, kayu dimasak dengan NaOH. Cairan pemasak yang tersisa diuapkan dan dibakar menghasilkan Na

  Saat ini proses sulfat tidak hanya merupakan proses pembuatan pulp alkalis yang utama untuk kayu, tetapi sekaligus juga merupakan proses pulp yang paling penting. Proses sulfat melibatkan pemasakan chip dengan larutan NaOH dan Na2S. Reaksi dengan alkali menyebabkan pemecahan lignin menjadi kelompok yang lebih kecil dimana garam natrium dapat larut dalam cairan pemasak. Pada proses sulfat menghasilkan kertas yang kuat tetapi pulp yang belum diputihkan berwarna coklat tua. Proses ini ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai modifikasi dari proses soda. 2) Proses Soda

  Dalam tahun 1870, A.K. Eaton mematenkan penggunaan natrium sulfat sebagai pengganti natrium karbonat. Gagasan yang mirip diikuti oleh C.F. Dahl, yang sekitar 15 tahun kemudian menyajikan proses pembuatan pulp yang mudah dilakukan secara teknik di Danzig. Penemuan-penemuan ini mengawali proses (kraft). Namun terobosan proses kraft pertama- tama terjadi dalam tahun 1930-an setelah dikenalkan sistem-sistem pengelantangan bertingkat banyak.

  digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi bekas yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar.

  dan H. Burgess , larutan natrium hidroksida

  Dalam metode ini, serpihan kayu dimasak dengan bahan kimia yang tepat dalam larutan berair dengan menaikkan suhu dan tekanan. Tujuannya adalah mendegradasi dan melarutkan lignin dan meninggalkan sebagian besar selulosa dan hemiselulosa dalam bentuk serat utuh. Ada tiga metode pembuatan pulp secara kimia yaitu proses Kraft dan proses soda (basa), proses sulfit (asam), dan proses organosolv. 1) Proses sulfat (Kraft) pada suhu tinggi dikenal dalam tahun 1850

  Proses-proses pembuatan pulp secara semikimia pada dasarnya ditandai dengan perlakuan kimia didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik. Proses ini menggabungkan proses kimia dan proses mekanis. Hasil yang diperoleh dengan proses ini lebih rendah dibandingkan dengan proses mekanis

  bahan baku alternatif, dan teknologi yang lebih aman terhadap lingkungan, dalam hal ini peneliti menggunakan ampas tebu dari penjualan minuman tebu yang tidak digunakan lagi, sehingga menjadi limbah. Ampas tebu mudah didapatkan dan terjangkau sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan pulp karena ampas tebu mempunyai kandungan selulosa yang hampir sama banyaknya dengan kayu. Tujuan utama pembuatan pulp adalah untuk melepaskan serat- serat yang dapat diproses secara kimia, secara mekanis atau dengan kombinasi kedua perlakuan tersebut. Sementara pada penelitian pembuatan pulp dari ampas tebu dilakukan secara kimia

  2.Pembuatan Pulp Secara Semikimia

  Metode ini memiliki keuntungan mengubah 95% berat kering kayu menjadi pulp tetapi membutuhkan jumlah energi yang sangat besar untuk mengerjakannya. Pulp membentuk kertas tak tembus cahaya yang bagus untuk printing tapi lembarannya lemah dan dapat pudar dengan mudah jika terkena cahaya.

  sesuai panjangnya dipres dengan batu giling yang lembab dan kasar. Serat dipisahkan dari kayu dan dicuci dari permukaan batu dengan air. Larutan encer dari serat dan potongan-potongan serat disaring untuk memisahkan pecahan dan partikel berukuran besar dan dipadatkan (dengan penghilangan air) untuk membentuk pulp dan untuk pembuatan kertas.

  groundwood process , dimana satu blok kayu

  Metode secara mekanis adalah metode yang paling tua dan masih digunakan adalah

  Proses pengasahan kayu dimana kayu gelondongan yang dikuliti diperlakukan dalam batu asah yang berputar dengan diberi semprotan air merupakan dasar pembuatan pulp secara mekanis. Bahan kayu dirobek-robek dalam bentuk bagian-bagian serat yang kurang lebih rusak. Kerusakan serat secara fisik ini tidak dapat dihindari dan karena itu kekuatan kertas yang dibuat dari pulp - pulp mekanik agak rendah. Kelemahan-kelemahan lain dari pembuatan pulp mekanik adalah pemakaian energi yang tinggi dan hanya kayu-kayu lunak, terutama yang berguna sebagai bahan baku. Metode untuk memproduksi pulp kayu asah batu dikembangkan sekitar 1840 oleh F.G Keller.

  1.Pembuatan Pulp Secara Mekanis

  Proses Pembuatan Pulp

  dan ketika ditambahkan dengan kapur menghasilkan NaOH. Keuntungan proses soda adalah mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari lindi hitam dan bahan baku yang dipakai dapat bermacam- macam.

2 SO

  o

  Rumus Molekul CH

  3 COOH

  Berat Molekul 60.05 gr/mol Densitas 1.049 g cm

  −3

  Wujud Cairan tak berwarna atau Kristal Titik lebur 16,5

  o

  C Titik beku 118,1

  C Asam asetat ad dan seperti dan artinya hanya terurai sebagian menjadH

  Tabel 1. Sifat Fisika Asam Asetat

  3 COO

  Faktor-Faktor dalam Pembuatan Pulp

  Adapun faktor yang berpengaruh dalam pembuatan pulp sebagai berikut : 1)

  Konsentrasi Pelarut Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin banyak lignin yang ikut terlarut.

  2) Perbandingan Cairan Pemasak Terhadap

  Bahan Baku Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah memadai agar lignin terurai dan dapat larut sempurna dalam cairan pemasak.

  3) Suhu dan Waktu Pemasakan

  Suhu dan waktu pemasakan meruapakan dua variable yang terkait. Suhu dan waktu pemasakan mempengaruhi rendemen pulp yang dihasilkan dan kelarutan lignin (Rydholm, 1965). Keterkaitan dua variable

  Asam Asetat Keterangan

  Asam asetat berbentuk cairan tak berwarna. Istilah yang paling sering digunakan dalam industri yaitu asam cuka. Asam asetat dapat membentuk kristal pada titik beku 16, Asam asetat bersifat dan garam-garam asetat (disebut logam asetat).

  3) Proses Sulfit Dalam proses ini, campuran asam sulfit

  Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.

  (H

  3

  ) dan ion bisulfit (HSO

  3

  ) digunakan untuk melarutkan lignin. Sulfit bersatu dengan lignin membentuk garam dari asam lignosulfonik yang dapat larut dalam larutan pemasak dan struktur kimia dari lignin masih utuh. Bahan kimia dasar untuk bisulfit dapat berupa ion kalsium, magnesium, natrium atau ammonium. Pulp sulfit dapat dilakukan dalam rentang pH yang besar. Asam sulfit menunjukkan proses pulp dengan kelebihan asam sulfur bebas (pH 1-2), dimana bisulfit memasak dalam keadaan sedikit asam. Pulp sulfit berwarna lebih cerah daripada pulp

  kraft dan dapat di bleach lebih mudah tetapi kraft .

  1) Proses Organosolv

  Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan hasil sampingan berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi.

  3 COOH)

  Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak dalam proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis proses organosolv, namun yang telah berkembang pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pulping dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol dan proses acetosolv dengan menggunakan bahan kimia pemasak asam asetat.

  Proses organosolv telah dipelajari sejak tahun 1930 oleh beberapa peneliti seperti Kleinert, Marton dan kawan-kawan, Green dan kawan-kawan, Nimz dan kawan-kawan. Tiga grup ini peneliti pertama menggunakan etanol dan metanol sebagai bahan pelarut, sedangkan Nimz menggunakan asam asetat. Proses pulping dengan menggunakan asam asetat disebut proses

  acetosolv . Menurut Ararki et al., (1989) bahwa

  tahun 1980 metode pulping organosolv telah mulai dikembangkan ke arah penerapan. Proses

  organosolv ini tidak hanya efektif digunakan

  untuk karbohidrat dan lignin tetapi juga karakterisrik pulp yang dihasilkan sebanding dengan proses Kraft.

  Menurut Kleinert (1974) mengatakan bahwa ciri penting dari organosolv adalah pemutihan pulp lebih mudah dan dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa non-klor serta daur ulang larutan pemasak relatif mudah melalui metode penguapan.

  Asam Asetat (CH

  • dan CH
    • .

  • – 9,5 m.Pa.s (PT. TEL,2010). Viskositas yang menurun karena terjadi pemutusan rantai selulosa yang mengakibatkan rendahnya rendemen dan kekukatan pulp (Helga, 2009).

  2) Ampas tebu yang telah bersih direndam dengan air selama ± 24 jam, kemudian dijemur dengan sinar matahari.

  Ampas tebu 2)

  Aquadest 3)

  Asam asetat 95% 4)

  Bahan-bahan untuk analisa

  Prosedur Penelitian a. Tahap Persiapan Bahan Baku

  1) Ampas tebu dibersihkan dari kotoran- kotoran yang menempel.

  3) Ampas tebu dipotong dengan ukuran 1-2 cm.

  8) Gunting

  4) Ampas tebu yang telah dikeringkan disimpan dalam wadah yang tertutup.

  b. Proses Pemasakan

  1) Ampas tebu dan cairan pemasak dimasukkan ke dalam erlenmeyer sesuai variabel percobaan.

  2) Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf.

  3) Erlenmeyer dipanaskan dengan autoklaf pada temperatur tetap (121

  o

  C) dan waktu tertentu (sesuai dengan variasi yang dilakukan). 4)

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1)

  7) Timbangan

  ini dijelaskan oleh Casey (1960), bahwa pengolahan pulp dengan suhu yang tinggi akan memerlukan waktu pemasakan yang singkat. Namun, pada suhu yang tinggi dengan waktu pemasakan yang lama akan menyebabkan terurainya selulosa sehingga rendemen dan suatu pulp yang dihasilkan rendah. 4)

  . Suatu cairan mempunyai viskositas absolut atau dianamik 1 poise, bila gaya 1 dyne diperlukan untuk menggerakkan bidang seluas 1 cm

  Serat Serat mempengaruhi terhadap ketahanan dari kertas yang akan dibuat.

  Viskositas

  Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti air, alcohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar.

  Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-bagian atau lapisan-lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi dalam zat cair. Sedangkan viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antara molekul-molekul gas. Satuan SI untuk viskositas adalah N s/m

  2

  = Pa.s (Paskal sekon), sedangkan menurut system cgs satuan viskositas adalah Poise (1 Poise = 0,1 Pa.s) yang setara dengan dyne s/cm

  2

  2

  6) Oven

  pada kecepatan 1 cm/detik terhadap permukaan bidang datar sejauh 1 cm. viskositas sering juga dinyatakan dalam sentipoise (1 Poise = 100 cP), (Yazid, 2005). Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir dari pada gas sehingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas, (Sukardjo, 1997). Pengujian viskositas pulp merupakan salah satu pengujian yang penting dilakukan untuk mengetahui kualitas pulp (SNI 14-0936-1989 ). Dalam hal ini pengujian viskositas menunjukkan daya tahan serat pada lembaran pulp. Setiap industri pulp memiliki standar nilai viskositas yang berbeda, seperti halnya pada industi pulp rayon memiliki nilai viskositas optimal 6,02 m.Pa.s sedangkan industri pulp kertas memiliki nilai viskositas optimal 9

  2. METODELOGI Alat dan Bahan

  Alat yang digunakan dalam pelaksanaan ini terdiri dari : 1)

  Autoklaf Pemanas listrik

  3) Erlenmeyer

  4) Kertas saring

  5) Aluminium foil

  Autoklaf dimatikan, semua uap air dikeluarkan dari autoklaf secara perlahan- lahan dari katup pengeluaran. Kemudian Erlenmeyer dikeluarkan dan didinginkan dalam air hingga temperatur kamar.

  5) Padatan dipisahkan dengan cairan pemasak melalui corong yang dilengkapi dengan kertas saring.

  (menit) Volume

  Pemasakan (menit)

  Volume Larutan

  Pemasak (ml) % Yield

  90 100 45,81 120 44,62 140 43,91 160 43,47

  120 100 43,25 120 42,67 140 41,72 160 41,02

  150 100 40,62 120 39,21 140 38,43 160 37,85

  180 100 37,02 120 36,45 140 35,82 160 34,71

  Tabel 2. Data Hasil Perolehan Pulp terhadap

  Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan Waktu Pemasakan

  Larutan Pemasak (ml)

  6) Larutan dicuci kembali dengan asam asetat, dan filtrat ditampung dengan wadah lain.

  % Yield

  90 100

  45,81 120 43,25 150 40,62 180 37,02

  90 120

  44,62 120 42,67 150 39,21 180 36,45

  90 140

  43,91 120 41,72 150 38,43 180 35,82

  90 160

  43,47 120 41,02 150 37,85 180 34,71

  Waktu Pemasakan dan Volume Larutan Pemasak Waktu

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Data Hasil Perolehan Pulp terhadap

9) Padatan yang telah kering ditimbang.

  6) Suspensi pulp dihisap dari bagian tube yang kecil sampai suspensi melewati batas atas, biarkan suspensi turun dan stopwatch dihidupkan begitu suspensi mencapai batas bawah.

  2) Sheet ditipiskan dengan menggunakan hand

  7) Padatan dibilas dengan air sampai filtrat kelihatan jernih, dan air cucian bekas bisa langsung dibuang.

  8) Padatan yang telah dicuci kemudian dikeringkan.

  Prosedur Analisa

  a. Perhitungan Analisa % Yield Pulp 1) Timbang berat pulp kering yang didapat.

  % Yield=

  % 100 x BeratAwalB ahan

  BeratPulpK ering b.Analisa Viskositas pada Pulp a. Penyiapan Sampel

  1) Sampel pulp yang ada dijadikan slush pulp dengan menambahkan air.

  sheet machine , lalu dikeringkan di udara terbuka.

  o C.

  3) Pengeringan sampel untuk viskositas harus di udara terbuka, seandainya menggunakan pengering jangan dilakukan pada temperatur di atas 60

  o C.

  b. Cara Kerja

  1) Sheet yang telah kering, ditimbang dengan berat 0,250 gram sampel.

  2) Sampel yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam botol plastik yang berisi strirring rod dari tembaga.

  3) Ditambahkan 25 ml air, dikocok dengan shaker selama 10 menit.

  4) Ditambahkan 25 ml larutan cupriethylenediamine, lalu tutup erat tutupnya dan dikocok dengan shaker sampai serat terdispersi dengan sempurna. (biasanya 15 menit cukup).

  5) Didiamkan selama 2 menit, lalu pipet 10 ml suspensi pulp dan dimasukkan ke dalam viskometer yang terendam di dalam water batch dengan suhu 25

  o

  C ± 1

7) Kemudian efflux time-nya dicatat.

  Tabel 3. Pengukuran Viskositas terhadap Waktu Pembahasan

  Pemasakan dan Volume Larutan Pemasak Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh % yield dan pengukuran viskositas Volume Waktu Viskositas

  Larutan pemasakan (mPa.s) yang berbeda-beda sesuai dengan variabelnya, terutama variabel waktu pemasakan dan volume Pemasak (menit)

  (ml) larutan pemasak. Dari data-data yang didapat diketahui bahwa perolehan pulp dan viskositas 100 5,065 semakin menurun seiring meningkatnya volume 120 4,864

  90 larutan pemasak dan lama pemasakan. 140 4,793

  Menurunnya perolehan pulp dan viskositas ini 160 4,725 bisa dilihat secara lebih jelas pada gambaran 100 4,705 grafik di bawah ini. 120 4,623

  120 140 4,560

  Pengaruh Waktu Pemasakan dan Volume

  160 4,482

  Larutan Pemasak terhadap % Yield

  100 4,435 120 4,412 150 140 4,362

  46 160 4,283 100 4,211

  44 120 4,154 180

  42 140 4,067

  ld

  160 3,920

  40 Yie

  %

  38 Tabel 4. Pengukuran Viskositas terhadap

  36 Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan

  34 Waktu Volume Viskositas 80 100 120 140 160 180 200 Pemasakan Larutan (mPa.s)

  (menit) Pemasak (ml)

  Waktu Pemasakan (menit)

  90 5,065 120 4,705 100 100 ml 120 ml 140 ml 160 ml

  150 4,435 180 4,211 90 4,864 120 4,623

  Gambar 1. Pengaruh Waktu Pemasakan dan 120 150 4,412

  Volume Larutan Pemasak terhadap % 180 4,154 Yield 90 4,793

  Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui 120 4,560 140 perolehan pulp semakin menurun seiring

  150 4,362 meningkatnya waktu pemasakan. Pemasakan 180 4,067 pulp dengan waktu 90 menit menghasilkan %

  90 4,725 yield tertinggi yaitu 45,81 %. Sedangkan % yield 120 4,482

  160 terendah diperoleh pada pemasakan pulp dengan 150 4,283 waktu 180 menit yaitu 34,71 %. Menurunnya 180 3,920 perolehan pulp ini disebabkan karena proses delignifikasi semakin cepat sehingga yang

  Analisa viskositas ini dilakukan di laboratorium diperoleh hanya selulosanya saja.

  PT. Tanjung Enim Lestari pulp and paper .

  Menggunakan alat pengukur viskositas yang dinamakan Capillary Viscometer. Sebelum dianalisa, pulp yang telah dibentuk sebelumnya dicetak terlebih dahulu menjadi bentuk kertas standar menggunakan screening, alat pencetak kertas.

  Pengaruh Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan terhadap % Yield

  39

  Vi sko si tas (m Pa. s) Waktu Pemasakan (menit)

  3,80 4,00 4,20 4,40 4,60 4,80 5,00 5,20 5,40 80 100 120 140 160 180 200

  90 120 150 180

  % Yi e ld Volume Larutan Pemasak (ml)

  46 90 120 150 180

  45

  44

  43

  42

  41

  40

  38

  Gambar 2. Pengaruh Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan terhadap % Yield Mac Donald dan Franklin (1969) menjelaskan bahwa perbandingan volume larutan pemasakan dengan berat serpih mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kematangan pulp. Jika perbandingan tersebut cukup tinggi, maka larutan pemasak dan pematangan pulp semakin sempurna.

  37

  36

  35

  34

  Untuk menyelesaikan suatu proses pemasakan pada waktu yang relatif singkat, biasanya ditambahkan larutan pemasak yang jumlahnya sedikit berlebih. Dengan bertambahnya volume larutan pemasak yang dimasukkan maka akan mengurangi rendemen pulp karena jumlah hemisellulosa yang terlarut bertambah. Semua zat kimia dikonsumsi bersama karbohidrat dan kekuatan pulp ditentukan dengan tingkat selulosa dan hemiselulosa yang terdegradasi, yang dinyatakan dengan viskositas pulp (PT. TPL, 2002).

  Pengukuran Viskositas terhadap Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan

  Dari grafik di atas, terlihat bahwa viskositas pulp semakin turun seiring dengan semakin lamanya waktu pemasakan pada saat proses pembuatan pulp. Pemasakan pulp dengan waktu pemasakan 90 menit menghasilkan nilai viskositas tertinggi yaitu 5,065 mPa.s. Sedangkan nilai viskositas terendah diperoleh pada pemasakan pulp dengan waktu pemasakan 180 menit yaitu 3,92 mPa.s. Penurunan viskositas ini disebabkan serat yang ada pada pulp semakin terurai. Dengan kata lain, ikatan yang ada pada pulp tersebut semakin terlepas satu sama lain yang membuat pulp tersebut semakin rapuh.

  Gambar 3. Pengukuran Viskositas terhadap Waktu Pemasakan dan Volume Larutan Pemasak

  Lamanya waktu pemasakan berpengaruh terhadap viskositas yang menurun karena terjadi pemutusan rantai selulosa yang mengakibatkan rendahnya rendemen dan kekukatan pulp (Helga, 2009). Analisa viskositas ini juga dapat menunjukkan daya tahan serat pada lembaran pulp.

  Pengukuran Viskositas terhadap Waktu Pemasakan dan Volume Larutan Pemasak

  Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui perolehan pulp semakin menurun seiring bertambahnya volume pemasakan. Pemasakan pulp dengan volume larutan pemasak 100 ml menghasilkan % yield tertinggi yaitu 45,81 %. Sedangkan % yield terendah diperoleh pada pemasakan pulp dengan volume larutan pemasak 160 ml yaitu 34,71 %.

  Perbandingan volume larutan pemasak dengan berat serpih yang lebih kecil dari 12 : 1 akan menyebabkan tingginya konsentrasi lignin dan terjadinya pengendapan lignin pada pulp. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan perbandingan volume larutan pemasak yang cukup besar yaitu 20 : 1 untuk meminimumkan proses pengendapan lignin.

  100 ml 120 ml 140 ml 160 ml viskositas yang dihasilkan semakin 6,00 meningkat. Dari penelitian ini didapatkan 90 menit bahwa perolehan viskositas tertinggi pada 120 menit

  5,50 saat waktu pemasakan 90 menit dengan 150 menit volume larutan pemasak 100 ml. sedangkan

  s)

  180 menit 5,00 perolehan viskositas pada saat waktu Pa. pemasakan 180 menit dengan volume larutan

  (m pemasak 160 ml.

  4,50

  tas

  4) Pada penelitian ini, perolehan % yield dan

  si

  viskositas semakin menurun seiring dengan 4,00

  sko

  bertambahnya waktu pemasakan dan volume

  Vi larutan pemasak.

  3,50 3,00 90 110 130 150 170

  Volume Pemasakan (ml) Simanjuntak, H.M.1994. Pulp Acetosolv .

  Diakses pada 25 Sepetember 2011 dari Gambar 4. Pengukuran Viskositas terhadap Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan

   Berdasarkan grafik di atas, pengukuran viskositas semakin menurun seiring

  Bima dan Novriyadi. 2009. Pengaruh Pemutihan bertambahnya volume larutan pemasak.

  Terhadap Warna Pulp dari Ampas

  Pemasakan pulp dengan volume larutan pemasak

  Tebu .Penelitian Jurusan Teknik Kimia

  100 ml menghasilkan nilai viskositas tertinggi Universitas Sriwijaya. Indralaya. yaitu 5,065 mPa.s. Sedangkan nilai viskositas terendah diperoleh pada pemasakan pulp dengan

  Charles dan Putra. 2009. Pengaruh volume larutan pemasak 160 ml yaitu 3,92

  Perendaman,Penambahan Serat Dan Suhu

  mPa.s. Penurunan viskositas ini dipengaruhi

  Perbusan Terhadap Kualitas Kertas Hasil

  oleh proses perusakan selulosa dan hemiselulosa

  Daur Ulang Kertas Bekas Waktu. Penelitian

  yang mempengaruhi kualitas pulp seiring Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. semakin banyaknya pemakaian volume larutan Indralaya. pemasak.

  Medi dan Arini. 2011. Pengaruh Pemutih

  Terhadap Warna Pulp Dari Limbah Kayu 4.

   KESIMPULAN Merawan. Penelitian Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Indralaya.

  1) Ampas tebu dapat dijadikan salah satu bahan alternatif untuk pembuatan pulp rayon SNI 14-0936-1989. 1989. Pulp - Cara uji dikarenakan pada penelitian ini di dapat

  viskositas - Kuprietilendiamin (Viskometer

  viskositas pulp sebesar 5,065 mPa.s yang

  kapiler ). Diakses pada 27 Sepetember 2011

  hampir mendekati SNI 0938:2010 yaitu 6,2 dari http:// websisni.bsn.go.id/ index.php?/ mPa.s. sni_main/sni/detail_sni/7678. 2) Pada pembuatan pulp dari ampas tebu, semakin sedikit waktu pemasakan dan

  SNI 14-0936-2008. 2008. Pulp-Viskositas . kecilnya volume larutan pemasak, maka pulp

  Diakses pada 27 Sepetember 2011 dari yang dihasilkan semakin meningkat. Dari penelitian didapatkan bahwa perolehan pulp tertinggi pada saat waktu pemasakan 90 menit dengan volume larutan pemasak 100

  Anonim. 2011. Asam Asetat. Diakses pada 27 ml. sedangkan perolehan pulp terendah pada September 2011 dari http:// id.wikipedia.org/ saat waktu pemasakan 180 menit dengan wiki/Asam_asetat volume larutan pemasak 160 ml.

  3) Pada pembuatan pulp dari ampas tebu, semakin sedikit waktu pemasakan dan kecilnya volume larutan pemasak, maka