PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBI (1)

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA
OFFICIAL WEBSITE PERUSAHAAN
STUDI PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
Ati Harmoni1, Ade Andriyani2
1

Staf pengajar Universitas Gunadarma
Email: [email protected]
2
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Email: [email protected]

ABSTRAK
Pengungkapan CSR perusahaan melalui berbagai macam media dilakukan
sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan dan
juga untuk menjaga reputasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
apakah perusahaan telah memanfaatkan official website-nya untuk

mengungkapkan program CSR yang dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan praktek penerapan
CSR pada perusahaan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam
kaitannya dengan kepentingan pihak-pihak lain. Penelitian dilakukan terhadap
official website PT Unilever Indonesia Tbk
yang beralamat di
http://www.unilever.co.id. Fokus penelitian adalah pada tiga area utama, yaitu
tata kelola perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting),
kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial. Ada lima pertanyaan (kategori) yang
akan digunakan untuk meneliti setiap area utama tersebut. Untuk mengukur
kuantitas informasi yang disajikan digunakan Index Publisitas sebagai indikator.
Index ini menunjukkan jumlah kategori yang diungkapkan oleh perusahaan dari
15 kategori yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Index Publisitas
Unilever adalah 13. Index tersebut diperoleh dari Tata Kelola Perusahaan dan
Pelaporan 4, dari Dasar Kebijakan terhadap Lingkungan yang dilakukan 4, dan
dari sisi Kebijakan Sosial 5. Dengan demikian Unilever telah mengungkapkan 13
informasi yang relevan dengan CSR kepada publik melalui official web site-nya.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), official website, Index
Publisitas


1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perubahan tingkat kesadaran
masyarakat mengenai perkembangan
dunia bisnis di Indonesia, menimbulkan
kesadaran baru tentang pentingnya
melaksanakan
Corporate
Social
Responsibility
(CSR).
CSR
mengandung makna bahwa, seperti
halnya individu, perusahaan memiliki
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Ati Harmoni)


tugas moral untuk berlaku jujur,
mematuhi hukum, menjunjung integritas,
dan tidak korup. CSR menekankan bahwa
perusahaan
harus
mengembangkan
praktik
bisnis
yang
etis
dan
berkesinambungan (sustainable) secara
ekonomi,
sosial
dan
lingkungan.
Pengungkapan CSR perusahaan melalui
berbagai macam media dilakukan sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada para


475

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

pemangku kepentingan dan juga untuk
menjaga reputasi.
Sebagian perusahaan bahkan
menganggap bahwa mengomunikasikan
kegiatan atau program CSR sama
pentingnya dengan kegiatan CSR itu
sendiri. Dengan mengomunikasikan
CSR-nya, makin banyak masyarakat
yang mengetahui investasi sosial
perusahaan sehingga tingkat risiko
perusahaan menghadapi gejolak sosial
akan menurun. Jadi, melaporkan CSR
kepada khalayak akan meningkatkan
nilai social hedging perusahaan.

Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis
menganalisis pengungkapan CSR oleh
PT Unilever Indonesia Tbk (selanjutnya
ditulis Unilever), dengan tujuan untuk
melihat apakah perusahaan telah
memanfaatkan official website-nya
untuk mengungkapkan program CSR
yang dilakukan, dari sisi tata kelola
perusahaan, lingkungan, dan sosial.
Pada penelitian ini hanya akan diukur
Index Publisitas, yaitu kuantitas
informasi CSR yang disajikan pada
official website perusahaan. Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi
terhadap
peningkatan
kesadaran dan praktek penerapan CSR
pada perusahaan dalam setiap kegiatan

bisnis yang dilakukannya dalam
kaitannya dengan kepentingan pihakpihak lain.
.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Penerapan CSR
Menurut Boone dan Kurtz (2007),
pengertian tanggung jawab sosial
(social responsibility) secara umum
adalah dukungan manajemen terhadap
kewajiban untuk mempertimbangkan
laba,
kepuasan
pelanggan
dan
kesejahteraan masyarakat secara setara
dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.

476


B.
Tamam
Achda
(2007)
mengartikan CSR sebagai komitmen
perusahaan
untuk
mempertanggungjawabkan
dampak
operasinya
dalam
dimensi
sosial,
ekonomi, dan lingkungan, serta terusmenerus menjaga agar dampak tersebut
menyumbang manfaat kepada masyarakat
dan lingkungan hidupnya.
Meskipun laba dan kesempatan
kerja tetap memiliki arti penting, tetapi
dewasa ini terdapat banyak faktor yang
memberikan kontribusi pada penilaian

kinerja sosial sebuah perusahaan,
termasuk di antaranya memberikan
kesempatan kerja yang sama; menghargai
perbedaan budaya para karyawan;
merespons masalah-masalah linghkungan
hidup; menyediakan tempat kerja yang
aman dan sehat; dan memproduksi
produk-produk bermutu tinggi yang aman
untuk digunakan.
Pentingnya Menerapkan CSR
Substansi keberadaan CSR adalah
memperkuat keberlanjutan perusahaan itu
sendiri
dengan
jalan
membangun
kerjasama antar stakeholder yang
difasilitasi perusahaan tersebut dengan
menyusun
program-program

pengembangan masyarakat sekitarnya.
Ada enam kecenderungan utama yang
semakin menegaskan arti penting CSR,
yaitu meningkatnya kesenjangan antara
kaya dan miskin; posisi negara yang
semakin berjarak kepada rakyatnya;
semakin
mengemukanya
arti
kesinambungan;
semakin
gencarnya
sorotan kritis dan resistensi dari publik,
bahkan bersifat anti-perusahaan; tren ke
arah
transparansi;
harapan
bagi
terwujudnya kehidupan yang lebih baik
dan manusiawi.

Pearce (2003) melaporkan dari
workshop yang diselenggarakan oleh
Departemen Perdagangan dan Industri
UK dan diorganisir oleh Forum for the
Future pada bulan Mei 2003, temuan

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Tanto Pratondo Utomo)

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

yang menyatakan CSR bukanlah biaya
bagi suatu bisnis terangkat dari adanya
tumpang tindih antara perhatian
manajemen lingkungan dan stakeholder
dan apa yang dilihat oleh strategi bisnis
modern yang berbasis sumber daya
(resource-based business strategy)

sebagai sumber sukses kompetitif
bisnis.
Workshop
tersebut
juga
menemukan bahwa penelitian paralel
pada modal intangible dan intelektual
dari bisnis, termasuk kontribusi
manajemen stakholder dapat membuat
perusahaan
memiliki
keunggulan
kompetitif.
Lantos (2002) menggunakan
Klasifikasi
Carroll
(Carroll’s
classification) sebagai dasar untuk
melihat
pelaksanaan
CSR
pada
perusahaan, yaitu: 1) Tanggung jawab
ekonomi:
menguntungkan
bagi
pemegang
saham,
menyediakan
pekerjaan yang bagus bagi pekerjanya,
menghasilkan produk yang berkualitas
bagi pelanggan; 2) Tanggung jawab
hukum: mengikuti hukum dan berlaku
sesuai aturan permainan; 3) Tanggung
jawab etik: menjalankan bisnis dengan
moral, mengerjakan apa yang benar, apa
yang harus dan fair, dan tidak
menimbulkan kerusakan; 4) Tanggung
jawab
filantropis:
memberikan
kontribusi secara sukarela kepada
masyarakat, memberikan waktu dan
uang untuk pekerjaan yang baik.
Dari Klasifikasi Caroll tersebut
Lantos membuat klasifikasi yang
berkaitan dengannya (Lantos, 2002): 1)
Ethical CSR: secara moral memilih
untuk memenuhi tanggung jawab
perusahaan dari segi ekonomi, hukum,
dan etika: 2) Altruistic CSR: Memenuhi
tanggung jawab filantropik perusahaan,
melakukan
pencegahan
timbulnya
kerusakan
(ethical
CSR)
untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tanpa memperhitungkan
apakah
hal
itu
menguntungkan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Ati Harmoni)

perusahaan; 3) Strategic CSR: memenuhi
tanggung
jawab
filantropik
yang
menguntungkan
perusahaan
melalui
publikasi positif dan goodwill.
3.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Objek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap
official website Unilever yang beralamat
di
http://www.unilever.co.id. Data
kualitatif
yang
digunakan
berupa
Sustainability Report Unilever tahun
2006.
Pengukuran Index Publisitas
Kuantitas informasi CSR yang
diukur meliputi tiga area utama yaitu tata
kelola
perusahaan
dan
pelaporan
(corporate governance and reporting),
kebijakan lingkungan, dan kebijakan
sosial. Untuk setiap area utama tersebut
diajukan 5 (lima) pertanyaan atau
kategori. Index Publisitas (East-West
Management Institute and PFS Program,
2004) digunakan sebagai indikator
pengungkapan CSR oleh perusahaan.
Index tersebut diukur dengan menghitung
jumlah informasi sesuai kategori yang
diungkapkan oleh Unilever pada official
websitenya.
Berikut adalah 15 (lima belas)
kategori yang dimaksud:
I. Tata Kelola Perusahaan dan
Pelaporan
1. Perusahaan menjelaskan secara
rinci struktur dari pengelolaan
perusahaan?
2. Perusahaan
tunduk
pada
Hukum/Aturan Tata Kelola
Perusahaan?
3. Perusahaan melaporkan informasi
tentang pemeriksaan keuangan?
4. Perusahaan menjelaskan tentang
kebijaksanaan hak pemegang
saham?

477

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

5. Perusahaan melaporkan dan
menjelaskan tentang kode
etik internal perusahaan?
II. Kebijakan Lingkungan
1. Perusahaan menyatakan tunduk
terhadap aturan yang spesifik
industri, sesuai dengan peraturan
nasional dan/atau internasional
mengenai standar lingkungan?
2. Perusahaan
mencantumkan
nama individu (manajemen
dan/atau
anggota
dewan
pengurus) atau departemen yang
bertanggung
jawab
untuk
manajemen lingkungan dan
pengabdian
terhadap
lingkungan?
3. Perusahaan
melaporkan
penggunaan energi dan air?
4. Perusahaan melaporkan kinerja
lingkungan, meliputi efisiensi
penggunaan
sumber daya,
meminimalisasikan
emisi
ataupun limbah?
5. Perusahaan memasukkan aspek
lingkungan ke dalam rangkaian
kebijaksanaan
manajemen
persediaan?
III. Kebijakan Sosial
1. Perusahaan
mengungkapkan
tunduk
peraturan
nasional
dan/atau internasional mengenai
hak asasi manusia dan/atau
standar ketenagakerjaan?
2. Perusahaan melaporkan program
sponsorship
atau
sebagai
penyokong kegiatan komunitas?
3. Perusahaan menjelaskan tentang
pengembangan karyawan, atau
kebijakan
kepentingan
karyawan?
4. Perusahaan
menjelaskan
kebijakan tentang kesehatan dan
keamanan?
5. Perusahaan menjelaskan tentang
kebijakan jabatan?

478

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pegungkapan CSR Unilever
I. Tata Kelola Perusahaan dan
Pelaporan
Unilever tidak mengungkapkan
informasi secara rinci tentang struktur
direksi, tanggung jawab setiap direksi,
komposisi direksi, nama dan biografi
direksi, anggota komite, orang yang
bertugas
menangani
pelaksanaan,
pengawasan dan audit kebijakan ekonomi,
sosial, dan lingkungannya.
Unilever melaporkan bahwa mereka
berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik atau good
corporate governance (GCG) dalam
setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah
diintegrasikan
ke
dalam
‘Tujuan
Perusahaan’ dan ‘Kode Etik Prinsip
Bisnis’ Unilever. Dokumen-dokumen
tersebut
menjadi
pedoman
bagi
manajemen, karyawan, mitra dan juga
para pihak yang berkepentingan dalam
aktivitas mereka.
Berkelanjutan
juga
diterapkan
secara langsung di dalam beberapa
elemen tata kelola perusahaan Uniever,
antara lain:
• Unilever bekerja sama dengan Safety
and
Environment
Assurance
Committee (SEAC) atau Komisi
Jaminan Keselamatan dan Lingkungan
yang berkedudukan di Inggris guna
memastikan bahwa seluruh proses
pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan keselamatan dan lingkungan
dari produk dilakukan secara terpisah
dari keputusan komersial.
• Central
Safety,
Health
and
Environment Committee (CSHEC) atau
Komisi Pusat Keselamatan, Kesehatan
dan Lingkungan mengembangkan
kebijakan, peraturan, prosedur dan
standar tentang kesehatan, keselamatan
dan lingkungan, serta menyebarluaskan
perilaku yang aman dan penanganan
investigasi kecelakaan.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Tanto Pratondo Utomo)

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

Dalam laporannya, Unilever
menyatakan
bahwa
mereka
menghormati hak dengan meminta
kepada pemasok yang terpilih untuk
mengikuti Kode Etik Prinsip Bisnis
Pemasok atau Supplier Code of
Business Principles (COBP) yang
mengutamakan
strategi
bisnis
berdasarkan kejujuran dan integritas,
serta respek terhadap yang lain. Kode
etik ini merupakan bagian integral dari
setiap
kontrak
pemasok,
yang
membantu Unilever untuk memastikan
kesinambungan praktek Unilever dan
pemasoknya.
Kode etik perusahaan yang
diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip
Bisnis Unilever meliputi:
Kode Etik Terhadap Konsumen:
“Unilever
berkomitmen
untuk
menyediakan produk dan jasa yang
senantiasa memberikan nilai dalam
harga dan kualitas, yang aman
digunakan
sesuai
peruntukannya.
Produk dan jasa akan diberi label,
diiklankan dan dikomunikasikan secara
akurat dan benar.”
Kode Etik Terhadap Pelanggan:
“Unilever
berkomitmen
untuk
membangun hubungan yang saling
menguntungkan dengan para pelanggan
kami. Di dalam urusan bisnis, kami
mengharapkan para mitra menjunjung
prinsip yang sesuai dengan prinsip
kami.”
Kode
Etik
Terhadap
Pemasok:
“Unilever
berkomitmen
untuk
membangun hubungan yang saling
menguntungkan dengan para pemasok
kami. Dalam urusan bisnis, kami
mengharapkan para mitra kami
menjunjung prinsip bisnis yang sejalan
dengan prinsip bisnis kami.”
Kode Etik Terhadap Karyawan:
“Unilever
berkomitmen
terhadap
keanekaragaman dalam lingkungan
kerja yang didasari saling percaya dan
menghormati, yang membuat setiap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Ati Harmoni)

orang merasa bertanggung jawab bagi
kinerja dan reputasi perusahaan. Kami
akan merekrut, mempekerjakan dan
mempromosikan
karyawan
hanya
berdasarkan landasan kualifikasi dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk
pekerjaan yang bersangkutan. Kami
berkomitmen untuk menyediakan sarana
kerja yang aman dan sehat untuk semua
karyawan.
Kami
tidak
akan
mempergunakan tenaga kerja yang
dipaksa, diwajibkan, ataupun dibawah
umur. Kami berkomitmen untuk bekerja
sama dengan para karyawan dalam
mengembangkan
dan
meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan masingmasing karyawan. Kami menghormati
martabat setiap karyawan dan hak
mereka untuk berasosiasi secara bebas.
Kami akan menjaga komunikasi yang
baik dengan para karyawan melalui
pemberian informasi dan konsultasi.”
Kode Etik Terhadap Lingkungan:
“Unilever
berkomitmen
terhadap
pengembangan
manajemen
dampak
lingkungan secara berkesinambungan
dan terhadap tujuan jangka panjang
berupa mengembangkan bisnis yang
berkesinambungan.” .
II. Kebijakan Lingkungan
Efisiensi dalam produksi dampak
lingkungan tempat produksi Unilever
terbagi atas dampak yang berasal dari luar
(seperti penggunaan sumber daya dan
energi) dan dampak yang berasal dari
dalam (seperti limbah cair dan sampah).
Untuk mengelola dampak ini sambil
terus-menerus menyempurnakan proses
produksi, Unilever menerapkan Sistem
Pengelolaan
Lingkungan
atau
Environmental
Management
Sytem
(EMS) berdasarkan ISO 14001.
Elemen penting dari EMS Unilever
adalah menetapkan dan meninjau sasaran
berdasarkan indikator kinerja utama atau
key performance indicator (KPI). Setiap
tahun, Unilever mengumpulkan data dari
479

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

pabrik Unilever di Cikarang dan
Rungkut berupa hasil pengukuran
kinerja lingkungan yang penting. Data
ini dibandingkan dengan standar yang
berlaku di Indonesia dan target global
Unilever, kemudian dihimpun dan
dianalisis sebagai bagian dari sistem
pelaporan kinerja lingkungan atau
Environmental Performance Report
(EPR) global Unilever.
Dalam hal penggunaan energi dan
air, Unilever menyatakan bahwa sejak
2003, pabrik Unilever telah menerapkan
berbagai program untuk mengurangi
konsumsi energi. Program ini telah
mengurangi jumlah penggunaan energi
pabrik sebanyak 37% dibandingkan
2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut telah
berhasil mengurangi kebutuhan air dan
mengurangi pembuangan air limbah
dari proses produksinya melalui
pemasangan unit pengolah air limbah
reverse
osmosis.
Teknologi
ini
menyediakan pengolahan air limbah
canggih
yang
memungkinkan
pemanfaatan air buangan hasil daur
ulang untuk boiler dan menara
pendingin. Sementara itu, limbah
domestik dari toilet dan aktivitas
pencucian masih dikirimkan langsung
ke saluran limbah milik kawasan
industri.
Unilever melaporkan penanganan
Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
yang telah dilakukannya, yaitu bahwa
limbah B3 ini disimpan dalam ruang
penyimpan khusus, sebelum dibuang ke
PPLI, sebuah perusahaan pembuangan
limbah B3 yang memenuhi standar
lingkungan Indonesia dan internasional.
Limbah padat dari kegiatan pencucian
reaktor dipandang sebagai limbah B3
dan karena itu dikirim ke PPLI untuk
pengolahan yang baik dan benar.
Sedangkan untuk limbah yang tidak
berbahaya Unilever bekerja sama
dengan Asosiasi Industri Daur Ulang
Plastik Indonesia (AIDUPI), kami

480

memanfaatkan kemasan yang tidak
terpakai atau bahan plastik lainnya untuk
membuat produk plastik seperti ember
atau keset. Limbah lain seperti drum
kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra
untuk dipakai lagi atau didaur ulang
Pada
2003,
Unilever
telah
mengganti bahan bakar boiler dari solar
ke gas alam yang mengandung relatif
lebih sedikit sulfur. Penggantian ini
mengurangi emisi SOx kami secara
signifikan. Namun, pada dua tahun
terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah
stabil, dan mereka terpaksa kembali
memakai solar sambil mencari alternatif
bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu,
pabrik Cikarang tetap memanfaatkan gas
alam, sehingga mampu menjaga tingkat
emisi SOx yang rendah.
Salah
satu
instrumen
untuk
mencapai sasaran efisiensi lingkungan
Unilever adalah Total Productive
Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992,
Unilever telah memakai pendekatan TPM
untuk menciptakan kondisi pabrik yang
ideal. Kerangka kerja TPM didasari oleh
lima prinsip: Seiri – Keteraturan, Seiton –
Organisasi Tempat Kerja,
Seiso –
Pembersihan, Seikhatsu – Kebersihan,
dan Shitsuke - Kedisiplinan.
Kelima prinsip ini dipercaya
mampu membantu mereka dalam menjaga
peralatan sedekat mungkin dengan
kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih
efisien, mengurangi waktu mesin tidak
beroperasi, serta meningkatkan catatan
keselamatan kerja. kecelakaan fatal,
kecelakaan berakibat hilang waktu atau
lost time accidents (LTA), kasus yang
menghambat pekerjaan atau restricted
work cases (RWC), serta kasus yang
menuntut perawatan kesehatan atau
medical treatment cases (MTC).
III. Kebijaksanaan Sosial
Unilever mengatakan bahwa mereka
bekerja sesuai standar Kode Etik Prinsip
Bisnis.
Mereka
juga
mengatakan

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Tanto Pratondo Utomo)

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

pelaksanaan
kegiatannya
sesuai
Undang-Undang
Tenaga
Kerja
Indonesia (UU 13 Tahun 2003) dan
mengelola bisnis sedemikian rupa,
sehingga martabat manusia dan hak
pekerja terjaga. Sekitar 90% karyawan
Unilever adalah anggota serikat pekerja.
Pada tahun 2003 dan 2004, manajemen
Unilever
mengadakan
pelatihan
“Labour Management Cooperation”
bersama-sama International Labour
Organization (ILO).
Dalam
rangka
memastikan
kesehatan dan vitalitas para karyawan,
Unilever mengadakan pemeriksaan
kesehatan setiap karyawan secara
berkala. Pada tahun 2005, mereka telah
mengembangkan program sukarela
yang menawarkan berbagai pendidikan
dan bantuan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan yang diidentifikasi dalam
pemeriksaan kesehatan. Saat ini,
program-program tersebut mencakup
kelompok obesitas, diabetes, dan sakit
punggung.
Sejalan dengan misi sosial brand,
Unilever aktif bekerja sama dengan
berbagai organisasi kesehatan dan
lingkungan internasional. Unilever
bekerja erat dengan BPOM ketika
mereka
mengembangkan
standar
pengawasan paska pemasaran atau Post
Marketing Surveillance (PMS) bekerja
sama dengan Badan Kosmetika
ASEAN. Standar ini akan diterapkan
pada 2008, yang akan menyelaraskan
distribusi produk kesehatan, kebersihan
dan obat-obatan di negara-negara
ASEAN.
Vitalitas perusahaan diklaim oleh
Unilever secara langsung dipengaruhi
oleh kemampuan Unilever sendiri
dalam
menarik
minat
dan
mempertahankan orang-orang dengan
ketrampilan, motivasi dan kreativitas
yang dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan. Unilever menyediakan
tempat kerja yang sehat, aman dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Ati Harmoni)

terbuka,
kesempatan
belajar
dan
berkembang,
penghargaan
dan
kompensasi yang adil, serta penghargaan
atas kemajuan. Unilever berupaya
mengembangkan
karyawan
dengan
meningkatkan kemampuan intelektual dan
ketrampilan karyawan serta mendekati
secara emosional dan spiritual untuk
merangkul hati para karyawannya.
Permasalahan
kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan pun
dimasukkan ke dalam bagian pabrik pada
Perjanjian Kerja antara Unilever dan
serikat karyawan. Dalam perjanjian ini,
perusahaan
berkomitmen
untuk
menerapkan
program
kesehatan,
keselamatan dan lingkungan yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku, sementara
para karyawan berkomitmen untuk
mengikuti program tersebut dan juga
berperan aktif dalam upaya perusahaan
untuk menjaga kinerja kesehatan,
keselamatan, dan lingkungannya.
Pada
tahun
2006,
Unilever
membentuk inisiatif dengan fokus khusus
pada keselamatan di perjalanan, termasuk
bagi para pengendara sepeda motor. Para
karyawan seharusnya tidak hanya
memiliki tempat kerja yang aman,
melainkan juga dapat sampai ke tempat
kerja dengan aman. Bagi para staf
penjualan, program ini mencakup cara
berkendara yang benar dan penyediaan
perlengkapan keselamatan seperti helm
bagi para karyawan.
Pengukuran Index Publisitas CSR
Unilever
Dari uraian tentang program CSR
Unilever di atas, pada tabel 1 berikut ini
disajikan kategori CSR yang dungkapkan
oleh Unilever pada official website-nya.
Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa Unilever telah mengungkapkan 13
informasi yang relevan dengan CSR
kepada publiknya melalui official websitenya. Index tersebut diperoleh dari Tata
Kelola Perusahaan dan Pelaporan
481

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

sebanyak 4 kategori, dari Dasar
Kebijakan terhadap Lingkungan yang

dilakukan sebanyak 4 kategori, dan dari
sisi Kebijakan Sosial sebanyak 5 kategori.

Tabel 1. Penyajian CSR dalam Sustainability Report Unilever tahun 2006
Penyajian dalam
laporan
Ya
Tidak

Permyataan
Tata kelola perusahaan
1. Struktur pengelolaan perusahaan
2. Kode tata kelola perusahaan
3. Audit keuangan
4. Kebijaksanaan hak saham
5. Kode etik perusahaan
Kebijakan Lingkungan
1. Standarisasi lingkungan
2. Nama masing-masing individu atau departemen yang
bertanggung jawab untuk manajemen lingkungan
3. Penggunaan energi dan air
4. Kemampuan atau efisiensi sumber-sumber yang ada
5. Aspek lingkungan sebagai kebijaksanaan manajemen
Kebijaksanaan Sosial
1. Kaidah-kaidah HAM dan/atau standar kerja
2. Tindakan sebagai penyokong masyarakat atau sponsor
3. Perkembangan karyawan atau kebijaksanaan kepentingan
karyawan
4. Kebijaksanaan tentang kesehatan dan keamanan kerja
5. Kebijaksanaan jabatan atau pekerjaan

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil
pengamatan
terhadap
official website Unilever menunjukkan
bahwa
Unilever
telah
mencoba
memanfaatkan laman resminya untuk
mengungkapkan program CSR yang
dilakukannya, baik dari sisi tata kelola
perusahaan, kebijakan lingkungan dan
kebijakan
sosial.
Penelitian
menunjukkan bahwa Index Publisitas
Unilever adalah 13. Dengan demikian
Unilever telah mengungkapkan 13
informasi yang relevan dengan CSR
kepada publik melalui official websitenya.
Saran
Pada penelitian berikutnya dapat
dilakukan survey index publisitas untuk

482



















mengetahui berapa banyak perusahaan,
khususnya yang beroperasi di Indonesia,
yang telah memanfaatkan official
website-nya untuk mengungkapkan CSR
yang dilakukannya. Penelitian di atas
juga
tidak
menyertakan
kualitas
informasi yang disajikan sehingga
terbuka untuk dilakukan pada penelitian
berikutnya.
6.

DAFTAR PUSTAKA

Achda, B. Tamam. 6 Juni 2008. Konteks
Sosiologis Perkembangan Corporate
Social Responsibility (CSR) dan
Implementasinya
di
Indonesia.
http://www.menlh.go.id/serbaserbi/cs
r/sosiologi.pdf.
Boone dan Kurtz. 2007. Contemporary
Business;
Pengantar
Bisnis

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Tanto Pratondo Utomo)

Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008)
Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008
ISSN : 1411-6286

Kontemporer; Buku 1, Salemba
Empat, Jakarta
East-West Management Institute and
Partners for Financial Stability
Program. 2004. “Report on a Survey
of Corporate Social Responsibility of
the Largest Listed Companies in
Hungary. Final Report”. Hungarian
Environmental Economics Center,
Budapest

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(Ati Harmoni)

Lantos, G. P. 2002. “The ethicality of
altruistic corporate social
responsibility”, Journal of Consumer
Marketing, Vol. 19 No. 3, pp. 205230.
Pearce, Brian. 9 Juni 2008. Sustainability
and Competitiveness. Measuring The
Benefit for Business Competitive
Advantage from Social
Responsibility and Sustainability.
www.forumforthefuture.org.uk

483