SPP 2013_8 Recent site activity teeffendi

Kedudukan Kepolisian
dalam Sistem Peradilan
Pidana

Sejarah POLRI
Istilah polisi berasal dari kata Politea yang berarti
negara kota. Pada zaman Yunani kuno manusia
hidup secara berkelompok, kelompok tersebut
kemudian membentukan suatu himpunan, himpunan
dari kelompok ini menjadi sebuah kota (polis).
Agar kehidupan masyarakat di kota tersebut dapat
tertata, maka dibuatlah norma-norma, normanorma tersebut ditegakkan melalui suatu kekuatan,
kekuatan inilah yang disebut dengan kepolisian.
(Lihat Sidik Sunaryo, 2005: 154)

Sejarah POLRI (lanjutan)
Pada tanggal 21 agustus 1945, secara tegas pasukan polisi
segera memproklamirkan diri sebagai pasukan Polisi
Republik Indonesia dipimpin oleh inspektur kelas I (Letnan
Satu) polisi Mochammad Jassin di Surabaya.
Sejak tanggal 1 April 1999, melalui Instruksi Presiden nomor

2 tahun 1999 tentang Langkah-Langkah Kebijakan Dalam
Rangka Pemisahan Kepolisian Negara Republik Indonesia dari
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, disusun rencana
untuk pemisahan Polri dari ABRI yang berdasarkan INPRES
tersebut juga mulai disosialisasikan pengubahan namanya
menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sejarah POLRI (lanjutan)
Pemisahan Polri dari TNI disahkan melalui Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) nomor VI/
MPR/ 2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. TAP MPR
tersebut dilanjutkan dengan TAP MPR nomor VII/ MPR/
2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Polri menjadi lembaga yang mandiri, tidak berada dalam
subordinasi ABRI, melainkan sebagai lembaga non
departemen yang berdiri sendiri yang langsung berada di
bawah Presiden.


Tugas utama POLRI
Tugas utama Polri adalah untuk menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat yang diwujudkan dengan
penegakan hukum dengan menitikberatkan pada
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Penegakan hukum tidak dilakukan dengan cara yang
semena-mena, melakukan penindasan terhadap
masyarakat, akan tetapi dengan cara pelayanan
kepada masyarakat.
(Lihat Pasal 6 ayat 91) TAP MPR No VII/ MPR/ 2000)

Tugas utama POLRI (lanjutan)
Kepolisian adalah alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya kemanan dalam negeri.
(Lihat Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 2 tahun 2002)


Hubungan antara POLRI dengan
komponen lain dalam SPP Indonesia
Sebagai satu kesatuan dalam sistem peradilan
pidana Indonesia, POLRI berkaitan dengan
lembaga-lembaga lain diantaranya adalah
Kejaksaan, Kehakiman, Advokat, RUTAN (Rumah
Tahanan) bahkan dengan lembaga RUPBASAN
(Rumah Penyimpanan Barang Sitaan).

Hubungan POLRI dan Kejaksaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Terkait dengan SPDP (Pasal 109 ayat (1)
KUHAP);
Permohonan Perpanjangan Penahanan (Pasal

24 ayat (2) KUHAP);
Pemberitahuan dihentikannya penyidikan
(Pasal 109 ayat (2) KUHAP);
Prapenuntutan (Pasal 110 ayat (1) KUHAP);
Pelimpahan perkara (Pasal 110 KUHAP);
Praperadilan atas penghentian penuntutan
(Pasal 77 KUHAP)

Hubungan antara POLRI dan
Pengadilan
1.
2.
3.

4.

Permohonan perpanjangan penahanan
(Pasal 29 KUHAP);
Permohonan ijin penggeledahan rumah
(Pasal 33 KUHAP);

Permohonan ijin penyitaan (Pasal 38
KUHAP);
Permohonan ijin pemeriksaan surat (Pasal
43 KUHAP);

Hubungan antara POLRI dan
Advokat
1.

2.

3.

Peringatan atas penyalahgunaan wewenang
advokat dalam pembicaraan dengan
tersangka (Pasal 70 ayat (2) KUHAP);
Mengawasi pembicaraan advokat dengan
tersangka jika peringatan tidak dihiraukan
(Pasal 70 ayat (3) KUHAP);
Mengikuti pembicaraan tersangka dengan

advokat jika masih ada pelanggaran (Pasal 70
ayat (4) KUHAP);

Hubungan antara POLRI dan
RUTAN
1.
2.

3.
4.

5.

Menyampaikan surat penahanan tersangka (Pasal 19 ayat
(4) PP 27/ 1983);
Menerima tembusan dari kepala RUTAN berkaitan dengan
daftar tahanan tiap bulan (Pasal 19 ayat (5) PP 27/ 1983);
Menerima pemberitahuan dari kepala RUTAN terkait masa
penahanan tersangka (Pasal 19 ayat (5) PP 27/ 1983);
Memberikan ijin kepada tersangka melalui kepala RUTAN

untuk meninggalkan RUTAN sementara waktu (Pasal 19
ayat (8) PP 27/ 1983);
Memberikan ijin berkunjung bagi keluarga tersangka
dengan syarat ditentukan oleh kepala RUTAN (Pasal 20
ayat PP 27/1983)

Hubungan antara POLRI dan
RUPBASAN
1.

2.

3.

Menyampaikan surat penyerahan yang sah
kepada kepala RUPBASAN (Pasal 27 ayat (4)
PP 27/ 1983);
Menyampaikan surat permintaan penggunaan
benda sitaan untuk keperluan penyidikan
(Pasal 28 ayat (1) PP 27/ 1983);

Menerima laporan triwulan tentang benda
sitaan (Pasal 29 PP 27/ 1983);

Daftar Bacaan
1. Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan
Pidana, 2004
2. KUHAP;
3. PP nomor 27 tahun 1983