BAB I PENDAHULUAN - CETAK PROFIL KESEHATAN REVISI 1

BAB I PENDAHULUAN Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 merupakan salah satu bentuk

  dokumentasi tahunan dari produk Sistem Informasi Kesehatan yang dapat memberikan gambaran perkembangan situasi kesehatan khususnya di Wilayah Administratif Provinsi Jawa Barat dan juga merupakan investasi informasi untuk kebutuhan di masa yang akan datang.

  Instrumen dasar untuk penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengacu kepada Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2010 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang memuat berbagai indikator, variabel yang berkaitan dengan Program Pembangunan Kesehatan.

  Mekanisme penyusunan Profil Kesehatan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Lintas Sektor antara lain BPS, BKKBN, melalui kegiatan pertemuan pemutakhiran data profil, validasi data profil secara berjenjang.

  Indikator-indikator yang ditampilkan pada Profil Kesehatanantara lain Indikator Derajat Kesehatan, Upaya Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan. Indikator Derajat Kesehatan merupakan indikator outcome meliputi mortalitas dan morbiditas serta Angka Harapan Hidup.

  Indikator Upaya Kesehatan merupakan indikator output hasil kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar maupun Rujukan. Indikator Sumber Daya Kesehatan merupakan indikator input yang merupakan syarat pokok dalam pelaksnaan pembangunan kesehatan.

  Secara umum dalam penyusunan profil kesehatan ini dilakukan analisis deskripsif, analisis komperatif antar Kabupaten, Kota dan Provinsi. Untuk melihat trend tahunan suatu indikator tertentu dilakukan analisis kecenderungan. Secara terbatas dilakukan juga analisis hubungan antar faktor risiko dengan output atau outcome.

  Untuk mempermudah dalam analisis, variabel indikator yang tersedia pada tabel profil kesehatan ini, disajikan melalui tampilan tabel, gambar yang disesuaikan dengan tujuan analisis seperti grafik garis, grafik batang, dan peta.

  Profil Kesehatan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi baik sektor kesehatan sendiri maupun sektor non kesehatan, terutama dalam proses manajemen yang meliputi perencanaan, penggerakan, pengendalian dan monitoring serta evaluasi pembangunan kesehatan. Untuk itu dilakukan desiminasi informasi melalui distribusi Buku Profil Kesehatan ke berbagai unit/sektor yang berkaitan dengan Bidang Kesehatan seperti Kemenkes.RI, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, antar Dinas Kesehatan Provinsi, Bappeda.

  Beberapa keterbatasan yang mempengaruhi kecepatan dan ketepatan penyelesaian Profil diantaranya adalah;

   Banyaknya data yang harus dikumpulkan,  Banyaknya sumber data yang menyebabkan mekanisme pengelolaan data dan infromasi menjadi berbeda.

   Pemahaman definisi operasional yang berbeda, sehingga menghasilkan data menjadi berbeda.  Belum semua variabel, indikator kesehatan yang dibutuhkan tersedia dalam sistem pencatatan dan pelaporan rutin Sektor Kesehatan, seperti angka kematian bayi (AKB) dan angka Kematian Ibu (AKI) .

   Batasan waktu yang sudah ditetapkan untuk updatetidak dipatuhi menyebabkan data yang sudah disepakati seringkali berubah, bahkan ketika profil sudah dicetak.

BAB II VISI MISI PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 adalah “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”. Visi tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) misi pembangunan yaitu :

  1. Mewujudkan kualitas Kehidupan Masyarakat yang berbudaya Ilmu dan Teknologi, Produktif dan Berdaya Saing

  2. Meningkatkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan Berbasis Potensi Daerah

  3. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari

  4. Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik

  5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang serta budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun

  2008-2013 adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.

  Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

  1. Mewujudkan Sumber Daya Manumur Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing

  2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional ber Basis Potensi Lokal

  3. Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastuktur Wilayah

  4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya tampung Lingkungan untuk Pembangunan berkelanjutan

  5. Meningkatkan Effektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah

  Provinsi Jawa Barat berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena penting aktual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 tahun sebelumnya khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

  Maka Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan kesehatan adalah Misi 1 yaitu Mewujudkan Sumber Daya Manumur Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing, dengan tujuan 1). Mendorong Tingkat pendidikan, kesehatan dan kompetisi kerja masyarakat Jawa Barat, dan 2) Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu dan teknologi, Sedangkan Sasaran utama adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama ibu dan anak.

  A.

VISI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT.

  Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Departemen Kesehatan serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat maka telah disusun Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu :Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.

  Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi dimana masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingkungan dan perilaku yang buruk , serta mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut maka telah dirumuskan Visi Dinas Kesehatan Jawa Barat sebagai berikut : “Akselerator Pencapaian Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.

  Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan, motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi pendorong, penggerak, fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat menjadi Sehat.

B. MISI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT.

  Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, maka rumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu :

  1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas

  2. Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

  3. Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

  4. Menjamin ketersediaan sumber daya manumur dan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Adapun Tujuan dan Sasaran dari tiap Misi tersebut adalah sebagai berikut :

  Misi 1 : Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas Tujuan : Meningkatkan upaya kesehatan yang mampu mendukung akses dan memberdayakan masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas

  Sasaran :

  1. Meningkatnya upaya untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan mengembangkan Upaya Kesehatan

  Berbasis Masyarakat serta mendorong masyarakat untuk memilih tempat pelayanan yang tepat.

  2. Meningkatnya upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi ibu maternal, bayi, balita, anak sekolah/remaja, umur produktif dan umur lanjut.

  3. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil dan balita.

  4. Meningkatnya perlindungan masyarakat terhadap ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan dan penggunaan obat, produk pangan, produk farmasi yang berbahaya serta tidak memenuhi syarat.

  5. Meningkatnya upaya untuk menyiapkan dan melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan pada saat dan pasca bencana serta antisipasi pemanasan global

  6. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat. Misi 2 : Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.

  Tujuan : Meningkatkan ketersediaan pembiayaan, kebijakan dan pedoman, hukum, system informasi, pemahaman public yang positif tentang kesehatan, dan diikutinya standard mutu sarana, prasarana dan peralatan kesehatan

  Sasaran :

  1. Meningkatnya Kualifikasi Rumah Sakit, Rumah Sakit khusus dan UPTD Provinsi sebagai Center Of Excellent tingkat Nasional/Internasional

  2. Meningkatnya Kualitas dan Akuntabilitas Manajemen Pelayananan dan Pembangunan Kesehatan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan yang evidence base didukung data yang akurat.

  3. Terwujud dan dipatuhinya berbagai kebijakan dan regulasi kesehatan yang pro rakyat, mengutamakan kenyamanan dan keamanan klien/pasien serta petugas.

  4. Terwujudnya pemahaman public yang posistif tentang pembangunan kesehatan global, nasional dan local

  5. Meningkatnya pelayanan kesehatan diberbagai tatanan sesuai dengan standar mutu.

  6. Meningkatnya akuntabilitas dan ketepatan pelaksanaan bantuan keuangan Departemen Kesehatan, Gubernur Provinsi Jawa Barat ke Kabupaten/Kota Jawa Barat. Misi 3 : Meningkatkan Sistem Surveilans dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tujuan : Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit.

  Sasaran :

  1. Meningkatnya peran dan komitmen pemerintah daerah, jejaring kerja LS/LP dan kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit

  2. Meningkatnya perlindungan, penatalaksanaan kasus, pengendalian factor resiko serta terselenggaranya system surveillance dan kewaspadaan dini KLB/Wabah secara berjenjang.

  3. Meningkatnya upaya untuk mengembangkan sentra regional untuk rujukan penyakit, pelatihan penanggulangan penyakit, kesiap siagaan KLB/Wabah dan bencana maupun kesehatan matra.

  4. Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat dan menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Misi 4 : Menjamin ketersediaan sumber daya manumur dan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.

  Tujuan : Meningkatkan jumlah, jenis , mutu dan penyebaran tenaga serta kesehatan, dan pemberdayaan profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sasaran :

  1. Meningkatnya ketersedian tenaga kesehatan yang professional dan kompeten di semua sarana pelayanan kesehatan

  2. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pelayananan kesehatan pemerintah dan swasta yang terjangkau dan berkualitas

C. KEBIJAKAN DAN PROGRAM

  Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan dan sasarannya, maka untuk memperjelas cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui strategi pembangunan kesehatan yang terdiri atas Kebijakan dan Program sebagai berikut: Kebijakan 1: Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

  1. Program Upaya Kesehatan Kebijakan 2 : Mengembangkan sistem kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

  1. Program Manajemen Pelayanan Kesehatan

  2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Kebijakan 3 : Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular serta tidak menular, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

  1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kebijakan 4 : Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

  1. Program Sumber Daya Kesehatan Dalam upaya menjawab tantangan dan isu strategis dalam program pembangunan kesehatan Jawa Barat maka dilakukan upaya penajaman terhadap kegiatan sebagai berikut :

  1. Peningkatan Persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten di fasilitas kesehatan untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup (UHH), menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

  2. Intensitas dan penyebaran penyakit

  3. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS )

  

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN

  1. Gambaran Umum Wilayah

  Provinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 5 50’ – 7 50’ Lintang Selatan dan 104 48’ – 108 48’ Bujur Timur, dengan batas wilayah di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah Selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sedangkan di daerah Utara adalah Laut Jawa.

  Luas wilayah Provinsi Jawa Barat sebesar 37.116,54 kilometer persegi atau sekitar 27,82% dari luas wilayah Pulau Jawa dan Madura atau 1,85% dari luas wilayah Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia di sebelah barat Pulau Jawa.

  Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah berdatar rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah .

  Kondisi topografi Jawa Barat, dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9,5%) yang terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai (36,48 %) yang terletak di bagian Tengah dengan ketinggian 10-1.500 m dpl., dan wilayah daratan landai (54,02%) yang terletak di bagian Utara dengan ketinggian 0-10 m dpl. Jawa Barat memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar 17,40-30,70 C dengan kelembaban udara 73-84%.

  Jawa Barat beriklim tropis dengan curah hujan tinggi, rata-rata curah hujan dalam sebulan adalah 161 milimeter dan 7 hari hujan.Iklim demikian menunjang adanya lahan subur yang berasal dari endapan vulkanis serta banyaknya aliran sungai menyebabkan sebagian besar dari luas tanah yang ada dipergunakan sebagai lahan pertanian. Suhu 9 C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun

  Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18 kabupaten dan 9 kota, mencakup sekitar 626 Kecamatan, 3.232 Perkotaan dan 2.659 Perdesaan dan dibagi menjadi 5 Koordinator Wilayah yaitu :

  • Wilayah Bogor yang terdiri dari Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur.

  Wilayah Purwakarta terdiri dari Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, • Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang. Wilayah Cirebon terdiri dari Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten • Indramayu, Kabupaten Majelengka, Kabupaten Kuningan. Wilayah Priangan Timur terdiri dari Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten • Tasikmalaya Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Pangandaran. Wilayah Priangan Barat terdiri dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, • Kabupaten Garut, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.

2. Pertumbuhan Penduduk.

  Berdasarkan Estimasi Penduduk Tahun 2012, Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 44.548.431 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 22.666.168 jiwa (50,88%) dan penduduk perempuan adalah 21.882.263 (49,12%). Kenaikan Penduduk Provinsi Jawa Barat kurun waktu tahun 2010-2012 terdapat peningkatan jumlah penduduk sekitar 3,47%.

  Gambar III. A. 1 Jumlah Penduduk Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 – 2012 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

  Sex Ratio di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 adalah 103,06, artinya komposisi laki-laki lebih banyak dibandingkan komposisi perempuan, dengan pengertian ada 103 hingga 104 orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.

  Rasio jenis kelamin tiga tertinggi di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur (107,14), Kabupaten Karawang (106,39) dan Kabupaten Indramayu (106,14), sedangkan rasio jenis kelamin tiga terendah berada di Kabupaten Ciamis (98,09), Kota Banjar (98,35) dan Kabupaten Tasikmalaya (99,41).

  Komposisi penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, komposisi umur penduduk Provinsi Jawa B menengah, diman Untuk men struktur umur da dibawah ini.

  Piram

  Gambar III. A. 3 tase Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Um Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2012

  Barat dari tahun 2010 hun 2012 yang artinya enanggung sekitar 52

  k Umur di

  n gambaran proporsi da kelompok umur 15- gambar dibawah ini.

   2012

  m kategori penduduk tahun. a Barat berdasarkan ida penduduk seperti

  008 2009 2010 2011 28,49 29,73 29,25 29,25 66,03 65,25 66,09 66,09 5,48 5,02 4,66 4,66 >= 65 Thn 15-64 Thn 0-14 Th

  eban ketergantungan penduduk di Provinsi Jawa B % mengalami penurunan menjadi 52,0% pada tahu 100 penduduk usia produktif di Jawa Barat men k usia belum/ tidak produktif.

  i penduduk menengah tersebut sesuai dengan uk terbesar di Jawa Barat yang berkisar ada pada kurun waktu 2005 – 2012, seperti terlihat dalam g

  Kategori p jumlah penduduk 64 tahun dalam k

  Gambar III. A. 2 iramida Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 20

  Barat pada tahun 2012 masih termasuk dalam ana median umurnya berada pada umur 26,86 tah engetahui komposisi penduduk Provinsi Jawa dan jenis kelamin berikut digambarkan piramida

  200 28, 66, 5,4 >

  100%

  0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

  Angka beb sebesar 52,55% bahwa setiap 10 orang penduduk u

  Persentas

  2012 28,39 66,87 4,73 Thn Laju Pertum relatif cenderung mencapai 1,94%, tahun 2007-2012 LPP Nasional (1,1 penduduk di Prov

  Laju P Sumber : B

  4

  6

  1 ,7

  6

  

1

,7

  

3

  1 ,6

  1 ,2

  2

  1 ,2

  1

  1 ,1

  5

  1 ,1

  1 ,1 ,9

  9

  6 ,8

  8 ,8

  4 1,94 1,83 1,71 1,89 1,9 05 - 2006 2006-2007 2007-2008 2000-2010 2011

  at dari tahun ke tahun P Provinsi Jawa Barat ehingga pada periode

  2 dan lebih tinggi dari n upaya pengendalian

   Barat n/Kota 010

  iode tahun 2000-2010 abupaten Majalengka aten/Kota dengan LPP

  , menyusul Kota Depok Kota Bandung 2,56 sional sebesar 1,49 un K O T A C IR E B O N K A B . C IR E B O N K A B . K U N IN G A N K A B . C IA M IS K A B . IN D R A M A Y U K A B . M A J A L E N G K A

  ,8

  4 ,6

  8 ,5

  3 ,4

  7 ,4

  1 ,8

  1 ,8

  Laju P Di P

  Gambar III. A. 4 ju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Bar Periode tahun 2005 – 2012 r : Bapeda dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gambar III. A. 5 ju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Ko Di Provinsi Jawa Barat Periode Tahun 2000-201 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

  Laju Pertu berkisar antara sedangkan yang t lebih rendah dari a

  LPP di Kab 4,3 persen/tahu persen/tahun. Ni persen/tahun mau

  0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00

  K A B . B E K A S I K O T A D E P O K K O T A B E K A S I

  4 ,6

  9

  4 ,3

  3 ,4

  8 1,9 0,5

  1 1,5

  2 2,5 2005

  rtumbuhan Penduduk (LPP) Provinsi Jawa Barat ng terus menurun. Pada periode 2005 – 2006, LPP %, periode berikutnya mengalami penurunan seh 12 mengalami fluktuasi menjadi 1,66 tahun 2012

  (1,19% tahun 2012). Kondisi tersebut menunjukan rovinsi Jawa Barat relatif cukup baik.

  rtumbuhan Penduduk per Kabupaten/Kota period a 0,40% – 4,69%. LPP terendah terjadi di Kab g tertinggi di Kabupaten Bekasi. Proporsi Kabupate ari angka Jawa Barat sebesar 65,39%. abupaten Bekasi mencapai 4,69 persen/tahun, m hun, Kota Bekasi 3,48 persen/tahun dan Ko

  9

  Nilai LPP tersebut jauh di atas LPP Nasio aupun LPP Jawa Barat sebesar 1,89 persen/tahun K O T A B E K A S I K A B . B O G O R K A B . B A N D U N G K O T A B O G O R K O T A C IM A H I K A B . P U R W A K A R T A K A B . B D G B A R A T J A W A B A R A T K O T A T A S IK M A L A Y A K A B . K A R A W A N G K O T A S U K A B U M I K A B . G A R U T K A B . S U K A B U M I K A B . S U M E D A N G K O T A B A N D U N G K O T A B A N J A R K A B . C IA N J U R K A B . S U B A N G K A B . T A S IK M A L A Y A

  3 ,4

  8

  3 ,1

  3

  2 ,5

  6

  2 ,3

  7

  2 ,0

  6

  1 ,9

  9

  1 ,9

  6 ,4 1,9 1,66 1 2012 Sedangkan proporsi kabupaten/kota dengan LPP < 1% sebesar 30,77% yaitu Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmalayan, Kabupaten Subang dan Kota Cirebon. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar III.A.5 .

3. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

  Luas wilayah yang tidak seimbang di antara Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat berdampak pula pada persebaran penduduk yang berakibat menjadi kompleknya masalah kependudukan di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 11,08% dari jumlahpenduduk Jawa Barat, disusul dengan Kabupaten Bandung sebesar 7,38%. Sedangkan daerah yang memiliki penduduk terkecil adalah Kota Banjar yanghanya sebesar 0,41% dari total penduduk Jawa Barat

  Pada tahun 2012 Kabupaten Bogor (5.122.473 jiwa) merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar sekitar 11,2% dari penduduk Jawa Barat. Kabupaten/Kota lainnya dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kabupaten Bandung (3,3 juta jiwa atau 7,42%), Kabupaten Bekasi (2,79 juta jiwa atau 6,26%), Kabupaten Garut (2,48 juta atau 5,57%) dan Kota Bandung (2,46 juta jiwa atau 5,53%). Sementara itu ada 3 (tiga) wialyah yang mempunyai penduduk paling sedikit adalah Kota Banjar (180.030 jiwa atau 0,40%), Kota Cirebon (302.772 jiwa atau 0,68%) dan Kota Sukabumi (308.508 jiwa atau 0,69%, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

  

Gambar III. A. 6

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

  Persebaran penduduk di Jawa Barat tidak merata, terjadi pemusatan penduduk yang mempunyai kepadatan diatas 1.000 jiwa per kilometer persegi yaitu di Wilayah Bogor (Kabupaten/Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Sukabumi), Wilayah Purwakarta (Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten Karawang), Wilayah Cirebon (Kabupaten/Kota Cirebon, Majalengka), Wilayah Priangan Timur (Kota Banjar dan Kota Tasikmalaya) dan Wilayah Priangan Barat ( Kabupaten/Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi). Kemungkinan disebabkan oleh karena daerah tersebut merupakan daerah pusat industri yang menjadi daerah tujuan utama para migran.

  Kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Barat menunjukkan perubahan dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan dari 972 orang per kilometer persegi pada tahun 2000 menjadi 1.130 orang perkilometer persegi di tahun 2005, pada tahun 2010 menjadi 1.160 perkilometer perseginya.dan tahun 2012 naik kembali menjadi 1.200, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

  Tabel III. A.1 Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa BaratTahun 2007-2012 Kepadatan Penduduk Per Keterangan Tahun kilometer persegi Sumber Data

  2007 1.167 Suseda 2008 1.187 Suseda 2009 1.233 Suseda 2010 1.160 Sensus 2011 1.182 Estimasi 2012 1.200 Estimasi

  Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

  Kepadatan penduduk yang paling tinggi terdapat di Kota Bandung yaitu 14.634 jiwa per kilometer persegi, diikuti oleh Kota Cimahi sebesar 13.608 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten yang paling jarang penduduknya adalah Kabupaten Ciamis dengan kepadatan penduduk sebesar 565 per kilometer persegi.

  

3. Angka Kelahiran Kasar (CBR= Crude Birth Rate) dan Angka Kesuburan (TFR =

Total Fertility Rate)

  Selama periode 2000 – 2010, trend Angka Kesuburan di Jawa Barat terus mengalami penurunan. Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan (Total Fertility Rate) di tahun 2000 masih menunjukan angka 2,61 dan tahun 2005 mengalami penurunanmenjadi 2,53 dan tahun berikutnya terus menurun menjadi 2,08 di tahun 2009, sedangkan tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 2,5. Sedangkan berdasarkan SDKI 2012, rata-rata perempuan akan mempunyai 2,5 anak selama hidupnya. Angka Kesuburan di Jawa Barat mengalami kenaikan menjadi 2,5 anak selama hidupnya. Demikian juga Angka Kelahiran Kasar yang terus menunjukkan penurunan dari tahun 2000 Angka Kelahiran Kasar sebesar 23,98 hingga pada tahun 2012 sebesar 25,00

  Tabel III. A. 2 Angka Kelahiran Kasar (CBR) dan Angka Kesuburan Total (TFR) Di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2000, 2005 – 2010, 2012 Total Fertility Rate (TFR) Crude Birth Rate (CBR) Tahun Angka Kesuburan Total Angka Kelahiran Kasar

  2000 2,61 23,98 2005 2,53 25,41 2006 2,39 24,01 2007 2,30 23,10 2008 2,20 21,09 2009 2,08 20,92 2010 2,18 21,90 2012 2,50 25,00

  Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, BKKBN Provinsi Jabar, SDKI 2012

  B. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI

  1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

  Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, rata–rata Laju Pertumbuhan ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat tahun 2012 relatif meningkat. Pada 2012 Laju pertumbuhan ekonomi (LPE), sebesar 6,2 % , dengan laju inflasi antara 4,9 - 6%. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi adalah Sektor Kontruksi, Industri, Perdagangan, sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh Sekror Keuangan, Persewaan dan Jasa.

  PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 6,21% dari tahun 2011 sebesar Rp. 343,11 trilyun menjadi Rp. 364,41 trilyun tahun 2012, sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 59,08%, ekspor sebesar 36,30% dan pembentukan modal tetap bruto 19,20%. Sedangkan pertumbuhan nilai PDRB menurut penggunaan, konsumsi Pemerintah mengalami kenaikan sebesar 10,58%. Dari sisi lapangan usaha, perekonomian Jawa Barat didominasi oleh peranan tiga sektor utama yakni sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan Hotel & Restoran dan sektor Pertanian.

  Besarnya pendapatan yang diperoleh/diterima rumah tangga dapat mengambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam survey/ kegiatan Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) didekati melalui pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2012, Pola rata-rata pengeluaran per-kapita rumah tangga di Provinsi Jawa Barat menunjukan sebanyak 58,64% pengeluaran rumah tangga.

  2. Penduduk Miskin

  Indikator kemiskinan ditentukan dengan Nilai Rupiah yang dibelanjakan untuk 2.100 kalori per kapita per hari ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lainnya seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Perubahan batas kemiskinan di Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya sesuai dengan ukuran pendapatan per kapita menurut nilai mata uang rupiah yang sedang berlaku, Garis kemiskinan Jawa Barat bulan September 2012 sebesar Rp.242.104,- atau mengalami peningkatan sebesar 7,01%, apabila dibandingkan dengan garis kemiskinan bulan September 2012 (Rp. 226.097,-).

  Jawa Barat masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain ditandai oleh masih tingginya proporsi penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 sebanyak 4.421.484 orang atau 9,89% dari jumlah penduduk Jawa Barat dan mengalami penurunan dari tahun 2011 yang mencapai angka 10,57%. Tingkat kemiskinan ini dipandang sebagai ketidak-mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan dibawah Garis Kemiskinan. Dalam kurun waktu setahun terakhir penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan naik sebesar 0,07%, sedangkan di daerah perkotaan turun sebesar 0,17 %.

  Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan sebesar Rp. 249.170,- atau naik 4,17% dari kondisi Maret 2012 (Rp. 239.189. Garis kemiskinan di daerah perdesaan sedangkan garis kemiskinan di daerah perdesaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi yaitu 5,52% menjadi sebesar Rp. 228.577,- dibandingkan dengan kondisi Maret 2012 sebesar Rp. 216.610,-.

  

Gambar III. B. 1

Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota (%),

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

  Keterjangkauan pelayanan kesehatan pada golongan lapisan masyarakat tersebut diharapkan dapat menstimulus meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.Perluasan jangkauan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan secara berkelanjutan dengan disertai upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat melaksanakan perilaku hidup sehat.

  Jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan Rawat Jalan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebanyak 46,9,2% (Lampiran Tabel 56). Apabila dibandingkan dengan tahun 2010 (42,3%) mengalami peningkatan sebesar 4,6 poin. Sedangkan Jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan Rawat Inap di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebanyak 2,1% (Lampiran Tabel 56).

3. Tingkat Pendidikan

  Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) terkait dengan pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek Huruf (AMH). Capaian Tingkat Pendidikan untuk indikator Angka Melek Huruf (AMH) pada Tahun 2012 sebesar 96,97% dan terjadi peningkatan capaian AMH Tahun 2012 terhadap Tahun 2007 sebesar 1,65%. Persentase AMH penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 96,97% yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada 96-97 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

  Capaian Rata-rata Lama Sekolah (RLS) pada Tahun 2012 sebesar 8,15 tahun (angka perkiraan BPS Jawa Barat, 6 Maret 2013),Tahun 2008 sebesar 7,50 tahun (LKPJ 2008), sedangkan capaian RLS Tahun 2007 sebesar 7,50 tahun. Dengan demikian capaian RLS Tahun 2012 terhadap Tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 0,65 tahun.

  Berdasarkan Susenas 2012, AMH penduduk usia 15 tahun ke atas perempuan (94,10%) lebih rendah dibandingkan laki-laki (97,33%). AMH penduduk usia 15 tahun ke atas di daerah perdesaan (92,75%) lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan (97,28%). Rendahnya AMH penduduk usia 15 tahun ke atas disebabkan oleh rendahnya AMH penduduk usia 45 tahun ke atas. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas sebesar 88,09 persen. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas perempuan (83,46 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (92,67 persen).

  Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap, pemerataan dan akses terhadap pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS 13-15 tahun sebesar 89,59 persen. Ini menunjukkan masih terdapat kelompok usia wajib belajar (13-15 tahun) sebesar 19,20 persen yang tidak bersekolah. APS 16-18 tahun sebesar 58,56 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 11,78 persen. APS di perdesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan. Semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaannya (gap). Di perdesaan APS 7-12 tahun sebesar 94,29 persen, APS 13-15 tahun 74,83 persen, APS 16-18 tahun 33,95 persen, APS 19-24 tahun sebesar 5,41 persen. Di perkotaan APS 7-12 tahun sebesar 95,68 persen, APS 13-15 tahun 84,17 persen, APS 16-18 tahun 49,95 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 14,20 persen.

  Kualitas SDM dapat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan.Gerakan wajib belajar 9 tahun mentargetkan pendidikan yang ditamatkan minimal tamat SMP. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 7,22 persen, tidak/belum tamat SD 17,87 persen, tamat SD/MI/sederajat 35,51 persen dan tamat SMP/MTs/sederajat sebesar 16,29 persen. Kualitas SDM daerah perdesaan lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Pada gambar Persentase penduduk penduduk laki-laki berpendidikan tertinggi yang ditamatkan pada jenjang SD di daerah perkotaan sebesar 26,11% dan di perdesaan sebesar 49,26%. Dan yang berpendidikan tertinggi SMP ada 21,64% penduduk laki-laki di daerah perkotaan dan di perdesaan sebesar 19,61%. Secara rinci dapar dilihat pada gambar dibawah ini.

  Gambar III. B. 2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. Persentase Penduduk Laki-laki Persentase Penduduk Perempuan Sumber : BPS Susenas 2012

4. Status Pembangunan Manusia

  Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat berdasarkan penghitungan BPS dapat dilihat dalam Gambar III.B.4. Secara umum pembangunan manusia di Jawa Barat selama periode 2008 - 2012 mengalami peningkatan sebesar 2,03 poin. Hal ini berhubungan langsung dengan perbaikan beberapa indikator sosial ekonomi. Misalnya, angka melek huruf dewasa terus meningkat seiring dengan meningkatnya program pemerintah dalam pengentasan buta aksara.

  Indeks Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012, mencapai 72,67 poin, dan naik 0,67 poin apabila dibandingkan dengan tahun 2010 (72,00 poin), akan tetapi pencapaian Indeks Kesehatan tersebut belum mencapai target (73,40).

  • 20,0 40,0 60,0 80,0

  68,60*) 63,57 64,17*)

  8,15*) 96,48 96,97*) 72,34 72,67*) 68,4

  2011 2012 72,82 73,19*) 82,55 82,75*) 8,2

  2011 2012 72,8 73,2 68,4 68,6

  2

  2015

  0 tahun 2015, sesuai bar Tahun 2005-2025

  72 pan Hidup 67,6 67,8 68 68,2 beli 60,93 61,66 62,1 62,57 ian Tahun 2008 – 2012

  

71 71,33 71,67

  7,5 7,5 7,72 7,95 k Huruf (%) 95,32 95,53 95,98 96 atan

  2007 2008 2009 2010 70,71 71,12 71,64 72,08 ikan 80,21 80,35 81,14 81,67

  6

  7 Harapan Hidup 67,8 68,0 68,2

  2 71,1 71,6 72,2

  2008 2009 2010

  Gambar III. B. 4 io IPM 80 di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2

Tabel III. B.1

Capaian IPM Jawa Barat tahun 2007-2012

  9 Tahun 2008 Tentang RPJPD Provinsi Jabar gambar dibawah ini.

  pencapaian Indeks Pembangunan Manusia 80 ta

  Uraian

Gambar III. B. 3

mbangan IPM di Provinsi Jawa Barat Tahun 200

  IPM a)  Indeks Pendidika

  IPM Angka Ha

  Skenario I

  Target pen dengan PERDA 9 tercantum pada ga

  Perkem

  • RLS (Tahun)
  • Angka Melek Hu b)    Indeks Kesehata - Angka Harapa c)      Indeks Daya be

  

Gambar III. B. 5

Indeks Pembangunan Manusia dan Angka Harapan Hidup Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

  Beberapa kabupaten kota capaian IPM berada diatas rata-rata capaian IPM Jawa Barat yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kota Cirebon, Kota Sukabumi,Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bandung. Sedangkan kabupaten kota lainya berada dibawah rata-rata IPM Jawa Barat dengan capaian terendah berada di WKPP III dan WKPP IV yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon Dan Kabupten Cianjur.

  Indeks Pendidikan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 mencapai 82,75 atau naik 1,08 point dari tahun 2010. Beberapa komponennya yaitu rata-rata lama sekolah (RLS) mencapai 8,20 tahun atau naik 0,25 tahun, angka melek huruf (AMH) mencapai 96,48% atau naik 0,48%, APK SD/MI mencapai 119,06% atau naik 1,88%, APK SMP/MTs mencapai 94,03% atau naik 0,06%, serta APK SMA/SMK/MA mencapai 59,56% atau naik 2,06%. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa berbagai program yang telah kita canangkan tentunya tidak akan berhasil dengan optimal jika tidak diiringi dengan sinergitas dan dukungan yang penuh dari segenap stakeholders pembangunan pendidikan, khususnya untuk meningkatkan pemerataan akses pendidikan.

  Selanjutnya pada tahun 2012, pencapaian Provinsi Jawa Barat dalam Indeks Daya Beli yang merupakan alat ukur untuk mengetahui standar kehidupan yang layak adalah 64,17 poin. Kondisi Purchasing Power Parity atau Paritas Daya Beli LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2012 mencapai Rp.637.67 ribu, jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai Rp. 630,77 ribu, mengalami kenaikan sekitar 1,1%.

  

Gambar III. B. 6

Peta Angka Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Kesehatan

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

  Sumber : BPS Jawa Barat