BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - BAB 1 - BAB 4.pdf

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang jumlah pembelajarnya banyak di Indonesia. Menurut data The Japan Foundation tahun 2003 tercatat ada 430 lembaga pendidikan menengah atas (SMU), 78 lembaga universitas, dan 98 lembaga umum yang membuka jurusan bahasa Jepang. Di antara pembelajar tersebut, tidak sedikit yang mengalami kesulitan ketika mempelajarinya. Salah satu penyebabnya adalah karena bahasa Jepang memiliki kekayaan kosakata, di mana tiap kata memiliki makna dan cara penggunaan yang berbeda, namun ketika diterjemahkan, banyak kata dalam bahasa Jepang yang memiliki arti sama dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata ( 優 し い

  ) dan (親切 shinsetsu), keduanya memiliki

  yasashii arti ‘ramah’ atau ‘baik-hati’.

  Kata (優しい yasashii) digunakan untuk menjelaskan watak, sifat, karakter dari seseorang dan menjelaskan tentang wujud, pandangan, apa yang nampak dari luar.

  Selain itu kata (優しい yasashii) juga digunakan untuk menilai watak asli dari seseorang. Sedangkan kata (親切 shinsetsu) lebih tepat jika digunakan untuk menjelaskan cara pandang seseorang terhadap orang lain yang timbul sebagai akibat dari apa yang telah dilakukan seseorang terhadap orang lainnya, tetapi kata (親切 shinsetsu) kurang tepat jika digunakan kepada sahabat atau keluarga yang masih ada hubungan darah (Yamamoto,2003:101).

  Contoh lainnya, kata (多い ooi) dan (たくさん takusan) yang sama-sama memiliki arti ‘banyak’. Kata (たくさん takusan) mempunyai arti ‘banyak’ dalam makna ‘volume’ sedangkan kata (多い ooi) mempunyai arti ‘banyak’ dalam makna ‘jumlah’, ‘bilangan’ (Yamamoto,2003:67). Terlihat dari penjelasan di atas, bahwa kedua pasang kata tersebut mempunyai arti yang sama dalam bahasa Indonesia, namun berbeda dalam pemakaiannya dalam bahasa Jepang.

  Hal-hal tersebut kadang masih membingungkan bagi seseorang yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Demikian pula halnya dengan pengungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang. Menurut buku Shokyuu o Oshieru Hito no

  

Tame no Nihongo Bunpou Hando bukku (Matsuoka et al,2000:220), pengandaian

  dalam bahasa Jepang dapat diungkapkan menggunakan beberapa konjungsi yaitu

  

to, ba, tara dan nara. Akan tetapi pada penulisan skripsi ini penulis hanya akan

  menganalisis konjungsi to, ba, dan tara saja karena ketiga konjungsi tersebut memiliki persamaan makna dan persamaan pemakain yang lebih dekat.

  Konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa,kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 1983:90). Konjungsi berfungsi menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lain atau menghubungkan bagian kalimat dengan bagian kalimat lain (Sudjianto, 2004:170). Konjungsi to,ba dan

  

tara masuk dalam kelas kata(setsuzokujoshi 接 続 助 詞 ) karena tidak dapat

  mengalami perubahan bentuk , dan tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata (Sudjianto, 2004:181). Konjungsi to, ba, dan tara berfungsi untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.

  Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

  (1) うまく行くと、極楽へはいることさえできましょう。(KNI:101) Umakuiku / to / gokuraku /he/ hairu/ koto / sae/ dekimasu.

  Berjalan lancar/ KTO/ surga / ke/masuk / hal /bahkan / dapat.

  ‘Kalau berjalan dengan lancar bahkan bisa masuk ke surga.’ Pada kalimat (1), klausa anak kalimat (うまく行く umaku iku

  ) ‘berjalan lancar’

  極楽

  dan induk kalimat ( へはいることさえできましょう gokuraku he hairu

  koto sae dekimashou )

  ‘bahkan bisa masuk surga’ dihubungkan dengan konjungsi

  to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba iku

  ‘pergi’. Konjungsi to pada kalimat di atas mengandung makna sebab akibat, yaitu jika berjalan dengan lancar maka masuk surga saja bisa. Dan klausa induk kalimat pada contoh (1) di atas mempunyai makna hasil yang akan dicapai. Klausa induk kalimat di atas

  ま し ょ う

  dimarkahi oleh bentuk ( mashou) yang menyatakan makna kemungkinan. じ ご く からぬけ出すのも、存外わけがないか

  (2) このぶんで登っていけば地獄 もしれません。(KNI:102).

  Kono/ bun / de /nobotte/ ikeba / jikoku/kara/nukedasu/nomo/ Ini /bagian/pada/mendaki/pergi+KB/ neraka / dari / lolos / pun / Zongai / wake /ga / nai /kamoshiremasen. diluardugaan/ alasan / PT/tidak ada/mungkin.

  ‘Kalau sudah mendaki sampai pada bagian ini mungkin bukan hal di luar

  dugaan lolos dari neraka ’ . Pada kalimat (2), klausa anak kalimat (このぶんで 登って いけ kono bunde

  nobotte ike )

  ‘sudah mendaki sampai pada bagian ini’ dan induk kalimat (地獄

  

か ら ぬ け 出 す の も 、 存 外 わ け が な い か も し れ ま せ ん ) jikoku kara nuke

dasunomo zongai wakenai kamoshiremasen )

  ‘mungkin bukan hal di luar dugaan lolos dari neraka ’ dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat ini melekat pada verba iku

  ‘pergi’. Konjungsi ba pada kalimat di atas mengandung makna persyaratan yaitu kemungkinan lolos dari neraka dengan syarat sudah sampai bagian ini. Klausa induk kalimat pada contoh (2) di atas menyatakan kemungkinan hasil yang akan di capai. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk ( か も し れ ま せ ん kamoshiremasen) yang menyatakan makna dugaan.

  (3). 雨が降ったら、でかけません。( MNN1 : 206 ) Ame / ga / futtara /dekakemasen.

  Hujan / PT /Turun + KTR / keluar negatif ‘Kalau turun hujan tidak pergi keluar’. Pada kalimat (3), klausa anak kalimat (雨が降る ame ga furu)

  ‘turun hujan’ dan induk kalimat (でかけません dekakemasen) ‘tidak pegi keluar’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada verba furu

  ‘turun ’. Klausa induk kalimat pada contoh kalimat di atas menyatakan keputusan yang diambil sebagai akibat dari turun hujan. Konjungsi tara pada kalimat di atas mengandung makna sebab akibat yaitu apabila hujan turun maka tidak jadi pergi keluar, tetapi jika tidak turun hujan maka pergi keluar. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (-ません –masen) yang menyatakan makna negatif.

  Contoh-contoh kalimat di atas menimbulkan pertanyaan apakah konjungsi yang ada pada contoh kalimat nomor 1 sampai dengan nomor 3 dapat saling menggantikan atau tidak, dan apakah makna setelah saling menggantikan tetap sama.

  Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada konjungsi to, ba, tara karena penulis dan beberapa orang yang baru saja mempelajari bahasa Jepang terkadang masih bingung ketika akan menyampaikan sesuatu dalam bentuk kondisional.

  Sebagai data primer pada penelitian ini, penulis menggunakan cerpen

  

Kumo no Ito karya Akutagawa dan Hitofusa no Budou karya Arishima, karena

  kedua cerpen tersebut selain ceritanya menarik, juga terdapat beberapa bentuk kondisional yang menggunakan konjungsi to, ba, tara. Kemudian sebagai sumber data sekunder penulis menggunakan buku Jitsuryoku Up Nihongo Noryoku Shiken karya Matsumoto dan Hoshino karena pada buku ini terdapat banyak contoh kalimat penggunaan konjungsi to, ba, dan tara.Selain itu sebagai data sekunder penulis juga menggunakan buku ajar Minna No Nihongo jilid 1 dan 2 yang banyak digunakan sebagai bahan ajar bahasa Jepang pada perguruan tinggi dan lembaga pendidikan bahasa Jepang. Penulis menggunakan contoh-contoh kalimat yang ada pada buku ini sebagai sumber data sekunder karena contoh kalimatnya yang sederhana dan mudah dipahami.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut.

  1. Bagaimanakah strutur kalimat berkonjungsi to, ba,dan tara?

  2. Apakah persamaan dan perbedaan pemakaian konjungsi to, ba, dan tara serta maknanya?

  3. Apakah konjungsi to, ba, dan tara dapat saling menggantikan ?

  1.3 Tujuan Penulisan

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan yang akan diteliti oleh penulis sebagai berikut.

  1. Mendeskripsikan struktur kalimat berkonjungsi to, ba,dan tara.

  2. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pemakaian konjungsi to, ba, dan tara serta persamaan dan perbedaan maknanya.

  3. Mengetahui perihal saling menggantikan antara konjungsi to, ba, dan tara.

  1.4 Manfaat Penulisan

  Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, baik bagi penulis sendiri maupun pembaca tentang makna serta pemakaian yang benar dari ketiga konjungsi to, ba, dan tara sehingga tidak ada lagi kerancuan dan kebingungan dalam pemakaiannya.

  1.5 Ruang lingkup

  Ruang lingkup penelitian ini yaitu kajian sintaksis pada konjungsi to, ba dan tara terbatas pada persamaan dan perbedaan struktur dan makna serta pemakaian yang tepat dari masing-masing konjungsi to, ba, dan tara yang ada pada cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa, Hitofusa no Budou karya Arishima sebagai data primer, serta buku Jitsuryoku Up Nihongo Noryoku Shiken karya Matsumoto dan buku ajar Minna No Nihongo jilid 1 dan 2 sebagai data sekunder.

1.6 Sistematika Penulisan

  Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup penelitian, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

  Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang penelitian terdahulu, metode penelitian, dan kerangka teori. Bab III merupakan pembahasan yang berisi analisis tentang konjungsi to, ba, dan

  

tara yang ada pada cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa dan Hitofusa no Budou

  karya Arishima sebagai data primer dan buku Jitsuryoku Up Nihongo Noryoku karya Matsumoto dan buku ajar Minna No Nihongo jilid 1 dan 2 sebagai

  Shiken

  data sekunder dengan menggunakan acuan buku teori Shokyuu o Oshieru Hito no

  

Tame no Nihongo Bunpou Handobukku (Matsuoka,2000:220), Nihongo bunkei

jiten (Sunagawa, 1998 :287)

  Bab IV Simpulan. Bab ini berisi penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Daftarpustaka. Lampiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

  Penelitian mengenai konjungsi to, ba dan tara pernah dilakukan sebelumnya oleh Suci Siti Azizah mahasiswa Program Studi S1 Universitas Pendidikan Indonesia dalam skripsi yang berjudul

  “Analisis Kontrastif Ungkapan Pengandaian bahasa Jepang dan bahasa Indonesia

  ”. Penelitian ini membahas mengenai perbedaan dan persamaan ungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dengan data berupa kalimat pada buku-buku bahasa Jepang tingkat dasar, novel, komik, cerpen, serta artikel majalah dan koran.

  Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat 16 konjungsi yang digunakan untuk menunjukkan ungkapan pengandaian yang bermakna syarat dan pengandaian. Sedangkan dalam bahasa Jepang terdapat 4 pola kalimat yang menunjukkan ungkapan pengandaian, baik yang bermakna syarat maupun pengandaian. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak semua ungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang dapat disubsitusikan kedalam bahasa Indonesia karena adanya perbedaan makna, struktur kalimat, dan pengaruh bahasa Melayu terhadap bahasa Indonesia. (Pada penelitian ini selanjutnya penulis mengikuti teori kridalaksana yang menggunakan istilah kondisional untuk menyatakan pengandaian). Kondisional adalah bentuk verba yang menunjukkan pengandaian atau hipotesis (Kridalaksana. 1983:90).

  Dalam bahasa Indonesia, kondisional berupa persyaratan ditandai kata- kata apabila, asal, asalkan, bila, bilamana, jika, jikalau, kalau, manakala,

  

sekiranya, dalam mana, tanpa . Namun demikian, kata-kata seperti bilamana,

jikalau, manakala, dan dalam mana sudah jarang digunakan dalam bahasa lisan

  maupun tulis pada masa kini dan biasanya hanya digunakan pada karya sastra lama atau sastra melayu. Sementara itu, hubungan kondisional dinyatakan menggunakan empat macam kata yakni andaikan, andaikata, seandainya dan seumpama.

  Dalam bahasa Jepang ada empat macam bentuk pengungkapan kondisional, yaitu dengan konjungsi to, ba , tara dan nara. Dalam bahasa Jepang ungkapan kondisional baik yang menyatakan makna syarat maupun pengandaian dapat digunakan bersama ungkapan lain seperti keinginan (ingin, mau), ungkapan potensial (bisa, dapat), dan kesungguhan (sungguh-sungguh).

  Hampir semua ungkapan bahasa Jepang dapat dipadankan ke dalam bahasa Indonesia, kecuali “dalam mana” dan “manakala” yang kadang-kadang dapat diartikan “ketika”. Sedangkan “asal” dan “asalkan” hanya dapat digunakan dalam ungkapan dengan makna syarat saja.

  Bahasa Indonesia mempunyai kelompok konjungsi tersendiri untuk menyatakan ungkapkan kondisional bersyarat, sedangkan dalam bahasa Jepang semua pola kalimat kondisional dapat menyatakan kondisional bersyarat. Berikut ini adalah tabel ungkapan kondisional dan syarat bahasa Indonesia dan bahasa Jepang

Tabel 2.1 Kondisional dalam bahasa Indonesia dan contoh pemakain.

  No Kondisional dalam Contoh pemakaian bahasa Indonesia

  1 Apabila Apabila terjadi sesuatu pada benda ini, aku akan membuatmu kehilangan nyawa.

  2 Asal Asal nilai raportmu tidak kurang dari 8, kau boleh bekerja sampingan.

  3 Asalkan Aku akan menerimamu, asalkan kau mau berubah.

  4 Bila Dan bila dia tertidur, mimpi-mimpinya akan menjadi api, potongan-potongan tubuh, dan erangan mereka yang kesakitan.

  5 Bilamana Bilamana ada nasabah yang belum mempunyai KTP, maka harus menggunakan KTP orang tua atau wali.

  6 Jika Jika aku memberikan ini kepadamu,kau tidak boleh memberitahu siapa pun.

  7 Jikalau Jikalau aku tidak menghormatinya dengan formalitas seperti ini, dia pasti akan kecewa.

  8 Kalau Kalau bertemu akan aku bunuh anak itu, biar tidak membuat jengkel lagi !.

  9 Manakala Manakala hujan turun sore-sore dan mereka tidak bisa jalan-jalan, berceritalah ibunya tentang segala macam dongeng.

  10 Sekiranya Demikianlah niat hamba. Sekiranya tuan tidak keberatan hamba mohon ijin.

  11 Dalam mana Perjanjian utang piutang bisa bersifat perdagangan yang halal dalam mana sifatnya sukarela dan dilindungi oleh undang-undang.

  12 Tanpa Polisi tidak akan mampu menagkap pelaku penculikan itu tanpa informasi dari masyarakat

  13 Andaikan Andaikan waktu dapat berputar kembali, aku tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu.

  14 Andaikata Andaikata ketahuan ada orang yang mengintip, orang itu diseret ke tengah pesta dan dibunuh dan darahnya dipergunakan berkeramas.

  15 Seandainya Seandainya suara indah Kazeem saheer digunakan untuk membaca Al- Qur’an seperti Syekh Ahmad, mungkin akan lain cerita dunia selebriti Arab.

  16 Seumpama Saya akan berpuasa tiga hari, seumpama saya berhasil lulus SMPTN.

  (Resume dari Suci Siti Azizah, 2007 : 47).

Tabel 2.2 Kondisional dalam bahasa Jepang dan contoh pemakaian.

  No Kondisional dalam Contoh pemakaian bahasa Jepang

  1 To メールを出すと、すぐ返事が来る。

  2 Ba 春が来れば桜が咲く。

  3 Tara お金があったら、旅行をします。

  4 Nara あなたが行くなら、私も行きます。 (Resume dari Suci Siti Azizah, 2007 :93).

  Dari tabel kondisional dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang di atas, terdapat perbedaan jumlah konjungsi yang dapat digunakan. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi yang digunakan untuk menyatakan makna kondisional lebih banyak dibandingkan konjungsi yang digunakan untuk menyatakan kondisional dalam bahasa Jepang.

2.2 Metode Penelitian

  Metode penelitian yang penulis gunakan untuk membedakan makna dan fungsi masing-masing konjungsi to, ba, dan tara adalah metode distribusional.

  Metode distributional adalah metode analisis bahasa yang memerikan distribusi unsur-unsur fonologis, gramatikal atau leksikal dalam satuan yang lebih besar, misalnya morfem dalam kata atau frase-frase dalam klausa (Kridalaksana,1983:9). Dalam metode distributional terdapat salah satu teknik yaitu teknik subtitusi yang merupakan bagian dari metode distributional. Substitusi yaitu proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu (Kridalaksana,1983:159).

  Menurut Sutedi (2003:121) untuk menganalisis makna suatu kata, akan lebih baik dan lebih jelas hasilnya jika dilakukan dengan membandingkan dengan kata yang dianggap bersinonim, karena nantinya akan semakin jelas makna dari setiap kata tersebut sehingga kekaburan dan keraguan tentang bagaimana persamaan dan perbedaannya bisa diatasi

  Konjungsi to, ba dan tara adalah konjungsi yang memiliki kemiripan makna atau bersinonim. Sinonim merupakan beberapa kata yang maknanya hampir sama. Sinonim (類義語 ruigigo) adalah salah satu objek kajian semantik (意味論 imiron). Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna (Sutedi,2003:120). Menurut Sutedi dalam bukunya Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menganalisa sinonim adalah sebagai berikut.

  a.

  Cara penulis menerapkan metode penelitian ini yaitu mengumpulkan jitsurei yang di dalamnya terkandung konjungsi to, ba dan tara, melakukan analisa, kemudian melakukan penggantian konjungsi. Contoh penerapan;

  いた odoroita ) ‘kaget’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat di atas melekat pada verba miru

  wo miru) ‘Kandata melihat ini’ dan induk kalimat ( 驚 おどろ

  Pada kalimat (1), klausa anak kalimat (カンダタはこれを見る Kandata ha kore

  Kalau Kandata melihat ini maka terkejut.

  

KTO

/ terkejut.

  Kandata/ PT/ini / PT/melihat/

  カンダタはこれを見ると、 驚 おどろ いた。(KNI:103) Kandata / ha / kore/ wo/ miru/to,/ odoroita.

  1) Mengumpulkan contoh kalimat dan memaparkan 1.

   Membuat kesimpulan.

  Menentukan objek yang akan diteliti.

   Melakukan analisis g.

  f.

   Membuat pasangan kata yang akan dianalisis.

  e.

   Mengklasifikasikan setiap jitsurei.

  Mengumpulkan jitsurei (contoh konkrit ) d.

  c.

  Mencari literatur yang relevan.

  b.

  ‘melihat’. Pada kalimat (1) konjungsi to mengandung makna sebab akibat, karena melihat ini, maka Kandata menjadi terkejut dan ketakutan.

  2). Melakukan penggantian konjungsi. Substitusi konjungsi to dengan konjungsi ba dan tara. おどろ 2.a カンダタはこれを見ると、 驚 いた。 Kandata / ha / kore/ wo/ miru/to, / odoroita.

  

KTO

Kandata/ PT/ini / PT/melihat/ / terkejut. おどろ

  2.b カンダタはこれを見れば、 驚 いた。 Kandata / ha / kore/ wo/ mire/ba, / odoroita.

  Kandata/ PT/ini / PT/melihat/ KB / terkejut. おどろ 2.c カンダタはこれを見たら, 驚 いた。 Kandata / ha / kore/ wo/ mi /tara, / odoroita.

  

KTR

Kandata/ PT/ini / PT/melihat/ / terkejut.

  Konjungsi to pada contoh ka limat 2.a bermakna ‘waktu’ yaitu Kandata menjadi terkejut ketika melihat sesuatu. Contoh kalimat 2.b tidak tepat karena konjungsi tidak dapat dihubungkan dengan bentuk lampau. Sedangkan contoh kalimat 2.c

  ba

  di atas, konjungsi tara bermakna kondisional, yaitu seandainya Kandata melihat ini, Kandata akan terkejut.

  Persamaan : a.

  Konjungsi to dan tara di atas sama-sama bermakna kondisional. Perbedaan : a.

  Konjungsi ba kurang tepat pada kalimat di atas karena dihubungkan pada induk kalimat yang mempunyai makna lampau.

  b.

  Konjungsi to mempunyai makna tersirat yaitu waktu kejadian.

  c.

  Konjungsi tara mempunyai makna tersirat yaitu sebab-akibat.

  2. 3 Kerangka Teori

2.3.1 Konjungsi to

  Menurut Matsuoka (2000:220), Suzuki (1998:123), dan Sunagawa (1998 :287) konjungsi to dapat melekat pada verba bentuk kamus (辞書形 jisho kei), bentuk negatif (ない形 naikei), adjektiva i (い形容詞 i keiyoushi), adjektiva na ( な 形 容 詞 na keiyoushi), serta nomina ( 名 詞 meishi). Pada kasus tertentu konjungsi to juga dapat melekat pada bentuk sopan (ます masu) dan (です desu).

  Untuk cara pelekatannya, konjungsi to melekat secara langsung pada verba bentuk kamus, verba bentuk negatif, verba bentuk sopan dan adjektiva i. Pada adjektiva na terjadi perubahan na menjadi da, misalnya (元気な genki na)

  ‘sehat’ menjadi genki da. Kemudian pada nomina, terdapat penambahan da setelah nomina, misalnya (子供 kodomo) ‘anak’ menjadi kodomo da.

  Konjungsi to tidak dapat melekat pada verba bentuk lampau (過去形 ). Selain itu konjungsi to tidak dapat dihubungkan dengan induk kalimat

  kakokei

  yang mengandung makna perintah (命令 meirei) yang ditandai oleh(ください , niat (意志 ishi) yang ditandai oleh(つもり tsumori),

  kudasai,なさい nasai

  keinginan (希望 kibou) yang ditandai oleh (たい tai、おうとおもっています

  

ou to omotte imasu ), dan permintaan (依頼 irai) yang ditandai oleh(ください

kudasai , いただけませんか itadakemasenka).

Tabel 2.3 Pelekatan konjungsi to pada predikat anak kalimat.

  No Bentuk Positif Negatif Sopan Kategori Lampau Non Lampau Non Lampau Non lampau lampau lampau

  1 Verba

  X O

  X O

  X O

  2 Adjektiva i

  X O

  X O

  X O

   na

  X O

  X O

  X O

  3 Nomina

  X O

  X O

  X O (Resume dari Matsuoka (2000:220), Suzuki (1998:123), dan Sunagawa (1998 :287)).

  Keterangan : Tanda (X) menunjukkan kategori yang tidak dapat di hubungkan dengan konjungsi to.

  Tanda (O) menunjukkan kategori yang dapat dihubungkan dengan konjungsi to.

  Menurut Matsuoka (2000:220), Suzuki (1998:123) dan Sunagawa (1998 :287) konjungsi to memiliki fungsi sebagai berikut.

  1) Menjelaskan sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang. 2) Menjelaskan hubungan ketergantungan . 3) Menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami. 4) Menyatakan kebiasaan . 5) Menyatakan hasil dari pengoperasian mesin. 6) Menjelaskan hubungan sebab -akibat.

  Contoh kalimat.

  (1) 3月の後半になると、桜が咲き始めます。( NBHB:220) 3gatsu / no/ kouhan / ni/naru/to / sakura/ ga/ sakihajimemasu.

  Bulan maret/PT/ pertengahan /PT /jadi /KTO/ sakura/PT/ mulai mekar

‘Kalau pertengahan bulan Maret tiba,bunga Sakura mulai mekar’.

  (2) 四つ角を曲がると、すぐかれのマンションが見えた。(NBHB:220) Yotsu kado /wo/magaru/ to, / sugu /kare/no/ manshon /ga/ mieta.

  Perempatan/PT/ belok /KTO/segera/dia/PT/tempat tinggal/PT/terlihat.

  ‘Kalau belok di perempatan, segera terlihat tempat tinggalnya’.

  (3) 窓を開けると、冷たい風が入ってきた。(NBHB:221) Mado /wo/akeru/ to / tsumetai/kaze/ga/haittekita.

  Jendela/PT/buka/KTO/ dingin /angin/PT/masuk.

  ‘Begitu jendelanya dibuka angin dingin akan masuk’.

  (4) 先生は教室に入ってくると授業を始められた。(NBHB:221) Sensei/ha/kyoushitsu /ni /haittekuru /to /jugyou /wo/hajimerareta.

  Guru/PT/kelas /PT /masuk/KTO/pelajaran/PT/ dimulai .

  ‘Begitu guru masuk ruang kelas, pelajaran dimulai’.

  (5) お金を入れてボタンを押すと、切符が出てきます. (GS:122) Okane/ wo/ irete / botan/ wo/ osu / to /kippu/ ga/ dete kimasu .

  Uang/PT /masuk/tombol/ PT/tekan /KTO/ karcis/PT / keluar.

  

‘Kalau uangnya dimasukkan kemudian tombolnya ditekan maka

karcisnya akan keluar.

  ’

  (6) その話を聞くと悲しくなった。(GS:122) Sono/hanashi /wo/kiku /to /kanashikunatta.

  Itu /pembicaraan/PT/mendengar/KTO/menjadi sedih.

  ‘ Kalau mendengar pembicaraan itu saya menjadi sedih.

  ’ Pada contoh kalimat (1) konjungsi to menjelaskan kejadian yang terjadi secara berulang-ulang dan pasti terjadi, yaitu bahwa setiap pertengahan bulan maret tiba bunga sakura mulai mekar. Konjungsi to pada contoh kalimat (2) menjelaskan hubungan ketergantungan (kalau ada P maka akan ada Q), yaitu bahwa tempat tinggalnya akan terlihat kalau belok di perempatan. Konjungsi to pada contoh kalimat (3) menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami, yaitu bahwa pada saat musim dingin jika kita membuka jendela maka angin dingin akan masuk ke dalam ruang. Konjungsi to pada contoh kalimat (4) menyatakan suatu kebiasaan yang biasanya terjadi atau kebiasaan yang dilakukan seseorang. Konjungsi to pada contoh kalimat (5) menyatakan hasil yang didapat dari pengoperasian suatu alat atau mesin yang umumnya terjadi. Konjungsi to pada contoh kalimat (6) menjelaskan hubungan sebab-akibat yaitu disebabkan mendengar pembicaraan itu mengakibatkan menjadi sedih.

2.3.2 Konjungsi ba.

  Menurut Matsuoka (2000:222), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998:476) konjungsi ba dapat melekat pada verba bentuk kamus (辞書形 jisho

  

kei ), bentuk negatif (ない形 naikei), nomina (名詞 meishi), adjektiva na (な形

容詞 na keiyoushi), dan adjektiva i (い形容詞 i keiyoushi).

  Untuk cara pelekatannya, konjungsi ba melekat pada predikat anak kalimat dengan cara berikut, untuk verba golongan I verba bentuk kamus diakhiri dengan vokal u, tsu, ru, bu, nu, mu, ku, gu, su menjadi vokal e, te, re, be, ne, me,

  ke, ge, se , misalnya (買う kau)

  ‘beli’ menjadi kae, verba golongan II yang diakhiri vokal iru dan eru menjadi ire dan ere misalnya (食べる taberu) ‘makan’ menjadi

  

tabere, verba golongan III kuru dan suru menjadi kure dan sure.Verba bentuk

  negatif (ない形 nai kei), akhiran na pada pada bentuk negatif berubah menjadi

  nakere misalnya ( 分 か ら な い wakaranai)

  ‘tidak mengerti’ menjadi

  

wakaranakere, sedangkan pada adjektiva i (い形容詞 i keiyoushi), akhiran i pada

  adjektiva ini berubah menjadi kere misalnya ( 安 い yasui) ‘murah’ menjadi yasukere.

  Konjungsi ba tidak dapat melekat pada verba bentuk lampau (過去形 kako kei) , verba bentuk sopan (ます形 masu kei).

  Tabel 2.4 Pelekatan konjungsi ba pada predikat anak kalimat

  No Bentuk Positif Negatif Sopan Kategori Lampau Non Lampau Non Lampau Non lampau lampau lampau

  1 Verba

  X O

  X O

  X X

  2 Adjektiva i

  X O

  X O

  X X

   na

  X O

  X O

  X X

  3 Nomina

  X O

  X O

  X X (Resume dari Matsuoka 2000:222, Suzuki 1998:124 dan Sunagawa 1998 :276). Keterangan : Tanda (X) menunjukkan kategori tersebut di atas tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi ba. Tanda (O) menunjukkan kategori tersebut di atas dapat dihubungkan dengan konjungsi ba.

  Menurut Tomomatsu (2000:157), adjektiva na dan nomina dapat dilekati oleh konjungsi nara atau naraba.

  Contoh kalimat: 雨ならばどこも行きません。 Ame /naraba/ dokomo / ikimasen.

  Hujan /KNB/ kemanapun/ tidak pergi.

  ‘ Kalau hujan tidak pergi kemanapun.’ Meskipun dalam buku referensi terdapat konjungsi naraba akan tetapi penulis tidak menemukan contoh kalimat pada data primer dan sekunder yang menggunakan konjungsi naraba.

  Menurut Matsuoka (2000:222), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998:276) konjungsi ba memiliki fungsi sebagai berikut.

  1) Menjelaskan sesuatu yang selalu dan umumnya terjadi. 2) Menyatakan suatu perumpamaan. 3) Menjelaskan hubungan ketergantungan (jika A maka B). 4) Menderetkan kata yang bermakna sejajar. Contoh kalimat.

  (1) 春になれば桜が咲く.(GS:123) Haru/ni / nareba /sakura/ga/ saku.

  Semi/PT/menjadi+KB/sakura /PT/mekar.

  ‘Kalau musim semi tiba bunga sakura akan mekar’.

  ちりも積もれば山となる。

  (2) (NBHB:222) Chirimo / tsumoreba /yama /to /naru.

  Debupun/dikumpulkan+KB/gunung/PT/menjadi.

  ‘Debupun kalau dikumpulkan bisa jadi gunung’. (3)

  わからないことがあれば、いつでも聞いてください。(NBHB:222) Wakaranai /koto/ga/are ba /itsudemo/kiite kudasai.

  Tidak tahu/hal /PT/ada+KB/kapanpun/ silahkan tanya.

  ‘Kalauada yang tidak dipahami silahkan bertanya kapan saja’. さいのう

  (4) もない。(GS:123) 彼には、お金もなければ才能

   Kare/ha/okane/mo/nakereba /sainou /mo /nai Dia/PT/uang/pun /tidak ada+KB /kepandaian/pun/tidak ada.

  ‘Laki-laki itu uang-pun tidak punya, kepandaian-pun juga tidak ada’.

  Pada contoh kalimat (1) konjungsi ba menjelaskan sesuatu yang selalu dan umumnya terjadi, yaitu bahwa setiap musim semi tiba bunga sakura akan mekar.

  Konjungsi ba pada contoh kalimat (2) menyatakan suatu perumpamaan yang maknanya biarpun sedikit tapi kalau kita rajin mengumpulkan sesuatu lama-lama akan menjadi banyak. Konjungsi ba pada contoh kalimat (3) menyatakan hubungan ketergantungan (jika A maka B), yaitu bahwa jika tidak mengerti maka diperbolehkan bertanya kapan saja. Konjungsi ba pada contoh kalimat (4) digunakan untuk menyatakan kata yang bermakna sejajar, seperti contoh kalimat di atas yang maknanya bahwa laki-laki tersebut selain tidak punya uang juga tidak punya kepandaian sehingga tidak ada sisi baiknya.

2.3.3. Konjungsi tara

  Menurut Matsuoka (2000:223), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998:204) konjungsi tara dapat melekat pada verba bentuk kamus (辞書形 jisho

  

kei ), bentuk lampau (過去形 kako kei), bentuk negatif lampau (過去ない形 kako

nai kei ), bentuk negatif (ない形 naikei), adjektiva i (い形容詞 i keiyoushi)

  adjektiva na (な形容詞 na keiyoushi), nomina (名詞 meishi) serta bentuk sopan (ます masu) dan (です desu).

  Untuk cara pelekatannya, konjungsi tara melekat secara langsung pada verba bentuk lampau (過去形 kako kei) dan verba bentuk negatif lampau (過去な い形 kako nai kei), adjektiva na berubah menjadi bentuk lampau datta misalnya (元気な genki na)

  ‘sehat’ menjadi genki datta, adjektiva i (い形容詞 i keiyoushi) akhiran i pada adjektiva i menjadi bentuk lampau katta misalnya (安い yasui) ‘murah’ menjadi yasukatta.

Tabel 2.5 Pelekatan konjungsi tara pada predikat.

  No Bentuk Positif Negatif Sopan Kategori Lampau Non Lampau Non Lampau Non lampau lampau lampau

  1 Verba

  X O

  X O

  X O

  2 Adjektiva i

  X O

  X O

  X O

   na

  X O

  X O

  X O

  3 Nomina

  X O

  X O

  X O (Resume dari Matsuoka 2000:223, Suzuki 1998:124dan Sunagawa 1998 :276). Keterangan : Tanda (X) menunjukkan kategori tersebut di atas tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi tara.

  Tanda (O) menunjukkan kategori tersebut di atas dapat dihubungkan dengan konjungsi tara.

  (3) 風邪ですか。じゃ薬を飲んで寝たらどう。(GS:124) Kaze /desuka/ Jya /kusuri/wo/nonde/netara /dou.

  

‘Kalau musim panas tiba,(biasanya) pergi berkemah dengan keluarga’.

  Musim panas/PT/menjadi+KTR /keluarga/PT/berkemah /PT/pergi.

  でキャンプに行った ものだ 。(GS:124) Natsu /ni /nattara / kazoku/de /kyanpu /ni /itta monoda.

  (4) 夏になったら、家族 か ぞ く

  Apakah kamu masuk angin ?jika begitu bagaimana kalau minum obat kemudian istirahat’ .

  Masuk angin/apakah / jika begitu/obat/PT/minum /tidur+KTR/bagaimana.

  ‘Kalau minum obat, sakit kepala akan sembuh.’

  Menurut Matsuoka(2000:223), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998 :276) konjungsi tara memiliki fungsi sebagai berikut.

  Obat /PT/minum+KTR/sakit kepala/PT/sembuh.

  が治 なお った。(GS:124) Kusuri /wo/nondara /zutsuu /ga/naotta.

  (2) 薬を飲んだら、頭痛 ず つ う

  ‘Kalau saya burung, (saya)ingin terbang di langit seharian’.

  Saya /PT/ burung+KTR / satu hari penuh/langit /PT/ ingin keliling terbang .

  (1) 私が鳥だったら、一日中空を飛び回りたい。(NBHB:223) Watashi/ga/toridattara,/ ichinichijyu /sora /wo/tobimawaritai.

  1) Menyampaikan suatu pengandaian yang tidak nyata. 2) Untuk menyatakan sebab-akibat. 3) Untuk menyampaikan saran. 4) Menjelaskan kebiasaan yang dilakukan. Contoh Kalimat.

  Pada contoh kalimat (1) konjungsi tara menyampaikan suatu pengandaian yang tidak nyata atau hanya berandai-andai saja. Konjungsi tara pada contoh kalimat (2) menyatakan hubungan sebab-akibat yaitu sakit kepala akan sembuh karena minum obat. Konjungsi tara pada contoh (3) digunakan untuk memberi saran agar orang yang diberi saran melakukan apa yang kita sarankan. Konjungsi

  

tara pada contoh (4) digunakan untuk menyampaikan kebiasaan yang dilakukan

dari dulu sampai sekarang.

BAB III ANALISIS

3.1 Stuktur dan Makna

  Untuk mengetahui struktur dan makna konjungsi to, ba, tara penulis menganalisis struktur dan makna dari contoh-contoh kalimat yang dikumpulkan dari data primer dan data sekunder.

3.1.1 Struktur

  Dari data yang digunakan sebagai objek analisis pada penelitian ini ditemukan bahwa pelekatan konjungsi to, ba, tara pada predikat anak kalimat dan induk kalimat adalah sebagai berikut,

  Tabel 3.1 Pelekatan konjungsi to, ba,tara pada predikat anak kalimat

  No Bentuk dan kategori Konjungsi Konjungsi Konjungsi

  to ba tara

  1. Verba, adjektiva, nomina bentuk O O O positif dan negatif non lampau

  2 Verba, adjektiva, nomina bentuk,

  X X

  X positif dan negatif lampau

  3 Verba, adjektiva, nomina bentuk O

  X O sopan Konjungsi to melekat pada verba, adjektiva i, adjektiva na, nomina bentuk biasa baik positif maupun negatif, non lampau, dan bentuk sopan. Sementara itu konjungsi ba melekat pada konjugasi verba, adjektiva i, adjektiva na, nomina bentuk positif dan negatif non lampau, namun konjungsi ba tidak dapat melekat pada bentuk lampau dan sopan. Sedangkan konjungsi tara melekat pada konjugasi verba, adjektiva i, adjektiva na, nomina bentuk biasa baik positif maupun negatif dan bentuk sopan, namun konjungsi tara tidak dapat melekat pada bentuk lampau. Berikut ini adalah tabel induk kalimat yang dapat dihubungkan dengan konjungsi to, ba dan tara

Tabel 3.2 Bentuk induk kalimat yang dapat dihubungkan dengan konjungsi to,ba dan tara.

  No Jenis induk kalimat Konjungsi Konjungsi Konjungsi

  to ba tara

  1 Bentuk keinginan, perintah,

  X X O permintaan,

  2 Bentuk ajakan

  X O O

  3 Bentuk lampau dan kalimat aktifitas O

  X O yang berurutan Konjungsi to tidak dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan keinginan, perintah, permintaan dan ajakan, namun konjungsi to dapat dihubungkan dengan induk kalimat bentuk lampau dan menyatakan aktivitas yang berurutan. Sementara itu konjungsi ba juga tidak dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan keinginan, perintah, permintaan dan menyatakan aktifitas yang berurutan, namun dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan ajakan. Sedangkan konjungsi tara dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan keinginan, perintah, permintaan, ajakan, induk kalimat bentuk lampau dan menyatakan aktifitas yang berurutan.

  Pada data yang digunakan sebagai objek analisis pada penelitian ini, pelekatan konjungsi to, ba, tara pada predikat dan induk kalimat yang dapat dihubungkan dengan ketiga konjungsi to, ba, tara,sesuai dengan teori yang digunakan pada penelitian ini.

3.1.2 Makna

  Untuk memudahkan analisis, penulis mengklasifikasikan data-data ke

  一般条

  dalam 4 makna utama, yaitu 1. ( ippan jyouken ) makna kondisional umum,

  恒常 条 件 仮 定 条 件

  2. ( koujyou jyouken ) makna kondisional pasti, 3. ( katei

  反事実的条件

jyouken) makna kondisional bersyarat, 4.( hanjijitsuteki jyouken )

makna kondisional tidak nyata.

  

一般条件

3.1.2.1 Makna kondisional Umum ( )

  Makna umum adalah makna yang digunakan untuk menyatakan suatu hal yang pada umumnya terjadi. Makna umum ini memiliki fungsi diantaranya yaitu untuk menjelaskan sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang, menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami, menyatakan kebiasaan, sebab-akibat dan menyatakan waktu.

  。 (1)

  気温が低いと, 桜はなが咲かない (NBJ, 1999 :287) Kion / ga/ hikuito /sakura/hana/ga /sakanai.

  Suhu udara/PT/rendah+KTO/sakura/bunga/PT/tidak mekar.

  ‘Kalau suhu udara rendah, bunga sakura tidak mekar.’

気温が低い

  Pada data (1), klausa anak kalimat ( Kionga hikui ) ‘suhu udara rendah’

  桜はなが咲かない

  dan induk kalimat ( sakura hana ga sakanai ) ‘bunga sakura tidak mekar

  ’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada adjektiva hikui ‘rendah’. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba mawasu ‘putar’. Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (1) sehingga bermakna kondisional umum, yaitu

  ‘umumnya bunga sakura tidak mekar jika suhu udara rendah’. Klausa induk kalimat di atas menyatakan akibat yang terjadi.

  。

  (2) 水は 100 度になると, 沸騰する (NBJ, 1999 :287) Mizu /ha/100 /do /ni/naruto/,futtosuru.

  Air /PT/100/derajat/PT/jadi+KTO/mendidih.

  ‘Kalau suhu air 100 derajat akan mendidih.’ Pada data (2), klausa anak kalimat ( 水は 100 度になる Mizu ha 100 do ni naru )

  沸 騰 す る futtosuru

  ‘suhu air 100 derajat’ dan induk kalimat ( ) ‘mendidih’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsitopadakalimatinimelekatpada verba

  naru

  ‘jadi’.Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (2) sehingga bermakna kondisional umum,yaitu pada umumnya air akan dan pasti mendidih pada suhu 100 derajat. Klausaindukkalimatpada kalimat di atas menyatakan hasil yang tercapai.

  だれでも年をとると, 昔がなつかしくなるものだ

  (3) 。(NBJ, 1999 :287) Dare demo/toshi/wo/toruto/mukashi/ga /nastsukashiku/narumonoda.

  Siapapun/usia/PT/ambil+KTO/dahulu/PT/kangen/menjadi.

  ‘Siapapun kalausudah tua akan merindukan masa lalu.’

  だれでも年をとる

  Pada data (3), klausa anak kalimat ( Dare demotoshiwotoru )

  昔がなつかしくなるものだ mukashiga

  ‘siapapun sudah tua’ dan induk kalimat (

  natsukashikunarumonoda