PROFIL ELASTISITAS OTOT SETELAH MELAKUKAN SENAM BUGAR LANSIA DI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG

  

PROFIL ELASTISITAS OTOT SETELAH MELAKUKAN

SENAM BUGAR LANSIA DI KELURAHAN TLOGOMAS

KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG

1) 2) 3) 1) Getrudis Renda Dadi , Susi Milwati , Ragil Catur Adi W.

  

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

3)

Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang

Dosen Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Email : getrudis renda@yahoo.co.id

  

ABSTRAK

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil elastisitas otot setelah melakukan senam bugar lansia di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan observational analitik. Populasi semua lanjut usia sebanyak 45 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang dan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Metode analisa data peneliti ini menggunakan uji statistik

  spearman’s rank (Rho) dengan tingkat signifikasi  = 0,05. Instrumen penelitian meliputi kuiseoner, observasi, dan dokumentasi.

  Hasil penelitian profil elastisitas otot paralel atau komponen elastic parallel (PEC) lansia setelah melakukan senam bugar lansia di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang dalam kondisi elastik berjumlah 14 orang (35%), yang cukup elastic ada 15 orang (37,5%) dan kurang elestis ada 11 orang (27,5%) sehingga tidak ada lansia yang mempunyai kondisi elatisitas paralel (PEC) yang tidak elastis. Profil elastis seri atau komponen elastik seri (SEC) sebanyak 13 orang (32,5%), yang cukup elastis ada 18 orang (45%) dan yang kurang elastis ada 9 orang (22,5%), dengan demikian tidak ada lansia yang mempunyai kondisi elastisitas seri (SEC) yang tidak elastis. Terdapat hubungan profil elastisitas otot dan senam bugar lansia di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang yang dibuktikan dengan analisis statistik korelasi spearman rank ini membuktikan bahwa nilai p-value sebesar 0,000 < (0,05) sehingga penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, kekuatan hubungan tersebut sebesar 0,708 (70,8%) sehingga masuk dalam kategori hubungan yang kuat.

  Kata Kunci : Elastisitas Otot, lansia, senam lansia.

  

THE PROFILE OF THE ELASTICITY OF A MUSCLE AFTER DO

GYMNASTICS TO BE FIT FOR THE ELDERLY IN TLOGOMAS,

LOWOKWARU, MALANG CITY

  

ABSTRAK

The purpose of this research is to find profile elasticity the muscles do gymnastics fit for

elderly at the tlogomas in lowokwaru the poor. Design research descriptive with the

approach observational analytic. The population all elderly people about 45.Included in

this study as many as 40 people and Sampling techniques used in this research is a

technique purposive sampling. A method of data analysis researchers it uses statistical

tests

   = 0.05. Research instruments

  the spearmanʹs rank (rho) with extent of signification

covering kuiseoner, observation, and documentation. The results of the study profile

elasticity muscle parallel or components elastic parallel (PEC) elderly After do gymnastics

fit elderly in kelurahan tlogomas kecamatan lowokwaru city poor in a condition elastic

were 14 people (35%) Quite elastic is 15 people (37,5%) and less elestis is 11 people

(27.5%) that no seniors conditions parallel have elatisitas (PEC) not elastic. Elastic

profile series or components elastic series (SEC) as many as 13 people (32.5%), elastic

enough there are 18 people (45%) and that there is less elastic 9 people (22.5%), Thus

there is no elderly who have condition elasticity series (SEC) that not elastic. There is the

relationship the profile of the elasticity of muscle and gymnastics to be fit for the elderly in

kelurahan tlogomas kecamatan lowokwaru poor city As evidenced by statistical analysis

correlation spearman rank this proves that value Value p value of 0,000 & 0.05 so that

research this proves that there is a significant relation, The relations power of 0,708

(70,8% ) so that included in the category strong relationship .

  Keywords : Elasticity muscle, elderly, gymnastics elderly.

  

PENDAHULUAN kabur, dan kekuatan fisiknya pun mulai

  melemah. Kenyataan itulah yang dialami Usia manusia secara kronologis oleh orang yang sudah lanjut usia akan terus bertambah seiring bergantinya (lansia). Garis hidup alami yang harus waktu. Bersamaan dengan meningkatnya dilalui manusia itu merupakan suatu usia, beberapa fungsi vital dalam tubuh keadaan komplek. Hal ini dikarenakan ikut mengalami kemunduran. manusia yang sudah usia lanjut banyak Pendengaran mulai menurun, penglihatan mengalami berbagai masalah kehidupan bukannya hanya faktor bilogis tersebut menurun 10-20%. Penurunan ini terjadi saja, tetapi juga faktor psikologis dan pada usia 30-70 tahun (Fatmah, 2010). sosial mempengaruhi gaya hidupnya. Penelitian terkini menyebutkan bahwa Menjadi tidak akan bisa dihindari tetapi walaupun tanpa adanya penyakit harus dipersiapkan dengan baik agar neurodegeneratif, jelas terdapat mampu mengarungi hidup semasa tua perubahan struktur otak manusia seiring tersebut dengan kondisi kesehatan yang bertambahnya usia. Serta, perubahan tetap terpelihara dengan baik. patologis pada serebrovaskular juga

  Lansia merupakan bagian dari berhubungan dengan kemunduran fungsi anggota keluarga dan anggota masyarakat kognitif (Kuczynski, 2009). Hal tersebut yang semakin bertambah jumlahnya tentunya juga akan berpengaruh pada sejalan dengan peningkatan usia harapan aktivitas sehari-hari sehingga dapat hidup. Jumlah lansia meningkat diseluruh menurunkan kualitas hidup lansia yang Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada berimplikasi pada kemandirian dalam tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh melakukan aktivitas dasar sehari-hari penduduk dengan usia harapan hidup (Nugroho, 2008). 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan Menurut Jubaidi (2008) ada hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan beberapa perubahan fisik pada lansia jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan yang dapat menjadi suatu kondisi lansia diperkirakan pada tahun 2020 akan terserang penyakit, seperti perubahan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini kardiovaskuler yaitu menurunnya menunjukkan bahwa jumlah lansia elastisitas pembuluh darah, perubahan meningkat secara konsisten dari waktu ke pada respirasi yaitu menurunnya waktu, meningkatnya umur harapan kekuatan otot-otot pernafasan, serta hidup dipengaruhi oleh majunya perubahan pada pendengaran dan pelayanan kesehatan, menurunnya angka perubahan pada penglihatan. Adanya kematian bayi dan anak, perbaikan gizi keterbatasan pergerakan dan dan sanitasi, serta meningkatnya berkurangnya pemakaian sendi dapat pengawasan terhadap penyakit infeksi memperparah kondisi tersebut (Ulliya (Bandiyah, 2009). dkk., 2009). Penurunan kemampuan

  Menua senantiasa disertai dengan muskuloskeletal dapat menurunkan perubahan disemua sistem didalam tubuh aktivitas fisik (physical activity), manusia. Perubahan disemua sistem sehingga akan mempengaruhi lansia didalam tubuh manusia tersebut salah dalam melakukan aktifitas sehahi - hari satu misalnya terdapat pada sistem saraf. (Ulliya dkk., 2009). Perubahan tersebut dapat mengakibatkan Memelihara kesehatan untuk terjadinya penurunan dari fungsi kerja hidup yang tidak bergantung dengan otak. Berat otak pada lansia umumnya orang lain besar kemungkinan harus memprioritaskan kekuatan otot (Broman dkk., 2006). Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Keadaan ini menyebabkan munculnya penyakit degeneratif yang merupakan penumpukan distorsimetabolik dan struktural (Darmojo & Martono, 2009).

  Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan sinovial pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian. Senam bugar lansia (SBL) termasuk senam aerobic low

  impact (menghindari gerakan loncat-

  loncat), senam lansia ini dikeluarkan oleh Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) khusus bagi lansia dengan pelaksanaan durasi senam kurang lebih 30 menit dengan 5 menit latihan pemanasan, 20 menit latihan inti dan 5 menit pendinginan (Ulliya & Agustin, 2008). Senam lansia akan menambah penguatan otot, daya tahan tubuh, kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem muskuloskeletal yang menurun dapat diperbaiki. Selain itu senam lansia bermanfaat untuk memelihara kebugaran jantung dan paru (Herawati & Wahyuni, 2004). Elastisitas otot terdiri dari elastisitas paralel (PEC) yang memberikan tahanan pada saat otot secara pasif terulur dan elastisitas seri (SEC) sebagai pegas yang lentur untuk menyimpan energi elastis ketika otot yang tegang diulur.

  Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan, senam lansia dapat menyebabkan kemandirian melakukan aktivitas dasar sehari-hari dalam kategori mandiri (96,23%) (Ardiyanti, 2009). Latihan ROM selama satu bulan sudah dapat meningkatkan ROM fleksi sendi lutut pada lansia yang mengalami keterbatasan gerak. Latihan ROM adalah latihan yang menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang menyebabkan peningkatan fungsi muskuloskeletal sehingga berpengaruh padaaktifitas. Latihan fisik tubuh bagian atas dapat meningkatkan kekuatan lengan (26%), fleksibilitas bahu (10%) sehingga dapat meningkatkan elastisitas otot (Venturelli dkk, 2010). Pengaruh SBL terhadap aktifitas belum banyak diteliti. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kelurahan Tlogomas didapatkan jumlah lansia 80 0rang dari hasil wawancara dengan 80 orang lansia terdapat 50 orang lansia tidak mengikuti senam lansia yang dilaksanakan setiap hari (Rabu dan Jumat) dengan alasan memiliki banyak kesibukan dan menderita penyakit, sedangkan 30 orang lansia aktif dalam mengikuti senam lansia. Kemampuan fungsional dan kemandirian lansia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan susuatu hal penting yang perlu dikaji secara mendalam. Tujuan rehabilitasi pada lansia adalah meningkatkan kemampuan beraktivitas kehidupan sehari-hari lansia, sehingga lansia masih tetap aktif dan produktif serta dapat menikmati hari tuanya dengan bahagia. Upaya meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, elastisitas dan keseimbangan pada lansia dilakukan dalam berbagai program senam seperti taichi, senam kesegaran jasmani dan lain-lain. Program senam tersebut memerlukan instruktur karena gerakan cukup komplek, waktu yang terjadwal, tempat yang cukup luas. Sehingga senam bugar bagi lansia merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memberikan daya tahan terhadap kemampuan otot lansia. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui profil elastisitas otot setelah melakukan senam bugar lansia di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.

  Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan observational analitik. Penelitian observational analitik dilakukan dengan tujuan menjelaskan dan mendiskripsikan hasil penelitian berdasarkan teori dan fakta yang ada (Nursalam, 2002). Penelitian ini mendeskripsikan,

  Profil Elastisitas Otot Setelah Melakukan senam bugar lansia di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Populasi semua lanjut usia di kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang sebanyak 45 orang. Sampel semua lanjut usia yang ikut senam di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang sebanyak 40 orang. Teknik samping yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

  Variabel independen (variabel bebas), ini merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Alimul, 2009). Variabel independen dalam penelitian ini adalah elastisitas otot lansia (X). Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Alimul, 2009) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah senam bugar lansia (Y). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

METODE PENELITIAN

  1. Lansia yang berumur 60 -74 tahun 2.

  Lansia yang bertempat tingagal di kelurahan Tlogomas

  3. Lansia yang mengikuti senam bugar lansia Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

  1. Lansia yang menggunakan alat bantu

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Total 40 100

  ada hubungan yang signifikan antara senam bugar lansia dengan elastisitas otot

  Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (korelasi

  2. Lansia yang tidak kooperatif 3.

  Spearman’s Rank).

  Tabel 1. Data khusus kehadiran dalam senam bugar lansia (X) di Kelurahan Tlogomas kota Malang, Tahun 2015.

  Senam Bugar f ( % ) Sangat rutin 16 40,0 Rutin

  18 45,0 Jarang 6 15,0 Tidak pernah

  1%

  1 ditolak artinya tidak

  Hasil pengolahan data dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan dengan ketentuan sebagai berikut ;

  : Frekuensi responden N : Tatal sampel

  ∑ f

  Keterangan : P : Persentase

  ────────── N

  ∑f × 100% P =

  4. Lansia yang tidak sehat Sebelum dilakukan analisa hubungan, maka dilakukan analisis univariat untuk variabel senam lansia dengan elastisitas otot menggunakan rumus sebagai berikut ;

  Lansia yang tidak berada ditempat pada saat menjadi responden

  2. Jika p >  (0,05) artinya H di terima dan H

  • – 25% : sebagian kecil 26%
  • – 49% : hampir setengahnya 50% : setengahnya 51%
  • – 75% : sebagian besar 76%
  • – 99% : hampir seluruhnya 100% : seluruhnya

  yang signifikan antara senam bugar lansia dengan elastisitas otot

  1 diterima maka ada hubungan

  

  Interpretasi hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut ;

  (Rho) dengan tingkat signifikasi  = 0,05 dengan sistem komputerisasi.

  spearman’s rank

  Metode analisa data peneliti ini menggunakan uji statistik

  Berdasarkan Tabel. 1 dapatkan diketahui bahwa responden yang sangat rutin mengikuti sebanyak 6 orang (40%), untuk yang rutin mengikuti senam ada 18 orang (45%), yang jarang mengikuti senam ada 6 orang (15%).

  Berdasarkan Tabel. 2 dapatkan diketahui bahwa lansia yang menjadi responden yang mempunyai elastisias paraler (PEC) dalam kondisi elastis berjumlah 14 orang (35%), yang cukup elastis ada 15 orang (37,5%) dan kurang elastis ada 11 orang (27,5%) sehingga tidak ada lansia yang mempunyai kondisi

  (0,05) artinya H di tolak dan H

1. Jika p <

  elastisitas paralel (PEC) yang tidak elastis. Tabel 2. Data khusus Kondisi Elastisitas

  %

  14 35.0% 40 100,0%

  18 45,0% 11 27.5% 16 40,0%

  6 15,0% 3 7.5%

  0%

  Elastis jumlah % Total %

  4 10,0% 15 37,5%

  Cukup jumlah % 0% 11 27,5%

  1 2,5% 11 27,5%

  6 15,0% 4 10,0%

  

Senam (x)

Total

Jarang Rutin Sangat Rutin

PEC kurang jumlah

  Otot (Y) untuk Elastis Paralel (PEC) di kelurahan Tlogomas kota Malang, Tahun 2015

  Tabel 4. Analisis tabulasi silang elastisitas otot paralel (PEC) lansia saat melakukan senam bugar lansia di Kelurahan Tlogomas Kota Malang.

  Total 40 100

  18 45,0 Kurang Elastis 9 22,5 Tidak Elastis

  Elastis Seri (SEC) f ( % ) Elastis 13 32,5 Cukup Elastis

  Tabel 3. Data khusus kondisi elastisitas otot (Y) untuk elastis seri (SEC) di kelurahan Tlogomas kota Malang, Tahun 2015

  Berdasarkan Tabel. 3 dapatkan diketahui bahwa lansia yang menjadi responden yang mempunyai elastis seri (SEC) sebanyak 13 orang (32,5%), yang cukup elastis ada 18 orang (45%) dan yang kurang elastis ada 9 orang (22,5%), dengan demikian tidak ada lansia yang mempunyai kondisi elastisitas seri (SEC) yang tidak elastis.

  Total 40 100

  15 37,5 Kurang Elastis 11 27,5 Tidak Elastis

  Elastisitas Paraler (PEC) f ( % ) Elastis 14 35,0 Cukup Elastis

  Berdasarkan Tabel. 4 dapat diketahui bahwa Elastisitas Otot Paralel (PEC) pada lansia yang sangat rutin mengikuti senam bugar lansia mempunyai profil elastis paralel yang elastis yaitu 11 orang (27,5%). Lansia yang sangat rutin mengikuti senam bugar lansia mempunyai profil elastis paralel yang cukup elastis ada 4 orang (10%). Lansia yang sangat rutin mengikuti senam bugar lansia mempunyai profil elastis paralel yang kurang elastis hanya mempunyai profil elastis paralel yang ada 1 orang (2,5%). kurang elastis ada 4 orang (10%).

  Lansia yang rutin mengikuti Lansia yang jarang mengikuti senam bugar lansia mempunyai profil senam bugar lansia mempunyai profil elastis paralel yang elastis ada 3 orang elastis paralel yang kurang elastis ada 6 (7,5%). Lansia yang rutin mengikuti orang (15%), dan tidak ada lansia yang senam bugar lansia mempunyai profil jarang mengikuti senam bugar lansia elastis paralel yang cukup elastis ada 11 mempunyai profil elastis paralel yang orang (27,5%). Lansia yang rutin elastis maupun kurang elastis. mengikuti senam bugar lansia Tabel 5. Analisis Tabulasi Silang Elastisitas Otot Seri (SEC) Lansia Saat Melakukan

  Senam Bugar Lansia di Kelurahan Tlogomas Kota Malang

  Senam (x) Jarang Rutin Sangat Rutin

  Total PEC kurang jumlah

  6

  4

  1

  11 %

  15,0% 10,0% 2,5% 27,5% Cukup jumlah

  11

  4

  15 % 0% 27,5% 10,0% 37,5% Elastis jumlah

  3

  11

  14 % 0% 7.5% 27.5% 35.0% Total Jumlah

  6

  18

  16

  40 % 15,0% 45,0% 40,0% 100,0% Berdasarkan Tabel.

  5 dapat Lansia yang rutin mengikuti diketahui bahwa Elastisitas Otot Seri senam bugar lansia mempunyai profil (SEC) pada lansia yang sangat rutin elastis paralel yang elastis ada 2 orang mengikuti senam bugar lansia (5%). Lansia yang rutin mengikuti senam mempunyai profil elastis paralel yang bugar lansia mempunyai profil elastis elastis yaitu 11 orang (27,5%). Lansia paralel yang cukup elastis ada 13 orang yang sangat rutin mengikuti senam bugar (32,5%). Lansia yang rutin mengikuti lansia mempunyai profil elastis paralel senam bugar lansia mempunyai profil yang cukup elastis ada 4 orang (10%). elastis paralel yang kurang elastis ada 3 Lansia yang sangat rutin mengikuti orang (7,5%). senam bugar lansia mempunyai profil Lansia yang jarangmengikuti elastis paralel yang kurang elastis hanya senam bugar lansia mempunyai profil ada 1 orang (2,5%). elastis paralel yang kurang elastisada 4 orang (10%), dan tidak ada lansia yang jarangmengikuti senam bugar lansia mempunyai profil elastis paralel yang elastis.

  Berdasarkan hasil penelitian dapatkan diketahui bahwa nilai p value sebesar 0,000 &lt; 0,05 sehingga penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, kekuatan hubungan tersebut sebesar 0,708 (70,8%) sehingga masuk dalam katagori hubungan yang kuat.

  Senam Bugar Lansia

  Lanjut usia bukan berarti tidak mampu lagi untuk melakukan kegiatan rutin dalam kehidupan sehari-hari, namun pada lanjut usia seseorang mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melaksanakan aktivitas. Untuk menjaga kondisi tubuh salah satu kegiatan yang dapat dilakukan pada usia lanjut adalah dengan mengikuti atau melaksanakan senam lanjut usia, sebagai mana yang dilakukan oleh lansia di kelurahan Tlogomas kota Malang.

  Pada penelitian ini didapatkan bahwa lansia yang sangat rutin mengikuti sebanyak 6 orang (40%), untuk lansia yang rutin mengikuti senam ada 18 orang (45%), dan lansia yang jarang mengikuti senam ada 6 orang (15%). Senam yang dilaksanakan oleh lansia ini merupakan suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau latihan fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Senam merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah menderita.

  Senam tersebut merupakan upaya untuk manjaga kebugaran jasmani pada lansia, sebagaimana yang dikatakan (Hilmy, 1994), bahwa kebugaran jasmani adalah kebugaran fisik (physican fittnes), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tampa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani dipandang dari aspek fisiologis adalah kapasitas fungsional untuk memperbaiki kualitas hidup. Bagi lansia, untuk dapat mencapai kondisi kebugaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latiahan fisik yang melibatkan komponen kebugaran jasmani dengan metode latihan yang benar.

  Elastisitas Otot

  Senam bugar lansia yang dilaksanakan oleh lansia di kelurahan tlogomas mempuyai manfaat yang cukup besar dalam menjaga kondisi kesehatan tubuh, fungsi otot dan organ tubuh termasuk elastisitas otot. Pada penelitian ini diketahui bahwa lansia yang mempunyai otot masih elastis berjumlah 13 orang (32,5%), kondisi otot yang cukup elastis sebanyak 15 orang (37,5%), dan kondisi otot kurang elastis ada 12 orang (30%).

  Elastisitas otot lansia tersebut meliputi elastisitas otot paraler (PEC) dan elastisitas otot seri (SEC). Menurut Tortora dan Grobowski (2003) sifat elastis otot digambarkan sebagai 2 komponen utama. Komponen elastis paralel (PEC) dan elastis seri (SEC). Komponen elastis paralel (PEC) lansia pada penelitian dapat dikatagorikan elastis dan cukup elastis, sehingga membran otot lansia dapat memberikan tahanan pada saat otot secara pasif terulur (stretch). Komponen elastis seri (SEC) lansia pada penelitian dapat dikatagorikan elastis dan cukup elastis, sehingga tendon lansia bekerja sebagai pegas yang lentur untuk menyimpan energi elastis ketika otot yang tegang diulur (distretch).

  Kondisi elastisitas otot lansia ini secara umum elastis sehingga memiliki sifat merekat yang memungkinkan otot terulur dan kembali ke dalam bentuk semula. Dengan demikian ketika penguluran statik pada group otot seperti hamstring dipertahankan selama jangka waktu tertentu, maka secara progresif otot akan memanjang, dan meningkatkan ROM sendi. Demikian pula, setelah group otot tertentu diulur (distretch), maka tidak akan kembali dengan segera ke posisi pemanjangan istirahat (resting

  length ), tetapi secara bertahap akan memendek selama jangka waktu tertentu.

  Respon viskoelastik ini pada otot tidak bergantung pada jenis kelamin (independent). Elastisitas otot lansia yang masih cukup elastis ini membuktikan bahwa lansia tersebut rutin mengikuti kegiatan senam bugar yang dilakukan setiap minggu.

  Profil Elastisitas Otot Saat Melakukan Senam Bugar Lansia

  Setiap orang yang bertambah usia maka wajar apabila kondisi dan fungsi tubuhnya juga akan menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerjasama dengan baik seperti kala muda dulu. Hasil penelitian yang didukung oleh analisis statistic korelasi spearman rank ini membuktikan bahwa nilai p-value sebesar 0,000 &lt; 0,05 sehingga penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, kekuatan hubungan tersebut sebesar 0,708 (70,8%) sehingga masuk dalam katagori hubungan yang kuat.

  Sebagaimana yang dikatakan Hartono (2012) bahwa elastisitas adalah kemampuan dan kepekaan untuk merespon, sedangkan elastisitas otot mempunyai arti kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah diulur (distretch). Elastisitas otot akan mengembalikan otot ke posisi pemanjangan istirahat normal (normal

  resting ) setelah mengalami penguluran

  dan memberikan transmisi ke tegangan yang halus dari otot ke tulang.

  Sehubungan dengan apa yang telah didapatkan dalam penelitian ini, maka pada usia lanjut kegiatan senam bugar lansia sebaiknya menjadi kegiatan rutin bagi lansia yang bermanfaat dalam Oleh karena itu, sebagai upaya menjaga kondisi elestisitas ototnya. Hal untuk menjaga kondisi elastisitas otot ini sesuai dengan pendapat (Darmajo, yang terdiri dari elastic paralel (PEC) dan 1999) bahwa senam lanjut usia elastic seri (SEC), kegiatan senam lansia mempunyai manfaat untuk memperlancar menjadi salah satu hal yang mempunyai proses degenerasi karena perubahan usia, kontribusi tinggi untuk menjaga mempermudah untuk menyesuaikan elastisitas otot lansia. Dengan demikian kesehatan jasmani dalam kehidupan apabila lansia mempunyai waktu yang (adaptasi) dan memperbaiki tenaga luang dan tidak berhalangan, sebaiknya cadangan dalam fungsinya terhadap berusaha untuk rutin mengikuti kegiatan bertambahnya tuntutan, misalnya sakit. senam lansia.

  Lansia dikelurahan Tlogomas kota Malang yang rutin mengikuti kegiatan senam kebugaran pada umumnya

  KESIMPULAN

  mempunyai kondisi elastisitas otot yang elastis, dan untuk lansia yang jarang 1) Profil elastisitas otot paraler (PEC) mengikuti kegiatan senam tersebut lansia saat melakukan senam bugar kondisi ototnya juga kurang elastis. lansia di Kelurahan Tlogomas Kondisi elastisitias otot ini diketahui pada Kecamatan Lowokwaru Kota Malang saat penelitian yaitu dengan melakukan dalam kondisi elastis berjumlah 14 gerakan-gerakan pada bagian orang (35%), yang cukup elastis ada pergelangan tangan, siku, bahu, leher, 15 orang (37,5%) dan kurang elastis pinggang dan lutut. ada 11 orang (27,5%) sehingga tidak

  Terlihat bahwa beberapa orang ada lansia yang mempunyai kondisi lansia yaitu sebanyak 13 orang (32,5%) elastisitas paraler (PEC) yang tidak mempunyai elastisitas otot yang elastic elastis. ketika melakukan gerakan pada bagian-

  2) Profil elastisitas otot seri (SEC) bagian pergelangan tangan, siku, bahu, lansia saat melakukan senam bugar leher, pinggang dan lutut yaitu elastisitas lansia di Kelurahan Tlogomas seri elastic paralel (PEC) dan elastic seri Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

  (SEC). artinya pada lansia tersebut yang mempunyai elastis seri (SEC) membran otot tetap memberikan tahanan sebanyak 13 orang (32,5%), yang pada saat otot secara pasif terulur cukup elastis ada 18 orang (45%) dan (stretch). Pada lansia tersebut tendon juga yang kurang elastis ada 9 orang bekerja cukup baik sebagai pegas yang

  (22,5%), dengan demikian tidak ada lentur untuk menyimpan energi elastic lansia yang mempunyai kondisi ketika otot yang tegang diulur (distretch). elastisitas seri (SEC) yang tidak Azis dan Hidayat. 2007. Pedoman elastis.

  Kesehatan Dasar Bagi Usia Lanjut .

  Jakarta: Dinas Kesehatan Republik 3)

  Terdapat hubungan profil elastisitas Indonesia. otot dan senam bugar lansia di Kelurahan Tlogomas Kecamatan

  Bandiyah. 2009. Cara Menjaga Lowokwaru Kota Malang yang Kesehatan Pada Usia Lanjut . dibuktikan dengan analisis statistik

  Fakultas Ilmu Kesehatan, korelasi spearman rank ini Universitas Diponogoro. Semarang. membuktikan bahwa nilai p value sebesar 0,000 &lt; (0,05) sehingga

  

  Broman, dkk. 2006. Memelihara penelitian ini membuktikan bahwa

  Kesehatan Pada Usia Lanjut .

  terdapat hubungan yang signifikan, Fakultas Ilmu Kesehatan kekuatan hubungan tersebut sebesar Masyarakat. Jakarta: Universitas

  0,708 (70,8%) sehingga masuk dalam Indonesia. katagori hubungan yang kuat.

  Darmojo dan Martono. 2009. Buku Ajar

  Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia SARAN

  Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Dapat digunakan sebagai kajian awal atau bahan pertimbangan untuk

  Darmojo. 2006. Aktifitas Fisik Usia melakukan penelitian serupa secara lebih

  Lanjut .Jakarta: Balai Penerbit

  cermat, melakukan penelitian dengan Fakultas Ilmu Kesehatan pengembangan berbagai aspek baik dari Universitas Indoensia. sisi konsep maupun variabel penelitian dan menggunakan unit analisis yang lebih

  Darmojo. 1999. Aktifitas Fisik Usia tajam seperti analisis regresi atau analisis .Jakarta: Balai Penerbit

  Lanjut ragam serta pengujian hipotesis.

  Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indoensia.

DAFTAR PUSTAKA

  Hartono. 2012. Fisioterapi Pada Usia

  Lanjut . Jakarta: Penerbit Buku

  Alimul. A. 2009. Metode Penelitian Kedokteran EGC.

  Keperawatan dan Teknik Analisa Data . Jakarta: Salemba Medika.

  Jubaidi, Siti. 2008. Perubahan Fisik dan Penyakit Pada Usia Lanjut .

  Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. Nugroho, Wahjudi. 2008. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik .

  Jakarta: EGC. Nursalam. 2002. Konsep dan Penerapan

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,

  Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan

  Metodologi Penelitian Ilmu

  : Pedoman Skripsi,

  Keperawatan Tesis, dan Instrumen Penelitian.

  Jakarta: Salemba Medika. Ulliya, dkk. 2008. Perubahan Kondisi

  dan Kemampuan Fisik Pada Lansia . Ikatan Dokter Indonesia.

  Jakarata. Ulliya, dkk. 2009. Perubahan Kondisi

  dan Kemampuan Fisik Pada Lansia . Jakarata: Ikatan Dokter

  Indonesia. Venturelli, dkk. 2010. Elastisitas Otot

  Paraler dan Elastisitas Otot Seri . Lansia

  jurnal_ elastisitas_otot.html. di akses pada tanggan 5 Oktober 2015.