JURNAL REVIEW: POTENSI CINCAU HITAM (Mesona palustris Bl.), DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) SEBAGAI BAHAN BAKU MINUMAN HERBAL FUNGSIONAL Black Cincau (Mesona palustris Bl.), Pandanus Leaves (Pandanus amaryllifol

  

JURNAL REVIEW: POTENSI CINCAU HITAM (Mesona palustris Bl.), DAUN PANDAN

(Pandanus amaryllifolius) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) SEBAGAI

BAHAN BAKU MINUMAN HERBAL FUNGSIONAL

  

Black Cincau (Mesona palustris Bl.), Pandanus Leaves (Pandanus amaryllifolius) and

Cinnamon (Cinnamomum burmannii) Potential as Basic Ingredients of Functional

Herbal Drink : A Review

  1*

  1 Winda Rein Nimas Tasia , Tri Dewanti Widyaningsih

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email:

  

ABSTRAK

  Akhir-akhir ini minuman herbal yang diseduh dari beberapa campuran daun, bunga, biji, akar dan kulit kayu semakin berkembang dan terkenal. Di negara Indonesia sendiri, tanaman herbal juga telah lama digunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati berbagai masalah kesahatan. Beberapa tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku minuman herbal diantaranya adalah cincau hitam (Mesona palustris Bl.), daun pandan (Pandanus amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii), karena berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ketiga bahan tersebut memiliki kandungan senyawa bioaktif yang mampu membantu dan dapat memperbaiki sistem metabolisme tubuh, diantaranya adalah antioksidan, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan lain-lain. Kandungan senyawa bioaktif dari bahan-bahan tersebut menjadikan minuman herbal sebagai produk fungsional yang mampu berperan sebagai imunomodulator, hepatoprotektor, antikanker, antihipertensi, antimutagenik, antidiabetes, antiradang, dan lain-lain. Kata kunci: Cincau Hitam, Daun Pandan, Kayu Manis, Minuman Herbal, Produk Fungsional

  

ABSTRACT

Freshly prepared infusion of dried leaves, flowers, seeds, roots and barks of plants or

called herbal drink has been gaining popularity in recent years. In Indonesia, herbal plants

have been used for years to cure many diseases. Some plants that have potential as basic

ingredients of herbal drink are black cincau (Mesona palustris Bl.), pandanus leaves

  (Pandanus amaryllifolius) and cinnamon (Cinnamomum burmannii), because many

  

researches have proved those three herbs have bioactive compounds which can help and

repair human body metabolism system, such as antioxidant, flavonoid, alkaloid, tannin,

saponin, etc. Bioactive compounds from those herbs bring the herbal drink into being a

functional product which play role as an immune modulator, pancreatic protector, anti-

cancer, anti-hypertension, anti-mutagenic, anti-diabetic, anti-inflammatory, etc. Keywords: Black Cincau, Cinnamon, Functional Product, Herbal Drink, Pandanus Leaves

  

PENDAHULUAN

  Aktivitas dan tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat membuat masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di perkotaan sulit menjalani hidup sehat, ditambah dengan meningkatnya konsumsi makanan cepat saji, waktu olahraga yang terbatas, dan stres akibat pekerjaan tidak dapat dihindari [1]. Selain itu, ancaman penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kadar trigliserida tinggi (hipertrigliseridemia), kadar kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia) dan kanker membuat masyarakat sangat membutuhkan tanaman obat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas), meningkatkan vitalitas tubuh, pengobatan penyakit infeksi, maupun pengobatan penyakit degeneratif [2].

  Salah satu bentuk produk yang diyakini manfaat kesehatannya bagi tubuh selain dari karakteristiknya yang menarik adalah minuman herbal [3]. Minuman herbal terdiri dari tanaman herbal yang sering dikonsumsi dalam bentuk minuman “teh”, contohnya rebusan dari bagian-bagian tanamannya (daun, bunga, biji, akar dan kulit kayu) yang diseduh dengan air mendidih. Minuman herbal menjadi terkenal karena aromanya, kandungan antioksidannya dan aplikasinya dalam bidang kesehatan [4].

  Tren pemanfaatan keanekaragaman tanaman hayati untuk pengobatan herbal secara alami berdasarkan praktek empiris di Indonesia semakin meningkat [5]. Beberapa jenis tanaman herbal yang berpotensi sebagai bahan baku minuman herbal diantaranya adalah cincau hitam (Mesona palustris Bl), daun pandan (Pandanus amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii), karena selain ketersediaannya di Indonesia yang tinggi, ketiga jenis bahan ini juga telah diteliti memiliki beberapa senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya adalah senyawa polifenol, alkaloid, sinamaldehid, dan lain-lain. Oleh karena itu kombinasi dari ketiga bahan tersebut menjadi bahan baku minuman herbal dapat menjadi alternatif minuman fungsional yang diharapkan dapat membantu mengatasi penyakit degeneratif.

1. Cincau Hitam

  Cincau hitam (Mesona palustris Bl.) yang sering dikenal sebagai janggelan merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam suku Labiate. Tanaman ini berbentuk perdu tingginya antara 30

  • – 60 cm dan tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian

  75

  • – 2300 m di atas permukaan laut, serta dapat tumbuh baik pada musim kemarau maupun penghujan. Tanaman cincau hitam banyak terdapat di Indonesia, diantaranya Sumatera Utara, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Sulawesi [6].

  Ciri-ciri tanaman ini adalah berbatang kecil dan ramping, pada ujung batang tumbuh batang-batang kecil, ada yang tumbuh menjalar ke tanah dan ada pula yang tegak. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang lonjong dan berujung runcing. Bentuk bunganya mirip dengan kembang kemangi berwarna merah muda atau putih keunguan. Berasal dari daun dan batang inilah yang kemudian menghasilkan gelatin hijau kehitaman [7].

  Bagian tanaman cincau hitam yang mempunyai kegunaan adalah bagian daun dan bagian batangnya yang dapat menghasilkan ekstrak gel cincau yang lebih banyak [6]. Pembudidayaan tanaman ini sangat mudah karena tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus, karena setelah berumur 3

  • – 4 bulan tanaman bisa dilakukan pemanenan pertama dengan cara memotong sebagian tanaman menggunakan sabit sehingga bagian yang tertinggal dapat tumbuh kembali. Tanaman cincau hitam yang telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara menghamparkannya di atas permukaan tanah, sehingga warnanya berubah menjadi coklat tua. Tanaman yang telah kering ini merupakan bahan baku utama pembuatan cincau hitam atau dapat disebut dengan simplisia cincau hitam [8].

  Secara umum, kandungan zat gizi daun cincau hitam setiap 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 1:

  Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Cincau Hitam per 100 g Bahan

  Komposisi Gizi Daun Cincau Hitam Jumlah

  Energi (kkal) 122

  Protein (g)

  6 Lemak (g)

  1 Karbohidrat (g)

  26 Kalsium (mg) 100

  Fosfor (mg) 100

  Besi (mg)

  3.30 Vitamin A (SI) 10750

  Vitamin B1 (mg)

  80 Vitamin C (mg)

  17 Air (g)

  66 Bahan yang dapat dicerna (%)

  40 Sumber: [6] Herbal cincau hitam pada penelitian sebelumnya ditemukan dapat mengobati tekanan darah tinggi, diabetes dan penyakit gangguan hati. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa kandungan senyawa fenol yang ada pada cincau hitam berkontribusi pada aktivitas antioksidan den efekscavenging pada radikal bebas. Penelitian aktivitas antioksidan dari senyawa fenol yang diisolasi dari cincau hitam jenis Mesona procumbens Hemsl. ditemukan beberapa senyawa fenol antara lain protocatechuic acid, p-

  

hidroxybenzoic acid, vanillic acid, caffeic acid (CA) dan syringic acid. Hasil penelitian

  menunjukkan bahwa senyawa fenol berperan penting terhadap aktivitas antioksidan pada ekstrak cincau hitam dan senyawa CA dari ekstrak tersebut menunjukkan yield dan aktivitas antioksidan paling tinggi [9]. Adanya senyawa aktif polifenol mampu melindungi kerusakan DNA pada limfosit manusia yang terkena hidrogen peroksida dan iradiasi sinar UV [10].

  Cincau hitam dilaporkan dapat digunakan sebagai penurun panas dalam, demam, sakit perut (perut mual), diare, batuk, sariawan, pencegah gangguan pencernaan dan penurunan tekanan darah tinggi [11]. Sehingga, cincau hitam merupakan alternatif bahan fungsional yang dapat dikembangkan menjadi produk-produk fungsional lainnya.

2. Pandan Wangi

  Tanaman pandan wangi atau pandan saja (Pandanus amaryllifolius) termasuk famili

  

Pandanaceae, genus Pandanus. Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan merupakan

  tanaman perdu tahunan dengan tinggi 1

  • – 2 m. Khasiat tanaman ini adalah sebagai rempah- rempah, bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan dan bahan baku pembuatan minyak wangi. Selain itu pandan juga digunakan sebagai obat tradisional untuk mencegah rambut rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, mengobati lemah saraf (neurastenia), tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah. Daun pandan mempunyai kandungan kimia antara lain alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna. Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk menghasilkan minyak atsiri [12].

  Pandan wangi banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dan zat pewarna pada makanan dan minuman tradisional. Komponen penyusun aroma pandan wangi berwarna kuning sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid [13]. Masyarakat India menggunakan ekstrak daunnya sebagai perasa makanan sementara ekstrak akarnya digunakan untuk menyembuhkan masalah tiroid. Sehingga, orang Taiwan selalu menggunakan tanaman ini untuk menghilangkan demam. Terlebih itu, Geneva-based International Standards

  

Organization (ISO) telah memasukkan spesies P. amaryllifolius dalam daftar spesies 109

  tanaman herbal dan bumbu yang berguna sebagai bahan makanan [14]. Komposisi kimia daun pandan dapat dilihat pada Tabel 2.

  Tabel 2. Komposisi Kimia Daun Pandan dalam 100 g Bahan

  Komposisi Kimia Jumlah dalam %

  Air

  77.41 Abu

  1.63 Karbohidrat

  14.29 Protein

  3.67 Lemak

  0.52 Sumber: [15] Pandan merupakan salah satu tumbuhan dari famili Pandanaceae yang beranggotakan tanaman- tanaman yang umum dikenal sebagai pandan/ „screw pines‟. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa 2-acetyl-1-pyrroline (2-AP) adalah komponen terbesar yang terdapat pada daun pandan, sementara kandungan lain yang dimilikinya adalah komponen minyak volatil, alkohol, senyawa aldehid aromatik, keton dan ester juga ditemukan [16,17]. Penelitian yang dilakukan oleh [18] menunjukkan bahwa ekstrak daun pandan dapat berperan sebagai antioksidan alami. Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa ekstrak daun pandan memiliki kandungan polifenol dan mampu berperan sebagai antioksidan yang heat-stable (tahan panas) sehingga berpotensi sebagai alternatif antioksidan alami untuk mengganti antioksidan sintetis di industri pangan.

  Daun pandan di Asia Tenggara telah digunakan secara luas untuk memberi rasa pada makanan contohnya nasi dan kue-kue. Ekstraknya digunakan sebagai essence pada industri kue dan seluruh bagian daunnya digunakan untuk membuat nasi lemak di Malaysia dan nasi kuning di Indonesia. Masyarakat di negara India dan Filipina menggunakan daun pandan secara tradisional untuk memasak nasi non-aromatik untuk menguatkan aromanya. Terlebih lagi spesies ini juga digunakan sebagai obat tradisional untuk meredakan sakit gigi, rematik, diuretik, anti-inflammatory dan menurunkan kadar gula dalam tubuh atau efek hipoglikemik [14].

3. Kayu Manis

  Kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina, Indonesia termasuk didalamnya. Tumbuhan ini termasuk famili Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang hasil samping adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain-lain [19]. Kayu manis mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole, sinamaldehid, tanin, kalsium oksalat, damar dan zat penyamak, dimana sinamaldehid merupakan komponen yang terbesar yaitu sekitar 70 % [20]. Komposisi kimia kayu manis disajikan pada Tabel 3.

  Tabel 3. Komposisi Kimia Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)

  

Parameter Komposisi (%)

  Kadar air

  7.90 Minyak atsiri

  2.40 Alkohol ekstrak

  10

  • – 12 Abu

  3.55 Serat kasar

  20.30 Karbohidrat

  59.55 Lemak

  2.20 Sumber: [20] Ekstrak kulit batang kayu manis dengan kandungan kadar trans-sinamaldehid yang cukup tinggi (68.65 %) menjadi sumber senyawa antioksidan dengan kemampuannya menangkap radikal bebas atau radical scavenger. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa minyak atsiri dan oleoresin kayu manis jenis C. burmannii mempunyai aktivitas antioksidan [21]. Kayu manis mengandung protein, karbohidrat, vitamin (A, C, K, B3), mineral seperti kalsium, zat besi, magnesium, mangan, fosfor, sodium, zinc dan kolin. Dengan mengkonsumsi kayu manis dapat memberi jumlah kolin yang cukup besar. Zat gizi ini dapat membantu otak mensintesa asetilkolin, senyawa yang digunakan untuk komunikasi sel syaraf. Kolin juga dapat membantu tubuh memetabolisme lemak, menjaga kondisi membran sel yang baik dan untuk berlangsungnya beberapa reaksi kimia di dalam sel. Mengkonsumsi 1 sdm kayu manis dapat memenuhi kebutuhan kolin sebanyak 0.90 mg [22].

  Minyak atsiri kayu manis sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan beberapa bakteri antara lain B. cereus, S. aureus, E. coli, P. aeruginosa dan Klebsiella sp. Penghambatan bakteri dengan minyak atsiri kayu manis ini disebabkan oleh senyawa aktif seperti sinamaldehid dan asam sinnamat. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa minyak atsiri dan oleoresin kayu manis mempunyai efek antibakteri pula [23].

  4. Pangan Fungsional

  Istilah pangan fungsional menjadi sangat populer setelah hasil-hasil penelitian menunjukkan adanya peranan dari senyawa-senyawa kelompok non-gizi dalam bahan pangan yang mempunyai fungsi tertentu bagi kesehatan, seperti senyawa fenol dan turunan isopren yang mempunyai aktivitas antioksidan, dapat membunuh sel kanker, menurunkan kadar kolesterol, dan sebagainya [24]. Pangan fungsional merupakan pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Para ilmuwan Jepang menekankan pada tiga fungsi dasar pangan fungsional yaitu sensori (warna dan penampilan menarik serta citarasa yang enak), nutrisional (bergizi tinggi) dan fisiologikal (memberi pengaruh fungsi fisiologis bagi tubuh). Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan antara lain pencegah dari timbulnya penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, regulasi kondisi ritme fisik tubuh, memperlambat proses penuaan dan penyehatan kembali (recovery) [25].

  Pangan fungsional adalah segolongan makanan atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah penyakit tertentu. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu produk agar dapat dikatakan sebagai pangan fungsional adalah [26]:  harus merupakan produk pangan (bukan bentuk kapsul, tablet atau puyer) yang berasal dari bahan alami,  dapat dan layak dikonsumsi sebagai diet atau menu sehari-hari,  mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, serta dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti: memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan,

   jelas fisik dan kimianya serta mutu dan jumlahnya dan aman untuk dikonsumsi, dan  kandungannya tidak boleh menurunkan nilai gizinya.

  5. Minuman Herbal Tanaman herbal telah digunakan untuk mengobati infeksi dan berbagai penyakit.

  Tanaman- tanaman tersebut sering dikonsumsi dalam bentuk minuman “teh”, contohnya rebusan dari bagian-bagian tanamannya (daun, bunga, biji, akar dan kulit kayu) yang diseduh dengan air mendidih. Minuman herbal semakin terkenal dalam beberapa tahun ini dan banyak jenisnya telah dijual di beberapa toko pangan dan kesehatan. Minuman herbal menjadi terkenal karena aroma, kandungan antioksidan dan aplikasinya dalam bidang kesehatan [4].

  Minuman herbal memiliki banyak manfaat dan kegunaan diantaranya alami dan mengandung sejumlah senyawa organik. Beberapa dapat bersifat sebagai stimulan, dan dapat digunakan sebagai pengganti kopi, lainnya dapat merilekskan dan menenangkan pikiran sehingga dapat membantu mengatasi masalah kesulitan tidur. Herbal jenis lainnya ada yang mengandung vitamin C sehingga dapat meningkatkan sistem imun, meredakan gejala demam dan flu, dan beberapa ada yang digunakan untuk meredakan sakit tenggorokan [27]. Minuman herbal dapat dikonsumsi panas maupun dingin dan biasanya digunakan sebagai minuman “pendingin” untuk menurunkan panas dalam dan mengobati beberapa jenis penyakit tertentu seperti flu, masuk angin, tekanan darah tinggi dan lain-lain. Rasa dan warna minuman tergantung dari komposisi bahan-bahan herbal yang digunakan [28].

  Efek kesehatan dari minuman herbal tergantung dari komposisi bahan-bahan herbal yang digunakan. Namun pada umumnya, efek kesehatan yang diberikan sebagian besar berasal dari kandungan senyawa fenol yang bersifat antioksidan. Beberapa penelitian menunjukkan kandungan senyawa fenol yang diekstrak dari tanaman herbal merupakan antioksidan yang baik dalam melawan peroksidasi lipid pada lapisan fosfolipid [29,30,31], sistem biologis [32] serta dalam melawan tumorigenesis dan kerusakan DNA [33]. Selain itu, minuman herbal juga dilaporkan mampu menurunkan tingkat kolesterol dan menghambat hipertensi serta mutagenesis [34].

  Proses pembuatan minuman herbal sangat sederhana. Pada umumnya minuman herbal dibuat dari bahan-bahan herbal yang diinginkan yang dicampur dengan air mendidih (diseduh). Bahan-bahan herbal (kering ataupun segar) disiapkan sebanyak ± 3 g dan

  o

  diseduh dengan air panas (100

  C) dan didiamkan selama 5

  • – 10 menit [35,36] setelah itu dikonsumsi. Cara yang lainnya yaitu bahan-bahan herbal direbus dalam sejumlah air dengan lama waktu yang spesifik kemudian airnya disaring [28] dan dikonsumsi. Air/ ekstrak itulah yang dinamakan minuman herbal, namun pada umumnya orang-orang menyebutnya “teh” herbal. Cara yang lain namun masih jarang adalah dengan maserasi. Sejumlah bahan- bahan herbal setara dengan berat ±6 buah tea bag disiapkan dan dilakukan maserasi dengan ± 200 g air dingin selama 12 jam di suhu ruang, kemudian dipanaskan selama 1 menit [36]. Minuman herbal bisa disajikan dengan tetap membiarkan rasa pahit aslinya atau bisa ditambahkan pemanis agar lebih enak [28].

  

6. Potensi Cincau Hitam, Daun Pandan dan Kayu Manis sebagai Bahan Baku

Minuman Herbal

  Konsumen di negara-negara berkembang seperti Cina, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam mulai mencari minuman fungsional, baik untuk kesehatan maupun kecantikan. Apalagi dengan adanya urbanisasi yang juga menjadi faktor pendorong meningkatnya permintaan terhadap pangan fungsional [37], yang salah satunya adalah minuman herbal yang terbuat dari berbagai jenis tanaman herbal ataupun rempah-rempah.

  Cincau hitam, daun pandan dan kayu manis disamping kandungan bioaktif dan khasiatnya, ketiga bahan tersebut merupakan tanaman herbal yang mudah didapat, karena tersebar hampir di seluruh bagian Indonesia [6,38,39]. Selain itu, karena proses pembuatan minuman herbal yang sederhana [35,36], maka dapat memudahkan masyarakat Indonesia untuk membuat atau memproduksi minuman herbal sendiri.

  Pengolahan cincau hitam, daun pandan dan kayu manis menjadi minuman herbal pun juga termasuk dalam langkah diversifikasi dan inovasi produk dari bahan-bahan tersebut, mengingat cincau hitam selama ini hanya dikenal sebagai suatu minuman tradisional yang memang telah lama dihasilkan oleh para pengrajin atau industri kecil dalam bentuk gel [40], sementara daun pandan digunakan sebagai sumber warna hijau bagi makanan, sebagai komponen hiasan penyajian makanan, dan sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi [38], sedangkan kayu manis sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan, minuman, dan bahan aditif pada pembuatan parfum serta obat-obatan [41]. Oleh karena itu, cincau hitam, daun pandan dan kayu manis berpotensi untuk diolah menjadi minuman herbal yang alami serta bermanfaat dan berefek kesehatan bagi tubuh, dimana sifat tersebut merupakan sifat dari pangan fungsional.

  • –156 4) Chiang C.E.W., Ying E.S., Tan Y.P., Wong Z.C., Lye P.Y., and Tan L.N. 2012.

  2012. Efek Antihipertensi Tablet Effervescent Herbal Cincau Hitam (Mesona palustris Bl.) Secara In Vivo pada Tikus Putih (Rattus norwegicus). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang

  Industri Pangan 23(1)(2012):29

  Sukardiman A., Djoko P., dan Darmanto W. 2012. Efek Immunomodulator Ekstrak Air Cincau Hitam (Mesona palustris BL) Terhadap Karsinogenesis Mencit. J. Teknol. dan

  Vol 49 (2): 963-968 11) Ruhnayat A. 2002. Cincau Hitam Tanaman Obat Penyembuh. Dalam T. Dewanti W.,

  10) Lai L.S., Chou S.T., and Chao W.W., 2001. Studies on the Antioxidative Activities of Hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl) Leaf Gum. Journal Agriculture Food Chemistry.

  Mesona procumbens Hemsl. J. Agric. Food Chem. 50:2993-2997

  Brawijaya. Malang 9) Hung C.Y. and Yen G.C. 2002. Antioxidant Activity of Phenolic Compounds Isolated from

  palustris Bl.) Secara In Vivo pada Tikus Putih (Rattus norwegicus). Skripsi. Universitas

  8) Setyorini A. 2012. Efek Antihipertensi Tablet Effervescent Herbal Cincau Hitam (Mesona

  6) Widyaningsih T.D. 2007. Olahan Cincau Hitam. Trubus Agrisarana. Surabaya 7) Supriharso H. 1991. Identifikasi Mineral Abu Qi yang Berperan dalam Pembentukan Gel Cincau Hitam dari Tanaman Cincau Hitam (Mesona palustris Bl.). Dalam Setyorini A.

  5) Susanto A. 2013. Meningkat, Tren Pengobatan Herbal di Indonesia. Tanggal akses: 02/08/2013

  laurifolia Lindl. Chiang Mai J. Sci.: 39(4): 599-609

  Antioxidant and Sensory Properties of Thai Herbal Teas with Emphasis on Thunbergia

  Trop. Agric. and Fd. Sc. 39(2)(2011):149

  Tanggal akses: 02/08/2013 2) Wibowo. 2013. Tanaman Herbal Indonesia. http://penebar-swadaya.com/691/. Tanggal akses: 02/08/2013 3) Siah W.M., Azman M.A., Jeeven K., Noor H.M.D., and Mohd T.S. 2011. Effect of Infusion Conditions on Total Phenolic Content and Antioxidant Activity in Centella asiaticaTea. J.

  

DAFTAR PUSTAKA

1) Virdhani M.H. 2012. Penyakit Degeneratif Rentan Dialami Masyarakat Kota.

  Tanaman cincau hitam, daun pandan dan kayu manis telah terbukti memiliki beberapa senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya adalah senyawa polifenol, alkaloid, sinamaldehid, dan lain-lain, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Ada cara yang lebih mudah untuk menikmati kelebihan tanaman-tanaman herbal tersebut, yakni dengan mengkonsumsi dalam bentuk minuman herbal. Minuman herbal adalah minuman yang dibuat dari bahan-bahan herbal yang diinginkan dalam bentuk daun, bunga, biji, akar dan kulit kayu, yang dicampur dengan air mendidih (diseduh). Kelebihan dari mengkonsumsi minuman ini adalah efek kesehatan yang lebih banyak terkandung dikarenakan banyaknya jumlah herbal yang digunakan, antara lain mampu menurunkan tingkat kolesterol, menghambat hipertensi serta mutagenesis, melawan tumorigenesis dan kerusakan DNA, mencegah kanker, dan membantu mengatasi berbagai macam penyakit degeneratif lainnya.

  

KESIMPULAN

  • –35 12) Rohmawati E. 1995. Skrining Kandungan Kimia Daun Pandan serta Isolasi dan

  Identifikasi Alkaloidnya. Dalam Rina M. dan Endang P.A. 2012. Potensi Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) dan Mangkokan (Notophanax scutellarium) Sebagai Repelen Nyamuk Aedes Albopictus. ASPIRATOR 4(2), 2012:85-91

  • –384 17) Buttery R.G., Ling L.C., and Juliano B.O. 1982. 2-Acetyl-1-Pyrroline; An Important Aroma Component of Cooked Rice. Chem Ind (London) 23:958

  22) Meena V., Sree S.N., Surya P.D.V., and Sumanjali A. 2012. A Review on Pharmalogical Activities and Clinical Effects of Cinnamon Species. RJPBS 3(1): 657-658

  International 39:176

  Biochemistry and Biophysics 308: 278

  Gallate And Quercetin on Lipid Peroxidation in Phospholipid Bilayers. Archives of

  28) Panse S. 2012. What is Chinese Herb Te Tanggal akses: 26/01/2013 29) Terao J., Piskula M., and Yao Q. 1994. Protective Effect of Epicatechin, Epicatechin

  Brawijaya. Malang 27) Vox D. 2011. Drinking Herb Teas: The Various Health Benefits. 6681488. Tanggal akses: 03/01/2013

  Bogor 26) Widyaningsih T.D. 2006. Pangan Fungsional: Makanan Untuk Kesehatan. Universitas

  Skripsi. IPB. Bogor 25) Muchtadi D. 1989. Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Dalam Ferdiana A. 2004. Evaluasi Mutu Minuman Teh-Kayu Manis Selama Penyimpanan. Skripsi. IPB.

  24) Ferdiana A. 2004. Evaluasi Mutu Minuman Teh-Kayu Manis Selama Penyimpanan.

  23) Gupta, Charu, Garg A.P, Uniyal R.C., and Kumari A. 2008. Antimicrobial Activity of Some Herbal Oil Againts Commond Foodborne Pathogens. African Journal of Microbiology Research Vol.(2) pp. 258-261,. ISSN 1996-0808.

  (Cinnamomum burmannii Nees ex Blume). Dalam Prasetyaningrum, Utami R., dan Anandita R.B.K. 2012. Aktivitas Antioksidan, Total Fenol, dan Antibakteri Minyak Atsiri dan Oleoresin Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1: 24-31

  Press. New York. pp.143-153 21) Ekaprasada M. T. 2009. Isolasi Senyawa Antioksidan Kulit Batang Kayu Manis

  Jakarta. Hal. 795-800. 20) Thomas J. and Duethi P.P. 2001. Cinnamon Handbook of Herbs and Spices. CRC

  Food Chemistry. Vol 110 Issue 2 19) Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II Edisi 2. Yayasan Sarana Wana Jaya.

  18) Fatihanim M.N., Suhaila M., Nor A.I., and Razali I. 2008. Antioxidative Properties of Pandanus amaryllifolius Leaf Extracts in Accelerated Oxidation and Deep Frying Studies.

  Pyrroline) in Leaves from Pandan (Pandanus amaryllifolius) and Thai Fragrant Rice (Kao Dawk Mali-105). Cereal Chem 70:381

  Pandan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan 16) Laksanamai V. and Ilangantileke S. 1993. Comparison of Aroma Compound (2-Acetyl-1-

  Dissertasion. UiTM. Malaysia 15) Lubis I. H. 2008. Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung

  13) Buttery. 1983. Chemistry and Industri. Dalam Lubis I. H. 2008. Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan 14) Asmain A.B. 2010. Extracts of The Subterranean Root From Pandanus amaryllifolius.

  • –284 30) Naithani V., Nair S., and Kakkar P. 2006. Decline in Antioxidant Capacity of Indian Herbal Teas During Storage and Its Relation To Phenolic Content. Food Research
  • –181 31) Aoshima H., Hirata S., and Ayabe S. 2007. Antioxidative and Anti-Hydrogen Peroxide Activities of Various Herbal Teas. Food Chemistry 103: 617
  • –622 32) Guo Q., Zhao B., Li M., Shen S., and Xin W. 1996. Studies on Protective Mechanisms of

  Four Components of Green Tea Polyphenols Againts Lipid Peroxidation in Synaptosomes. Biochemica et Biophysica Acta 1304: 210

  • –222 33) Anderson R.F., Fisher L.J., Hara Y., Harris T., Mak W.B., and Melton L.D. 2001. Green Tea Catechin Partially Protect DNA From OH Radical-Induced Strand Break And Base
  • – Damage Through Fast Chemical Repair of DNA Radicals. Carcinogenesis 22: 1189 1193

  34) Yokozawa T., Nakagawa T., and Kitani K. 2002. Antioxidative Activity of Green Tea Polyphenol in Cholesterol-Fed Rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry 50: 3549

  • –3552 35) Moraes-de-Souza R.A., Oldoni T.L.C, Regitano- d‟Arce M.A.B., and Alencar S.M. 2008.

  Antioxidant Activity and Phenolic Composition of Herbal Infusions Consumed in Brazil. Cienc. Tecnol. Aliment 6(1) 41-47 (2008) 36) Jäger S., Beffert M., Hoppe K., Nadberezny D., Frank B., and Scheffler A. 2010.

  Preparation of Herbal Tea as Infusion or by Maceration at Room Temperature Using Mistletoe Tea as An Example. Scientia Pharmaceutica 2011; 79: 145

  • –155 37) Poeradisastra F. 2011. Food Review Indonesia: Prospek dan Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesi Tanggal akses: 02/08/2013

  38) Ery W.A.D. 2009. Pengaruh Ekstrak Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 6 mg/g BB Terhadap Waktu Induksi Tidur dan Lama Waktu Tidur Mencit Balb/C yang Diinduksi Thiopental 0.546 mg/20mg BB. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponogoro. Semarang

  39) Rismunandar dan Paimin F.B. 2001. Kayu Manis: Budi Daya dan Pengolahan. Dalam Ferdiana A. 2004. Evaluasi Mutu Minuman Teh-Kayu Manis Selama Penyimpanan.

  Skripsi. IPB. Bogor 40) Rahmawansah Y. 2006. Pengembangan Produk Minuman Cincau Hitam (Mesona

  

palustris) dalam Kemasan Cup Propilen di PT Fits Mandiri Bogor. Skripsi. IPB. Bogor

  41) Rahmani. 2013. Pengaruh Penambahan Pandan Wangi dan Kayu Manis sebagai

  Flavouring Agent pada Formula Teh Instan Berbasis Cincau Hitam Terhadap Aktivitas Sistem Imun pada Mencit Balb/C yang Diinfeksi Salmonella typhimurium. Tesis.

  Universitas Brawijaya. Malang

Dokumen yang terkait

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN LEMPENG BUAH LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza) SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN MASYARAKAT PESISIR Fruits Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) Cookies Production Optimization As An Alternate Food For Coastal Community

0 0 9

PEMBUATAN JELLY DRINK Averrhoa blimbi L. (KAJIAN PROPORSI BELIMBING WULUH : AIR DAN KONSENTRASI KARAGENAN) Making of Jelly Drink Averrhoa Blimbi L. (Study About Belimbing Wuluh Proportion : The Water And Carrageenan Concentration)

0 0 9

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS MIANA KAJIAN JENIS BAHAN BAKU DAN PENAMBAHAN SERBUK JAHE Antioxidant Activity of Miana Based Drink Powder Materials and Additional Ginger Powder

0 0 7

PENGARUH POHON PASCA SADAP DAN KEMATANGAN BUAH KELAPA TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, ORGANOLEPTIK PASTA SANTAN The Influence of Tree Tapping and Coconut Fruit Maturity toward Physical, Chemical, Organoleptic Characteristic of Coconut Milk Pasta

0 0 10

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER MIKROORGANISME TERMOFILIK PENGHASIL XILANASE DARI LUMPUR PANAS LAPINDO Isolation and Molecular Identification of Thermophilic Microorganism Producing Xylanase from Hot Mud Disaster Lapindo

0 0 8

PENGARUH PENGGANTIAN LARUTAN DAN KONSENTRASI NaHCO3 TERHADAP PENURUNAN KADAR SIANIDA PADA PENGOLAHAN TEPUNG UBI KAYU

0 0 11

PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MIANA (Coleus (L) benth) : KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN ASAM SITRAT TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK EFFERVESCENT Miana (Coleus (L) benth) Effervescent Powder Production : Study of Dekstrin and Citric Acid Concentration on th

0 0 10

PENENTUAN ATRIBUT MUTU TEKSTUR BAKSO SEBAGAI SYARAT TAMBAHAN DALAM SNI DAN PENGARUH LAMA PEMANASAN TERHADAP TEKSTUR BAKSO Determination of Meatball Texture Quality Attribute as an Additional Requirement in SNI and The Effect of Heating Time on Meatball Te

0 0 10

PENGARUH PENGGANTIAN AIR DAN PENGGUNAAN NaHCO3 DALAM PERENDAMAN UBI KAYU IRIS (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP KADAR SIANIDA PADA PENGOLAHAN TEPUNG UBI KAYU The Effect of Water Replacement and Use of NaHCO3 in Soaking Cassava Slices (Manihot esculenta

0 1 12

PENGARUH PENGECILAN UKURAN JAHE DAN RASIO AIR TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK PADA PEMBUATAN SARI JAHE (Zingiber officinale) The Effect of Size Reduction of Ginger and Water Ratio on Physical Chemical and Organoleptic of Ginger (Zingiber offic

0 0 11