REVALUASI ASET TETAP

Perlakuan Akuntansi dan Pajaknya
Surabaya, 18 Oktober 2016

Disampaikan oleh : Endang P

1.
2.
3.
4.

5.
6.

Pemahaman Umum
Bultek 11: Revaluasi Aset Tetap
Revaluasi Aset Tetap untuk Tujuan Pajak
Revaluasi Aset Tetap untuk Tujuan Akuntansi
Revaluasi Aset tetap untuk Tujuan Akuntansi dan Pajak.
Contoh

1.

2.
3.

4.

5.
6.

Buletin Teknis no 11 : Revaluasi Aset Tetap
PSAK 16 (revisi 2011) tentang Aset Tetap
PSAK 46 (revisi 2014) tentang Pajak Penghasilan
PSAK 1 (revisi 2013) tentang Penyajian Laporan
Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan RI No:191/PMK.010/2015
Peraturan Menteri Keuangan RI No:
233/PMK.03/2015

Revaluasi Aset Tetap

Menurut Akuntansi


Peraturan :
PSAK 16 (revisi 2011) tentang Aset Tetap
Peraturan terkait lainnya :
- PSAK 46 (revisi 2014) tentang Pajak
Penghasilan
-PSAK 1 (revisi 2013) tentang Penyajian
Laporan Keuangan
-- Buletin teknis (bultek) no 11 tanggal 23
Februari 2016 tentang Revaluasi aset tetap .

Untuk Tujuan Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan RI No.
79/PMK.03/2008 tentang Penilaian
kembali Aktiva Tetap Perusahaan
untuk Tujuan Perpajakan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER12/PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan dan Pengadministrasian
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan

untuk Tujuan Perpajakan.
Peraturan Menteri Keuangan RI No.
191/PMK.010/2015 tentang Penilaian
kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan
Perpajakan Bagi Permohonan Yang
Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun
2016

Revaluasi Aset Tetap

Menurut Akuntansi

Untuk Tujuan Perpajakan

NOMOR PER-37/PJ/2015
TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN DAN PENGADMINISTRASIAN
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK
TUJUAN PERPAJAKAN
BAGI PERMOHONAN YANG DIAJUKAN PADA

TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 73/PJ/2015 TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER -37/PJ/2015.
PMK RI NOMOR 233/PMK.03/2015 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 191/PMK.010/2015
TENTANG PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN BAGI PERMOHONAN
YANG DIAJUKAN
PADA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016

Buletin Teknis 11
Revaluasi Aset Tetap

No

Akuntansi


Pajak

1.

Frekuensi revaluasi (PSAK 16)

Frekuensi revaluasi (Peraturan Menteri
Keuangan No : 191/PMK.010/2015)

Pr 31.
Revaluasi dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler....
Pr 34.
Frekuensi revaluasi bergantung pada
perubahan nilai wajar dari aset tetap
yang direvaluasi:
1. Beberapa aset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara
signifikan dan fluktuatif sehingga perlu

direvaluasi secara tahunan.

2. Aset tetap yang perubahan nilai
wajarnya tidak signifikan, aset tetap
tersebut mungkin perlu direvaluasi
setiap tiga atau lima tahun sekali.

Pasal 3 ayat 2
Penilaian kembali aktiva tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat dilakukan kembali sebelum lewat
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penilaian kembali aktiva tetap yang
dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri
ini.

No

Akuntansi


Pajak

2.

Scope revaluasi (PSAK 16)

Scope revaluasi (Peraturan Menteri
Keuangan No : 191/PMK.010/2015 )

Pr. 36.
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka
seluruh aset tetap dalam kelompok
yang sama direvaluasi.

Pasal 3 (1)
Penilaian kembali aktiva tetap dapat
dilakukan terhadap sebagian atau
seluruh aktiva tetap berwujud yang
terletak atau berada di Indonesia,
dimiliki, dan dipergunakan untuk

mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang
merupakan Objek Pajak.

No

Akuntansi

Pajak

3.

Perlakuan selisih revaluasi(PSAK Perlakuan selisih revaluasi
(Peraturan Menteri Keuangan No :
16)
191/PMK.010/2015 )
Pr.39.
Jika jumlah tercatat aset meningkat
akibat revaluasi, maka kenaikan
tersebut diakui dalam pendapatan

komprehensif lain (“penghasilan
komprehensif lain”) dan terakumulasi
dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi. (lihat contoh II & III)

Pasal 9
1. Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
Wajib Pajak di atas nilai sisa buku komersial
semula setelah dikurangi dengan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 dan Pasal 6 harus dibukukan dalam
neraca komersial pada perkiraan modal
dengan nama "Selisih Lebih Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Wajib Pajak Tanggal

namun, kenaikan tersebut diakui dalam
laba rugi hingga sebesar jumlah
penurunan nilai aset yang sama akibat
revaluasi yang pernah diakui
sebelumnya dalam laba rugi.


2. Pemberian saham bonus atau pencatatan
tambahan nilai nominal saham tanpa
penyetoran yang berasal dari kapitalisasi
selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
Wajib Pajak, sampai dengan sebesar selisih
lebih penilaian kembali aktiva tetap secara
fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
dan Pasal 6, bukan merupakan

No

Akuntansi

3.

Perlakuan selisih revaluasi(PSAK Perlakuan selisih revaluasi
(Peraturan Menteri Keuangan No :
16)
191/PMK.010/2015 )

Pr.40.
Jika jumlah tercatat aset turun akibat
revaluasi, maka penurunan tersebut
diakui dalam laba rugi.
namun, penurunan nilai tersebut diakui
dalam pendapatan komprehensif lain
sepanjang tidak melebihi saldo surplus
revaluasi untuk aset tersebut.
Penurunan nilai yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lain
(“penghasilan komprehensif lain”)
tersebut mengurangi jumlah akumulasi
dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi.

Pajak

Pasal 9

Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat
(1) huruf g Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 jo. Pasal 2 huruf b Peraturan
Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010
tentang Penghitungan Penghasilan
Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.

No

Akuntansi

Pajak

3.

Perlakuan selisih revaluasi(PSAK 16)

Perlakuan selisih revaluasi
(Peraturan Menteri
Keuangan No :
191/PMK.010/2015 )

Pr.41.
Surplus revaluasi aset tetap yang termasuk dalam
ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba
ketika aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal
ini meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi
ketika penghentian atau pelepasan aset
tersebut.
Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat
dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh
entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang
dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar
perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan
nilai revaluasian aset dan jumlah penyusutan
berdasarkan biaya perolehan awalnya.
Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak
dilakukan melalui laba rugi.

Pasal 9
3.Dalam hal selisih lebih penilaian
kembali secara fiskal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) lebih besar
daripada selisih lebih penilaian
kembali secara komersial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemberian saham bonus atau
pencatatan tambahan nilai nominal
saham tanpa penyetoran yang bukan
merupakan Objek Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), hanya sampai
dengan sebesar selisih penilaian
kembali aktiva tetap secara komersial.

No

Akuntansi

Pajak

4.

Masa manfaat setelah revaluasi (PSAK Masa manfaat setelah revaluasi
16)
(Peraturan Menteri Keuangan
No : 191/PMK.010/2015 )

-

Sesuai sisa masa manfaat

-

Nilai residu dan umur manfaat dari suatu aset
dikaji sekurang-kurangnya setiap akhir tahun
buku dan jika hasil kajian berbeda dengan
estimasi sebelumnya maka perbedaan
tersebut diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi

- Masa manfaat aset setelah revaluasi
disesuaikan kembali menjadi
manfaat penuh untuk kelompok
aset tersebut.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 233/PMK.03/2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 191/PMK.010/2015 TENTANG
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN
PERPAJAKAN BAGI PERMOHONAN YANG DIAJUKAN
PADA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016

A. Beberapa perubahan PMK 191
1. Ketentuan Pasal 3 diubah
2. Ketentuan ayat (1) dan ayat (3) Pasal 8 diubah dan di antara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (la)
3. Ketentuan ayat (1) Pasal 9
4. Di antara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 9A .
5. Di antara Pasal 11 dan Pasal 12 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 11A

B. Bagaimana Efek Akuntansinya?

191/PMK.010/2015

Selisih lebih penilaian kembali
aktiva tetap Wajib Pajak di
atas nilai sisa buku komersial
semula setelah dikurangi
dengan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 dan Pasal 6 harus
dibukukan dalam neraca
komersial pada perkiraan
modal dengan nama "Selisih
Lebih Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Wajib Pajak Tanggal .....

233/PMK.03/2015

Selisih lebih penilaian kembali
aktiva tetap Wajib Pajak di atas
nilai sisa buku komersial
semula
setelah
dikurangi
dengan
Pajak
Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 dan Pasal 6 harus
dicatat dalam laporan keuangan
Wajib Pajak.

B. Perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Final yang
dikenakan atas Revaluasi Aset Tetap




Pajak penghasilan final atas revaluasi aset tetap masuk dalam ruang lingkup
PSAK 46
Dasar :
1. pr.DK02 dn DK03 PSAK 46
pajak penghasilan dalam ruang lingkup PSAK 46 adalah pajak yang
dikenakan atas laba kena pajak.
2. PMK 191/2015 mengatur bahwa pajak penghasilan final atas selisih antara
nilai aset tetap hasil penilaian kembali atau hasil perkiraan penilaian kembali
dengan nilai sisa buku fiskal semula.

C. Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
PSAK 46

Konsekuensi Pajaknya

Pr 58 : mensyaratkan bahwa konsekuensi pajak atas
suatu transaksi atau peristiwa diakui dalam unsur
laporan keuangan yang sama dengan pengakuan
transaksi dan peristiwa tersebut.

pengakuan dampak pajak
kini dan tangguhan
bergantung pada
revaluasi aset tetap yang
dilakukan entitas hanya
untuk tujuan pajak, atau
untuk tujuan pajak dan
akuntansi

-Transaksi dan peristiwa yang diakui dalam laba rugi,
dampak pajaknya juga diakui dalam laba rugi.
-Sedangkan untuk transaksi dan peristiwa lain yang
diakui di luar laba rugi (baik dalam penghasilan
komprehensif lain atau langsung di ekuitas), maka
dampak pajak kini dan tangguhan dari transaksi dan
peristiwa tersebut juga diakui di luar laba rugi

1. Tujuan Pajak
 Jika entitas melakukan revaluasi aset tetap hanya untuk
tujuan pajak, maka entitas mengungkapkan informasi
mengenai selisih lebih revaluasi aset tetap tersebut dalam
catatan atas laporan keuangan sesuai PMK 233/2015.
 Harus mendapat persetujuan dari otoritas perpajakan

 Dalam hal persetujuan otoritas perpajakan diperoleh setelah akhir
periode pelaporan dan sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit, peristiwa tersebut tidak memberikan bukti atas adanya
persetujuan dari otoritas perpajakan pada akhir periode pelaporan.
Dengan demikian, persetujuan tersebut merupakan peristiwa
nonpenyesuaian(non-adjusting event) dalam PSAK 8: Peristiwa
Setelah Periode Pelaporan.

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.

1. Tujuan Pajak
PSAK 46, Pr 12 :
jika jumlah pajak yang telah dibayar melebihi jumlah pajak
yang terutang untuk periode tersebut, maka kelebihannya
diakui sebagai aset
jika entitas belum memperoleh persetujuan dari otoritas
perpajakan pada akhir periode pelaporan, maka pajak yang
telah dibayarkan untuk keperluan pengajuan permohonan
revaluasi aset tetap diakui sebagai aset.
Jurnal :
D. Pajak Dibayar Dimuka
K.
Kas/Bank

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan pajak
Contoh :

Perusahaan memiliki bangunan yang dibeli dengan harga Rp 3 Milyar
Aset dibeli pada Januari 2010
Umur ekonomis menurut akuntansi
10 tahun
Umur ekonomis menurut fiskal
20 tahun
Tanpa nilai residu.
Pada akhir tahun 2015, Perusahaan memutuskan untuk melakukan revaluasi atas
aset tetap bangunannya tersebut dan telah mendapat persetujuan dari kantor
pajak pada tanggal 30 Desember 2015.

Nilai revaluasinya adalah Rp3,5 Milyar

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Perhitungan nilai buku sebelum revaluasi :

A. Menurut perhitungan komersial
Biaya perolehan Bangunan
3.000.000.000
Nilai residu
0
Umur ekonomis
10 tahun
Masa manfaat sd 30 Desember 2015
6 tahun
Akumulasi penyususan = 6/10 X 3.000.000.000 = 1.800.000.000
Nilai buku = 3.000.000.000 – 1.800.000.000 = 1.200.000.000

B. Menurut perhitungan fiskal
Biaya perolehan Bangunan
3.000.000.000
Nilai residu
0
Umur ekonomis
20 tahun
Masa manfaat sd 30 Desember 2015
6 tahun
Akumulasi penyususan = 6/10 X 3.000.000.000 = 900.000.000
Nilai buku = 3.000.000.000 – 900.000.000 = 2.100.000.000
Selisih nilai buku komersial dan fidkal sebelum revaluasi =
1.200.000.000 – 2.100.000.000 = 900.000.000
koreksi beda waktu positif
saldo aset pajak tangguhan.
25% X 900.000.000 = 225.000.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Pada periode entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan,
maka:
Contoh :
Nilai revaluasian
Nilai buku bangunan
Selisih revaluasian
Pajak penghasilan (3%)

3.500.000.000
2.100.000.000 (Nilai buku fiskal)
1.400.000.000
42.000.000

Jurnal pada saat bayar pajak, jika Pengajuan revaluasi dan persetujuannya
diperoleh pada tahun yang sama (mis : di tahun 2015):
D. Beban Pajak Final Revaluasian (PL)
K. Bank

42.000.000

42.000.000

Pajak harus dikoreksi positif karena sudah diperhitungkan dalam aset

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan pajak
Pada periode entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan, maka :

1. jumlah pajak yang telah dibayar diakui sebagai beban pajak dalam laba rugi.

Jurnal :
D. Beban Pajak Final Revaluasian (PL)
K.
Pajak Dibayar Dimuka

42.000.000
42.000.000

(Pajak telah dibayar di th 2015, namun persetujuan dari otoritas diperoleh th 2016)

Pada tahun 2015 dijurnal :
D. Pajak dibayar di muka
42.000.000
K. Bank/kas
42.000.000
Pajak penghasilan dikenakan atas selisih antara nilai aset tetap revaluasian dengan
nilai buku fiskal
Tidak ada jurnal revaluasi aset karena revaluasi aset hanya ditujukan untuk tujuan
pajak

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan pajak

2. timbul perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, karena dasar
pengenaan pajak atas aset tetap menjadi lebih tinggi dari jumlah tercatat
secara akuntansi.
Perbedaan temporer tersebut menimbulkan aset pajak tangguhan (timbul dari
selisih revaluasi)
Jurnal :
D. Aset pajak tangguhan
K. Penghasilan pajak tangguhan
Apabila sebelum revaluasi telah terdapat saldo aset/liabilitas pajak tangguhan dari
aset tetap yang direvaluasi ini, maka saldonya disesuaikan dengan saldo aset
pajak tangguhan setelah revaluasi.

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan pajak
Nilai tercatat setelah revaluasian :

Nilai tercatat /nilai buku komersial bangunan 31 Desember 2015 (setelah revaluasi)
HP/biaya perolehan
3.000.000.000
Ak. Penyusutan
1.800.000.000
Nilai buku
1.200.000.000
Catatan :
Karena revaluasi hanya untuk tujuan pajak , maka secara komersial nilai sebelum
dan setelah revaluasi tetap sama.

Nilai tercatat /nilai buku fiskal bangunan 31 Desember 2015 (setelah revaluasi)
HP/biaya perolehan
3.458.000.000 (3.500.000.000 - 42.000.000)
Ak. Penyusutan
0
Nilai buku
3.458.000.000
Selisih nilai buku komersial dan fiskal setelah revaluasian =
1.200.000.000 – 3.458.000.000
= - 2.258.000.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan pajak
Selisih nilai buku komersial dan fiskal setelah revaluasian dan sebelum revaluasian :

Selisih nilai buku komersial dan fiskal setelah revaluasian :
1.200.000.000 – 3.458.000.000
= - 2.258.000.000
Selisih nilai buku komersial dan fiskal sebelum revaluasian :
1.200.000.000 – 2.100.000.000
= - 900.000.000
Selisih
- 1.358.000.000
Efek pajak tangguhannya = 25% X 1.358.000.000 = 339.500.000
Jurnal koreksi atas saldo pajak tangguhan :

D. Aset pajak tangguhan
K. Penghasilan pajak tangguhan

339.500.000
339.500.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan pajak
Kontrol :

Saldo awal aset pajak tangguhan

225.000.000

Jk Aset pajak tangguhan
Jumlah

339.500.000
564.500.000

Selisih nilai buku setelah revaluasian
Aset pajak tangguhan = 25% X 2.258.000.000 = 564.500.000

2.258.000.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan pajak
3. jumlah penyusutan secara pajak menjadi lebih besar dibandingkan penyusutan
secara akuntansi di masa depan. Pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan
temporer ini diakui dalam laba rugi.

Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan temporer kena pajak atau
koreksi beda waktu negatif yang akan menimbulkan liabilitas pajak tangguhan
Jurnal :

D. Beban pajak tangguhan
K. Liabilitas pajak tangguhan

2. Tujuan Akuntansi

Jika aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal
revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
(a) disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam
jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset
setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.
(b) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah
tercatat
neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar
jumlah
revaluasian dari aset tersebut.



Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi,
maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan
komprehensif lain dan terakumulasi dalam
ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

PSAK 1 (revisi 2013) : istilah pendapatan komprehensif lain berubah
menjadi (“penghasilan komprehensif lain”)

Pada 1 Januari tahun 2011
HP Aset tetap
1.000 dibeli 1 Januari 2005
Umur ekonomis
10 tahun
Metode penyusutan garis lurus
Ak. Penyusutan
600
Nilai buku/nilai tercatat
400
Nilai revaluasian
700
Selisih revaluasian
300
Jurnal :
D. Aset tetap
750 *
K. Akumulasi penyusutan
K. Penghasilan komprehensif lain - Surplus revaluasi

*) ((700-400)/400) X 1000 = 750
**) ((700-400)/400) X 600 = 450

450 **
300

Pada 1 Januari tahun 2011
HP Aset tetap
1.000 dibeli 1 Januari tahun 2005
Umur ekonomis
10 tahun
Metode penyusutan garis lurus
Ak. Penyusutan
600
Nilai buku/nilai tercatat
400
Nilai revaluasian
700
Selisih revaluasian
300

Jurnal :
D. Akumulasi penyusutan
600
K. Aset tetap
K. Penghasilan komprehensif lain - Surplus revaluasi

300
300

Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka
penurunan tersebut diakui dalam laba rugi.

Pada 1 Januari 2011
HP Aset tetap
1.000
Umur ekonomis
10 tahun
Metode penyusutan garis lurus
Ak. Penyusutan
600
Nilai buku/nilai tercatat
400
Nilai revaluasian
350
Rugi revaluasi
50

Jurnal :
D. Akumulasi penyusutan
D. Rugi atas penurunan revaluasi –(L/R)
K.
Aset tetap

600
50
650

Paragraf 39, lanjutan......
namun, kenaikan tersebut diakui dalam laba rugi
hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset yang
sama akibat revaluasi yang pernah diakui
sebelumnya dalam laba rugi.

Dengan cara dieliminasi

Pada 1 Januari 2011
Dari contoh II
HP Aset tetap 1.000,
Umur ekonomis 10 tahun,
Metode penyusutan garis lurus
Ak. Penyusutan
600
Nilai buku/nilai tercatat
400
Nilai revaluasian
350
Rugi revaluasi
50
Jurnal :
D. Akumulasi penyusutan
D. Rugi atas penurunan revaluasi
K.
Aset tetap

600
50
650
Nilai setelah revaluasi :
HP aset tetap= 1000-650
= 350
Akumulasi penyusutan = 600-600=
0

Pada tahun 2011
Nilai aset setelah revaluasi
350
Sisa umur ekonomisnya
4
Penysutan tahun 2011 = 350:4 = 87,5
Jurnal :
D. Biaya penyusutan
K. Ak. Penyusutan

87,5

Nilai akhir tahun 2011
Nilai aset tetap setelah revaluasi
Akumulasi penyusutan
Nilai buku

87,5.

350
87,5
262,5

Pada 1 Januari 2012 :
 Pada 1 Januari tahun 2012 dilakukan revaluasi kembali
dengan nilai revaluasi 417,5, sehingga :

Nilai aset tetap setelah revaluasi
Akumulasi penyusutan
Nilai buku
Nilai revaluasi
surplus revaluasi

350
87,5
262,5
417,5
155

Jurnal :
D. Aset tetap
67,5
D. Akumulasi penyusutan
87,5
K. Laba revaluasi – (L/R)
K.
Penghasilan komprehensif lain-surplus revaluasi

50
105

Rugi atas penurunan
revaluasi

Surplus revaluasi

Diakui sebagai :
1. Diakui sebagai laba atas
revaluasi (L/R) sebesar rugi
yang pernah diakui
2. Selisihnya diakui sebagai
penghasilan komprehensif
lain-surplus revaluasi





namun, penurunan nilai tersebut diakui dalam
pendapatan komprehensif lain sepanjang tidak
melebihi saldo surplus revaluasi untuk aset
tersebut.
Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain tersebut mengurangi jumlah
akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi.

PSAK 1 (revisi 2013) istilah pendapatan komprehensif lain berubah
menjadi (“penghasilan komprehensif lain”)

Namun, penurunan nilai tersebut diakui dalam
pendapatan komprehensif lain sepanjang tidak
melebihi saldo surplus revaluasi untuk aset
tersebut.

Dengan cara dieliminasi

Pada 1 Januari tahun 2011
Dari contoh Ib
HP Aset tetap
1.000 dibeli 1 Januari tahun 2005
Umur ekonomis
10 tahun
Metode penyusutan garis lurus
Ak. Penyusutan
600
Nilai buku/nilai tercatat
400
Nilai revaluasian
700
Selisih revaluasian
300
Jurnal :
D. Akumulasi penyusutan
600
K. Aset tetap
K. Penghasilan komprehensif lain - Surplus revaluasi

300
300

Pada 1 Januari tahun 2011, setelah revaluasi
Aset tetap = 1.000 – 300 = 700
Ak. Penyusutan 600 – 600 = 0
Nilai buku
= 700
Sisa umur ekonomis 4 tahun
Metode penyusutan garis lurus
Penyusutan tahun 2011 = 700 : 4 = 175
Jurnal :
D. Beban penyusutan
K.
Akumulasi penyusutan

175

Nilai pada akhir tahun 2011 :
Nilai aset tetap
= 700
Akumulasi penyusutan = 175
Nilai buku
= 525
Sisa umur ekonomis 3 tahun

175

Pada 1 Januari tahun 2012 dilakukan revaluasi kembali dan hasilnya adalah
terjadi penurunan nilai revaluasi yaitu menjadi 450
Rugi revaluasi = 525 – 450 = 75
Jurnal :
D. Akumulasi penyusutan
D. Ekuitas – surplus revaluasi
K.
Aset tetap

175
75

Nilai pada 1 Januari tahun 2012 setelah revaluasi

Nilai aset tetap = 700 – 250
= 450
Akumulasi penyusutan = 175 – 175 =
0
Nilai buku
= 450

250

Surplus revaluasi

Rugi atas penurunan
revaluasi

Diakui sebagai :
1. Didebetkan ke ekuitas
selama tidak melebihi
akumulasi surplus
revaluasi yang pernah
diakui.
2. Selisihnya diakui sebagai
rugi atas penurunan
revaluasi (L/R)







Surplus revaluasi aset tetap yang termasuk dalam
ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba ketika
aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi
pemindahan sekaligus surplus revaluasi ketika
penghentian atau pelepasan aset tersebut.
Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat
dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh
entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan
ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah
penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dan
jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan
awalnya.
Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak
dilakukan melalui laba rugi.

Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan
dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi
yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara
jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dan jumlah
penyusutan berdasarkan biaya perolehan awalnya.

Pada 1 Januari tahun 2011
Dari contoh no Ib
HP Aset tetap
1.000 dibeli 1 Januari tahun 2005
Umur ekonomis
10 tahun
Metode penyusutan garis lurus
Ak. Penyusutan
600
Nilai buku/nilai tercatat
400
Nilai revaluasian
700
Selisih revaluasian
300

Jurnal :
D. Akumulasi penyusutan
600
K. Aset tetap
K. Penghasilan komprehensif lain - Surplus revaluasi

300
300

Pada 1 Januari tahun 2011
Nilai setelah revaluasi
Nilai Aset tetap setelah revaluasi = 1000-300 = 700
Sisa umur ekonomis = 10 tahun – 6 tahun = 4 tahun
Metode penyusutan garis lurus

Ak. Penyusutan = 600 - 600 = 0
Nilai buku revaluasian

700

Pada 31 Desember tahun 2011
Penyusutan tahun 2011 setelah revaluasi adalah = 700 : 4 = 175
Jurnal :
D. Beban penyusutan
K. Akumulasi penyusutan

175
175

Penyusutan berdasarkan harga perolehan = 1000 : 10 = 100

Jurnal :
D. Beban penyusutan
K. Akumulasi penyusutan

100
100

perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset
dan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan awalnya
= 175-100=75
Jurnal memindahkan surplus revaluasi ke saldo laba :
D. Ekuitas-Surplus revaluasi
K. Ekuitas-Laba ditahan

75
75

Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model
biaya ke model revaluasi dalam pengukuran aset tetap,
maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif



Pr 52
Nilai residu dan umur manfaat dari suatu aset dikaji sekurangkurangnya setiap akhir tahun buku dan jika hasil kajian berbeda
dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut
diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi



Pr 57
Seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam menentukan umur
manfaat dari suatu aset: ekspektasi daya pakai dari aset, ekspektasi
tingkat keausan fisik, keusangan teknis dan keusangan komersial,
pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aset



Pr 58
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan ekspektasi
kegunaan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset dari
entitas mungkin mencakup pelepasan aset setelah
jangka waktu tertentu atau setelah pemakaian sejumlah
proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan
aset. Oleh karena itu, umur manfaat aset dapat lebih
pendek dari pada umur ekonomis aset tersebut.
Estimasi umur manfaat suatu aset membutuhkan
pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas
terhadap aset yang serupa.



Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, yang dihasilkan dari
revaluasi aset tetap diakui dan diungkapkan sesuai dengan
PSAK 46: Pajak Penghasilan

PSAK 46, pr. 20
• ....Dalam hal revaluasi atau penyajian kembali lain pada aset ke
nilai wajar mempengaruhi laba kena pajak (rugi pajak) untuk
periode berjalan, maka dasar pengenaan pajak aset disesuaikan
sehingga tidak ada perbedaan temporer.
• Akan tetapi, jika revaluasi atau penyajian kembali lain dari aset
tidak mempengaruhi laba kena pajak pada periode revaluasi atau
penyajian kembali lain tersebut, maka dasar pengenaan pajak aset
tidak disesuaikan sehingga terdapat perbedaan temporer......

CONTOH VI
Pada 1 Januari tahun 2011
Dari contoh no Ib
HP Aset tetap
1.000 dibeli 1 Januari tahun 2005
Umur ekonomis
10 tahun
Metode penyusutan garis lurus
Ak. Penyusutan
600
Nilai buku/nilai tercatat
400
Nilai revaluasian
700
Selisih revaluasian
300
Jurnal :
D. Akumulasi penyusutan
600
K. Aset tetap
K. Penghasilan komprehensif lain - Surplus revaluasi
D. Penghasilan komprehensih lain – beban pajak tangguhan
K.
Liabilitas pajak tangguhan

300
300
75*

75

*) 25% X 300 = 75
25% merupakan tarif pajak yang berlaku.

No

Paragraf

4

Paragraf 7
Komponen penghasilan komprehensif lain
mencakup:
(a) perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK
16: Aset Tetap
dan PSAK 19: Aset
Takberwujud);

tidak akan
direklasifika
si lebih
lanjut ke
laba rugi

akan
direklasifi
kasi lebih
lanjut ke
laba rugi

X

(b) pengukuran kembali program imbalan pasti (lihat X
PSAK 24: Imbalan Kerja);
(c) keuntungan dan kerugian yang timbul dari
penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha
luar negeri (lihat PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs
Valuta Asing);

X

No

Paragraf

4

Komponen penghasilan komprehensif lain mencakup:
(d) keuntungan dan kerugian dari pengukuran
kembali aset keuangan sebagai 'tersedia untuk dijual'
(that PSAK 55:
(e) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
bagian efektif dari keuntungan dan kerugian
instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai
arus kas (lihat PSAK 55).

5

Pemisahan pajak penghasilan atas akun yang
disajikan dalam OCI yang akan direklasifikasikan ke
laporan laba rugi dan yang tidak diklasifikasikan ke
dalam laporan laba rugi

tidak akan
direklasifik
asi lebih
lanjut ke
laba rugi

akan
direklasifi
kasi lebih
lanjut ke
laba rugi
X

X



SAK mensyaratkan atau mengizinkan pos tertentu diakui dalam
penghasilan komprehensif lain. Contoh pos tersebut adalah:
(a) perubahan jumlah tercatat yang timbul dari revaluasi aset
tetap (lihat PSAK 16: Aset Tetap); dan .....

PSAK 46-Pr. 64
• ....Jika entitas melakukan pengalihan tersebut (“ surplus revaluasi
ke saldo laba”), maka jumlah yang dialihkan adalah neto dari pajak
tangguhan terkait. Pertimbangan serupa diterapkan atas
pengalihan yang dilakukan dalam pelepasan aset tetap.

Pada 31 Desember tahun 2011
Dari contoh IV
Penyusutan tahun 2011 setelah revaluasi adalah = 700 : 4 = 175
Jurnal :
D. Beban penyusutan
K. Akumulasi penyusutan

175
175

Penyusutan berdasarkan harga perolehan awal= 1000 : 10 = 100
Jurnal :
D. Beban penyusutan
K. Akumulasi penyusutan

100
100

perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai
revaluasian aset dan jumlah penyusutan berdasarkan
biaya perolehan awalnya = 175-100=75

Besarnya pajak tangguhan atas surplus revaluasi yang akan
direklasifikasi ke laba ditahan adalah
25% X 75 = 18,75 ( dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku) .

Jurnal untuk memindahkan surplus revaluasi ke saldo laba
( keduanya merupakan bagian dari ekuitas):
D. Surplus revaluasi
K. Laba ditahan

56,25 *
56,25

Noted :
- jumlah yang dialihkan adalah neto dari pajak tangguhan
- Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan melalui
laba rugi
- *) 75-18,75 = 56,25

3. Tujuan Akuntansi & Pajak





Jika aset direvaluasi untuk tujuan pajak dan revaluasi
tersebut terkait dengan akuntansi revaluasi suatu
periode lebih awal, atau revaluasi yang diperkirakan
akan dilaksanakan pada periode masa depan, maka
pengaruh pajak baik aset revaluasi maupun
penyesuaian dasar pengenaan pajak diakui dalam
penghasilan komprehensif lain pada periode terjadinya.
Akan tetapi, jika revaluasi untuk tujuan pajak tidak
terkait dengan akuntansi revaluasi suatu periode lebih
awal, atau revaluasi yang diperkirakan dilaksanakan
pada periode masa depan, maka dampak penyesuaian
atas dasar pengenaan pajak tersebut diakui dalam laba
rugi.

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.

Untuk tujuan akuntansi dan pajak
• pajak kini dan tangguhan diakui di penghasilan komprehensif lain atau laba rugi,
bergantung pada peristiwa yang menyebabkan timbulnya konsekuensi pajak kini
dan pajak tangguhan tersebut.
• Secara akuntansi, kenaikan nilai tercatat aset akibat revaluasi diakui di
penghasilan komprehensif lain.

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Pada periode entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan, maka:

a. jumlah pajak yang telah dibayar diakui di penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi
dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi ;

BULTEK 11 Par 17a, PAJAK HARUS DICATAT KE
DALAM OCI PMK 233/2015 pasal 9 (1), PAJAK DI
NETOKAN KE NILAI ASET REVALUASIAN
PMK 233/2015 pasal 9 (1)
Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap Wajib Pajak di atas nilai sisa buku komersial semula
setelah dikurangi dengan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal
6 harus dicatat dalam laporan keuangan Wajib Pajak.

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Contoh :

Perusahaan memiliki bangunan yang dibeli dengan harga Rp 3 Milyar
Aset dibeli pada Januari 2010
Umur ekonomis menurut akuntansi
10 tahun
Umur ekonomis menurut fiskal
20 tahun
Tanpa nilai residu.

Pada akhir tahun 2015, Perusahaan memutuskan untuk melakukan revaluasi atas aset tetap
bangunannya tersebut dan telah mendapat persetujuan dari kantor pajak pada tanggal 30
Desember 2015.
Nilai revaluasinya adalah Rp3,5 Milyar

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Perhitungan nilai buku sebelum revaluasi :
A. Menurut perhitungan komersial
Biaya perolehan Bangunan
3.000.000.000
Nilai residu
0
Umur ekonomis
10 tahun
Masa manfaat sd 30 Desember 2015
6 tahun
Akumulasi penyususan = 6/10 X 3.000.000.000 = 1.800.000.000
Nilai buku = 3.000.000.000 – 1.800.000.000 = 1.200.000.000

B. Menurut perhitungan fiskal
Biaya perolehan Bangunan
3.000.000.000
Nilai residu
0
Umur ekonomis
20 tahun
Masa manfaat sd 30 Desember 2015
6 tahun
Akumulasi penyususan = 6/10 X 3.000.000.000 = 900.000.000
Nilai buku = 3.000.000.000 – 900.000.000 = 2.100.000.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Pada periode entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan,
maka:
Contoh :
Nilai revaluasian
Nilai buku bangunan
Selisih revaluasian
Pajak penghasilan (3%)

3.500.000.000
2.100.000.000 (Nilai buku fiskal)
1.400.000.000
42.000.000

Jurnal pada saat bayar pajak, jika Pengajuan revaluasi dan persetujuannya
diperoleh pada tahun yang sama yaitu di tahun 2015 :
D. Beban Pajak Final Revaluasian (PL)
K.
Bank

42.000.000

42.000.000

Pajak harus dikoreksi positif karena sudah diperhitungkan dalam aset

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Pada periode entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan, maka:

Perbedaan waktu aset tetap bangunan sebelum revaluasian:
Nilai buku aset tetap komersial
1.200.000.000
Nilai buku aset tetap fiskal
2.100.000.000
Beda waktu
900.000.000 (koreksi positif)
Saldo aset pajak tangguhan=25%X900.000.000= 225.000.000

Hasil perhitungan KJPP, nilai revaluasian = 3.500.000.000
Nilai buku komersial/akuntansi
= 1.200.000.000
Selisih revaluasian
= 2.300.000.000
Nilai wajar aset bangunan (setelah dikurangi pajak yg dibayar ) = 3.458.000.000
Nilai buku komersial
= 1.200.000.000
Selisih revaluasian
= 2.258.000.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Pada periode entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan, maka:

Jurnal revaluasi aset :
D. Aset tetap bangunan
K. Penghasilan komprehensif lain-surplus revaluasi
D. Akumulasi peny aset tetap-bangunan
K. Aset tetap bangunan

2.258.000.000
2.258.000.000
1.800.000.000
1.800.000.000

Atau
Ak peny AT-bangunan
AT-bangunan
Penghasilan komprehensif lain-surplus revaluasi

1.800.000.000
458.000.000
2.258.000.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak

b. jumlah tercatat suatu aset tetap yang direvaluasi secara pajak dan
akuntansi akan menjadi sama dengan dasar pengenaan pajaknya,
sehingga tidak terdapat perbedaan temporer atas aset yang direvaluasi
tersebut .
Jika sebelum tanggal persetujuan otoritas perpajakan entitas memiliki aset
atau liabilitas pajak tangguhan, maka peristiwa ini mengakibatkan
pembalikan perbedaan temporer yang sebelumnya timbul. Pembalikan
perbedaan temporer tersebut diakui dalam laba rugi.
Jurnal :
D. Liabilitas pajak tangguhan
K. penghasilan pajak tangguhan
Atau
D. Beban pajak tangguhan
K. Aset pajak tangguhan

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Pada periode entitas memperoleh persetujuan dari otoritas perpajakan, maka:

Nilai tercatat /nilai buku komersial bangunan 31 Desember 2015 (setelah revaluasi)
HP/biaya perolehan
3.458.000.000 (3.000.000.000+458.000.000)
Ak. Penyusutan
0
Nilai buku
3.458.000.000

Nilai tercatat /nilai buku fiskal bangunan 31 Desember 2015 (setelah revaluasi)
HP/biaya perolehan
3.458.000.000 (3.500.000.000 - 42.000.000)
Ak. Penyusutan
0
Nilai buku
3.458.000.000
Nilai buku komersial = nilai buku fiskal

saldo pajak tangguhan 0 (nihil)

Jurnal pembalikan :

D. Beban pajak tangguhan
K. Aset pajak tangguhan

225.000.000
225.000.000

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.
Untuk tujuan akuntansi dan pajak
c. pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menentukan perbedaan temporer
yang mungkin timbul atas nilai tercatat aset dalam laporan keuangan dan dasar
pengenaan pajaknya.
Entitas mengakui konsekuensi pajak kini dan tangguhan yang timbul atas aset
tetap yang direvaluasi, termasuk pembalikan perbedaan temporer yang mungkin
timbul pada masa depan, bergantung pada peristiwa yang menyebabkan timbulnya
konsekuensi pajak tersebut sesuai PSAK 46 paragraf 58.

Perbedaan temporer setelah revaluasi tersebut dapat disebabkan karena
perbedaan metode penyusutan, perbedaan jangka waktu penyusutan atau karena
adanya revaluasi lagi aset tetap tersebut dimasa yang akan datang sehingga
memungkinkan timbulnya pembalikan atas pajak tangguhan.

Konsekuensi Pajak Kini dan Tangguhan atas Revaluasi Aset Tetap.

Untuk tujuan akuntansi dan pajak
Jurnal yang dapat timbul dari kondisi tersebut adalah
D. Beban pajak tangguhan
K.
Liabilitas pajak tangguhan
Atau
D. Aset pajak tangguhan
K.
Penghasilan/manfaat pajak tangguhan

Tarif Pajak yang Digunakan dalam Mengukur Dampak Pajak
Tangguhan yang Timbul Akibat Revaluasi Aset Tetap Baik untuk
Tujuan Pajak maupun untuk Tujuan Akuntansi dan Pajak






Sesuai dengan PSAK 46 paragraf 5 1A, aset atau liabilitas pajak tangguhan
diukur dengan menggunakan tarif pajak dan dasar pengenaan pajak yang
konsisten dengan perkiraan entitas dalam memulihkan aset atau
menyelesaikan liabilitas tersebut.
pada umumnya aset tersebut akan dipulihkan melalui penggunaan aset.
entitas menghitung dampak pajaknya dengan menggunakan tarif pajak
penghasilan badan (corporate income tax rate) sesuai peraturan perpajakan
yang berlaku

Pengungkapan
Pr 78 PSAK 16 (rev 2011)
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan :
a.
b.
c.

d.

e.

f.

Tanggal efektif revaluasi;
Apakah melibatkan penilai independen;
Metode dan estimasi signifikan yang digunakan dalam estimasi nilai
wajar;
Penjelasan mengenai nilai wajar aset tetap yang ditentukan secara
langsung dengan mengacu pada harga terobservasi dalam pasar aktif
atau transaksi pasar terkini yang wajar atau diestimasi menggunakan
teknik penilaian lain;
Untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset
tersebut dicatat dengan menggunakan metode biaya; dan
Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan
setiap pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

Pengungkapan
Pr 80 PSAK 46 (rev 2014)
Komponen beban (penghasilan) pajak dapat mencakup:







beban (penghasilan) pajak kini;
penyesuaian apapun yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari periode
sebelumnya;
jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang berasal dari timbulnya perbedaan
temporer dan pembalikannya;
.....................................................................

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT