Analisis Perbandingan Besarnya PPhTerutang Sebelum dan Sesudah Melakukan Revaluasi Aset Tetap : Studi Kasus pada PT 'X',Majalaya.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Didalam sebuah negara, perbedaaan kepentingan antara negara dan rakyat sebagai warga negaranya dalam hal pajak selalu terjadi. Di satu sisi negara ingin mendapatkan pemasukan kas negara melalui pajak yang maksimal, sedangkan di sisi lain rakyat berusaha untuk membayar pajak seminimal mungkin. Oleh sebab itu, perusahaan sebagai wajib pajak memerlukan perencanaan pajak agar dapat membayar pajak seminimal mungkin tanpa melakukan pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan dalam rangka meminimalkan pembayaran pajak adalah dengan melakukan revaluasi aset tetap. Pada dasarnya akan terjadi ketidak seimbangan antara pendapatan dan biaya dimana pendapatan diukur berdasarkan perkembangan harga sedangkan biaya diukur berdasarkan harga perolehan

Selisih lebih nilai revaluasi atas nilai buku aset tetap dikenakan pajak penghasilan final sebesar 10% , setelah terlebih dahulu dikurangkan dengan sisa kompensasi kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan, itupun bila perusahaan memiliki kompensasi kerugian fiskal. Nilai revaluasi akan mengakibatkan biaya penyusutan yang lebih tinggi sehingga akan mengurangi pendapatan kena pajak dan berdampak pada penurunan pajak penghasilan terutang perusahaan.

Penulis mengadakan penelitian pada PT ‘X’ di Majalaya selama bulan Januari sampai Februari 2009. Berdasarkan penelitian besarnya PPh terutang sebelum perusahaan melakukan revaluasi aset adalah Rp 396.960.500 dan Rp 415.892.000, sedangkan sesudah perusahaan menerapkan revaluasi aset tetap adalah Rp 0 dan Rp 69.877.400.Selain itu perusahaan juga harus membayarkan PPh Final atas selisih lebih revaluasi aset tetap sebesar Rp 1.231.691.029.

Penulis menyarankan agar perusahaan jangan dulu untuk melakukan revaluasi karena pertimbangan membayar PPh final yang cukup besar.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 5

2.1 Pajak ... 5

2.1.1 Definisi Pajak ... 5

2.1.2 Fungsi Pajak ... 7

2.1.3 Asas Pemungutan ... 9

2.1.4 Penggolongan Pajak ... 14

2.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak ... 17

2.1.6 Tarif Pajak ... 21

2.2 Pajak Penghasilan Badan ... 22


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

2.3.1 Definisi dan Pengakuan Aset Tetap ... 28

2.3.2 Penyusutan Aset Tetap sesuai SAK ... 29

2.3.3 Penyusutan Aset Tetap dengan UU NO.10 Tahun 1994 Sebagaimana diubah di UU NO 17 Tahun 2000 ... 31

2.3.4 Pengelompokan Jenis-Jenis Harta Berwujud Menurut KMK No 1 38/KMK 03/2002 ... 32

2.4 Revaluasi Aset Tetap ... 39

2.4.1 Definisi Aset Tetap ... 39

2.4.2 Tujuan Revaluasi ... 39

2.5 Kerangka Pemikiran ... 46

2.6 Pengembangan Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

3.1 Objek Penelitian ... 51

3.2 Metode Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Perhitungan Penyusutan atas Aset Tetap PT ‘X’ Tanpa Penerapan Revaluasi Aset Tetap ... 61

4.2 Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Terhutang Tanpa Penerapan Revaluasi Aset Tetap ... 77

4.3 Perhitungan Revaluasi Atas Aset Tetap ... 84

4.4 Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Apabila Perusahaan Menerapkan Revaluasi Aset Tetap ... 86

4.5 Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Perusahaan dengan Peneapan Revaluasi Atas Aset Tetap ... 89 4.6 Pengaruh Revaluasi Aset Tetap Terhadap Besarnya


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha Pajak Penghasilan Terutang Perusahaan Tahun Berjalan dan

Analisi Penerapan Revaluasi Di PT ‘X’... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN ... 104


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Struktur Organisasi ... 55 Gambar 2 Kerangka Pemikiran ... 59


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Daftar Aset Tetap ... 62

Tabel 4.2 Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Tahun 2005 dan 2006.. 63

Tabel 4.3 Rekap Penyusutan Aset Tetap 2005 Tanpa Revaluasi ... 75

Tabel 4.4 Rekap Penyusutan Aset Tetap 2006 Tanpa Revaluasi ... 76

Tabel 4.5 Neraca 2005 ... 78

Tabel 4.6 Laba / Rugi 2005 ... 79

Tabel 4.7 Perhitungan Pajak Penghasilan 2005 Tanpa Revaluasi ... 80

Tabel 4.8 Neraca 2006 ... 81

Tabel 4.9 Laba / Rugi 2006 ... 82

Tabel 4.10 Perhitungan Pajak Penghasilan 2006 Tanpa Revaluasi ... 83

Tabel 4.11 Daftar Revaluasi Aset Tetap ... 85

Tabel 4.12 Perhitungan Penyusutan Tahun 2005 Setelah Revaluasi ... 87

Tabel 4.13 Perhitungan Penyusutan Tahun 2006 Setelah Revaluasi ... 88

Tabel 4.14 Neraca 2005 Setelah Revaluasi ... 90

Tabel 4.15 Laba / Rugi 2005 Setelah Revaluasi ... 91

Tabel 4.16 Perhitungan Pajak Penghasilan 2005 Dengan Revaluasi ... 92

Tabel 4.17 Neraca 2005 Setelah Revaluasi ... 93

Tabel 4.18 Laba / Rugi 2006 Setelah Revaluasi ... 94

Tabel 4.19 Perhitungan Pajak Penghasilan 2006 Dengan Revaluasi ... 95

Tabel 4.20 Perbandingan Laba Rugi 2005 dan 2006 Sebelum dan Sesudah Revaluasi Aset Tetap ... 97

Tabel 4.21 Perbandingan Besarnya PPh Terutang 2005 dan 2006 Sebelum dan Sesudah Revaluasi Aset Tetap ... 97


(7)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Negara sebagai suatu organisasi memerlukan dana yang sangat besar dalam melangsungkan aktivitasnya yaitu dalam menjalankan pembangunan nasional. Begitu pula Indonesia, sebagai negara yang berpenduduk ratusan juta orang memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menjalankan semua aktivitas pembangunan nasional. Salah satu sumber penerimaan Negara Indonesia berawal dari pajak, yang dalam kenyataannya merupakan sumber pendapatan Negara terbesar. Pajak itu sendiri merupakan perwujudan dari partisipasi rakyat dalam membangun negaranya, namun selalu timbul konflik antara Negara sebagai penerima pajak dan rakyat/perusahaan sebagai pembayar pajak. Negara memerlukan pajak sebagai sumber pembiayaan aktivitasnya, sedangkan rakyat menganggap pajak sebagai pengurang penghasilan sehingga perlu diminimalisasikan. Tidak jarang, cara-cara yang digunakan wajib pajak telah melanggar peraturan, seperti penggelapan pajak. Untuk mengatasi konflik ini, diperlukan suatu pengendalian pajak yang baik agar rakyat dapat memenuhi kewajiban perpajakan tanpa melanggar peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku.

Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan dalam rangka meminimalkan pembayaran pajak adalah dengan melakukan revaluasi aset tetap. Seperti kita ketahui, semua perusahaan pasti memiliki aset tetap untuk mendukung pelaksanaan operasi perusahaan dan umumnya, nilai aset tetap dalam sebuah neraca


(8)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 2

perusahaan relatif besar. Menurut prinsip akuntansi aset tetap harus disusutkan, dan penilaian atas asset tetap didasarkan pada nilai perolehan (historical cost) dengan asumsi satuan mata uang stabil. Ketika terjadi inflasi nilai aset tetap yang selama ini tertera dalam neraca perusahaan akan jauh berlebihan dari nilai wajar aset tetap tersebut di pasar. Akan terjadi ketidakseimbangan antara pendapatan dan biaya di mana pendapatan diukur berdasarkan perkembangan harga sedangkan biaya diukur berdasarkan harga perolehan. Nilai buku aset tetap perusahaan tidak dapat lagi mencerminkan harga pasar yang sesungguhnya dan tentu saja hal ini ada kemungkinan berdampak pada biaya penyusutan perusahaan karena setiap aset tetap perlu disusutkan. Jumlah biaya penyusutan aset yang diukur dengan harga pokok akan jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan menggunakan harga yang berlaku di pasar.

Dengan melakukan revaluasi, aset tetap akan memiliki nilai yang mencerminkan harga pokok yang ada. Nilai revaluasi akan menjadi dasar penyusutan yang baru. Dengan timbulnya biaya penyusutan yang lebih besar akan mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh perusahaan.

Revaluasi paling tepat dilakukan apabila perusahaan memiliki kompensasi kerugian dimana atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai buku fiskal akan dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya, baru kemudian dikenakan PPh final sebesar 10 %. Hal ini dapat menyebabkan penurunan jumlah PPh final 10 % yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan melakukan revaluasi performa laporan keuangan perusahaan akan menjadi lebih baik, pembebanan biaya akan menjadi lebih wajar dan nilai aset akan


(9)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 3

menjadi lebih wajar. Beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan dengan revaluasi. Antara lain Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tidak memperkenankan perusahaan melakukan revaluasi, sedangkan undang-undang pajak memperkenankan perusahaan untuk melakukan revaluasi apabila permohonan revaluasi disetujui oleh dirjen pajak. Revaluasi hanya bisa dilakukan oleh badan, dilakukan dengan dasar penilaian

(appraisal) harga pokok dari lembaga independen.

Drs. Ahmadi Hadibroto, M.Sc. Ketua Ikatan Akuntansi Indonesia mengungkapkan bahwa revaluasi aset tetap sekarang ini sudah tidak menarik dan direvaluasinya suatu aset belum tentu akan meninkatkan nilai dari aset tersebut, karena ada yang menurunkan juga. Jadi yang dilakukan adalah menilai kembali aset sesuai dengan harga wajar pada saat itu.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas yang dapat mempengaruhi jumlah PPh perusahaan tahun berjalan, penulis tertarik untuk meneliti dan memahami jumlah pajak terutang yang akan dibayarkan sebelum perusahaan melakukan revaluasi aktiva tetap dan jumlah pajak terutang yang akan dibayarkan sesudah perusahaan melakukan revaluasi aktiva tetap. Hal tersebut akan diteliti untuk melihat apakah revaluasi dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk pengurangan pajak yang baik bagi perusahaan. Oleh sebab itu, judul penelitian yang diambil adalah “ ANALISIS PERBANDINGAN BESARNYA PPh TERUTANG SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN REVALUASI ASET TETAP ”.


(10)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan besarnya PPh terhutang sebelum dan sesudah dilakukan Revaluasi Aset Tetap ?

2. Bagaimana peranan Revaluasi Aset Tetap terhadap besarnya PPh terhutang?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan besarnya PPh terutang perusahaan sebelum dan sesudah revaluasi.

2. Mengetahui peranan revaluasi aset tetap terhadap besarnya PPh terutang.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan kemampuan penulis dalam melihat masalah yang terkait dengan revaluasi aset tetap terhadap penetapan laba perusahaan kena pajak.

2. Bagi Perusahaan

Gambaran terhadap dampak revaluasi aset tetap terhadap perencanaan pajak yang lebih baik.

3. Pihak Lain

Memahami lebih luas tentang revaluasi aset tetap dan menyiapkan informasi bagi yang memerlukan.


(11)

Bab V Kesimpulan dan Saran

101 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Besarnya laba penghasilan kena pajak perusahaan pada tahun 2005 dan 2006 sebelum perusahaan melakukan revaluasi aset tetapnya adalah Rp 984.574.695 dan Rp 1.028.748.294. Atas laba kena pajak tersebut, pajak penghasilan terutang badan yang harusnya dibayar adalah Rp 396.960.500 dan Rp 415.892.000.

2. Besar laba penghasilan kena pajak perusahaan pada tahun 2005 dan 2006 setelah perusahaan melakukan revaluasi praisal atas revaluasi aset tetap adalah Rp (1.069.390.410) dan Rp 291.258.000. Atas laba kena pajak tersebut, pajak penghasilan badan yang harusnya dibayar adalah Rp 0 dan Rp 69.877.400.Selain itu perusahaan juga harus membayarkan PPh Final atas selisih lebih revaluasi aset tetap sebesar Rp 1.231.691.029. PPh Final hanya dibayar satu kali pada saat revalusi yaitu pada tahun 2005.

3. Berdasarkan analisi yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa revaluasi aset tetap mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan. Pada perusahaan inipun revaluasi dapat diterapkan. Revaluasi memang dapat mengurangi pembayaran pajak, tetapi jangan dilupakan bahwa perusahaan juga harus membayar pph final atas selisih lebih revaluasi. Perusahaan tidak mengalami kerugian yang dapat dikompensasikan selama 5 tahun


(12)

Bab V Kesimpulan dan Saran

102 Universitas Kristen Maranatha berikutnya, setelah melakukan revaluasi pajak yang harus dibayar menjadi lebih tinggi.

5.2 Saran

Penulis memberikan beberapa saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran-saran tersebut diantaranya :

1. Berdasarkan hasil penelitian, PT ‘X’ untuk saat ini lebih baik tidak melakukan revaluasi atas aset tetapnya karena PT ‘X’ tidak memiliki kompensasi kerugian yang masih dapat dikompensasikan.

2. Apabila suatu saat perusahaan dalam kondisi mengalami kerugian, revaluasi aset tetap dapat menjadi salah satu alternatif dalam melakukan perencanaan pajak.

3. Jika perusahaan ingin melakukan revaluasi sebaiknya melakukan secara praisal karena aset tetap berupa tanah yang kurang menguntungkan apabila direvaluasi, karena tanah tidak dapat disusutkan.


(13)

Daftar Pustaka

103 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Hadibroto,Ahmadi. (2009). Revaluasi Aktiva Tetap : Antara Akuntansi dan Pajak.

Indonesian Tax Review. 9 (1), hal. 6 – 12.

IAI (2007). Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Muljon,Djoko. (2007). Pemotongan pemungutan PPh dan PPh Pasal 25/29. Edisi I,

Penerbit Andi,Yogyakarta.

Resmi,Siti. (2008). Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Singgih, Santoso. (2002). SPSS Versi 12.00. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Soemardi, Deddy. (2008). Pajak Penghasilan. Bahan Brevet Universitas Kristen Maranatha.

Suandy,Erly. (2008). Perencanaan Pajak . Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Direktorat Jendral Pajak (2002). Keputusan Mentri Keuangan No 486/KMK.03/2002. http://www.pajak.go.id


(1)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha

2

perusahaan relatif besar. Menurut prinsip akuntansi aset tetap harus disusutkan, dan penilaian atas asset tetap didasarkan pada nilai perolehan (historical cost) dengan asumsi satuan mata uang stabil. Ketika terjadi inflasi nilai aset tetap yang selama ini tertera dalam neraca perusahaan akan jauh berlebihan dari nilai wajar aset tetap tersebut di pasar. Akan terjadi ketidakseimbangan antara pendapatan dan biaya di mana pendapatan diukur berdasarkan perkembangan harga sedangkan biaya diukur berdasarkan harga perolehan. Nilai buku aset tetap perusahaan tidak dapat lagi mencerminkan harga pasar yang sesungguhnya dan tentu saja hal ini ada kemungkinan berdampak pada biaya penyusutan perusahaan karena setiap aset tetap perlu disusutkan. Jumlah biaya penyusutan aset yang diukur dengan harga pokok akan jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan menggunakan harga yang berlaku di pasar.

Dengan melakukan revaluasi, aset tetap akan memiliki nilai yang mencerminkan harga pokok yang ada. Nilai revaluasi akan menjadi dasar penyusutan yang baru. Dengan timbulnya biaya penyusutan yang lebih besar akan mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh perusahaan.

Revaluasi paling tepat dilakukan apabila perusahaan memiliki kompensasi kerugian dimana atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai buku fiskal akan dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya, baru kemudian dikenakan PPh final sebesar 10 %. Hal ini dapat menyebabkan penurunan jumlah PPh final 10 % yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan melakukan revaluasi performa laporan keuangan perusahaan akan menjadi lebih baik, pembebanan biaya akan menjadi lebih wajar dan nilai aset akan


(2)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha

3

menjadi lebih wajar. Beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan dengan revaluasi. Antara lain Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tidak memperkenankan perusahaan melakukan revaluasi, sedangkan undang-undang pajak memperkenankan perusahaan untuk melakukan revaluasi apabila permohonan revaluasi disetujui oleh dirjen pajak. Revaluasi hanya bisa dilakukan oleh badan, dilakukan dengan dasar penilaian (appraisal) harga pokok dari lembaga independen.

Drs. Ahmadi Hadibroto, M.Sc. Ketua Ikatan Akuntansi Indonesia mengungkapkan bahwa revaluasi aset tetap sekarang ini sudah tidak menarik dan direvaluasinya suatu aset belum tentu akan meninkatkan nilai dari aset tersebut, karena ada yang menurunkan juga. Jadi yang dilakukan adalah menilai kembali aset sesuai dengan harga wajar pada saat itu.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas yang dapat mempengaruhi jumlah PPh perusahaan tahun berjalan, penulis tertarik untuk meneliti dan memahami jumlah pajak terutang yang akan dibayarkan sebelum perusahaan melakukan revaluasi aktiva tetap dan jumlah pajak terutang yang akan dibayarkan sesudah perusahaan melakukan revaluasi aktiva tetap. Hal tersebut akan diteliti untuk melihat apakah revaluasi dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk pengurangan pajak yang baik bagi perusahaan. Oleh sebab itu, judul penelitian yang diambil adalah “ ANALISIS PERBANDINGAN BESARNYA PPh TERUTANG SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN REVALUASI ASET TETAP ”.


(3)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha

4 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan besarnya PPh terhutang sebelum dan sesudah dilakukan Revaluasi Aset Tetap ?

2. Bagaimana peranan Revaluasi Aset Tetap terhadap besarnya PPh terhutang?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan besarnya PPh terutang perusahaan sebelum dan sesudah revaluasi.

2. Mengetahui peranan revaluasi aset tetap terhadap besarnya PPh terutang.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan kemampuan penulis dalam melihat masalah yang terkait dengan revaluasi aset tetap terhadap penetapan laba perusahaan kena pajak.

2. Bagi Perusahaan

Gambaran terhadap dampak revaluasi aset tetap terhadap perencanaan pajak yang lebih baik.

3. Pihak Lain

Memahami lebih luas tentang revaluasi aset tetap dan menyiapkan informasi bagi yang memerlukan.


(4)

Bab V Kesimpulan dan Saran

101 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Besarnya laba penghasilan kena pajak perusahaan pada tahun 2005 dan 2006 sebelum perusahaan melakukan revaluasi aset tetapnya adalah Rp 984.574.695 dan Rp 1.028.748.294. Atas laba kena pajak tersebut, pajak penghasilan terutang badan yang harusnya dibayar adalah Rp 396.960.500 dan Rp 415.892.000.

2. Besar laba penghasilan kena pajak perusahaan pada tahun 2005 dan 2006 setelah perusahaan melakukan revaluasi praisal atas revaluasi aset tetap adalah Rp (1.069.390.410) dan Rp 291.258.000. Atas laba kena pajak tersebut, pajak penghasilan badan yang harusnya dibayar adalah Rp 0 dan Rp 69.877.400.Selain itu perusahaan juga harus membayarkan PPh Final atas selisih lebih revaluasi aset tetap sebesar Rp 1.231.691.029. PPh Final hanya dibayar satu kali pada saat revalusi yaitu pada tahun 2005.

3. Berdasarkan analisi yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa revaluasi aset tetap mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan. Pada perusahaan inipun revaluasi dapat diterapkan. Revaluasi memang dapat mengurangi pembayaran pajak, tetapi jangan dilupakan bahwa perusahaan juga harus membayar pph final atas selisih lebih revaluasi. Perusahaan tidak mengalami kerugian yang dapat dikompensasikan selama 5 tahun


(5)

Bab V Kesimpulan dan Saran

102 Universitas Kristen Maranatha

berikutnya, setelah melakukan revaluasi pajak yang harus dibayar menjadi lebih tinggi.

5.2 Saran

Penulis memberikan beberapa saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran-saran tersebut diantaranya :

1. Berdasarkan hasil penelitian, PT ‘X’ untuk saat ini lebih baik tidak melakukan revaluasi atas aset tetapnya karena PT ‘X’ tidak memiliki

kompensasi kerugian yang masih dapat dikompensasikan.

2. Apabila suatu saat perusahaan dalam kondisi mengalami kerugian, revaluasi aset tetap dapat menjadi salah satu alternatif dalam melakukan perencanaan pajak.

3. Jika perusahaan ingin melakukan revaluasi sebaiknya melakukan secara praisal karena aset tetap berupa tanah yang kurang menguntungkan apabila direvaluasi, karena tanah tidak dapat disusutkan.


(6)

Daftar Pustaka

103 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Hadibroto,Ahmadi. (2009). Revaluasi Aktiva Tetap : Antara Akuntansi dan Pajak. Indonesian Tax Review. 9 (1), hal. 6 – 12.

IAI (2007). Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Muljon,Djoko. (2007). Pemotongan pemungutan PPh dan PPh Pasal 25/29. Edisi I,

Penerbit Andi,Yogyakarta.

Resmi,Siti. (2008). Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Singgih, Santoso. (2002). SPSS Versi 12.00. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Soemardi, Deddy. (2008). Pajak Penghasilan. Bahan Brevet Universitas Kristen Maranatha.

Suandy,Erly. (2008). Perencanaan Pajak . Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Direktorat Jendral Pajak (2002). Keputusan Mentri Keuangan No 486/KMK.03/2002. http://www.pajak.go.id