BB #2 Sejarah Bahasa Indonesia, Fungsi dan Kedudukannya

Bahasa Indonesia
“Sejarah Bahasa Indonesia,
Fungsi dan Kedudukannya”
Pertemuan #2
20 Februari 2014

“Kesempatan datang
mengetuk setiap pintu,
hanya yang
mempunyai kunci yang
dapat membukanya”

Pra Merdeka: Asal Usul
• Bahasa Indonesia merupakan dialek
dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu
merupakan sebuah bahasa
Austronesia yang digunakan sebagai
lingua franca (bahasa pergaulan) di
nusantara, bahkan di Asia Tenggara.

• Bahasa Melayu memiliki dua bentuk, yaitu

melayu pasar dan melayu tinggi.
• Melayu Pasar sering dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Bentuk ini mudah dimengerti,
memiliki toleransi kesalahan yang tinggi, dan
fleksibel dalam menyerap istilah dari bahasa lain.
• Melayu Tinggi merupakan bentuk yang lebih
resmi. Pada masa lalu bentuk ini digunakan
kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera,
Malaya, dan Jawa. Bentuk ini lebih sulit karena
penggunaannya sangat halus, penuh sindiran,
agak sulit dimengerti disbanding Melayu Pasar,
tingkat toleransi kesalahan yang rendah, dan
tidak ekspresif sperti bahasa Melayu Pasar.

Fakta dan Data
• Untuk pertama kalinya, istilah Bahasa Melayu
disebutkan sekitar 683-686 M. Angka ini tercantum
pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuna dari
Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini sudah
menggunakan aksara Pallawa atas perintah raja

Sriwijaya yang berjaya pada abad ke-7 dan ke-8.
Selain itu, Wangsa Syailendra juga meninggalkan
beberapa prasasti Melayu Kuna di Jawa Tengah.
Berbagai batu bertulis (prasasti) yang ditemukan itu
seperti Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 di
Palembang, Prasasti Talang Tuo tahun 684 di
Palembang, Prasasti Kota Kapur tahun 686 di
Bangka Barat, dan Prasasti Karang Brahi tahun 688
antara Jambi dan Sungai Musi.

Zaman Kolonialisme
• BM-media komunikasi antar bangsa
Indonesia, Belanda tidak mau
bahasanya digunakan oleh pribumi,
kecuali yang terpelajar/koleganya.
• Model Komunikasi Belanda berbedabeda terhadap Bangsa Indonesia.
• Media Massa banyak ditulis dengan
menggunakan BM.

Kelahiran Bahasa Indonesia

• Bahasa Indonesia dianggap lahir atau diterima
keberadaannya pada Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 yang menyebut sebagai bahasa persatuan.
Namun, secara resmi, bahasa Indonesia baru diakui
keberadaannya pada tanggal 18 Agustus 1945.
Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 36 menyebut
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.
• Pemerintah saat itu menyetujui pemilihan bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu tuturan
Riau. Presiden Soekarno tidak memilih bahasa Jawa
yang merupakan bahasanya sendiri dan juga
bahasa mayoritas pada saat itu.

Kenapa memilih BM?
Adapun pertimbangan pilihan bahasa Melayu
tuturan Riau sebagai berikut;
1.Suku-suku lain di Republik Indonesia akan
merasa dijajah oleh suku Jawa jika
menggunakan bahasa Melayu tuturan Jawa.
2. Bahasa Melayu Riau lebih mudah dipelajari

dibanding bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki
tingkatan bahasa (halus, biasa, dan kasar).
Tingkatan ini digunakan untuk orang yang
berbeda dari segi usia, derajat, ataupun
pangkat dan kesan negatif sering muncul jika
pemakai bahasa Jawa kurang memahami
budaya Jawa.

3. Suku Melayu berasal dari Riau. Sultan Malaka
yang terakhir juga lari ke Riau setelah Malaka
direbut oleh Portugis. Selain itu, bahasa
Melayu Riau paling sedikit terpengaruh
bahasa Cina Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun
dari bahasa lainnya.
4. Menumbuhkan semangat patriotik dan
nasionalisme negara tetangga, seperti
Malaysia, Brunei, dan Singapura yang juga
menggunakan bahasa Melayu dan nasibnya
sama dengan Indonesia, yaitu dijajah Inggris.
5. Para pejuang kemerdekaan diharapkan

bersatu lagi dengan tujuan persatuan dan
kebangsaan.

6. BM= lingua franca di nusantara
(perhubungan dan perdagangan)
7. Suku-suku di Indonesia dengan
sukarela menerima BM sebagai
Bahasa Nasional.
8. BM memiliki kesanggupan/modal
untuk digunakan sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

Zaman Pendudukan Jepang
“Melarang penggunaan BB,
kondisi tersebut memberikan
kesempatan bagi
perkembangan BI disegala
aspek kehidupan.”

Perkembangan Bahasa

Indonesia
1. Cikal bakal ejaan bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu yang ditetapkan pada tahun 1901.
Pada tahun inilah Ch. A. van Ophuijsen membuat
ejaan resmi bahasa Melayu yang dimuat dalam
Kitab Logat Melayu.
2. Sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi
nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat) didirikan pemerintah pada tahun 1908.
badan penerbit ini berubah menjadi Balai Pustaka
pada tahun 1917. Balai Pustaka ini menerbitkan bukubuku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, dll

3. Pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari
beberapa daerah, seperti Sumatra, Jawa, Sulawesi, dll.
berkumpul. Peristiwa ini dikenal dengan Sumpah
Pemuda. Salah satu butir dalam Sumpah Pemuda
sangat penting dalam perkembangan bahasa
Indonesia. Pada saat inilah bahasa Indonesia dianggap

sebagai bahasa persatuan.
4. Sebuah angkatan sastrawan muda yang dipelopori
oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Sanusi Pane, Armijn
Pane, dll. berusaha melawan kebijakan yang dibuat
oleh badan penerbit yang sudah ada, yaitu Balai
Pustaka. Kelompok sastrawan ini dikenal dengan nama
Pujangga Baru. Nama Pujangga Baru berasal dari
nama sebuah majalah yang terbit pada tahun 1933.

5. Kongres Bahasa Indonesia I dilakukan di Solo
pada 25-28 Juni 1938. Hasil kongres ini secara
umum menyimpulkan bahwa usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan
secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.
6. Kemerdekaan Indonesia juga menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal ini
sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang
Dasar RI 1945 Pasal 36. Undang-Undang Dasar
1945 ini ditandatangani sehari setelah

Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya tanggal 18
Agustus 1945

7. Ejaan bahasa Melayu buatan van Ophuijsen
pada tahun 1901 sudah tidak dipakai dalam
kaidah bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan
pada tanggal 19 Maret 1947 telah diresmikan
penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen. Jadi,
ejaan van Ophuijsen sudah berlaku selama 46
tahun sebelum diganti Ejaan Republik.
8. Pada tahun 1953 Kamus Bahasa Indonesia yang
pertama diterbitkan. Kamus ini dibuat oleh
Poerwadarminto. Dalam kamus itu tercatat
jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia
mencapai 23.000.

9 Kongres Bahasa Indonesia II dilaksanakan pada 28
Oktober s.d. 2 November 1954 di Medan. Hasil
kongres mengamanatkan untuk terus-menerus

menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai
bahasa negara.
10Melalui pidato kenegaraan H. M. Soeharto selaku
Presiden Republik Indonesia di hadapan sidang DPR
pada tanggal 16 Agustus 1972, Ejaan Republik yang
dikenal juga sebagai Ejaan Soewandi diganti dengan
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Selain itu, peresmian Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972.

11.Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 31 Agustus
1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
12.Pada tahun 1976 Pusat Bahasa menerbitkan Kamus
Bahasa Indonesia dan terdapat 1.000 kata baru. Artinya,

dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan
kata baru.
13.Kongres Bahasa Indonesia III diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978. Kongres
ini bersamaan dengan 50 tahun Sumpah Pemuda. Selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia, hasil kongres ini juga
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

14.Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan dalam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Kongres
Bahasa Indonesia IV dilaksanakan di Jakarta pada 21—26
November 1983. Hasil kongres menyebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus
lebih ditingkatkan. Semua warga negara Indonesia agar
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
15.Kongres Bahasa Indonesia V dihadiri oleh kira-kira tujuh
ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan
peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan

Australia. Kongres ini dilakukan di Jakarta pada 28 Oktober
s.d. 3 November 1988. Kongres ini juga mempersembahkan
karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.

16.Kongres Bahasa Indonesia VI dilaksanakan pada 28
Oktober s.d. 2 November 1993. Kongres ini pun tetap
dilaksanakan di ibukota, Jakarta dan belum pernah
dilaksanakan di daerah-daerah yang lain. Hasil kongres
mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa statusnya ditingkatkan menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia. Selain itu, juga
mengusulkan agar Undang-Undang Bahasa Indonesia
disusun.
17.Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan 26-30
Oktober 1998 masih di Jakarta. Hasil kongres
mengusulkan agar dibentuk Badan Pertimbangan
Bahasa. Badan ini memiliki anggota dari tokoh
masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian
terhadap bahasa dan sastra.

18. Kongres Bahasa Indonesia VIII dilaksanakan 14—17
Oktober 2003 di Jakarta. Banyaknya negara yang
membuka studi mengenai Indonesia mendorong
panitia mengagendakan pembuatan bahan ajar
pelajaran Bahasa Indonesia untuk para penutur
asing. Hal ini dibuktikan dengan adanya 35 negara
yang telah memiliki pusat studi tentang Indonesia
di perguruan tinggi. Agar para penutur asing itu
harus bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar dibutuhkan pedoman buku ajar.
Selian itu, akan dikembangkan Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI). UKBI tidak hanya
ditujukan bagi para warga asing yang akan bekerja
di Indonesia, tetapi juga warga Indonesia sendiri.

19. Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan
pada 28—31 Okober 2008 di Jakarta.
• Hasil kongres ini menyatakan bahwa bentukbentuk pemakaian bahasa Indonesia yang
diajarkan di sekolah adalah bentuk-bentuk
pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku.
• Bentukan bahasa dari berbagai variasi,
misalnya berdasarkan dialek geografi, dialek
sosial, register (digunakan oleh profesi
tertentu, misalnya dokter, pengacara, dsb.)
dapat diperoleh siswa dalam berbagai
pemakaian bahasa di masyarakat.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAHASA
NASIONAL/
BAHASA
PERSATUAN
(SUMPAH
PEMUDA 1928

LAMBANG IDENTITAS
NASIONAL
LAMBANG KEBANGGAAN
NASIONAL
SARANA PEMERSATU
NASIONAL
SARANA PERHUBUNGAN
ANTARBUDAYA DAN
ANTARDAERAH
BAHASA RESMI KENEGARAAN

BAHASA
INDONESIA

BAHASA
NEGARA (UUD
1945, PASAL 36

BAHASA RESMI PERHUBUNGAN
NASIONAL
BAHASA PENGANTAR RESMI
KEPENDIDIKAN
SARANA PENGEMBANG DAN
PEMANFAATAN ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI
SARANA PENDUKUNG KEBUDAYAAN
NASIONAL
SARANA PEMERKAYAAN BAHASA
DAERAH

BAHASA RESMI

SARANA PERHUBUNGAN
KEAGAMAAN
SARANA PERHUBUNGAN
KEADATAN

Pembakuan BI
• Pembakuan dan pengembangan
bahasa yang efektif perlu didasarkan
atas-sosiolinguistik
• Masalah bahasa adalah hal-hal yang
menyangkut kepentingan segenap
lapisan masyarakat pemakainya,
oleh karena itu pembakuan dan
pengembangan bahasa perlu
melibatkan pakar dan masyarakat
pemakainya.

Bahasa Daerah
• Fungsi dan kedudukan=BI
• Pendokumentasian,
apresiasi,pelestarian sesuai amanat
UUD 45 Bab XV pasal 36 (bahasabahasa daerah yang masih dipakai
sebagai alat perhubungan yang
hidup dan dibina oleh masyarakat
pemakaianya dihargai dan dipelihara
oleh negara karena merupakan
bagian daripada kebudayaan

Bahasa Asing
• Bagaimana kedudukan BA?
(bukan kompetisi BI vs BA=BN)
• Apa fungsi dan tujuan BA terhadap
kepentingan politik bahasa nasional?
(pendidikan, komunikasi global,
peningkatan mutu buku, ilmu
pengetahuan dan teknologi modern
untuk kepentingan nasional)

Kontribusi Bahasa Lain
dalam BI
Asal Bahasa

Jumlah Kata

Arab

1.495 kata

Belanda

3.280 kata

Tionghoa

290 kata

Hindi

7 kata

Inggris

1.610 kata

Parsi

63 kata

Portugis

131 kata

Sanskerta-Jawa Kuna

677 kata

Tamil

83 kata

“Bangga Menjadi
INDONESIA”