PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERILAKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS MAHASISWA 51 AKUNTANSI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERILAKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER
DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS MAHASISWA 51 AKUNTANSI
Metta Suoliani
.
r
b
Universitas Diponegoro
-,"
.
ABSTNACT
This research had purposed to test and to btow how big the in pact of ethical reasoning
Machiavellian behiaviour and the impact ofgender to ethical decision making. This research also
purposed to found ifthere were any differcnt impact ofethical reasoning, Machiattellian behaviour
and gender between the group of accounting students in Scrtya Wacana Clvistian University and
Atma Jrya Catlnlic University. This research used Purposive Sampling to choosed tlrc satnple.
funple of this reseach are 93 accounting students in Satya Wac*ta Cristian University and 97
students in Atma Jaya Catholic University that have passed the Auditing I and Auditing II lessons
(the name of the lessow depends on the curriculum of the university). Number of the sarnple
was obtained by the Slovin formula. The result indicated that on bAth sample, Machiavellian
behwiour had impacted the ethical decision making, whether on ftrst or second condition. But
the ethical reasoning and gender did not hove impact on ethical decision making. This reseach
also indicued that there were no result diferences between the group of accounting students in
Satya Wacaw Christian University and Atma Joya Catholic University.
'
Kewords:ethical reasoning machiavellian behwior gender ethical decision making,
regression.
mempengaruhi pandangan publik mengenai
PENDAHULUAN
etis merupakan suatu
profesi akuntan. Kode etik resmi bagi para
keputusan yang harus dibuat oleh setiap
profesional akuntansi adalah Kode Etik Ikatan
profesional yang mengabdi pada suatu bidang
Akuntan Indonesia. Keberadaan kode etik ini
itu dalam
membuat suatu keputusan etis, seorang
dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
profesional akuntansi pasti akan mengacu
akuntan publik, bekerja
pada kode etik profesi. Pengertian kode etik
usaha, pada instansi pemerintah, maupun
profesional dalam bidang akuntansi menurut
di
Chasin. Dkk ( I 988, 4-6)(dalam Pustakaonlineo
pemenxhan tanggung j awab profesionalnya.
Keputusan
pekerjaan tertentu. Oleh karena
2008) adalah penuntun bagi perilaku akuntan
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai
di lingkungan
dunia
lingkungan dunia pendidikan dalap
Setiap profesional dalam
dan
bidang
dalam memenuhi kewajiban profesional
akuntansi harus bekerja
dan dalam melaksanakan kegiatannyd, yang
keputusan berdasarkan kode etik yang ada.
62
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERILAKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
ETIS MAHASISWA 51 AKUNTANSI
I
Metta Sullanl
Marsono
Universitas Diponegoro
membuat
Akan tetapi pada praktiknya masih banyak
sensitivitas dari integritas atau kepercayaan
profesional akuntansi yang bekerja tanpa
etis selama pendidikan atau karir seseorang.
berdasarkzur
kode etik profesional. Diah
Menurut Armstrong,
1984,1987;
(200S) merryatakan bahwa adanya kasus-
Ponernon 1988,1990; Ponemon and GabhaG
kasus yang melibatkan auditor tersebut
1990 (dalam Richmond,200l), akuntan
mengakibatkan komitmen profesional seorang
yang tidak mengembangkan
auditor semakin dipertanyakan dimana kode
pertimbangan etis setara dengan individu yang
etik profesional telah dilanggar.
mempunyai ekonomi-sosial dan latar belakang
.:
Kasus-kasus
yang
dilatarbelakangi
oleh profesional akuntansi yang
bekerja
kemarrpuan
pendidikan yang sama. Oleh karena itu akuntan
harus senantiasa mengasah
kemampuan
tanpa menggunakan kode etik menyebabkan
pertimbangan etis baik melalui. kasus-kasus
banyak perusahaan mencari karyawan yang
yang dihadapi di dunia nyata maupun melalui
berkompeten wrtuk mengisi bagian akuntansi.
diskusi dan seminar yang mengupas kasus-
Menurut Richmond (2001) karyawan yang
kasus yang memerlukan pertimbangan etis
berkornpeten biasanya memiliki kepribadian
untuk menuntaskannya. Jika hal tersebut juga
moral tinggi dan memiliki
diaplikasikan ke mahasiswa
kemampuan
S
I akuntansi, para
Hal ini
mahasiswa akan menjadi profesional dalam
dapat dikatakan menjadi ancaman bagi para
bidang akuntansi yang memiliki kemampuan
profesional akuntansi atau lebih tepatnya
pertimbangan etis yang baik karena sudah
dialamatkan kepada para calon profesional
terbiasa untuk mengambil pertimbangan etis
akuntansi karena penelitian
terdahulu
baik dalam diskusi dilema etika profesional
mengungkapkan bahwa mahasiswa akuntansi
maupun melalui simulasi penuntasan kasus
mempunyai tingkat pertimbangan etis lebih
pertimbangan etis. Jika hal tersebut benar-
rendah dibandingkan mahasi swa bisnis lainnya
benar terealisasikan, maka kredibilitas para
( Mautz, 1975; Blank, 1986; Armstrong, 1987
profesional akuntan dalam benak masyarakat
membuat keputusan secara etis.
dalam Richmond, 2001). Hal
ini
diperkuat
akan dapat ditingkatkan. Hal
ini diperkuat
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Abdolmuhammadi et al., (2003) (dalam
Phonemon (1988) (dalam Richmond, 2001)
Devaluisa, 2009) pertimbangan etis penting
yang menyimpulkan bahwa struktur dari
bagi profesi akuntan untuk meningkatkan
sebagian besar kurikulum akuntansi dan profesi
kepercayaan publik.
akuntansi dapat menghambat kemampuan
individual untuk mengembangkan kenaikan
Pertimbangan
untuk
etis menjadi
penting
pembelajaran perilaku profesi
JumalAkuntansi &Auditinq
volume 7/No.
l/Nove'#;'r;;;;;#;
I
I
63
Perturnbuhan kesadaran etis seseorang
akuntan karena banyak penilaian profesional
dikondisikan atas kepercayaan dan nilai-nilai
individual (Ponemon, lgg2). Hal senada juga
sangat dipengaruhi oleh pendidikan selama
seseorang berkuliah.
Hal tersebut dibuktikan
pernah diungkapkan oleh Candee dan Kohlberg
melalui penelitian Hiltebeitel dan
(1987) (dalam Richmond, 2001)
1991
Yang
;
Jones,
Cohen dan Pant, 1989 ; Armstrotrg,
mereview sejumlah studi empiris (e.g. Haan,
lgg3 (dalam Richmond, 2001) menyarankan
McNamee, I 978),
untuk memasukkan mata kuliah etika bisnis
yang kesimpulannya mengungkapkan bahwa
kedalam kurikulum akan memberikan efek
liniet atrtata pertimbangan etis
dalam kesadaran etika atau kemampuan
et al., 1968; Milgram
ada hubungan
,
197 4;
pertimbangan etis pada mahasiswa bisnis.
dan perilaku moral.
The American Ac counting Association
Jauh sebelum penelitian di atas dilakukan, Rest
(1936) (dalam Richmond, 2001) menyatakan
(1986) sudah menyarankan bahwa pendidikan
bahwa penelitian tentang perilaku etis terhadap
universitas dapat meningkatkan kemampuan
rnahasiswa akuntansi menjadi penting
pertimbangan otis.
untuk meningkatkan sensitivitas mahasiwa
Skala Machiavellian
ini
menjadi
akuntansi terhadap masalah etis dan tanggung
proksi perilaku moral yang mempengaruhi
iawab sosial. Ditambahkan pula
bahwa
perilaku pembuatan keputusan etis (Hegqty
stanclar akreditasi untuk program studi bisnis
dan Sims [1973 dan 1979] dan Trevino
dan akuntansi meminta agar memasukkan
et al: t19851) (dalam Purnamasari,
studi mengenai persoalan-persoalan
etis
Sehingga diekspektasikan bahwa individu
dalam kurikulum pendidikan. Senada dengan
dengan sifat machiavellian tinggi akan lebih
2006).
Amerika,
mungkin melakukan tindakan yang tidak
penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh
etis dibandingkan individu dengan sifat
Sudibyo (1995) (dalam Lismawati, 2008)
Machiavellian rendah. Jones dan Kavanagh
juga menyatakan bahwa dunia pendidikan
akurtansi mempunyai pengarutr yang besar
(1996) dan Richmond (2003) (dalam
Purnamasario 2006) menemukan individu
terhadap perilaku etika auditor. Oleh karena itu
dengan sifat machiavellian tinggi akan lebih
pendidikan akuntansi dengan kurikulum yang
rnungkin melakukan tindakan yang tidak
tepat sangat diperlukan rrntuk menciptakan
eris dibandingkan individu dengan
para profesional akuntan yang memiliki moral
Machiavellian rendah.
penelitian yang dilakukan
di
yang baik dan tingkat sensitivitas yang tinggi
Penelitian
lokal dari
sifat
Purnamasari
terhadap masalah etis dan tanggung jawab
(2004) juga mendukung penelitian Richmond
sosial.
(2003) yang menyatakan bahwa perilaku
64
DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERII.AKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER
AKUNTANSI
51
ETIS MAHASISWA
I
Metta Suliani
Marsono
Universitas DiPonegoro
diri sendiri, (3)
Gender
Machiavellian berpengaruh pada sikap etis
tersebut diatami oleh
akuntan dan mahasiswa akuntansi. Mahasiswa
tidak
akuntansi, PPA, dan auditor merupakan obiek
keputusan etis baik ketika dilema etis dihadapi
Hal tersebut y ang menj adi
oleh orang lain maupun ketika dihadapi diri
Purnarnasari
(2 0 04).
pembeda dalam penelitian Purnamasari (2004)
berpengaruh terhadap pengambilan
sendiri.
Hubungan antara pelajaran mengenai
dengan penelitian Richmond (2003).
Penelitian Richrnond (2001) menguji
etika keprofesionalan dengan praktik di
bagaimanakah respon mahasiswa akuntansi
lapangan adalah ketika seorang mahasiswa
dalam menghadapi dilema etis bisnis. Dua
S
sudut pandang pengambilan keputusan
etis yang diteliti Richmond (2001), yaitu
etika yang memadai maka nantinya ketika
etis bila
pengambilan keputusan
1
akuntansi tidak mendapatkan pelajaran
terjun ke lapangffi, keputusan yang diambil
pasti tidak didasarkan pada kode etik yang
dilema
itu
etis tersebut dihadapi oleh orang lain, dan
seharusnya. Oleh karena
pengambilan keputusan etis dimana dilema
etika sangat dibutuhkan untuk menghasilkan
etis dihadapi diri sendiri. Variabel
yang
para profesional yang bisa membuat keputusan
untuk mengetahui
etis berdasarkan kode etik yang seharusnya.
bagaimana mahasiswa mengambil kepufusan
Sehingga nantinya para profesional di
etis dalam menghadapi dilema etika bisnis
bidang akuntansi menjadi para profesionai
adalah variabel pertimbangan etis, perilaku
yang berkompeten dan bisa mengembalikan
Machiavellian, dan gender.
kredibilitas akuntansi
digunakan Richmond (200
Hasil
1)
penelitian
terdahulu,
Richmond (2001), menunjukkan bahwa
:
Pernyataan
di
pembelajaran
mata masyarakat.
di atas diperkuat dengan
hasil
penelitian Agnes dan Vena (2004) (dalam
(1) pertimbangan etis berpengaruh terhadap
Devaluisa, 2009). Penelitian
pengambilan keputusan etis dimana dilema
menunjukkan bahwa proses pembelajaran
etis dihadapi oleh orang lain,
sedangkan
etika sebagai upaya pembentukan sikap etis
pertimbangan etis tidak berpengaruh terhadap
mahasiswa akuntansi sebagai calon-calon
pengambilan keputusan etis bila dilema etis
akuntan memberikan pengaruh pada sikap etis
diri sendiri, (2) Perilaku
Machiavellian berpengaruh terhadap
mahasiswa akuntansi.
pengambilan kepurtusan etis dirnana dilema
pentingnya pembelajaran etika untuk para
etis dihadapi orang lain, namun perilaku
calon profesional dalam bidang akuntansi
Machiavellian tidak berpengaruh terhadap
adalah hasil riset Wulandari dan Sularso (2002)
pengambilan keputusan etis ketika dilema etis
serta Ludigdo dan Machfoedz (1999) (dalam
dihadapi dihadapi
tersebut
Hasil penelitian lain yang memperkuat
Vorumerr"'.1ffi1*il1"l3i3tii'i3
I
6s
Wiwik dan Fitri" 2006) tersebut maka peneliti
untuk maju. Turnbell (1976) menemukan
termotivasi untuk mengkaji aspek etika yang
bahwa seorang yang memiliki skor Mach
diintegrasikan dalam materi perkuliatran
tinggi mempunyai kecenderungan
akuntansi. Mata kuliah yang mempunyai
mengeksploitasi keadaan guna keuntungan diri
peluang besar untuk diberi muatan etika secara
sendiri. Ghosh dan Crain (1996) menemukan
lebih mendalam adalah kelompok akuntansi
indikasi batrwa mahasiswa bisnis dengan skor
keuangan. Pentingnya muatan etika pada
Mach rendah keinginan untuk tidak taatnya
kelompok mata kuliah akuntansi keuangan
juga rendah. Faktor terakhir yang diuji dalam
tersebut didasarkan pada kenyataan batrwa
penelitian ini adalah gender.
untuk
masalah kecurangan akuntansi (accounting
Gender adalah interpretasi mental
fraud) banyak dilakukan oleh perusahaan,
yang merupakan wadatr dimana sebagian
dan kultual terhadap perbedaan kelamin dan
besar para sarjana akuntansi bekerja.
(Ferijani dan Mareta, 2003).
Penelitian
ini
menguji sejauh mana
pertimbangan etis pada kelompok Mahasiswa
I
hubungan antara laki-laki dan perernpuan
Perbedaan
jenis kelamin mungkin membentuk persepsi
yang berbeda sehingga
mempengaruhi
Akuntansi mempengaruhi pembuatan
sikap yang berbeda pula antaru laki-laki dan
keputusan etis. Selain itu penelitian ini juga
perempuan dalam menanggapi etika profesi
menguji apakah perilaku Machiavellian
akuntan publik. Hasil penelitian terdahulu
mempengaruhi pembuatan keputusan etis
mendapatkan hasil yang berbeda dalam hal
oleh objek penelitian ini. Penelitian terdahulu
gender. Gilligan (1982) mengungkapkan
banyak dilakukan untuk meneliti sifat
argumen bahwa pengembangan moral
Machiavellian dan kecenderungan sikap etis
dan pola pertimbangan perempuan
ini
pada profesi-profesi bisnis. Jones dan
fundamental berbeda dengan laki-laki.
Kavanagh (1996) (dalam Agnes dan Vena,
Beberapa penelitian etika bisnis dan akuntansi
2004) menemukan bahwa skala Mach tinggi
mendukung argumen tersebut (Betz
cenderung bertindak tidak etis dibandingkan
1989; Ruegger and
dengan skala Mach rendah. Penelitian Corzine
Sweeney 1995; Borkowski and Ugras 1996).
(1999) menemukan batrwa "US bankers"
Namun Thoma
memiliki rasio Mach yang relatif
rendah.
gender sangat kecil. Darsinah (2005) (dalam
mengungkapkan bahwa
Devaluisa, 2009) menyatakan ada perbedaan
bankers yang memiliki skala Mach tinggi pada
yang signifikan dalam sensitivitas etis antara
umumnya rrerasa bahwa peraturan perbankan
mahasiswa laki-taki dengan perempuan.
yang ketat membatasi kemampuan perusahaan
Akan tetapi, Sikula dan Costa (1994)
S
Penelitian
66
ini juga
(
1
Universitas Diponegoro
et
al.
Kine 1992; Shaub 1994;
986) menemukan bahwa efek
PER|.-AKU MACHTAVEuAN' DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
I ft:**it*t'ytti'itt'ti^Errs'
secara
serta
Dalam perkembangannya menurut Kohlberg
Schoderbeck dan Deshpande (1996) (dalam
hubungan yang signifikan antara gender
et al., 1984 (dalam id.wikipedia.org) teori
perkembangan moral berkembang menjadi
dengan etika. Penelitian Chan dan Leung
teori perkembangan moral kognitif (cognitive
(2006) (dalam Devaluis a,'2009) menunj ukkan
moral development-CMD) modern
htrbungan yang tidak signifikan antara gender
dilahirkan oleh seorang peneliti yang bernama
etis mahasiswa. Hal
Lawrence Kohlberg, yang pada tahun 1950an.
Devaluisa, 2009) menyatakan
terhadap sensitivitas
ini
tidak
ada
hasil
Penemuan tersebut merupakan
menunjukkan terjadi ketidakkonsistenan
yang
dari
penelitian pada variabel gender.
perluasan gagasan Piaget sehingga mencakup
Tujuan Penelitian
penalaran remaja dan orang dewasa.
ini
adalah
Berbeda dengan rerangka filsafat
untuk menguji dan memperoleh bukti
moral yang hanya mengevaluasi sikap sadar
ernpiris pengaruh pertirnbangan etis, perilaku
terhadap perilaku etis, teori perkembangall
Machiavellian, dan gender dalam pengambilan
moral kognitif (cognitive moral development-
etis pada setiap kelompok
Mahasiswa S I akuntansi Universitas Klisten
CMD) bergerak lebih dalam ke lapisan bawah
Satya Wacana dan kelompok Mahasiswa
moral kognitif menurtrt Mintchik
Tujuan dari penelitian
keputusan
S
1
sadar
jiwa
manusia. Teori perkembangan
&
Farmer,
Akuntansi Universitas Katolik Atrna Jaya.
2009 (dalam id.wikipedia.org), Cognitive
Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui
Moral
apakah ada perbedaan pengaruh pertimbangan
kepada proses berpikir moral (moral thought
etis, perilaku Machiavellian, dan gender dalam
process), Wdyang dipikirkan seorang individu
pengambilan keputusan etis pada kelompok
dalam menghadapi sebuah dilema etika'
Development-CMD menekankan
Mahasiswa 51 akuntansi Universitas Kristen
Riset yang dilakukan oleh Kohlberg
I
pada trlhun 1963 dan 1964 merupakan awal
Satya Wacana dan kelornpok Mahasiswa
S
Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya.
dikenalkannya
teori
perkembangan moral
kognitif (Cognitive Moral
Development)
masYarakat. Menurut ProsPektif
TINJAUAN PUSTAKA DAN
ke
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
pengembangan moral kognitif, kapasitas moral
Teori Perkembangan Moral Kognitif
individu menjadi lebih kompleks jika individu
Piaget (1932) adalah peneliti pertama
tersebut mendapatkan tambahan struktur
yang mengemukakan konsep perkembangan
moral kognitif pada setiap level pertumbuhan
moral (moral
perkembangan rnQral. Terdapat
develoPment) dalarn
monografnya, The Moral Judgment of a Child.
tiga
aspek
yang membedakan pertimbangan etis dengan
JurnalAkuntansi
&Auditing
Volume 7/No. l/November 201 0 '. 62 -
79
L-, O /
I
semua proses mental lainnya. Aspek-aspek
tersebut
adalah: (1) kognisi
(cognition)
komponen Rest (1979) dalam Richmond
(2001) mendeskripsikan bahwa
proses
nilai dan bukan pada fakta
sebagian besar individual menggunakannya
yang tidak nyata, (2) penilaian didasarkan
dalarn pembuatan keputusan etis dan perilak-u.
diri sendiri
Model empat komponen juga menggambarkan
dan orang lain, dan (3) penilaian disusun
bagaimana stuktur kognitif bergabung menjadi
sekitar isu'oseharusnya" daripada berdasarkan
satu proses alasan ketika dihadapkan dengan
kesukaan biasa atau unrtan pilihan (Colby
dilema etika.
berdasarkan pada
atas beberapa isu yang melibatkan
dan Kohlberg, 1987 dalam Richmond, 2001).
Chan (2006) dan Lapsey (1996) (dalam
Kohlberg menekankan bahwa perkembangan
Richmond, 200 I ) menyimpulkan bahwa model
moral didasarkan terutama pada penalaran
multiproses, seperti model empat komponen
moral dan berkembang secara
Rest (1979) mungkin diperlukan "untuk
Kohlberg (dalam
bertahap.
wangmuba.com/2009)
meningkatkan pemahaman
kita
mengenai
percaya terdapat tiga tingkat perkembangan
pertirnbangan etis". Model empat komponen
rnoral, yang setiap tingkatnya ditandai oleh
Rest adalah sebagai berikut (Chan, 2006 )
dua tahap. Konsep kunci untuk memahami
: (l)
Pengenalan individu akan keberadaan
moral, khususnya teori
masalah etis dan pengevaluasian pengaruh
ah internali sasi (int e r nal i z ati o n),
pilihan perilaku potensial pada kesejahteraan
yakni perubahan perkembangan dari perilaku
pihak yang terimbas; (2) Penentuan moral
yang dikendalikan secara eksternal menjadi
secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi;
perilaku yang dikendalikan secara internal.
(3) Keputusan pada tindakan yang dimaksud
perkembangan
Kolrl berg,
i
al
Penelitian Kholberg dikembangkan
berkaitan dengan berbagai hasil yang dinilai
oleh James Rest (1936) dalam Richmond
(2001). Pengembangan yang dilakukan adalah
dan implikasi moralnya; (4) Pelaksanaan
perilaku yang dimaksud tersebut, yaitu
dalam hal validitas, instrument yang reliabel
bertindak sesuai dengan tujuan moral (karakter
untuk mengukur pertimbangan etis. Empat
moral).
Tabel
L
II.
I
Model Empat Komponen Tindakan Moral Rest
Proses Psi
Sensitivitas Etis (persepsi etis)
Pertimbangan Etis
III. Motivasi Etis
IV. Karakter Etis
Identifi kasi dilema etis
Pertimbangan moral yang menjadi solusi yang ideal untuk
dilema moral
Niat untuk patuh atau tidak patuh dengan solusi yang ideal
Tindakan moral atau perilaku etis
Sumber : Richmond (2001) dalam terjemahan bahasa Indonesia
68
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERIIAKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
ETIS MAHASISWA 51 AKUNTANSI
I
Metta Suliani
Marsono
Universitas Diponegoro
KomPonen Pertama kerangka kerja
Rest(1986)merupakansensitivitasetikaatau
suatu
persepsi etis yang dimulai dari adanya
apakah
pada sebuah pertimbarrgan mengenai
etis
kebenaran pasti dari tindakan secara
keyakinanbahwasituasimemilikiimplikasi
etis. Studi dari komponen I dari Model
empat komponen Rest, rnengindikasikan
telah
beberapa penemuan. Pertama' penelitian
menunjukkan bahwa banyak orang kesulitan
(Staub'
rnengindentifikasikan dilema moral
1978 dalam Richmond, 2001 dan Wibowo'
perbedaan
2007). Penelitian juga menernukan
diantara orang dalam sensitivitas mereka
yang
untuk kebutuhan dan kesejahteraan dari
lain. Bebeau et. al (1982) dalam Richmond
(2001)mengembangkansistemsensitivitas
moral dimana mengindikasikan kemarnpuan
oranguntukmengidentifikasidilemaetika.
yang rendah
Score (nilai) sensitivitas moral
berartiindividutidaksadarpadaisumoraldan
terutama fokus pada rnasalah teknik'
KomPonen
II
memfokuskan terhadaP
etis'
faktor-faktor yang menentukan perilaku
Komponen kedua
ini
adalah pertimbangan
etis, yang didefinisikan sebagai pertimbangan-
pertimbangan mengenai yang harus dilakukan
1979
trntuk mengantisipasi dilema etis (Rest '
dalarn Syaikhul, 2006 dalam Wibowo 20A7)'
Pertimbangan
etis
menyangkut penilaian
macam-macaln tindakan-tindakan
mana
seperti yang dibuktikan oleh komponen
pertama, yaitu persepsi etis yang lebih dapat
benar
dibenarkan secara moral (secara moral
atau bagus). Pertimbangan etis
mengarah
seperti apa yang seharusnya dilakukan'
Proses dari tahapan pertimbangan etis
ini meliputi pemikiran etis dari pertimbangan
yang
profesionalnya dalam sebuah pemecahan
2000
ideal untuk sebuah dilema etis (Thorne'
dalam Wibowo, 2007)' Penelitian komponen
II berdasarkan tingkat kognitif pengembangan
moral yang dikembangkan oleh Kohlberg
(1969) dalam Richmond (2001) dan perluasan
moral
dari Res t (1979a). Teori perkembangan
kognitif mengasumsikan bahwa individu
mampu
dengan pertimbangan etis rendah tidak
lebih
memproses pertimbangan etis yang
tinggi (Rest, 1979a' 1986 dalam Richmond'
2001 ).
Komponen
Pada komponen
III
adalah rnotivasi etis'
ini, fokus dalam memutuskan
apa yang seharusnya dilakukan ketika
apa
menghadapi dilema etika, menentukan'
yang sebenarnya dilakukanD untuk mengatasi
dilema etis (Rest, 1979a dalam Richmond'
200 1 ).
KomPonen
IV
adalah
karakter
etis, yang mengacu pada sifat-sifat
atau
kekerasan
kepribadian seperti kekuatan ego'
hati (ketekunan), ketabahan, dan keberanian
yang dperlukan untuk mengatasi rintanganrintangan dalam menyelesaikan tindakan
Richmond'
secara benar (Rest, 1986 dalam
2001). Trevino (1986: 602) dalam Jones
(1991) setuju bahwa perkembangan kognitif
vorume
r,*"',1il3,1*t1',"1;lf l3iT13
I
un
Akuntansi
moral "sangat kuat" mempengaruhi penilaian
pada kelompok Mahasiswa
etika. Trevino (1986) dalam Falah (2006)
Universitas Kristen Satya Wacana
menitikberatkan
teori Kohlberg dalam
S
H2c: Perilaku Machiavellian
1
berpengaruh
mengidentifikasi pengaruh individu terhadap
terhadap pengambilan keputusan etis
keputusan etis.
pada kelompok Mahasiswa
Hipotesis
Universitas Katolik Atma Jaya
S 1 Akuntansi
Berdasarkan penjelasan literatur
H3a: Terdapat perbedaan pengaruh gender
terkait, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
terhadap pengambilan keputusan
etis pada kelompok Mahasiswa 51
her:ikut:
Hla: Terdapat perbedaan
Akuntansi Universitas Kristen Satya
pengaruh
Wacana dan Mahasiswa
pertimbangan eti s terhadap pengambilan
keputusan
etis pada kelompok
Mahasiswa 51 Akuntansi Universitas
Kristen Satya Wacana dan Mahasiswa
51 Akuntansi Universitas Katolik Atma
Akuntansi
Universitas Katolik Atma Jaya
H3b: Gender berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan etis pada
kelompok Mahasiswa Sl Akuntansi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jaya
Hlb: Perlimbangan etis berpengaruh terhadap
etis pada
pengambilan keputusan
kelompok Mahasiswa
Sl
51
H3c: Gender berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan etis pada
kelompok Mahasiswa
Akuntansi
51
Akuntansi
Universitas Kristen Atma Jaya
Universitas Kristen Satya Wacana
Hlc: Pertimbangan etis berpengaruh terhadap
etis pada
pengambilan keputusan
kelompok Mahasiswa
51
METODA PENELITIAN
Metoda purposive sampling dipilih
Akuntansi
Universitas Katolik Atma Jaya
HZa; Terdapat perbedazm pengaruh perilaku
menjadi metoda pengambilan
untuk kelompok mahasiswa
S
I
Akuntansi
Machiavellian terhadap pengambilan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
etis pada kelompok
Mahasiswa Sl Akuntansi Universitas
dan Universitas Unika Atma .Iaya Jakarta.
Kristen Satya Wacana dan Mahasiswa
menjadi sampel dalam penelitian
ini
(l)
Akuntansi
keputusan
S1
Akuntansi Universitas Katolik Atma
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat
Merupakan mahasiswa
Sl
adalah
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Jaya
berpengaruh
dan Universitas Unika Atma laya Jakarta;
terhadap pengambilan keputusan etis
(2) Telah menempuh mata kuliah auditing I
H2b: Perilaku Machiavellian
PERTLAKU MA.HTAVELTAN' DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
70
sampel
I
il:}j$*I,*t'yil'i'?$i^Errs'
Universitas Diponegoro
Akuntansi universitas unika Atma Jaya
dan auditing II. Ke'Jua mata kutiah ini benar-
sl
benar sudah harus ditempuh dan hal tersebut
Jakarta.
dibuktikan dengax penLrlisan nilai dari kedua
mata kuliah tersebut; (3) Saat ini berada pada
setnester 6'14, karena diharapkan mahasiswa
pada semester
ini
merupakan mahasiswa
tingkat akhir yang akan menjadi calon
Persamaan untuk
Berikut adalah
menguji hipotesis secara keseluruhan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
Persamaan
untuk menguji
Mahasiswa Sl Akuntansi
:
kelomPok
:
profesional akuntansi.
ERATING A
+ pl (DIT2-S1) +
F2
Metoda Analisis Data
(MACH4-Sl) + P3 (FAKTOR-SI) + e
ERATING B = p0 + B1 (DIT2-Sl) +
F2
Menurut l{usein
(2002), jumlah
minimal sampel Penelitian dapat ditentukan
dengan
nrmus n -
Keterangan
n:
I'I
'
Slovin
e
Keterangan
:
A : Pembuatan
etis yang dihadaPi orang
:
lain).
Jumlah kuesioner minimal yang harus
ERATING
B
= Pembuatankeputusan etis
(ika dilema etis dialami
: Junrlah populasi.
: Persen kelonggaran ketidaktelitian
oleh diri sendiri).
karena kesalahan pengambilan sampel
B0
yang masih daPat ditolerir.
B1
: Intercept model
_ Koefisien regresi rnodel
: errnr model
_ Pertimbangan Etis
e
Rumus tersebut digturakan untuk
setiap kelompok Mahasiswa 51 Akuntansi
DIT
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
MACH4-SI
dan kelompok Mahasiswa
Universitas Unika
B
erdasarkan anali
keputusan etis
(menilai kePutusan dilema
1+.lt'e?
disebar.
N
B0
(MACH4-Sl) + P3 $AKTOR-SI) + e
ERATING
:
=
si s
S
I
Mahasiswa Sl Akuntansi
:
Jakarta'
be sarny a
Perilaku Machiavellian
Mahasiswa
Akuntansi
Atma Jaya
tersebut,
51
FAKTOR-SI =
S1
Akuntansi
Gender Mahasiswa Sl
Akuntansi
sampel
yang diperlukan minimal sebanyak 93 orang
tlniversitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Analisis Yang dilakukan secara
keseluruhan, yaitu (1) Uji F dari Anova
dan 97 orang turtuk kelompok Mahasiswa
model regresi pada tingkat signifikansi 5%
untuk kelompok Mahasiswa
Sl
Akuntansi
Vorume
r,*"''i[3l$*l"l3iil3iT?S
I
7
r
untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel
menguji hipotesis pertama (Hl).
independen terhadap variabel dependen; (2)
tJji I(oefisien Determinasi untuk rnenentukan
HASIL DAI\ PEMBAHASAN
kemampuan variabel independen dalam
Pembahasan
menjelaskan variasi variabel dependen; (3)
Hasil uji t terhadap Pengambilan
keputusan untuk semua kelompok dapat
Uji
t-test untuk melihat pengaruh variabel
independen secara individual
terhadap
dilihat pada tabel berikut
:
variabel dependen. Tltest digunakan untuk
Tabel 2 Hasil Uji Statistik t
(Kelompok Mahasiswa 51 Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana dan Mahasiswa
51 Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya)
EratingB
EratingA
(Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah (Pengarnbilan Keputusan Etis seolah-olah
dilema etis dialami diri sendiri)
dilema etis dialami orang lain)
t-value
Koef.
Resresi
t-value
Koef. Ilesresi
Variabel
Constanta
MachIV
Pert Etis
12,770
0,I 19
-1,201
-0,587
Cender
Sumber : Data
4,205
2,859
-0,450
-0,905
0,000
0,005
0,653
0,367
0,123
4,094
2,821
-1,317
-0,472
0,000
0,005
0,637
-0,842
-t242
0,216
12,994
Primer yang diolah, 2010
Tabel3 Hasil Uji Statistik t
Kelompok Mahasiswa SL Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana
EratingB
EratingA
seolal
(Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah (Pengambilan
;ambilan Keputusan Etis seolah-olah
dilema etis dialami diri sendiri
dilema etis dialami orang lain
Koef.
t-value
i
Variabel
Constanta
10,469
1,917
0,059
10, I
MachIV
0,148
Pert Etis
Gender
- 1,059
2,066
-0,256
-0,510
0,042
0,799
0,156
-0,550
0,611
-a,694
-0,488
l2
1,753
0,083
2,054
-0,126
-0,688
0,043
0,900
0,494
Surnber : Data Primer yang diolah, 2010
Tabel 4 Hasil Uji Statistik t
Kelompok Mahasiswa Sl Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya
EratingB
EratingA
Variabel
Constanta
MachIV
Pert Etis
Gender
(Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah (Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah
dilema etis dialami diri sendiri)
dilema etis dialami orang lain)
Slg
t-value
Koef.
Regresi
Sig
Koef. Regresi t-value
0,001
13,600
3,458
0,046
-l,461
3,512
2,024
-0,398
01692
0,124
-2,312
2,133
-0,610
-0.633
-0,692
0,491
-0,964
-1.021
13,384
0,114
0,001
0,036
0,543
0,310
Sumber : Data Prirner yang diolah, 2010
PERTLAKU MAcHTAVELTAN' DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
72
I i:|#**'$"ii'"'ti^E's'
Universitas Diponegoro
-
pengambilan keputusan. Namun penelitian ini
Hipotesis pertama menyatakan bahwa
tidak konsisten dengan penelitian Kohlberg
(1969) dalam Tarigan dan Satyanugraha
terdapat perbedaan pengaruh pertimbangan
etis terhadap pengambilan keputusan etis
pada kelonrpok Mahasiswa
S
dan
menurut Kohlberg (1969) didasarkan konsep
Akuntansi
bahwa individu akan berada pada tingkat
lJniversitas Kristen Satya Wacana
kelompok Mahasiswa Sl
(2005). Perkembangan moral individu
1 Akuntansi
sej alan
dengan
Universitas Katolik Atma Jaya. Keputusan
perkembangan yang lebih tinggi
etis pada kondisi pertama (EratingA) berarti
perkembangan umur serta pendidikannya'
pengambilan keputusan
etis dimana kita
HiPotesis
Hlb
etis
menYatakan bahwa
berpengaruh terhadap
menilai ketika dilema etis dihadapi orang lain.
pertimbangan
Sedangkan kondisi kedua (EratingB) berarti
pengambilan keputusan etis pada kelompok
pengambilan keputusan etis dimana seolah-
Mahasiswa
seolah kita yang dihadapkan pada dilema-
Satya Wacana. Hasil regresi pada kondisi
pertama (pengambilan keputusan etis bila
dilema etis.
sl Akuntansi
universitas Kristen
F
dilema etis dihadapi orang lain) menunjukkan
bahwa hipotesis (Hlb) untuk kondisi
tabel, yaitu sebesar 0,1 trntuk kondisi pertama
pertama ditolak, sehingga pada kelompok
dan 0,49 untuk kondisi kedua, dengan F tabel
Mahasiswa S1 Akuntansi universitas Kristen
Berdasarkan hasil Chow Test didapat
nilai F hitung yang lebih besar daripada
hipotesis H1a ditolak' Hal
Satya Wacana pertimbangan etis tidak
ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
etis terhadap pengambilan
etis bila dilema etis dihadapi oleh orang lain.
sebesar' 3,05. Jacli
pertimbangan
keputusan etis pada kelompok Mahasiswa S1
Akuntansi universitas Kristen Satya wacana
Sedangkanhasilregresiuntukkondisikedua
(pengambilan keputusan etis bila dilema etis
diri sendiri) menunjukkan bahwa
hipotesis(Hlb)untukkondisikedu:i
dan kelompok Mahasiswa 51 Akuntansi
Universitas Katolik Atma Jaya terhadap
dihadapi
pengambilan keputusan etis baik ketika dilema
ditolak, sehingga pada kelompok Mahasiswa
etis dihadapi orang lain maupun dihadapi
oleh diri sendiri. Hal ini sesuai dengan
SlAkuntansiUniversitasKristenSatya
Wacana pertimbangan etis tidak beqpengaruh
penelitian Tarigan dan Satyanugraha (2005)
yang menemukan bukti bahwa umur' jenis
terhadap pembuatan keputusan etis apabila
dilema etis tersebut seolah-olah dihadapi oleh
kelamin, pendidikan, dan pengalaman kerja
diri sendiri.
tidak berpengaruh terhadap perkembangan
moral sehingga tidak berpengaruh terhadap
HiPotesis
pertimbangan
(Hlc)
etis
Vo,ume
menYatakan bahwa
berpengaruh terhadap
r*"''1il3'l3lill"l;l$tiT?S
I
73
pengambilan keputusan etis pada kelompok
Mahasiswa
S
1
Akuntansi Universitas Katolik
Atrna laya. Hasil regresi menunjukkan bahwa
pertimbangan etis yang rendah dikarenakan
kurangnya pemahaman mengenai
Akibat kurangnya pemahaman
etika-
mengenai
(Hlc) untuk kondisi pertama
etika dan proses pembelaj aran etika yang
ditolak, sehingga pada kelompok Mahasiswa
kurang efektif, maka ketika dihadapkan
Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya,
pada permasalahan yang menyangkut etika
hipotesis
S
1
pertimbangan €tis,lidak bcrpengai,l"rlr rlq4$ry-..'
pembuatan keputusan etis bila dilema
ahasiswa 51
1$g ar-rsi,cenderune
Namun hasil penelf1i46
etis
tidak
:lit,,,
ini
tidak
dil*ukan
olgh
tersebut dihadapt orang lain, Untuk kondisi
mendukqng penelitiarr yang
kedua (pengambilan |
DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS MAHASISWA 51 AKUNTANSI
Metta Suoliani
.
r
b
Universitas Diponegoro
-,"
.
ABSTNACT
This research had purposed to test and to btow how big the in pact of ethical reasoning
Machiavellian behiaviour and the impact ofgender to ethical decision making. This research also
purposed to found ifthere were any differcnt impact ofethical reasoning, Machiattellian behaviour
and gender between the group of accounting students in Scrtya Wacana Clvistian University and
Atma Jrya Catlnlic University. This research used Purposive Sampling to choosed tlrc satnple.
funple of this reseach are 93 accounting students in Satya Wac*ta Cristian University and 97
students in Atma Jaya Catholic University that have passed the Auditing I and Auditing II lessons
(the name of the lessow depends on the curriculum of the university). Number of the sarnple
was obtained by the Slovin formula. The result indicated that on bAth sample, Machiavellian
behwiour had impacted the ethical decision making, whether on ftrst or second condition. But
the ethical reasoning and gender did not hove impact on ethical decision making. This reseach
also indicued that there were no result diferences between the group of accounting students in
Satya Wacaw Christian University and Atma Joya Catholic University.
'
Kewords:ethical reasoning machiavellian behwior gender ethical decision making,
regression.
mempengaruhi pandangan publik mengenai
PENDAHULUAN
etis merupakan suatu
profesi akuntan. Kode etik resmi bagi para
keputusan yang harus dibuat oleh setiap
profesional akuntansi adalah Kode Etik Ikatan
profesional yang mengabdi pada suatu bidang
Akuntan Indonesia. Keberadaan kode etik ini
itu dalam
membuat suatu keputusan etis, seorang
dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
profesional akuntansi pasti akan mengacu
akuntan publik, bekerja
pada kode etik profesi. Pengertian kode etik
usaha, pada instansi pemerintah, maupun
profesional dalam bidang akuntansi menurut
di
Chasin. Dkk ( I 988, 4-6)(dalam Pustakaonlineo
pemenxhan tanggung j awab profesionalnya.
Keputusan
pekerjaan tertentu. Oleh karena
2008) adalah penuntun bagi perilaku akuntan
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai
di lingkungan
dunia
lingkungan dunia pendidikan dalap
Setiap profesional dalam
dan
bidang
dalam memenuhi kewajiban profesional
akuntansi harus bekerja
dan dalam melaksanakan kegiatannyd, yang
keputusan berdasarkan kode etik yang ada.
62
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERILAKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
ETIS MAHASISWA 51 AKUNTANSI
I
Metta Sullanl
Marsono
Universitas Diponegoro
membuat
Akan tetapi pada praktiknya masih banyak
sensitivitas dari integritas atau kepercayaan
profesional akuntansi yang bekerja tanpa
etis selama pendidikan atau karir seseorang.
berdasarkzur
kode etik profesional. Diah
Menurut Armstrong,
1984,1987;
(200S) merryatakan bahwa adanya kasus-
Ponernon 1988,1990; Ponemon and GabhaG
kasus yang melibatkan auditor tersebut
1990 (dalam Richmond,200l), akuntan
mengakibatkan komitmen profesional seorang
yang tidak mengembangkan
auditor semakin dipertanyakan dimana kode
pertimbangan etis setara dengan individu yang
etik profesional telah dilanggar.
mempunyai ekonomi-sosial dan latar belakang
.:
Kasus-kasus
yang
dilatarbelakangi
oleh profesional akuntansi yang
bekerja
kemarrpuan
pendidikan yang sama. Oleh karena itu akuntan
harus senantiasa mengasah
kemampuan
tanpa menggunakan kode etik menyebabkan
pertimbangan etis baik melalui. kasus-kasus
banyak perusahaan mencari karyawan yang
yang dihadapi di dunia nyata maupun melalui
berkompeten wrtuk mengisi bagian akuntansi.
diskusi dan seminar yang mengupas kasus-
Menurut Richmond (2001) karyawan yang
kasus yang memerlukan pertimbangan etis
berkornpeten biasanya memiliki kepribadian
untuk menuntaskannya. Jika hal tersebut juga
moral tinggi dan memiliki
diaplikasikan ke mahasiswa
kemampuan
S
I akuntansi, para
Hal ini
mahasiswa akan menjadi profesional dalam
dapat dikatakan menjadi ancaman bagi para
bidang akuntansi yang memiliki kemampuan
profesional akuntansi atau lebih tepatnya
pertimbangan etis yang baik karena sudah
dialamatkan kepada para calon profesional
terbiasa untuk mengambil pertimbangan etis
akuntansi karena penelitian
terdahulu
baik dalam diskusi dilema etika profesional
mengungkapkan bahwa mahasiswa akuntansi
maupun melalui simulasi penuntasan kasus
mempunyai tingkat pertimbangan etis lebih
pertimbangan etis. Jika hal tersebut benar-
rendah dibandingkan mahasi swa bisnis lainnya
benar terealisasikan, maka kredibilitas para
( Mautz, 1975; Blank, 1986; Armstrong, 1987
profesional akuntan dalam benak masyarakat
membuat keputusan secara etis.
dalam Richmond, 2001). Hal
ini
diperkuat
akan dapat ditingkatkan. Hal
ini diperkuat
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Abdolmuhammadi et al., (2003) (dalam
Phonemon (1988) (dalam Richmond, 2001)
Devaluisa, 2009) pertimbangan etis penting
yang menyimpulkan bahwa struktur dari
bagi profesi akuntan untuk meningkatkan
sebagian besar kurikulum akuntansi dan profesi
kepercayaan publik.
akuntansi dapat menghambat kemampuan
individual untuk mengembangkan kenaikan
Pertimbangan
untuk
etis menjadi
penting
pembelajaran perilaku profesi
JumalAkuntansi &Auditinq
volume 7/No.
l/Nove'#;'r;;;;;#;
I
I
63
Perturnbuhan kesadaran etis seseorang
akuntan karena banyak penilaian profesional
dikondisikan atas kepercayaan dan nilai-nilai
individual (Ponemon, lgg2). Hal senada juga
sangat dipengaruhi oleh pendidikan selama
seseorang berkuliah.
Hal tersebut dibuktikan
pernah diungkapkan oleh Candee dan Kohlberg
melalui penelitian Hiltebeitel dan
(1987) (dalam Richmond, 2001)
1991
Yang
;
Jones,
Cohen dan Pant, 1989 ; Armstrotrg,
mereview sejumlah studi empiris (e.g. Haan,
lgg3 (dalam Richmond, 2001) menyarankan
McNamee, I 978),
untuk memasukkan mata kuliah etika bisnis
yang kesimpulannya mengungkapkan bahwa
kedalam kurikulum akan memberikan efek
liniet atrtata pertimbangan etis
dalam kesadaran etika atau kemampuan
et al., 1968; Milgram
ada hubungan
,
197 4;
pertimbangan etis pada mahasiswa bisnis.
dan perilaku moral.
The American Ac counting Association
Jauh sebelum penelitian di atas dilakukan, Rest
(1936) (dalam Richmond, 2001) menyatakan
(1986) sudah menyarankan bahwa pendidikan
bahwa penelitian tentang perilaku etis terhadap
universitas dapat meningkatkan kemampuan
rnahasiswa akuntansi menjadi penting
pertimbangan otis.
untuk meningkatkan sensitivitas mahasiwa
Skala Machiavellian
ini
menjadi
akuntansi terhadap masalah etis dan tanggung
proksi perilaku moral yang mempengaruhi
iawab sosial. Ditambahkan pula
bahwa
perilaku pembuatan keputusan etis (Hegqty
stanclar akreditasi untuk program studi bisnis
dan Sims [1973 dan 1979] dan Trevino
dan akuntansi meminta agar memasukkan
et al: t19851) (dalam Purnamasari,
studi mengenai persoalan-persoalan
etis
Sehingga diekspektasikan bahwa individu
dalam kurikulum pendidikan. Senada dengan
dengan sifat machiavellian tinggi akan lebih
2006).
Amerika,
mungkin melakukan tindakan yang tidak
penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh
etis dibandingkan individu dengan sifat
Sudibyo (1995) (dalam Lismawati, 2008)
Machiavellian rendah. Jones dan Kavanagh
juga menyatakan bahwa dunia pendidikan
akurtansi mempunyai pengarutr yang besar
(1996) dan Richmond (2003) (dalam
Purnamasario 2006) menemukan individu
terhadap perilaku etika auditor. Oleh karena itu
dengan sifat machiavellian tinggi akan lebih
pendidikan akuntansi dengan kurikulum yang
rnungkin melakukan tindakan yang tidak
tepat sangat diperlukan rrntuk menciptakan
eris dibandingkan individu dengan
para profesional akuntan yang memiliki moral
Machiavellian rendah.
penelitian yang dilakukan
di
yang baik dan tingkat sensitivitas yang tinggi
Penelitian
lokal dari
sifat
Purnamasari
terhadap masalah etis dan tanggung jawab
(2004) juga mendukung penelitian Richmond
sosial.
(2003) yang menyatakan bahwa perilaku
64
DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERII.AKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER
AKUNTANSI
51
ETIS MAHASISWA
I
Metta Suliani
Marsono
Universitas DiPonegoro
diri sendiri, (3)
Gender
Machiavellian berpengaruh pada sikap etis
tersebut diatami oleh
akuntan dan mahasiswa akuntansi. Mahasiswa
tidak
akuntansi, PPA, dan auditor merupakan obiek
keputusan etis baik ketika dilema etis dihadapi
Hal tersebut y ang menj adi
oleh orang lain maupun ketika dihadapi diri
Purnarnasari
(2 0 04).
pembeda dalam penelitian Purnamasari (2004)
berpengaruh terhadap pengambilan
sendiri.
Hubungan antara pelajaran mengenai
dengan penelitian Richmond (2003).
Penelitian Richrnond (2001) menguji
etika keprofesionalan dengan praktik di
bagaimanakah respon mahasiswa akuntansi
lapangan adalah ketika seorang mahasiswa
dalam menghadapi dilema etis bisnis. Dua
S
sudut pandang pengambilan keputusan
etis yang diteliti Richmond (2001), yaitu
etika yang memadai maka nantinya ketika
etis bila
pengambilan keputusan
1
akuntansi tidak mendapatkan pelajaran
terjun ke lapangffi, keputusan yang diambil
pasti tidak didasarkan pada kode etik yang
dilema
itu
etis tersebut dihadapi oleh orang lain, dan
seharusnya. Oleh karena
pengambilan keputusan etis dimana dilema
etika sangat dibutuhkan untuk menghasilkan
etis dihadapi diri sendiri. Variabel
yang
para profesional yang bisa membuat keputusan
untuk mengetahui
etis berdasarkan kode etik yang seharusnya.
bagaimana mahasiswa mengambil kepufusan
Sehingga nantinya para profesional di
etis dalam menghadapi dilema etika bisnis
bidang akuntansi menjadi para profesionai
adalah variabel pertimbangan etis, perilaku
yang berkompeten dan bisa mengembalikan
Machiavellian, dan gender.
kredibilitas akuntansi
digunakan Richmond (200
Hasil
1)
penelitian
terdahulu,
Richmond (2001), menunjukkan bahwa
:
Pernyataan
di
pembelajaran
mata masyarakat.
di atas diperkuat dengan
hasil
penelitian Agnes dan Vena (2004) (dalam
(1) pertimbangan etis berpengaruh terhadap
Devaluisa, 2009). Penelitian
pengambilan keputusan etis dimana dilema
menunjukkan bahwa proses pembelajaran
etis dihadapi oleh orang lain,
sedangkan
etika sebagai upaya pembentukan sikap etis
pertimbangan etis tidak berpengaruh terhadap
mahasiswa akuntansi sebagai calon-calon
pengambilan keputusan etis bila dilema etis
akuntan memberikan pengaruh pada sikap etis
diri sendiri, (2) Perilaku
Machiavellian berpengaruh terhadap
mahasiswa akuntansi.
pengambilan kepurtusan etis dirnana dilema
pentingnya pembelajaran etika untuk para
etis dihadapi orang lain, namun perilaku
calon profesional dalam bidang akuntansi
Machiavellian tidak berpengaruh terhadap
adalah hasil riset Wulandari dan Sularso (2002)
pengambilan keputusan etis ketika dilema etis
serta Ludigdo dan Machfoedz (1999) (dalam
dihadapi dihadapi
tersebut
Hasil penelitian lain yang memperkuat
Vorumerr"'.1ffi1*il1"l3i3tii'i3
I
6s
Wiwik dan Fitri" 2006) tersebut maka peneliti
untuk maju. Turnbell (1976) menemukan
termotivasi untuk mengkaji aspek etika yang
bahwa seorang yang memiliki skor Mach
diintegrasikan dalam materi perkuliatran
tinggi mempunyai kecenderungan
akuntansi. Mata kuliah yang mempunyai
mengeksploitasi keadaan guna keuntungan diri
peluang besar untuk diberi muatan etika secara
sendiri. Ghosh dan Crain (1996) menemukan
lebih mendalam adalah kelompok akuntansi
indikasi batrwa mahasiswa bisnis dengan skor
keuangan. Pentingnya muatan etika pada
Mach rendah keinginan untuk tidak taatnya
kelompok mata kuliah akuntansi keuangan
juga rendah. Faktor terakhir yang diuji dalam
tersebut didasarkan pada kenyataan batrwa
penelitian ini adalah gender.
untuk
masalah kecurangan akuntansi (accounting
Gender adalah interpretasi mental
fraud) banyak dilakukan oleh perusahaan,
yang merupakan wadatr dimana sebagian
dan kultual terhadap perbedaan kelamin dan
besar para sarjana akuntansi bekerja.
(Ferijani dan Mareta, 2003).
Penelitian
ini
menguji sejauh mana
pertimbangan etis pada kelompok Mahasiswa
I
hubungan antara laki-laki dan perernpuan
Perbedaan
jenis kelamin mungkin membentuk persepsi
yang berbeda sehingga
mempengaruhi
Akuntansi mempengaruhi pembuatan
sikap yang berbeda pula antaru laki-laki dan
keputusan etis. Selain itu penelitian ini juga
perempuan dalam menanggapi etika profesi
menguji apakah perilaku Machiavellian
akuntan publik. Hasil penelitian terdahulu
mempengaruhi pembuatan keputusan etis
mendapatkan hasil yang berbeda dalam hal
oleh objek penelitian ini. Penelitian terdahulu
gender. Gilligan (1982) mengungkapkan
banyak dilakukan untuk meneliti sifat
argumen bahwa pengembangan moral
Machiavellian dan kecenderungan sikap etis
dan pola pertimbangan perempuan
ini
pada profesi-profesi bisnis. Jones dan
fundamental berbeda dengan laki-laki.
Kavanagh (1996) (dalam Agnes dan Vena,
Beberapa penelitian etika bisnis dan akuntansi
2004) menemukan bahwa skala Mach tinggi
mendukung argumen tersebut (Betz
cenderung bertindak tidak etis dibandingkan
1989; Ruegger and
dengan skala Mach rendah. Penelitian Corzine
Sweeney 1995; Borkowski and Ugras 1996).
(1999) menemukan batrwa "US bankers"
Namun Thoma
memiliki rasio Mach yang relatif
rendah.
gender sangat kecil. Darsinah (2005) (dalam
mengungkapkan bahwa
Devaluisa, 2009) menyatakan ada perbedaan
bankers yang memiliki skala Mach tinggi pada
yang signifikan dalam sensitivitas etis antara
umumnya rrerasa bahwa peraturan perbankan
mahasiswa laki-taki dengan perempuan.
yang ketat membatasi kemampuan perusahaan
Akan tetapi, Sikula dan Costa (1994)
S
Penelitian
66
ini juga
(
1
Universitas Diponegoro
et
al.
Kine 1992; Shaub 1994;
986) menemukan bahwa efek
PER|.-AKU MACHTAVEuAN' DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
I ft:**it*t'ytti'itt'ti^Errs'
secara
serta
Dalam perkembangannya menurut Kohlberg
Schoderbeck dan Deshpande (1996) (dalam
hubungan yang signifikan antara gender
et al., 1984 (dalam id.wikipedia.org) teori
perkembangan moral berkembang menjadi
dengan etika. Penelitian Chan dan Leung
teori perkembangan moral kognitif (cognitive
(2006) (dalam Devaluis a,'2009) menunj ukkan
moral development-CMD) modern
htrbungan yang tidak signifikan antara gender
dilahirkan oleh seorang peneliti yang bernama
etis mahasiswa. Hal
Lawrence Kohlberg, yang pada tahun 1950an.
Devaluisa, 2009) menyatakan
terhadap sensitivitas
ini
tidak
ada
hasil
Penemuan tersebut merupakan
menunjukkan terjadi ketidakkonsistenan
yang
dari
penelitian pada variabel gender.
perluasan gagasan Piaget sehingga mencakup
Tujuan Penelitian
penalaran remaja dan orang dewasa.
ini
adalah
Berbeda dengan rerangka filsafat
untuk menguji dan memperoleh bukti
moral yang hanya mengevaluasi sikap sadar
ernpiris pengaruh pertirnbangan etis, perilaku
terhadap perilaku etis, teori perkembangall
Machiavellian, dan gender dalam pengambilan
moral kognitif (cognitive moral development-
etis pada setiap kelompok
Mahasiswa S I akuntansi Universitas Klisten
CMD) bergerak lebih dalam ke lapisan bawah
Satya Wacana dan kelompok Mahasiswa
moral kognitif menurtrt Mintchik
Tujuan dari penelitian
keputusan
S
1
sadar
jiwa
manusia. Teori perkembangan
&
Farmer,
Akuntansi Universitas Katolik Atrna Jaya.
2009 (dalam id.wikipedia.org), Cognitive
Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui
Moral
apakah ada perbedaan pengaruh pertimbangan
kepada proses berpikir moral (moral thought
etis, perilaku Machiavellian, dan gender dalam
process), Wdyang dipikirkan seorang individu
pengambilan keputusan etis pada kelompok
dalam menghadapi sebuah dilema etika'
Development-CMD menekankan
Mahasiswa 51 akuntansi Universitas Kristen
Riset yang dilakukan oleh Kohlberg
I
pada trlhun 1963 dan 1964 merupakan awal
Satya Wacana dan kelornpok Mahasiswa
S
Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya.
dikenalkannya
teori
perkembangan moral
kognitif (Cognitive Moral
Development)
masYarakat. Menurut ProsPektif
TINJAUAN PUSTAKA DAN
ke
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
pengembangan moral kognitif, kapasitas moral
Teori Perkembangan Moral Kognitif
individu menjadi lebih kompleks jika individu
Piaget (1932) adalah peneliti pertama
tersebut mendapatkan tambahan struktur
yang mengemukakan konsep perkembangan
moral kognitif pada setiap level pertumbuhan
moral (moral
perkembangan rnQral. Terdapat
develoPment) dalarn
monografnya, The Moral Judgment of a Child.
tiga
aspek
yang membedakan pertimbangan etis dengan
JurnalAkuntansi
&Auditing
Volume 7/No. l/November 201 0 '. 62 -
79
L-, O /
I
semua proses mental lainnya. Aspek-aspek
tersebut
adalah: (1) kognisi
(cognition)
komponen Rest (1979) dalam Richmond
(2001) mendeskripsikan bahwa
proses
nilai dan bukan pada fakta
sebagian besar individual menggunakannya
yang tidak nyata, (2) penilaian didasarkan
dalarn pembuatan keputusan etis dan perilak-u.
diri sendiri
Model empat komponen juga menggambarkan
dan orang lain, dan (3) penilaian disusun
bagaimana stuktur kognitif bergabung menjadi
sekitar isu'oseharusnya" daripada berdasarkan
satu proses alasan ketika dihadapkan dengan
kesukaan biasa atau unrtan pilihan (Colby
dilema etika.
berdasarkan pada
atas beberapa isu yang melibatkan
dan Kohlberg, 1987 dalam Richmond, 2001).
Chan (2006) dan Lapsey (1996) (dalam
Kohlberg menekankan bahwa perkembangan
Richmond, 200 I ) menyimpulkan bahwa model
moral didasarkan terutama pada penalaran
multiproses, seperti model empat komponen
moral dan berkembang secara
Rest (1979) mungkin diperlukan "untuk
Kohlberg (dalam
bertahap.
wangmuba.com/2009)
meningkatkan pemahaman
kita
mengenai
percaya terdapat tiga tingkat perkembangan
pertirnbangan etis". Model empat komponen
rnoral, yang setiap tingkatnya ditandai oleh
Rest adalah sebagai berikut (Chan, 2006 )
dua tahap. Konsep kunci untuk memahami
: (l)
Pengenalan individu akan keberadaan
moral, khususnya teori
masalah etis dan pengevaluasian pengaruh
ah internali sasi (int e r nal i z ati o n),
pilihan perilaku potensial pada kesejahteraan
yakni perubahan perkembangan dari perilaku
pihak yang terimbas; (2) Penentuan moral
yang dikendalikan secara eksternal menjadi
secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi;
perilaku yang dikendalikan secara internal.
(3) Keputusan pada tindakan yang dimaksud
perkembangan
Kolrl berg,
i
al
Penelitian Kholberg dikembangkan
berkaitan dengan berbagai hasil yang dinilai
oleh James Rest (1936) dalam Richmond
(2001). Pengembangan yang dilakukan adalah
dan implikasi moralnya; (4) Pelaksanaan
perilaku yang dimaksud tersebut, yaitu
dalam hal validitas, instrument yang reliabel
bertindak sesuai dengan tujuan moral (karakter
untuk mengukur pertimbangan etis. Empat
moral).
Tabel
L
II.
I
Model Empat Komponen Tindakan Moral Rest
Proses Psi
Sensitivitas Etis (persepsi etis)
Pertimbangan Etis
III. Motivasi Etis
IV. Karakter Etis
Identifi kasi dilema etis
Pertimbangan moral yang menjadi solusi yang ideal untuk
dilema moral
Niat untuk patuh atau tidak patuh dengan solusi yang ideal
Tindakan moral atau perilaku etis
Sumber : Richmond (2001) dalam terjemahan bahasa Indonesia
68
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERIIAKU MACHIAVELIAN, DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
ETIS MAHASISWA 51 AKUNTANSI
I
Metta Suliani
Marsono
Universitas Diponegoro
KomPonen Pertama kerangka kerja
Rest(1986)merupakansensitivitasetikaatau
suatu
persepsi etis yang dimulai dari adanya
apakah
pada sebuah pertimbarrgan mengenai
etis
kebenaran pasti dari tindakan secara
keyakinanbahwasituasimemilikiimplikasi
etis. Studi dari komponen I dari Model
empat komponen Rest, rnengindikasikan
telah
beberapa penemuan. Pertama' penelitian
menunjukkan bahwa banyak orang kesulitan
(Staub'
rnengindentifikasikan dilema moral
1978 dalam Richmond, 2001 dan Wibowo'
perbedaan
2007). Penelitian juga menernukan
diantara orang dalam sensitivitas mereka
yang
untuk kebutuhan dan kesejahteraan dari
lain. Bebeau et. al (1982) dalam Richmond
(2001)mengembangkansistemsensitivitas
moral dimana mengindikasikan kemarnpuan
oranguntukmengidentifikasidilemaetika.
yang rendah
Score (nilai) sensitivitas moral
berartiindividutidaksadarpadaisumoraldan
terutama fokus pada rnasalah teknik'
KomPonen
II
memfokuskan terhadaP
etis'
faktor-faktor yang menentukan perilaku
Komponen kedua
ini
adalah pertimbangan
etis, yang didefinisikan sebagai pertimbangan-
pertimbangan mengenai yang harus dilakukan
1979
trntuk mengantisipasi dilema etis (Rest '
dalarn Syaikhul, 2006 dalam Wibowo 20A7)'
Pertimbangan
etis
menyangkut penilaian
macam-macaln tindakan-tindakan
mana
seperti yang dibuktikan oleh komponen
pertama, yaitu persepsi etis yang lebih dapat
benar
dibenarkan secara moral (secara moral
atau bagus). Pertimbangan etis
mengarah
seperti apa yang seharusnya dilakukan'
Proses dari tahapan pertimbangan etis
ini meliputi pemikiran etis dari pertimbangan
yang
profesionalnya dalam sebuah pemecahan
2000
ideal untuk sebuah dilema etis (Thorne'
dalam Wibowo, 2007)' Penelitian komponen
II berdasarkan tingkat kognitif pengembangan
moral yang dikembangkan oleh Kohlberg
(1969) dalam Richmond (2001) dan perluasan
moral
dari Res t (1979a). Teori perkembangan
kognitif mengasumsikan bahwa individu
mampu
dengan pertimbangan etis rendah tidak
lebih
memproses pertimbangan etis yang
tinggi (Rest, 1979a' 1986 dalam Richmond'
2001 ).
Komponen
Pada komponen
III
adalah rnotivasi etis'
ini, fokus dalam memutuskan
apa yang seharusnya dilakukan ketika
apa
menghadapi dilema etika, menentukan'
yang sebenarnya dilakukanD untuk mengatasi
dilema etis (Rest, 1979a dalam Richmond'
200 1 ).
KomPonen
IV
adalah
karakter
etis, yang mengacu pada sifat-sifat
atau
kekerasan
kepribadian seperti kekuatan ego'
hati (ketekunan), ketabahan, dan keberanian
yang dperlukan untuk mengatasi rintanganrintangan dalam menyelesaikan tindakan
Richmond'
secara benar (Rest, 1986 dalam
2001). Trevino (1986: 602) dalam Jones
(1991) setuju bahwa perkembangan kognitif
vorume
r,*"',1il3,1*t1',"1;lf l3iT13
I
un
Akuntansi
moral "sangat kuat" mempengaruhi penilaian
pada kelompok Mahasiswa
etika. Trevino (1986) dalam Falah (2006)
Universitas Kristen Satya Wacana
menitikberatkan
teori Kohlberg dalam
S
H2c: Perilaku Machiavellian
1
berpengaruh
mengidentifikasi pengaruh individu terhadap
terhadap pengambilan keputusan etis
keputusan etis.
pada kelompok Mahasiswa
Hipotesis
Universitas Katolik Atma Jaya
S 1 Akuntansi
Berdasarkan penjelasan literatur
H3a: Terdapat perbedaan pengaruh gender
terkait, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
terhadap pengambilan keputusan
etis pada kelompok Mahasiswa 51
her:ikut:
Hla: Terdapat perbedaan
Akuntansi Universitas Kristen Satya
pengaruh
Wacana dan Mahasiswa
pertimbangan eti s terhadap pengambilan
keputusan
etis pada kelompok
Mahasiswa 51 Akuntansi Universitas
Kristen Satya Wacana dan Mahasiswa
51 Akuntansi Universitas Katolik Atma
Akuntansi
Universitas Katolik Atma Jaya
H3b: Gender berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan etis pada
kelompok Mahasiswa Sl Akuntansi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jaya
Hlb: Perlimbangan etis berpengaruh terhadap
etis pada
pengambilan keputusan
kelompok Mahasiswa
Sl
51
H3c: Gender berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan etis pada
kelompok Mahasiswa
Akuntansi
51
Akuntansi
Universitas Kristen Atma Jaya
Universitas Kristen Satya Wacana
Hlc: Pertimbangan etis berpengaruh terhadap
etis pada
pengambilan keputusan
kelompok Mahasiswa
51
METODA PENELITIAN
Metoda purposive sampling dipilih
Akuntansi
Universitas Katolik Atma Jaya
HZa; Terdapat perbedazm pengaruh perilaku
menjadi metoda pengambilan
untuk kelompok mahasiswa
S
I
Akuntansi
Machiavellian terhadap pengambilan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
etis pada kelompok
Mahasiswa Sl Akuntansi Universitas
dan Universitas Unika Atma .Iaya Jakarta.
Kristen Satya Wacana dan Mahasiswa
menjadi sampel dalam penelitian
ini
(l)
Akuntansi
keputusan
S1
Akuntansi Universitas Katolik Atma
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat
Merupakan mahasiswa
Sl
adalah
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Jaya
berpengaruh
dan Universitas Unika Atma laya Jakarta;
terhadap pengambilan keputusan etis
(2) Telah menempuh mata kuliah auditing I
H2b: Perilaku Machiavellian
PERTLAKU MA.HTAVELTAN' DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
70
sampel
I
il:}j$*I,*t'yil'i'?$i^Errs'
Universitas Diponegoro
Akuntansi universitas unika Atma Jaya
dan auditing II. Ke'Jua mata kutiah ini benar-
sl
benar sudah harus ditempuh dan hal tersebut
Jakarta.
dibuktikan dengax penLrlisan nilai dari kedua
mata kuliah tersebut; (3) Saat ini berada pada
setnester 6'14, karena diharapkan mahasiswa
pada semester
ini
merupakan mahasiswa
tingkat akhir yang akan menjadi calon
Persamaan untuk
Berikut adalah
menguji hipotesis secara keseluruhan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
Persamaan
untuk menguji
Mahasiswa Sl Akuntansi
:
kelomPok
:
profesional akuntansi.
ERATING A
+ pl (DIT2-S1) +
F2
Metoda Analisis Data
(MACH4-Sl) + P3 (FAKTOR-SI) + e
ERATING B = p0 + B1 (DIT2-Sl) +
F2
Menurut l{usein
(2002), jumlah
minimal sampel Penelitian dapat ditentukan
dengan
nrmus n -
Keterangan
n:
I'I
'
Slovin
e
Keterangan
:
A : Pembuatan
etis yang dihadaPi orang
:
lain).
Jumlah kuesioner minimal yang harus
ERATING
B
= Pembuatankeputusan etis
(ika dilema etis dialami
: Junrlah populasi.
: Persen kelonggaran ketidaktelitian
oleh diri sendiri).
karena kesalahan pengambilan sampel
B0
yang masih daPat ditolerir.
B1
: Intercept model
_ Koefisien regresi rnodel
: errnr model
_ Pertimbangan Etis
e
Rumus tersebut digturakan untuk
setiap kelompok Mahasiswa 51 Akuntansi
DIT
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
MACH4-SI
dan kelompok Mahasiswa
Universitas Unika
B
erdasarkan anali
keputusan etis
(menilai kePutusan dilema
1+.lt'e?
disebar.
N
B0
(MACH4-Sl) + P3 $AKTOR-SI) + e
ERATING
:
=
si s
S
I
Mahasiswa Sl Akuntansi
:
Jakarta'
be sarny a
Perilaku Machiavellian
Mahasiswa
Akuntansi
Atma Jaya
tersebut,
51
FAKTOR-SI =
S1
Akuntansi
Gender Mahasiswa Sl
Akuntansi
sampel
yang diperlukan minimal sebanyak 93 orang
tlniversitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Analisis Yang dilakukan secara
keseluruhan, yaitu (1) Uji F dari Anova
dan 97 orang turtuk kelompok Mahasiswa
model regresi pada tingkat signifikansi 5%
untuk kelompok Mahasiswa
Sl
Akuntansi
Vorume
r,*"''i[3l$*l"l3iil3iT?S
I
7
r
untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel
menguji hipotesis pertama (Hl).
independen terhadap variabel dependen; (2)
tJji I(oefisien Determinasi untuk rnenentukan
HASIL DAI\ PEMBAHASAN
kemampuan variabel independen dalam
Pembahasan
menjelaskan variasi variabel dependen; (3)
Hasil uji t terhadap Pengambilan
keputusan untuk semua kelompok dapat
Uji
t-test untuk melihat pengaruh variabel
independen secara individual
terhadap
dilihat pada tabel berikut
:
variabel dependen. Tltest digunakan untuk
Tabel 2 Hasil Uji Statistik t
(Kelompok Mahasiswa 51 Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana dan Mahasiswa
51 Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya)
EratingB
EratingA
(Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah (Pengarnbilan Keputusan Etis seolah-olah
dilema etis dialami diri sendiri)
dilema etis dialami orang lain)
t-value
Koef.
Resresi
t-value
Koef. Ilesresi
Variabel
Constanta
MachIV
Pert Etis
12,770
0,I 19
-1,201
-0,587
Cender
Sumber : Data
4,205
2,859
-0,450
-0,905
0,000
0,005
0,653
0,367
0,123
4,094
2,821
-1,317
-0,472
0,000
0,005
0,637
-0,842
-t242
0,216
12,994
Primer yang diolah, 2010
Tabel3 Hasil Uji Statistik t
Kelompok Mahasiswa SL Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana
EratingB
EratingA
seolal
(Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah (Pengambilan
;ambilan Keputusan Etis seolah-olah
dilema etis dialami diri sendiri
dilema etis dialami orang lain
Koef.
t-value
i
Variabel
Constanta
10,469
1,917
0,059
10, I
MachIV
0,148
Pert Etis
Gender
- 1,059
2,066
-0,256
-0,510
0,042
0,799
0,156
-0,550
0,611
-a,694
-0,488
l2
1,753
0,083
2,054
-0,126
-0,688
0,043
0,900
0,494
Surnber : Data Primer yang diolah, 2010
Tabel 4 Hasil Uji Statistik t
Kelompok Mahasiswa Sl Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya
EratingB
EratingA
Variabel
Constanta
MachIV
Pert Etis
Gender
(Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah (Pengambilan Keputusan Etis seolah-olah
dilema etis dialami diri sendiri)
dilema etis dialami orang lain)
Slg
t-value
Koef.
Regresi
Sig
Koef. Regresi t-value
0,001
13,600
3,458
0,046
-l,461
3,512
2,024
-0,398
01692
0,124
-2,312
2,133
-0,610
-0.633
-0,692
0,491
-0,964
-1.021
13,384
0,114
0,001
0,036
0,543
0,310
Sumber : Data Prirner yang diolah, 2010
PERTLAKU MAcHTAVELTAN' DAN GENDER DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
72
I i:|#**'$"ii'"'ti^E's'
Universitas Diponegoro
-
pengambilan keputusan. Namun penelitian ini
Hipotesis pertama menyatakan bahwa
tidak konsisten dengan penelitian Kohlberg
(1969) dalam Tarigan dan Satyanugraha
terdapat perbedaan pengaruh pertimbangan
etis terhadap pengambilan keputusan etis
pada kelonrpok Mahasiswa
S
dan
menurut Kohlberg (1969) didasarkan konsep
Akuntansi
bahwa individu akan berada pada tingkat
lJniversitas Kristen Satya Wacana
kelompok Mahasiswa Sl
(2005). Perkembangan moral individu
1 Akuntansi
sej alan
dengan
Universitas Katolik Atma Jaya. Keputusan
perkembangan yang lebih tinggi
etis pada kondisi pertama (EratingA) berarti
perkembangan umur serta pendidikannya'
pengambilan keputusan
etis dimana kita
HiPotesis
Hlb
etis
menYatakan bahwa
berpengaruh terhadap
menilai ketika dilema etis dihadapi orang lain.
pertimbangan
Sedangkan kondisi kedua (EratingB) berarti
pengambilan keputusan etis pada kelompok
pengambilan keputusan etis dimana seolah-
Mahasiswa
seolah kita yang dihadapkan pada dilema-
Satya Wacana. Hasil regresi pada kondisi
pertama (pengambilan keputusan etis bila
dilema etis.
sl Akuntansi
universitas Kristen
F
dilema etis dihadapi orang lain) menunjukkan
bahwa hipotesis (Hlb) untuk kondisi
tabel, yaitu sebesar 0,1 trntuk kondisi pertama
pertama ditolak, sehingga pada kelompok
dan 0,49 untuk kondisi kedua, dengan F tabel
Mahasiswa S1 Akuntansi universitas Kristen
Berdasarkan hasil Chow Test didapat
nilai F hitung yang lebih besar daripada
hipotesis H1a ditolak' Hal
Satya Wacana pertimbangan etis tidak
ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
etis terhadap pengambilan
etis bila dilema etis dihadapi oleh orang lain.
sebesar' 3,05. Jacli
pertimbangan
keputusan etis pada kelompok Mahasiswa S1
Akuntansi universitas Kristen Satya wacana
Sedangkanhasilregresiuntukkondisikedua
(pengambilan keputusan etis bila dilema etis
diri sendiri) menunjukkan bahwa
hipotesis(Hlb)untukkondisikedu:i
dan kelompok Mahasiswa 51 Akuntansi
Universitas Katolik Atma Jaya terhadap
dihadapi
pengambilan keputusan etis baik ketika dilema
ditolak, sehingga pada kelompok Mahasiswa
etis dihadapi orang lain maupun dihadapi
oleh diri sendiri. Hal ini sesuai dengan
SlAkuntansiUniversitasKristenSatya
Wacana pertimbangan etis tidak beqpengaruh
penelitian Tarigan dan Satyanugraha (2005)
yang menemukan bukti bahwa umur' jenis
terhadap pembuatan keputusan etis apabila
dilema etis tersebut seolah-olah dihadapi oleh
kelamin, pendidikan, dan pengalaman kerja
diri sendiri.
tidak berpengaruh terhadap perkembangan
moral sehingga tidak berpengaruh terhadap
HiPotesis
pertimbangan
(Hlc)
etis
Vo,ume
menYatakan bahwa
berpengaruh terhadap
r*"''1il3'l3lill"l;l$tiT?S
I
73
pengambilan keputusan etis pada kelompok
Mahasiswa
S
1
Akuntansi Universitas Katolik
Atrna laya. Hasil regresi menunjukkan bahwa
pertimbangan etis yang rendah dikarenakan
kurangnya pemahaman mengenai
Akibat kurangnya pemahaman
etika-
mengenai
(Hlc) untuk kondisi pertama
etika dan proses pembelaj aran etika yang
ditolak, sehingga pada kelompok Mahasiswa
kurang efektif, maka ketika dihadapkan
Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya,
pada permasalahan yang menyangkut etika
hipotesis
S
1
pertimbangan €tis,lidak bcrpengai,l"rlr rlq4$ry-..'
pembuatan keputusan etis bila dilema
ahasiswa 51
1$g ar-rsi,cenderune
Namun hasil penelf1i46
etis
tidak
:lit,,,
ini
tidak
dil*ukan
olgh
tersebut dihadapt orang lain, Untuk kondisi
mendukqng penelitiarr yang
kedua (pengambilan |