Tingkat Plagiarisme pada Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Lulusan Tahun 2015 berdasarkan Plagiarism Checker X Scanner

BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1. Plagiarisme
Kata plagiarisme berasal dari kata latin yaitu plagiarius yang berarti
merampok,
kebohongan

membajak.
intelektual.

Plagiarisme merupakan
Menurut

Brotowidjoyo

tindakan

pencurian

(1993,86),


atau

plagiarisme

merupakan pembajakan berupa fakta, penjelasan ungkapan dan kalimat orang lain
secara tidak sah. Selain itu ada juga yang mengatakan plagiarisme adalah tindakan
penyalahgunaan, pencurian atau perampasan, penerbitan, pernyataan atau
menyatakan sebagai milik sendiri sebuah pikiran, ide, tulisan, atau ciptaan yang
sebenarnya milik orang lain (Ridhatillah, 2003). Plagiarisme dianggap tindakan
kriminal karena merupakan tindakan mencuri hak cipta orang lain. Di Indonesia
perlindungan hak cipta diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Oleh karena itu kegiatan plagiarisme atau yang
lebih dikenal dengan kata plagiat harus dihindari.
Plagiarisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
tindakan/perbuatan yang mengambil, menyalin, menduplikasi, dan sebagainya,
karya orang lain dan menjadikannya karya sendiri tanpa sepengetahuan atau izin
sang pemiliknya. Untuk itu tindakan ini digolongkan sebagai tindakan pidana,
yaitu pencurian terhadap hasil karya/kekayaan intelektual milik orang lain. Bagi
mahasiswa, kecenderungan penyalahgunaan yang terjadi adalah hanya sekadar

copy-paste (copas) artikel/file yang mereka temukan lewat searcher Google.

7

Universitas Sumatera Utara

Tanpa mereka sadari bahwa tindakan yang mahasiswa anggap sepele itu adalah
sebuah tindakan pelanggaran hukum.
Pengertian plagiarisme menurut Reitz (2004), dalam Online Dictionary for
Library and Information Science (ODLIS):
From the Latin plagiarius, meaning "kidnapper." Copying or closely
imitating the work of another writer, composer, etc., without permission
and with the intention of passing the results off as original work. In
publishing, copyright law makes literary theft a criminal offense. At most
colleges and universities, plagiarism is considered a moral and ethical
issue, and instructors impose penalties on students who engage in it.
Plagiarism can be avoided by expressing a thought, idea, or concept in
one's own words. When it is necessary to paraphrase closely, the source
should be documented in a footnote or endnote, in the same manner as a
direct quotation.

Plagiarisme merupakan permasalahan yang tidak hanya melanggar hak
cipta atau kepemilikan. Apabila dipandang dari sisi para pembaca, plagiarisme
juga merupakan tindakan yang membohongi dan menimbulkan kesalahpahaman
mengenai orisinalitas dari penulis yang sebenarnya. Para siswa/mahasiswa atau
peneliti diperbolehkan untuk menciptakan suatu karya baru yang timbul dari
pengembangan ide orang lain. Tetapi pemanfaatan ide orang lain tanpa
membutuhkan pernyataan sumber atau keterangan yang menyatakan pengakuan
bahwa karya tersebut berasal dari pengembangan ide orang lain, hal ini
merupakan tindakan yang tidak dapat diterima.

8

Universitas Sumatera Utara

2.1.1. Jenis-Jenis Plagiarisme
Ada terdapat beberapa jenis plagiarisme, menurut Sudigdo (2007), jenisjenis plagiarisme dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
1. Jenis plagiarisme berdasarkan aspek yang dicuri: plagiarisme ide, plagiarisme
isi (data penelitian), plagiarisme kata, kalimat, paragraf, plagiarisme total.
2. Klasifikasi berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme: plagiarisme yang
disengaja dan plagiarisme yang tidak disengaja.

3. Klasifikasi berdasarkan proporsi atau presentasi kata, kalimat, paragraf yang
dibajak: plagiarisme ringan 70%.
4. Berdasarkan pada pola plagiarisme ada tiga jenis plagiarisme menurut Novin,
dkk (2012), yaitu:
a. Word-of-word plagiarism: menyalin setiap kata secara langsung tanpa
diubah sedikitpun.
b. Plagiarism of the form of a source: menyalin dan atau menulis ulang kodekode program tanpa mengubah struktur dan jalannya program.
c. Plagiarism of authorship: mengakui hasil karya orang lain sebagai hasil
karya sendiri dengan mencantumkan nama sendiri menggantikan nama
pengarang sebenarnya.
Sastroasmoro (2007), menjabarkan kategori plagiarisme berdasarkan,
yaitu:
1. Aspek yang dijiplak.
Ada empat jenis plagiarisme berdasarkan kategori ini, yaitu
plagiarisme ide, plagiarisme isi, plagiarisme tulisan, dan plagiarisme total.
Plagiarisme total adalah jenis yang dianggap paling berat sanksinya karena
plagiarisme total artinya menjiplak keseluruhan bahan dari sumber secara
mentah tanpa mengubahnya menggunakan standing point individu.
2. Berdasarkan proporsi bahan yang dijiplak.
Ada tiga jenis plagiarisme di dalam kategori ini yaitu plagiarisme

ringan yang mencakup ±30 persen bahan dari sumber; plagiarisme sedang
yang mencakup 30 sampai 70 persen, dan plagiarisme berat yang
mencakup 70 persen bahan dari sumber atau lebih. Idealnya, proporsi ide
atau gagasan penulis harus lebih dominan dari jumlah kutipan yang
diambil dari bahan sumber. Karena jika tidak, dikhawatirkan justru bahan
sumberlah yang mendominasi dan menghasilkan komposisi tulisan yang
tidak orisinil
3. Berdasarkan pola plagiarisme.
Ada dua jenis plagiarisme dari kategori ini, yaitu plagiarisme kata
demi kata (word for word) dan plagiarisme mozaik yang berupa
penggabungan ide orisinil dengan ide orang lain. Ada kesalahan fatal yang
sering dilakukan oleh penulis, yaitu tidak menyebutkan sumber tulisannya

9

Universitas Sumatera Utara

sehingga tulisannya tersebut justru dapat dikatakan sebagai sebuah
tindakan plagiarisme.
4. Berdasarkan kesengajaan.

Ada dua jenis plagiarisme didalam kategori ini yaitu plagiarisme
yang disengaja dan yang tidak disengaja. Yang paling sering terjadi adalah
jenis plagiarisme yang tidak disengaja. Penulis dianggap plagiator
meskipun ia sendiri tidak menyadarinya. Hal ini bisa saja terjadi ketika
penulis lupa menuliskan sumber pada daftar pustaka hasil tulisannya.
Walaupun kelalaian ini terkesan remeh, namun akibatnya sangat fatal.
Dari jenis-jenis plagiarisme yang telah dijabarkan di atas, dapat diketahui
bahwa plagiarisme memiliki kategori berdasarkan aspek yang dicuri, sengaja atau
tidaknya tindakan plagiarisme dilakukan, plagiarisme berdasarkan pola dan
plagiarisme berdasarkan proporsi bahan yang dijiplak.
Menurut Lako (2012), terdapat beberapa jenis plagiarisme, yaitu:
1. Plagiarisme total, yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan seorang penulis
dengan cara menjiplak atau mencuri hasil karya orang lain seluruhnya dan
mengklaim sebagai karyanya. Biasanya, dalam plagiasi ini seorang penulis
hanya mengganti nama penulis dan instansi penulis aslinya dengan nama
dan instansinya sendiri. Lalu, penulis mengubah sedikit judul artikel hasil
jiplak, kemudian juga mengubah abstrak, kata-kata kunci tertentu (key
words), sub judul artikel, kata dan kalimat tertentu dalam bagian tulisan dan
kesimpulan dengan kata-kata atau kalimat tertentu agar terlihat berbeda
dengan artikel aslinya.

2. Plagiarisme parsial, yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan sesorang penulis
dengan cara cara menjiplak sebagian hasil karya orang lain untuk menjadi
hasil karyanya sendiri. sendiri. Biasanya, dalam plagiasi jenis ini seorang
penulis mengambil pernyataan, landasan teori, sampel, metode analisis,
pembahasan dan atau kesimpulan tertentu dari hasil karya orang lain
menjadi karyanya tanpa menyebutkan sumber aslinya.
3. Auto-plagiasi (self-plagiarisme), yaitu plagiasi yang dilakukan seorang
penulis terhadap karyanya sendiri, baik sebagian maupun seluruhnya.
Misalnya, ketika menulis suatu artikel ilmiah seorang penulis meng-copy
paste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya dalam suatu buku yang
sudah diterbitkan tanpa menyebut sumbernya.
4. Plagiarisme antarbahasa, yaitu plagiasi yang dilakukan seorang penulis
dengan cara menerjemahkan suatu karya tulis yang berbahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penulis menjadikan hasil terjemahan
tersebut sebagai hasil karyanya tanpa menyebut sumbernya.

10

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan menurut Elisabeth H. Oakes dan Mehrdad Kia (2004),
berdasarkan pola penyajiannya jenis plagiarisme ada 5 macam, yaitu:
1.

2.

3.

4.

5.

Plagiarisme Verbatim.
Plagiarisme Verbatim merupakan tindakan plagiasi dengan
menjiplak karya orang lain apa adanya dan memberi kesan bahwa
karya tersebut merupakan hasil karya ciptanya sendiri.
Plagiarisme Kain Perca.
Plagiarisme Kain Perca atau lebih dikenal dengan patchwork
merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil karya milik orang
lain dari berbagai sumber tanpa menyebutkan rujukan dan

menyusunnya menjadi satu kesatuan yang utuh, sehingga terkesan
sebagai karyanya sendiri.
Plagiarisme Parafrasa.
Plagiarisme parafrasa merupakan tindakan plagiasi dengan
mengubah kalimat dari penulis asli dengan kalimatnya sendiri dan
tidak mencantumkan referensi ataupun kutipan.
Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci.
Plagiarisme kata kunci atau frasa kunci merupakan tindakan
plagiasi dengan mengambil sejumlah kata kunci dari penulis asli dan
memparafrasekannya lagi dengan kata-katanya sendiri.
Plagiarisme Struktur Gagasan.
Plagiarisme struktur gagasan merupakan tindakan plagiasi dengan
mengambil struktur gagasan orang lain, kemudian dituangkan lagi
agar terlihat berbeda.

Telah dijelaskan oleh Elisabeth H. Oakes dan Mehrdad Kia jenis
plagiarisme terbagi atas plagiarisme verbatim, kain perca, parafrasa, kata kunci
atau frasa kunci dan struktur gagasan.
2.1.2. Bentuk Plagiarisme
Plagiat merupakan perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam

memeroleh atau mencoba untuk memeroleh kredit atau nilai untuk suatu karya
ilmiah dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah karya
pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara
tepat dan memadai. Pada prinsipnya, saat ini pemerintah telah memiliki peraturan
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan plagiat. Tindakan pencegahan
11

Universitas Sumatera Utara

plagiat bertujuan agar tidak terjadi plagiat di lingkungan perguruan tinggi.
Penanggulang plagiat merupakan tindakan represif yang dilakukan oleh pimpinan
perguruan tinggi dan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di lingkungan
perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas akademik
perguruan tinggi yang bersangkutan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 bahwa bentuk plagiat meliputi:
1. Mengacu dan mengutip istilah, kata/kalimat, data/info dari suatu sumber
tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan tanpa menyatakan
sumber secara memadai.
2. Mengacu dan mengutip secara acak istilah kata/kalimat, data/info dari

suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan tanpa
menyatakan sumber secara memadai.
3. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan/teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai.
4. Merumuskan dengan kata-kata dan kalimat sendiri dari sumber kata-kata
dan kalimat, gagasan, pendapat/teori tanpa menyatakan sumber secara
memadai.
5. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilakan dan telah
dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan
sumber secara memadai.
Menurut Clough (2005), bentuk-bentuk plagiarisme yang sering terjadi di
dunia akademis dapat dibagi atas:
1. Word-for-word plagiarism: direct copying of phrases or passages from a
published text without quotation or acknowledgement.
2. Paraphrasing plagiarism: when words or syntax are changed (rewritten),
but the source text can still be recognised.
3. Plagiarism of secondary sources: when original sources are referenced or
quoted, but obtained from a secondary source text without looking up the
original.
4. Plagiarism of the form of a source: the structure of an argument in a
source is copied (verbatim or rewritten).
5. Plagiarism of ideas: the reuse of an original thought from a source text
without dependence on the words or form of the source.
6. Plagiarism of authorship: the direct case of putting your own name to
someone’s work.
12

Universitas Sumatera Utara

Dengan kata lain bentuk-bentuk plagiarisme adalah sebagai berikut:
1. Plagiarisme kata per kata, merupakan penyalinan kalimat secara langsung
dari sebuah dokumen teks tanpa adanya pengutipan atau perizinan.
2. Plagiarisme paraphrase, merupakan penulisan ulang dengan mengubah
kata atau sintaksis, tetapi teks aslinya masih dapat dikenali.
3. Plagiarisme sumber sekunder, merupakan perbuatan mengutip kepada
sumber asli yang didapat dari sumber sekunder dengan menghiraukan teks
asli dari sumber yang sebenarnya.
4. Plagiarisme struktur sumber, merupakan penyalinan/penjiplakan struktur
suatu argument dari sebuah sumber.
5. Plagiarisme ide, merupakan penggunaan ulang suatu gagasan/pemikiran
asli dari sebuah sumber teks tanpa bergantung bentuk teks sumber.
6. Plagiarisme authorship, merupakan pembubuhan nama sendiri secara
langsung pada hasil karya orang lain.
Telah dijelaskan oleh Clough, bahwa bentuk-bentuk plagiarisme terbagi
atas plagiarisme kata per kata, plagiarisme paraphrase, plagiarisme sumber
sekunder, plagiarisme struktur sumber, plagiarisme ide dan plagiarisme
authorship.
2.1.3. Faktor-Faktor Penyebab Plagiarisme
Berikut merupakan alasan-alasan atau motivasi yang menjadi penyebab
seseorang melakukan tindakan plagiat (Hartosujono, 2004):
1. Individu merasa tertekan karena ingin mewujudkan suatu prestasi yang
tinggi
2. Individu mengalami kecemasan yang tinggi terhadap situasi sekolah
3. Individu mengganggap bahwa prestasi yang tinggi merupakan tiket untuk
meraih penghargaan dalam kelas
4. Individu enggan dianggap sebagai siswa dengan peringkat terbawah, dan
5. Individu merasa takut gagal.
Studi empiris oleh Hulton & Donald P. French (2006), mengenai faktor
penyebab terjadinya tindakan plagiat yaitu:
1. Adanya kemalasan pada diri sendiri
2. Karena merasa stres
3. Perilaku tersebut bukan merupakan hal yang salah dan merugikan

13

Universitas Sumatera Utara

4. Memiliki keyakinan bahwa perilakunya tidak akan diketahui
Hasil penelitian lain yang mendukung adanya faktor-faktor penyebab
adanya perilaku plagiat dalam Dody Hartanto (2011), antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi
Keinginan untuk menghindari kegagalan
Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil
Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah
Tidak adanya sikap yang menentang perilaku plagiat di sekolah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab terjadinya plagiarisme di sebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri:
a. Kecemasan
b. Tekanan/stres
c. Ketakutan akan kegagalan
d. Penghargaan diri yang rendah
e. Sikap pesimis terhadap kemampuan diri
2. Faktor Eksternal, yiutu faktor yang berasal dari luar:
a. Sikap permisif lingkungan terhadap perilaku plagiat
b. Kurang peka terhadap gejala-gejala yang menjadi penyebab
timbulnya perilaku plagiat
c. Sikap tidak tegas institusi terhadap sanksi-sanksi yang diberikan
bagi pelaku plagiat
d. Kecenderungan menutupi kasus-kasus plagiat karena rasa takut
akan pencitraan negatif pada institusi
e. Pengaruh negatif dan tuntutan yang terlalu tinggi dari teman,
sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Selain itu, ada beberapa alasan pemicu atau faktor penyebab terjadinya
tindakan plagiat, yaitu:
1. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang
menjadi beban tanggungjawabnya. Sehingga terdorong untuk copy-paste
atas karya orang lain.
2. Rendahnya minat baca dan minat melakukan analisis terhadap sumber
referensi yang dimiliki.

14

Universitas Sumatera Utara

3. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan
kutipan.
4. Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen terhadap persoalan
plagiarisme.
5. Penyalahgunaan teknologi di dalam era yang serba modern, banyak
sekali kita mendapatkan sebuah informasi. Baik melalui media cetak
maupun media elektronik. Akan tetapi banyak
mahasiswa yang
menggunakan teknologi sebagai bahan referensinya, internet adalah salah
satu contoh yang sering digunakan oleh mahasiswa untuk bahan referensi.
Akan tetapi mahasiswa sering tidak mencantumkan sumber yang mereka
peroleh ke dalam tugasnya.
6. Sanksi belum ditegakkan secara tegas. Di Indonesia sudah terdapat
perlindungan terhadap hasil karya seseorang. Akan tetapi hukum yang
sudah ada belum secara maksimal di tegakkan. Sehingga tindak plagiat
masih terjadi di kalangan mahasiswa. Bahkan tidak dapat di bedakan
antara kaya yang asli dengan karya jiplakkan.

Beberapa alasan mengapa seorang mahasiswa melakukan plagiarisme
menurut Insley (2011), adalah:
1. Tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kutipan dan parafrase dan
bagaimana mengutip secara benar.
2. Menunda tugas hingga detik-detik terakhir,
3. Percaya bahwa melakukan plagiarisme merupakan cara tercepat untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya
4. Merasa yakin bahwa dosen tak akan mendeteksi apa yang mereka lakukan.
5. Tidak punya cukup waktu untuk mengerjakan tugas karena lemahnya
pengelolaan waktu, suka menunda-nunda pekerjaan, ingin sempurna
(perfectionist) dan karena kondisi di luar kontrol.
6. Merasa tertekan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam sebuah mata
kuliah atau karir. Tekanan itu dapat muncul karena begitu pentingnya
tugas yang diberikan, tuntutan keluarga, keinginan untuk memperoleh
yang terbaik atau persaingan masuk universitas atau untuk mendapatkan
beasiswa.
7. Tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mengerjakan tugas
yang diberikan, terutama dalam mencari artikel yang relevan,
mengevaluasi sumber-sumber internet, memahami istilah-istilah teknis,
mengetahui dan menggunakan format dan model pengutipan tertentu,
melakukan pencatatan secara baik, atau tugas yang diberikan dosen kurang
jelas.
8. Tidak memahami perbedaan antara paraphrase dan plagiat, tidak
menguasai teknik pengutipan secara benar, tidak memahami perbedaan

15

Universitas Sumatera Utara

antara pengetahuan umum, ranah publik dan hak akan kekayaan
intelektual, atau tidak mengetahui bahwa sumber-sumber yang dapat
diakses secara online bukan merupakan ranah publik atau pengetahuan
umum.
2.1.4. Identifikasi Plagiarisme
Menurut Clough (2005,5) ada beberapa faktor yang sering digunakan untuk
mengidentifikasi plagiarisme, yaitu:
1. Penggunaan kosa kata.
Menganalisis kosa kata yang digunakan dalam suatu tugas terhadap
penggunaan kosa kata sebelumnya dapat membantu menentukan apakah
mahasiswa benar-benar telah menulis teks tersebut. Dengan menemukan
suatu kosa kata baru dalam jumlah yang besar (terutama kosa kata lanjut)
dapat menentukan apakah mahasiswa menulis teks tanpa melakukan
plagiarisme.
2. Perubahan kosa kata
Apabila penggunaan kosa kata berubah secara significant dalam
suatu teks, hal ini dapat mengindikasikan plagiarisme dengan cara copy
and paste.
3. Teks yang membingungkan.
Apabila alur dari suatu teks tidak halus dan tidak konsisten, hal ini
mengindikasikan penulis tidak menulis menggunakan pemikirannya
sendiri atau beberapa bagian dari tulisannya bukanlah hasil karyanya.
4. Penggunaan tanda baca.
Tidak wajar apabila dua orang penulis menggunakan tanda baca
yang persis sama dalam membuat suatu karya tulis.
5. Jumlah kemiripan teks.
Pasti ada beberapa kemiripan antara beberapa teks yang menulis
dengan topik yang sama seperti nama-nama, istilah-istilah dan
sebagainya. Bagaimanapun, tidak wajar bila beberapa teks yang berbeda
memiliki kesamaan atau kemiripan teks dalam jumlah yang besar.
6. Kesalahan ejaan yang sama.
Merupakan hal yang biasa terjadi bagi seseorang penulis dalam
membuat suatu karya tulis. Menjadi tidak wajar bila beberapa teks yang
berbeda memiliki kesalahan-kesalahan yang sama dalam pengejaan atau
jumlah ejaan salah yang sama.
7. Distribusi kata-kata.
Tidak wajar apabila distribusi penggunaan kata dalam teks yang
berbeda memiliki kesamaan. Sebagai contoh, suatu teks memiliki
parameter yang sama untuk suatu distribusi statistik yang digunakan
untuk menjelaskan penggunaan istilah.

16

Universitas Sumatera Utara

8. Struktur sintaksis teks.
Hal ini menunjukkan plagiarisme mungkin saja telah terjadi jika
dua teks secara jelas memiliki kesamaan struktur sintaksis. Hal yang
wajar bila penggunaan struktur sintaksis yang digunakan oleh beberapa
penulis akan berbeda.
9. Rangkaian-rangkaian panjang kata yang sama.
Tidak wajar apabila suatu teks yang berbeda (bahkan yang
menggunakan judul yang sama) memiliki rangkaian/urutan karakter yang
sama.
10. Orde kemiripan antar teks.
Hal ini bisa mengindikasikan plagiarisme apabila orde kecocokan
kata atau frase antar dua teks sama. Meskipun diajarkan untuk menyajikan
fakta-fakta dalam suatu aturan (contohnya pendahuluan, isi, kemudian
kesimpulan), kurang wajar jika fakta-fakta yang sama dilaporkan dalam
orde yang sama.
11. Ketergantungan pada kata atau frase tertentu.
Seorang penulis mungkin memilih penggunaan suatu kata atau
frase tertentu. Kekonsistenan penggunaan kata-kata tersebut dalam suatu
teks yang ditulis oleh orang lain dengan menggunakan kata yang berbeda
dapat mengindikasikan plagiarisme.
12. Frekuensi kata.
Tidak wajar apabila kata-kata dari dua teks yang berbeda
digunakan dengan frekuensi yang sama.
13. Keputusan untuk menggunakan kalimat panjang atau kalimat pendek.
Tanpa sepengetahuan kita, para penulis tentu memiliki keputusan
penggunaan panjang kalimat yang tidak biasa dikombinasikan dengan
fitur-fitur lain.
14. Teks yang dapat dibaca.
Penggunaan metrik/ukuran seperti index Gunning FOG, Flesch
Reading Ease Formula atau SMOG dapat membantu menentukan suatu
skor kemampuan. Tidak wajar apabila penulis yang berbeda akan
memiliki skor yang sama.
15. Referensi yang tidak jelas.
Apabila referensi yang muncul dalam suatu teks tetapi tidak
terdapat pada daftar pustaka, hal ini dapat mengindikasikan plagiarisme
cut and paste, dimana penulis tidak menyalin referensinya secara lengkap.

17

Universitas Sumatera Utara

2.2. Perangkat Lunak Pendeteksi Plagiarisme
Ada beberapa alat atau perangkat lunak untuk mendeteksi plagiat, dengan
cara online maupun instalasi perangkat lunak, secara gratis maupun berbayar.
Contoh alat atau perangkat lunak pendeteksi plagiarisme yaitu: Turnitin, Viper,
dan Plagiarisma.net.
2.2.1. Perangkat Lunak Turnitin
Turnitin adalah sebuah situs web tools pendeteksi plagiat buatan Amerika
banyak digunakan oleh berbagai kampus terkemuka di dunia yang dapat di akses
di http://www.turnitin.com. Turnitin dikembangkan oleh iParadigms, LLC.
Biasanya perguruan tinggi dan sekolah tinggi membeli lisensi untuk mengirimkan
esai ke situs web Turnitin untuk memeriksa keorisinilannya.

Gambar 2.1 Printscreen Perangkat Lunak Turnitin

18

Universitas Sumatera Utara

Kelebihan dan Kekurangan Turnitin
a. Kelebihan Perangkat Lunak Turnitin
Cara kerja perangkat lunak ini adalah dengan menggunakan database
online yang dimilikinya, jumlahnya ratusan ribu hingga jutaan data karya
ilmiah dari berbagai penjuru dunia, dalam beberapa jam kemudian file karya
ilmiah yang di submit akan mendapatkan hasil seberapa tingkat kemiripannya
dengan karya ilmiah yang lain. Perangkat lunak ini mempunyai keberhasilan
yang tinggi jika artikel yang dimasukkan menggunakan bahasa Inggris.
b. Kelemahan Perangkat Lunak Turnitin
Harga perangkat lunak ini memang sangat mahal, sehingga tidak banyak
kampus yang mampu membelinya, kira-kira harga lisensinya kurang lebih
mencapai 400 juta rupiah untuk multi-account. Selain itu, kelemahan dari
perangkat lunak ini memiliki tingkat keberhasilan yang kurang, jika artikel
yang akan di cek menggunakan bahasa non-english.
2.2.2. Perangkat Lunak Viper
Perangkat

lunak

ini

dapat

diakses

melalui

situs

resmi

http://www.scanmyessay.com/. Viper membutuhkan dukungan perangkat lunak
NET Framework 4.0 agar bisa diinstal. Cara kerjanya membutuhkan hubungan
internet. Program ini mampu mendeteksi dari hardisk dan internet, sehingga bisa
membandingkan data-data di dalam hardisk dan mengklasifikasi mana-mana yang
bersifat plagiat.
Program ini juga memberikan presentase kemiripan dari sebuah dokumen
atau file yang satu dan yang lainnya. Tulisan yang sama (mengindikasikan

19

Universitas Sumatera Utara

plagiarisme) pada data yang di scan akan diberi tanda merah. Namun program ini
membutuhkan waktu berpikir yang cukup lama dibandingkan layanan online.

Gambar 2.2 Printscreen Perangkat Lunak Viper

Kelebihan dan Kekurangan Perangkat Lunak Viper
a. Kelebihan Perangkat Lunak Viper
Viper adalah perangkat lunak pendeteksi plagiarisme dokumen dengan
cara membandingkan dengan lebih dari 10 miliar sumber daya/ dokumen
secara online. Viper mampu mendeteksi kecenderungan plagiarisme melalui
data dari hardisk dan internet. Kelebihan lainnya, program ini memberikan
nilai berapa persen kemiripan tulisan yang satu dengan lainnya, setelah itu
kita juga dapat membandingkannya. Tulisan yang sama (plagiat) akan diberi
tanda merah pada kedua file.

20

Universitas Sumatera Utara

b. Kelemahan Perangkat Lunak Viper
Viper memiliki kelemahan yaitu, program ini tidak gratis dan
memerlukan waktu yang lama dibandingkan layanan online pendeteksi
plagiat lainnya. Viper juga memiliki limitasi dalam pemeriksaan paper.
2.2.3. Website Plagiarisma.net
Website Plagiarisma.net juga menyediakan layanan pendeteksian plagiat
(pencurian tulisan) yang bisa dipakai untuk mendeteksi keaslian sebuah artikel.
Plagiarisma.net merupakan alternatif yang bisa digunakan secara gratis namun
juga dibatasi jumlah pendeteksian perharinya. Untuk menggunakan fitur premium,
disediakan layanan free trial dengan cara mendaftar lebih dahulu.

Gambar 2.3 Printscreen Website Plagiarisma.net

21

Universitas Sumatera Utara

Kelebihan dan Kekurangan Plagiarisma.net
a. Kelebihan Plagiarisma.net
Mudah digunakan karena hanya tinggal mengcopy isi teks pada artikel lalu
ditaruh pada text area yang disediakan oleh Plagiarisma.net. Untuk proses
pendeteksiannya tinggal klik saja tombol Check Duplicate Content.
b. Kelemahan Plagiarisme.net
Kekurangan dari Plagiarisma.net adalah kita harus menaruh teks (bukan
URL) dan lagi waktu mendeteksinya relatif lama. Untuk teks dengan panjang
sekitar 400 karakter dibutuhkan waktu pendeteksian lebih dari 1 menit.

2.2.4. Perangkat Lunak Plagiarism Checker X
Plagiarism Checker X adalah perangkat lunak pendeteksi plagiarisme yang
bisa diunduh secara gratis. Perangkat lunak ini, berguna bagi siswa, guru, pencipta
konten, ahli SEO dan pemilik situs web untuk mencari dan menemukan konten
yang sama atau identik dengan teks dokumen atau konten web yang diinginkan.
Plagiarism Checker X dapat memeriksa konten yang dipublikasi secara
online. Jika seseorang telah menyalin sebuah hasil karya apakah itu berupa konten
website, dokumen, makalah, skripsi dan sebagainya, maka Plagiarism Checker X
dapat menemukannya dengan mudah. Pada saat ini Plagiarisme Checker X
mendukung mesin pencari populer seperti Google dan Bing dan Yahoo.

22

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Printscreen Perangkat Lunak Plagiarism Checker X

Kelebihan dan Kekurangan Perangkat Lunak Plagiarism Checker X
a. Kelebihan Perangkat Lunak Plagiarism Checker X
Plagiarism Checker X adalah perangkat lunak yang sangat sederhana. Kita
dapat menyisipkan teks yang dibutuhkan untuk diperiksa dan memungkinkan
untuk memilih antara Google dan Bing untuk melakukan pencarian awal. Kita
dapat menemukan konten yang mirip hanya dengan memasukan beberapa kalimat
saja. Perangkat lunak ini memungkinkan kita untuk mengupload dokumen dalam
format doc, docx, rtf, PDF, dan teks biasa. Tidak ada batasan untuk jumlah
halaman yang dapat diperiksa oleh perangkat lunak Plagiarism Checker X.

23

Universitas Sumatera Utara

b. Kelemahan Perangkat Lunak Plagiarism Checker X
Perangkat lunak ini memiliki kelemahan yaitu, program ini memerlukan
waktu yang lebih lama dalam melakukan pendeteksian dokumen ketika diupload
ke dalam perangkat lunak Plagiarism Checker X.
Penulis memilih Plagiarism Checker X sebagai perangkat lunak pendeteksi
plagiarisme karena perangkat lunak Plagiarism Checker X bersifat free dan sangat
mudah digunakan. Proses penggunaan Plagiarism Checker X tergolong sangat
sederhana, kita hanya perlu memasukkan artikel, kemudian Plagiarism Checker X
akan mengkoneksikan diri dengan database server, beberapa menit kemudian
Plagiarism Checker X akan memberikan hasil (dalam persentase) seberapa
miripkah artikel kita dengan artikel yang lain berikut dengan link artikel tersebut
lengkap dengan menunjukkan kalimat-kalimat yang mempunyai kemiripan
dengan artikel milik kita.
Selain itu, perangkat lunak ini memungkinkan kita untuk mengupload
dokumen dalam format doc, docx, rtf, PDF, dan teks biasa. Tidak ada batasan
untuk jumlah halaman yang dapat diperiksa oleh perangkat lunak Plagiarism
Checker X.

24

Universitas Sumatera Utara

2.3. Sanksi bagi Pelaku Tindakan Plagiarisme
Ada beberapa peraturan yang mengatur sanksi bagi pelaku tindakan
plagiarisme diantaranya sebaga berikut:
1. Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas)
Nomor 17 Tahun 2010
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2010 Pasal 12 telah mengatur sanksi bagi plagiator yang
melakukan tindakan plagiat di perguruan tinggi. Jika terbukti melakukan
plagiasi maka plagiator akan memperoleh sanksi sebagai berikut:
1. Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 10 ayat (4), secara berurutan dari yang paling
ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa;
d. pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh
mahasiswa;
e. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;
f. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;
atau
g. pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.
2. Sanksi bagi dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang terbukti
melakukan plagiatsebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 11 ayat (6),
secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat,
terdiri atas:
a. teguran
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
d. penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;
e. pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli
peneliti/tenaga kependidikan
f. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan;
g. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai
dosen/peneliti/tenaga kependidikan; atau

25

Universitas Sumatera Utara

h. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang
bersangkutan.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Undang-Undang tentang hak cipta sebagaimana undang-undang yang
mengatur tersebut plagiat merupakan tindakan pidana . Di bawah ini jelas
sekali undang-undang yang mengaturnya
Pasal 72 ayat (1) :
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengatur sanksi bagi orang
yang melakukan plagiat, khususnya yang terjadi dilingkungan akademik.
Sanksi tersebut adalah sebagai berikut (Pasal 70):
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk
mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (2) terbukti merupakan jiplakan
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).

26

Universitas Sumatera Utara