Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Kontribusi

2.1.1. Pengertian Kontribusi
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) ”Kontribusi diartikan
sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Sementara menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Yandianto (2000:282) diartikan: ”Sebagai uang iuran pada perkumpulan,
sumbangan.”(http://a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(12).pdf).

Bertitik

tolak pada kedua kamus di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; kontribusi
adalah merupakan sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan.
Kontribusi berarti individu berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas
hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang
kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi.
Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme, finansial, dan lainnya (Astarhadi, 1995).

Dari rumusan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat
diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang
yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga
memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.

13
Universitas Sumatera Utara

2.2.

Buruh Aron

2.2.1. Pengertian Buruh Aron
Aron adalah sebuah konsep pola kerjasama dan tolong menolong pada
masyarakat Suku Karo di Sumatera Utara, baik dalam menghadapi ancaman dari
pihak lain atau dalam mengerjakan sesuatu. Istilah aron berasal dari Bahasa Karo,
yaitu sisaro-saron (saling membantu) yang diwujudkan dalam bentuk kelompok
kerja orang muda atau dewasa mulai 6 hingga 24 orang dalam satu kelompok. Dalam
pembentukan aron, jumlah laki-laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan. Hal
ini dilakukan melihat kemampuan kaum perempuan dalam mengerjakan aktivitas

aron tersebut. Adapun kegiatan aron diketahui tidak dibayar dengan uang atau
pertimbangan yang bersifat ekonomi, namun dibayar berupa tenaga, di mana aron
yang dibentuk adalah

atas dasar kesepakatan

bersama para

anggotanya

(https://id.wikipedia.org/wiki/Aron).

2.2.2. Pola Kerja Buruh Aron
Aktivitas aron dimulai pada pagi hari, yaitu pukul 08.00 WIB - 17.00 WIB.
Dalam pola kerjanya terdapat keteraturan antara sesama anggota dengan tujuan agar
tetap terjaga hubungan yang baik. Pola kerja dilakukan secara bergiliran, sesuai
dengan kebutuhan dalam mengerjakan sawah maupun ladang para anggota.
Seperti contoh, ketika anggota A akan menanam padi, maka anggota aron
yang lainnya wajib datang ke ladang si A untuk mengerjakan sawahnya. Demikian
seterusnya hingga selesai secara bergilir bagi setiap anggota aron. Bila salah satu

anggota ingin mendahulukan sawahnya atau ladangnya tetapi belum pada gilirannya,
maka anggota tersebut dapat meminta supaya sawahnya didahulukan dikerjakan oleh
14
Universitas Sumatera Utara

peserta aron lainnya. Hal ini disebut dengan pinjam tenaga (petangkapken atau biasa
juga disebut dengan istilah pinjam gegeh (https://id.wikipedia.org/wiki/Aron).

2.2.3. Perubahan Makna
Seiring dengan perkembangannya, mulai tahun 1980 hingga saat ini secara
perlahan-lahan pengertian aron telah mulai berubah. Hal tersebut dapat terlihat pada
saat musimpanen misalnya, seseorang pemilik sawah harus menyewa pekerja aron
untuk mengerjakan sawahnya dan membayar upah mereka sesuai dengan waktu
mereka berkerja.
Selain itu jumlah aron yang tersedia juga semakin sedikit dibandingkan
jumlah aron sebelum tahun 1980. Dalam hal jam kerja juga terdapat perbedaan yang
dulunya sebelum 1980, aron bekerja dalam satu hari selama delapan jam, tetapi pada
saat ini aron bekerja hanya sekitar lima jam dalam satu hari yang dimulai pukul
10.00 WIB hingga 16.30 WIB dan dengan gaji sekitar Rp 40.000/hari.
Selain itu keberadaan aron juga telah banyak didatangkan dari luar Tanah

Karo. Seperti aron-aron di Berastagi misalnya, kebanyakan dari mereka didatangkan
dari Samosir danSidikalang, di mana kebanyakan di antara mereka adalah berasal
dari suku Batak Toba (https://id.wikipedia.org/wiki/Aron).

2.3.

Strategi Bertahan Hidup
Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para buruh harian

lepas (aron) dengan situasi lingkungan yang berubah. Sedangkan adaptasi struktural
merupakan aplikasi tindakan, kibiasaan para buruh harian lepas (aron) dalam

15
Universitas Sumatera Utara

menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Strategi
adaptasi adalah cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh buruh harian lepas (aron)
untuk mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis sebagai buruh aron.
Edi Suhartono, seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan
bahwa definisi dari strategi bertahan hidup (Coping Strategies) adalah kemampuan

seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin,
strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap
anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya. Bisa juga
disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan
tekanan. (Suhartono: 2007)
Berdasarkan konsep ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut “The
Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang

digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam
mempertahankan kelangsungan hidup, seperti:
a.

Aset Tenaga Kerja ( Labor Asets)
Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk
bekerja membantu ekonomi rumah tangga.

b.

Aset Modal Manusia ( Human Capital Asets )

Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas
orang atau bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan
umpan balik atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya.

16
Universitas Sumatera Utara

c.

Aset Produktif ( Produuctive Asets )
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan
hidupnya.

d.

Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga ( Household Relation Asets )
Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar,
kelompok etnis, migrasi tenaga kerja daan mekanisme “uang kiriman”
(remittances).


e.

Aset Modal Sosial ( Social Capital Asets )
Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi kredit
informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup ( Coping

Strategies ) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan

dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara, yaitu:
a. Strategi Aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga
untuk (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja,
memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan
sebagainya).
b. Strategi Pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran
sandang, pangan, papan, dan sebagainya).
c. Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupu
formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya
meminjam uang tetangga, berhutang ke warung, memanfaatkan program
kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya)

(Suhartono:2007)

17
Universitas Sumatera Utara

Konsep mata pencaharian ( Livelihood ) sangat penting dalam memahami
Coping Strategies karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama

dengan strategi mata pencaharian ( Livelihood Strategies ). Suatu mata pencaharian
meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga
sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan
menjamin kehidupan. Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset
nyata dan asset tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah
(Livelihood Capabilities), asset nyata menunjuk pada simpanan (makanan, emas,
tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah, tanaman, binatang ternak),
sedangkan asset tidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan
kesempatan-kesempatan

untuk


menggunakan

sumber, simpanan,

pelayanan,

informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan.

2.4.

Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Perempuan
Pedesaan
Aron merupakan ikatan kerjasama untuk mengerjakan lahan pertanian atau

biasanya disebut juga sebagai buruh tani. Aron juga dapat dibedakan atas tiga jenis,
yaitu jangak, diberu, dan campuren. Jangak adalah ikatan kerjasama/ aron yang
semua anggotanya adalah adalah pria, diberu adalah ikatan kerjasama/ aron yang
semua anggotanya adalah perempuan, sedangkan campuren adalah ikatan kerjasama/
aron yang sebagian anggotanya adalah pria dan sebagian lagi adalah perempuan.
Aron juga ikut dalam ikatan kerjasama untuk mengerjakan ladang pertanian yang

biasanya

disebut

raron

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7430/1/09E00430.pdf.).

18
Universitas Sumatera Utara

Aron sebagai lapangan kerja sektor informal merupakan salah satu lapangan
kerja yang diminati oleh perempuan karena pekerjaan ini tidak banyak menuntut
persyaratan. Adapun yag menjadi kriteria tenaga kerja aron adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai

alat-alat

pertanian


yang

diperlukan

dalam

melakukan

pekerjaannya.
2. Paham dan mengerti akan tugas-tugasnya sebagai aron.
3. Aron mempunyai pekerjaan yang tidak tetap atau dengan kata lain aron
bekerja secara berpindah-pindah dari ladang yang sati ke ladang yang lainnya.
4. Aron bisa wanita dan pria, baik yang sudah menikah maupun yang belum

menikah (http://www.budayakaroartikel.or.id).
Wanita yang bekerja sebagai tenaga buruh tani atau aron cenderung untuk
memperbaiki taraf hidup keluarga mereka yang bertujuan untuk memperoleh
pendapatan atau penghasilan. Perempuan pada umumnya bukan pencari nafkah yang
utama, tetapi fungsinya lebih kepada penambah pendapatan suami.
Ketidakcukupan pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga
membuat para perempuan atau ibu rumah tangga bekerja sebagai buruh. Tenaga
kerja perempuan adalah perempuan yang mampu melaksanakan pekerjaan baik
didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tenaga kerja wanita sebagai buruh dapat membantu
kegiatan suami dan menambah pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga
merupakan hasil usaha bersama dari semua anggota rumah tangga yang mampu
bekerja dan digunakan untuk semua anggota rumah tangga sesuai dengan pos-pos
pengeluaran yang ada (Sajogyo, 1985).

19
Universitas Sumatera Utara

Keinginan para perempuan untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan
perbaikan keadaan ekonomi serta kesejahteraan sosial keluarga senantiasa tercermin
dari upaya yang selalu mereka lakukan untuk menambah penghasilan keluarga.
Wanita pada umumnya sangat peka dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi
dalam keluarga, mereka juga tidak akan segan-segan untuk memasuki dunia
pekerjaan yang beresiko tinggi apabila keadaan keluarga mereka mengharuskan
mereka untuk berbuat demikian (Kartini, 1992).
Pada dasarnya bagi wanita, khususnya yang tinggal di daerah pedesaan dan
miskin, peran ganda bukanlah sesuatu hal yang baru. Bagi golongan ini, peran ganda
telah ditanamkan oleh orang tua mereka sejak mereka masih berusia muda dengan
dibebani kewajiban bekerja oleh orang tua mereka (Soetrisno, 1997).
Wanita sebagai mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peranan aktif
dalam kegiatan pembangunan manusia seutuhnya. Kedudukan perempuan dalam
keluarga dan masyarakat serta peranannya dalam pembangunan perlu dipelihara dan
terus ditingkatkan hingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi
pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya (Depdikbud,
1993).
Rumah tangga aron terdapat dua kelompok, yaitu rumah tangga pria dan
wanita sebagai aron dan rumah tangga wanita sebagai aron. Adapun dalam rumah
tangga pria dan wanita sebagai aron terdiri dari suami dan istri yang bekerja sebagai
tenaga kerja aron. Lain halnya dengan rumah tangga wanita sebagai aron yang terdiri
dari istri saja yang bekerja sebagai ternaga kerja aron dan suami tidak bekerja
sebagai aron tetapi bekerja sebagai non aron, misalnya seperti petani, supir,
pedagang, wiraswasta, pegawai negeri, dan lain-lain. Dengan semakin terbukanya

20
Universitas Sumatera Utara

kesempatan yang sama dengan pria di berbagai bidang pekerjaan sehingga
menyebabkan terbukanya juga kesempatan kerja bagi perempuan khususnya sektor
informal yaitu bidang pertanian.

2.5

Kehidupan Sosial Ekonomi
Apabila dilihat dari arti kata kehidupan sebenarnya adalah cara atau keadaan

tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat,
sedangkan arti kata ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan
perdagangan (Astarhadi, 1995: 52).
Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan (teman). Dalam hal
ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja dan
sebagainya. Yang dimaksud teman adalah mereka yang ada disekitar kita, yakni yang
tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling
mempengaruhi. Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos”
yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur, jadi secara harafiah
ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga.(Shadily, 1983).
Kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua
orang atau lebih.
2. Manusia tersebut bergaul atau berhubungan dan hidup bersama dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama
dan hidup bersama, makan akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian
perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok).

21
Universitas Sumatera Utara

3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama.
Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun
material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai
kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Kehidupan sosial
ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut interaksinya dan
perilaku ekonomi dari masyarakat tersebut. Kehidupan sosial ekonomi juga berarti
membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang diperoleh. Jadi, kehidupan
sosial ekonomi yang dimaksud adalah cara-cara atau strategi yang diterapkan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta pemanfaatan penghasilan
atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara mengenai keadaan hidup
sehari-hari.
Manusia dikatakan hidup layak jika mampu memenuhi kebutuhan hidup
minimalnya. Kebutuhan hidup tersebut dimaksud meliputi sandang, pangan, dan
papan serta, pendidikan, kesehatan. Abraham Maslow berpendapat bahwa kebutuhan
manusia terdiri atas lima tingkatan yaitu:
1. Kebutuhan fisik atau biologik dengan indikator lapar, haus, seks, rasa enak, tidur
dan istirahat.
2. Kebutuhan rasa aman dengan indikator psikologik terhindar dari bahaya dan bebas
dari rasa takut atau terancam.
3. Kebutuhan disertakan, rasa cinta, dan aktivitas sosial dengan indikator psikologok
berupa rasa bahagia, berkumpul dan berserikat, perasaan diterima dalam
kelompok, rasa bersahabat dan afeksi.
4. Kebutuhan rasa hormat dengan indikator psikologik: menerima keberhasilan diri,

22
Universitas Sumatera Utara

kompetensi, keyakinan, rasa diterima orang lain, apresiasi dan martabat.
5. Kebutuhan aktualisasi atau realisasi diri dengan indikator psikologik berupa
keinginan mengembangkan diri secara optimal melalui usha sendiri, kreativitas
dan ekspresi (Danim, 1995).

Dari indikator diatas yang menjadi asumsi adalah sejumlah penghasilan yang
didapat dari hasil usaha dan tenaga, barang bergerak, barang tak bergerak, dan hak
atas bayaran berkala. Dari uraian tersebut dapat kategorikan sebagai berikut:
1. Pendapatan berupa uang, yaitu:
a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan,
kerja lembur dan kerja kadang-kadang.
b. Dari usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha itu sendiri,
komisi dan penjualan kerajinan rumah tangga.
c. Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
d. Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.
2. Pendapatan berupa barang, yaitu:
a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras,
pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.
b. Barang yang diproduksi dan konsumsi rumah tangga, antara lain
pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang harus
dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati (Sumardi, 1997).

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa status sosial
ekonomi

adalah

kemampuan

seseorang

untuk

mendekatkan

diri

dengan

23
Universitas Sumatera Utara

lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang
dimilikinya.

2.6.

Kemiskinan

2.6.1. Pengertian Kemiskinan
Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan
pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk
menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2005). Kemampuan pendapatan untuk
mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah
sehingga kurang menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya.
Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai
suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan
kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi
sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau
ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan
kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang
dikeluarkan

oleh

Kementrian

Bidang

Kesejahteraan

(Kesra)

tahun

2004

menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka

24
Universitas Sumatera Utara

yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan pokok/dasar (http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf).
Definisi kemiskinan kemudian dikaji kembali dan diperluas berdasarkan
permasalahan-permasalahan

kemiskinan

dan

faktor-faktor

yang

selanjutnya

menyebabkan menjadi miskin. Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh
Chambers (1983) adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap
program pengentasan kemiskinan di berbagai negara-negara berkembang dan dunia
ketiga. Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari Chambers
menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept)
yang memiliki lima dimensi, yaitu:
1) Kemiskinan (Proper ). Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan
semula

adalah

kondisi

ketidakmampuan

pendapatan

untuk

mencukupi

kebutuhankebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada
kelompok yang tidak memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada
kelompok yang telah memiliki pendapatan.
2) Ketidakberdayaan (Powerless). Pada umumnya, rendahnya kemampuan
pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power ) dari seseorang atau
sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak
untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency). Seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau kemampuan untuk
menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi ini membutuhkan alokasi
pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan berupa bencana alam,
kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya pengobatan yang relatif mahal, dan
25
Universitas Sumatera Utara

situasi-situasi darurat lainnya yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang
dapat mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak mampu untuk
menghadapi situasi ini.
4) Ketergantungan (dependency). Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun
kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tadi
menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi.
Mereka tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau
penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru.
Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan-persoalan terutama
yang berkaitan dengan kebutuhan akan sumber pendapatan.
5) Keterasingan (Isolation). Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh
Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang
menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini berada pada
daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan atau kota-kota besar. Masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan
relatif memiliki taraf hidup yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab
adanya kemiskinan (http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf).

2.6.2. Bentuk dan Jenis Kemiskinan
Berdasarkan

kondisi

kemiskinan

yang

dipandang

sebagai

bentuk

permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat
bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2005):
26
Universitas Sumatera Utara

1)

Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau

sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan,
dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis
kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk
kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk
kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan
ataumendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.
2)

Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena

adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh
lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau
ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah
tertinggal.
3)

Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat

adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari
budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup
dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros
atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.

27
Universitas Sumatera Utara

4)

Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena

rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu
tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya
pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki
unsur diskriminatif.
Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling banyak
mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negaranegara
pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia.
Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak menimbulkan adanya
ketiga bentuk kemiskinan yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah dikenal bentuk
kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya. Adapun
jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:
1) Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat adanya
kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana umum
(jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur.
Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah
yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi
daerah tertinggal.
2) Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem
moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak
memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan

28
Universitas Sumatera Utara

fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak
negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang
umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk
mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak meratanya
pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih
menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor
pertanian.
Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep
pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara sedang
berkembang

pada

dekade

1970an

dan

1980an

(http://e-

journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf).

2.6.3. Garis Kemiskinan
Konsep dari kemiskinan terbagi atas tiga, yaitu:
1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita
perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi, misalnya padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu,
sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll.

29
Universitas Sumatera Utara

3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan
dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di pedesaan (http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23 ).

2.6.4. Faktor Penyebab Kemiskinan
Pada umunya di negara Indonesia peneyebab-penyebab kemiskinan adalah
sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia terus
meningkat setiap 10 tahun menurut hasil sensusl penduduk.
2. Angkatan kerja, penduduk yang bekerja, dan pengangguran. Secara garis
besar penduduk di suatu negara dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Mereka yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah
penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja
berbeda-beda di setiap negara. Batas usia kerja di Indonesia adalah minimum
10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang ataupun semua
penduduk mulai dari usia 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya
berupakan bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukkan dalam
kategori beban ketergantungan.
Tenaga kerja (manpower) dipilih pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan
kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja
ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang
mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk sebagai bukan angkatan kerja
30
Universitas Sumatera Utara

adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja,

tidak

mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni
orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta
orang yang menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung
atas jasa kerjanya.
3. Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan. Distribusi pendapatan
nasional

mencerminkan

pembangunan

suatu

merata

negara

atau
di

timpangnya

kalangan

pembagian

penduduknya.

hasil

Kriteria

ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional
yang dinikmati oleh tiga lapisa penduduk, yaitu 40% penduduk yang
berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan
menengah; serta 20% penduduk berpendapatan tinggi (penduduk kaya).
Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40%
penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen
pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap moderat apabila 40%
penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 persen hingga 17 persen
pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk berpendapatan rendah
menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional maka ketimpangan dan
ketidakmerataan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan
cukup merata (Dumairy, 1996).
4. Tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya kualitas penduduk juga
merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja.
Perkembangan ekonomi, terutama industri jelas sekali membutuhkan lebih
banyak tenaga kerja yang mempunya skill. Menurut Schumaker pendidikan
31
Universitas Sumatera Utara

merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktorfaktor produksi lain.
5. Kurangnya perhatian dari pemerintah. Pemerintah yang kurang peka terhadap
laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor
kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu
mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya (Irawan, 1999).

2.7. Kerangka Pemikiran
Ada banyak faktor yang membuat perempuan bekerja dah bahkan sering juga
menjadi tulang punggung perekonomian dalam keluarga. Kehidupan perekonomian
itu sendiri lah yang menjadi faktor pendorong paling besar perempuan harus
berperan aktif dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Hal ini lah yang dialami
oleh buruh tani (aron) perempuan di desa Beganding Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Karo. Harga kebutuhan-kebutuhan yang kian lama kian melonjak,
ketidakcukupan pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga, ditambah
lagi rendahnya pendidikan yang mereka miliki akhirnya membuat para perempuan
atau ibu rumah tangga di desa ini bekerja sebagai buruh tani (aron). Aron sebagai
lapangan kerja sektor informal merupakan salah satu lapangan kerja yang diminati
karena pekerjaan ini tidak banyak menuntut persyaratan.
Keinginan buruh aron perempuan tersebut untuk dapat meningkatkan taraf
hidup dan memperbaiki keadaan ekonomi serta kesejahteraan keluarga senantiasa
tercermin dari upaya-upaya yang mereka lakukan untuk dapat menambah
penghasilan keluarga. Tidak hanya bekerja sebagai buruh aron, mereka juga
melakukan berbagai cara sebagai bentuk dari kontribusi mereka dalam meningkatkan
penghasilan keluarga. Kontribusi buruh aron perempuan ini dapat dilihat berdasarkan
32
Universitas Sumatera Utara

jam kerja, peningkatan aset finansial, pengelolaan keuangan keluarga, pemanfaatan
pekarangan rumah, serta mencari alternatif sosial.
Berdasarkan jam kerja, kontribusi buruh tani (aron) perempuan ini dapat dilihat
dari usaha mereka mengatur waktu sedemikian rupa agar peran ganda yang mereka
miliki, yaitu sebagai buruh aron dan juga sebagai ibu rumah tangga tetap dapat
dijalankan dengan baik dan seimbang. Berdasarkan peningkatan aset finansial,
kontribusi mereka dapat dilihat dari usaha-usaha yang mereka lakukan agar
penghasilan keluarga mereka bertambah, yaitu dengan melakukan pekerjaanpekerjaan lain (pekerjaan sampingan) selain dari pekerjaan mereka sebagai buruh
aron. Berdasarkan pengelolaan keuangan keluarga, kontribusi mereka dapat dilihat
dari upaya mereka untuk menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk
disimpan atau ditabung. Berdasarkan pemanfaatan pekarangan rumah, kontribusi
mereka dapat dilihat dari usaha mereka menanami pekarangan rumah mereka dengan
tanaman-tanaman yang bisa dijual untuk menambah penghasilan mereka, atau bisa
dikonsumsi sendiri oleh keluarga mereka untuk menekan pengeluaran. Berdasarkan
pencarian alternatif sosial, kontribusi mereka dapat dilihat dari usaha mereka mencari
pinjaman uang, baik pada lembaga keuangan maupun sanak saudara untuk digunakan
pada saat- saat yang mendesak. Seluruh upaya ini mereka lakukan agar kehidupan
sosial dan ekonomi keluarga, seperti kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal,
kesehatan, pendidikan, serta interaksi sosial dapat terpenuhi.

33
Universitas Sumatera Utara

Untuk memperjelas alur pemikiran di atas dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar: Bagan 2.1

BURUH ARON PEREMPUAN

KONTRIBUSI
1.

Jam kerja

2.

Peningkatan aset finansial

3.

Pengelolaan Keuangan Keluarga

4.

Pemanfaatan pekarangan rumah

5.

Mencari alternatif sosial

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA
1.

Kebutuhan sandang

2.

Kebutuhan pangan

3.

Rumah/ Tempat Tinggal

4.

Kesehatan

5.

Pendidikan

6.

Interaksi social

34
Universitas Sumatera Utara

2.8. Definisi Konsep
Definisi konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan
dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal-hal lain yang sejenis.
Konsep diciptakan dengan mengelompokkan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa
yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan
sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi
tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat
mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009).
Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan
obyek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi maknamakna konsep yang diteliti. Secara sederhana definisi disini diartikan sebagai batasan
arti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut
dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138).
Adapun yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Buruh aron perempuan adalah perempuan yang bekerja sebagai buruh tani
yang mengelola lahan pertanian milik orang lain.
2. Kontribusi adalah sumbangan terhadap variabel tertentu. Dalam hal ini
maksud dari kontribusi adalah sumbangan yang diberikan oleh perempuan
yang bekerja sebagai buruh aron terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.
a.

Jam kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan,
dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Ketentuan jam
kerja diatur dalam dua sistem yaitu:

35
Universitas Sumatera Utara

-

7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk
6 hari kerja.

-

8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk
5 hari kerja.

Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut maka waktu
kerja dapat dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga
pekerja/buruh berhak atas upah lembur.
b. Peningkatan aset finansial yaitu sumber-sumber keuangan yang
digunakan oleh keluarga (pekerjaan sampingan (Side job),
berbisnis/berjualan kecil-kecilan, bekerja serabutan, dll) untuk dapat
memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.
c. Pengelolaan kauangan keluarga, yaitu seperti mengelompokkan
kebutuhan-kebutuhan, baik kebutuhan sehari-hari, kebutuhan
jangka pendek, kebutuhan jangka panjang, kebutuhan mendesak,
maupun dana untuk disimpan.
d. Pemanfaatan pekarangan rumah yaitu menggunakan lahan di area
sekeliling rumah untuk ditanami tanaman yang dapat digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari atau dapat dijual untuk menambah
penghasilan (seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, dll.).
e. Mencari alternatif sosial:
-

Menitipkan anak untuk diasuh oleh saudara atau kerabat agar bisa
mengurangi kebutuhan hidup keluarga.

36
Universitas Sumatera Utara

-

Meminjam uang pada koperasi agar lebih terpercaya, atau kepada
pemilik lahan yang penggantiannya dapat diambil pada saat buruh
aron mendapatkan upah.

-

Bantuan pemerintah untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan
hidup keluarga.

f. Kehidupan sosial ekonomi adalah kemampuan untuk menempatkan
diri dalam lingkungan masyarakat sehingga dapat menentukan sikap
berdasarkan apa yang dimiliki dan kemampuan mengenai
keberhasilan menjalankan usaha dan keberhasilan dalam mencukupi
kebutuhan. Sosial ekonomi keluarga berkaitan dengan cara keluarga
memenuhi kebutuhan yang ditentukan oleh tingkat pendapatan yang
diterima.
-

Kebutuhan sandang adalah kebutuhan manusia akan pakaian.

-

Kebutuhan pangan adalah kebutuhan yang paling utama bagi
manusia. Biaya pangan merupakan biaya yang harus tercukupi
dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan
bahan-bahan pokok lainnya.

-

Tempat tinggal biasanya berwujud bangunan rumah , tempat
berteduh, atau struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat
manusia tinggal. Sebenarnya rumah tidak harus mewah untuk
sekedar memenuhi standar rumah sehat dan layak huni. Ada
beberapa indikator atau syarat yang bisa dijadikan sebagai
parameter menentukan kriteria rumah sehat dan layak huni,
diantaranya adalah:-

Sirkulasi udara yang baik

37
Universitas Sumatera Utara

-

-

Kualitas air yang memadai

-

Pencahayaan atau penerangan yang cukup

-

Dapur bersih dengan pembuangan asap yang lancar

-

Konstruksi bangunan yang memenuhi standard

-

Sanitasi yang baik

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan

ekonomis.

Pemeliharaan

kesehatan

adalah

upaya

penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/ atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan.
-

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi
juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan pada umumnya
dibagi menjadi beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar,
sekolah menengah, dan kemudian perguruan tinggi.

-

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang
berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang
berlaku

dan

diterapkan

di

dalam masyarakat.

Dengan

adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri
dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai
yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya
kesadaran atas pribadi masing – masing, maka proses sosial itu
38
Universitas Sumatera Utara

sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di
dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas
dari hubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu
perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat
berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

39
Universitas Sumatera Utara