Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Medan Petisah)

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara yang sangat penting dalam
pembangunan.

Pajak

juga

merupakan tulang

punggung

penggerak

roda

pembangunan (ekonomi) yang sangat dominan. Salah satu usaha untuk
mewujudkan kemandirian suatu Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu
menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu berupa pajak. Dalam
hal pengertian pajak, para ahli telah memberikan suatu batasan.

Adriani dalam buku Soemarso (2006:2) menyatakan “pajak adalah iuran
rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) memberikan definisi pajak
sebagai berikut : “kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Sedangkan menurut Soemitro dalam buku Resmi (2007:1) pajak adalah
“iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang (yang dapat

Universitas Sumatera Utara

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Apabila ditinjau dari segi hukum Seomitro (2000:65) menyatakan bahwa:
pengertian pajak adalah perkaitan yang timbul karena undang-undang yang
mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh

undang-undang untuk membayar sejumlah uang ke kas Negara, yang dapat
dipaksakan tanpa mendapat imbalan secara langsung dapat ditunjuk yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara dan
digunakan sebagai alat mencapai tujuan diluar bidang keuangan.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
2. Berdasarkan undang-undang (bersifat memaksa)
3. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara
Berdasarkan kutipan tersebut diketahui pajak disamping sebagai iuran yang
dapat dipaksakan maka pajak juga dipergunakan bagi Negara untuk pembangunan.
Semakin besar pajak yang diterima suatu Negara maka semakin tinggi pula
kesempatan Negara tersebut untuk membangunan dan mengembangkan Negara
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Wajib Pajak dan Kewajiban Pajak
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2009 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) memberikan definisi wajib
pajak sebagai berikut : “orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Menurut Zain (2003:9) bahwa “kewajiban perpajakan merupakan praktik
perpajakan yang sebagian besar pekerjaannya, baik dilakukan sendiri maupun
dibantu oleh para ahlinya setiap bulan atau setiap tahun mengisi Surat
Pemberitahuan Masa atau Surat pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)”.
Keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak
terhadap kewajiban perpajakan, jelas bahwa semakin tinggi keseluruhan faktorfaktor tersebut maka kesadaran wajib pajak akan kewajiban perpajakannya akan
terpenuhi. Hal ini berarti bahwa kesadaran wajib pajak akan terjadi apabila
didukung oleh semua faktor-faktor tersebut. Berikut ini merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan kewajiban
perpajakannya :
a) Pengetahuan wajib pajak
Yaitu suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang wajib
pajak atu kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan

Universitas Sumatera Utara


b) Pemahaman wajib pajak terhadap sistem perpajakan
Yaitu suatu kumpulan atau satu kesatuan yang terdiri dari unsur tax
policy, tax law dan tax administration yang saling berhubungan satu
sama lain
c) Pelayanan fiskus
Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam
membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan wajib pajak
d) Pemahaman sanksi pajak
yaitu berguna bagai wajib pajak untuk mematuhi segala peraturan
perpajakan yang ada. Dengan adanya sanksi diharapkan kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan.
2.3 Sistem Pemungutan Pajak
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan berjalan lancar
sesuai dengan harapan jika tidak ada kemauan membayar pajak dari wajib pajak itu
sendiri. Kemauan Wajib Pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya
merupakan hal penting dalam penarikan pajak tersebut. Penyebab kurangnya
kemauan tersebut antara lain adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil pemungutan
pajak tersebut tidak langsung dinikmati oleh para wajib pajak. Masyarakat sendiri

dalam kenyataannya tidak suka membayar pajak. Hal ini disebabkan masyarakat
tidak pernah tahu wujud konkret imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk
membayar pajak.

Universitas Sumatera Utara

Salah satu upaya dalam meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan
memberikan suatu pelayanan yang bermutu terhadap Wajib Pajak selaku
pelanggan. Menurut Devano dan Rahayu (2006:80) sistem pemungutan perpajakan
terdiri atas tiga macam:
1. Self Assessment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan
kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri hak dan
kewajiban perpajakannya. Dalam sistem ini mengandung pengertian bahwa
wajib pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.
2. Witholding Assessment System
Merupakan sistem pemungutan pajak dimana pihak ketiga diberi
kepercayaan oleh peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan
kewajiban memotong atau memungut PPh yang diberikan kepada penerima

penghasilan.
3. Official Assessment System
Merupakan sistem pemungutan pajak dimana inisiatif untuk memenuhi
kewajiban perpajakan berada dipihak fiskus. Dalam sistem ini fiskuslah
yang aktif dalam mencari wajib pajak untuk diberikan NPWP sampai pada
penetapan jumlah pajak yang terutang melalui SKP.

2.4 Kesadaran dan Kepatuhan Perpajakan
Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam
menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak tinggi.
Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan
kebenarannya. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela
(voluntary of compliance) merupakan tulang punggung sistem Self Assessment,
dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan
dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Devano dan Rahayu (2006:110) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak

merupakan suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan
yang tercermin dalam situasi dimana:
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas;
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar;
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, istilah kepatuhan berarti tunduk
atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat memberi
pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh
serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak yang patuh adalah
wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Masalah kepatuhan serta
upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak menjadi salah satu agenda penting baik
di Negara-negara maju, apalagi dinegara-negara berkembang seperti halnya di
Indonesia. Menurut Nurmatun (2005:110) kepatuhan ada dua jenis:
1. Kepatuhan formal
Kepatuhan formal yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Perpajakan. Misalnya ketentuan tentang batas waktu

penyampaian batas waktu SPT PPh Tahunan adalah selambatnya tiga
bulan sesudah berakhir tahun pajak, yang pada umumnya yaitu tanggal
31 maret. Jika wajib pajak menyampaiakan SPT PPh Tahunan sebelum
tanggal 31 maret tersebut, maka dapat dikatakan, bahwa WP tersebut
telah memenuhi kepatuhan formal. Apakah isi SPT tersebut sesuai
dengan ketentuan materialnya masih dapat dipertanyakan. Jadi yang

Universitas Sumatera Utara

dipenuhi WP adalah memenuhi ketentuan penyampaian SPT sebelum
batas waktu (deadline)
2. Kepatuhan material
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana WP secara
substantive/hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan,
yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perjakan. Kepatuhan material
dapat meliputi juga kepatuhan formal. Jadi WP yang memenuhi
kepatuhan material dalam mengisi SPT Tahuanan PPh, adalah wajib
pajak yang mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT tersebut sesuai
dengan ketentuan dalam undang-undang PPh dan menyampaikannya ke
KPP sebelum batas waktu.

Pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam
pemenuhan

kewajiban

perpajakannya

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam
suatu Negara. Kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak
hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut metode
pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi sebagai
perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Disamping itu juga tergantung kepada kemauan wajib pajak juga, sampai sejauh
mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu pemahaman wajib pajak tentang peraturan pajak, pemahaman wajib pajak
tentang sistem perpajakan, pengaruh pelayanan fiskus terhadap pelaporan
kewajiban perpajakan, pengaruh pemahaman wajib pajak akan sanksi pajak
terhadap pelaporan kewajiban perpajakan.
Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem
administrasi perpajakan yang meliputi pelayanan pajak dan meningkatkan
pemahaman wajib pajak. Langkah-langkah perbaikan administrasi diharapkan

Universitas Sumatera Utara

dapat mendorong kepatuhan wajib pajak melalui dua cara yaitu pertama wajib
pajak patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat dan menyenangkan
serta wajib pajak akan patuh karena mereka berfikir bahwa mereka akan
mendapatkan sanksi berat akibat pajak yang tidak mereka laporkan terditeksi oleh
sistem informasi dan administrasi perpajakan serta kemampuan crosscheking
informasi dengan instansi lain.
Sejak tahun 2001 Direktorat Jenderal pajak telah memulai beberapa langkah
reformasi administrasi perpajakan jangka menengah tiga sampai lima tahun sebagai

prioritas reformasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi
perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat dengan tujuan
tercapainya:
1. Tingkat kepatuhan suka rela yang tinggi;
2. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi;
3. Produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi.
Adminstrasi perpajakan harus dapat meningkatkan kepatuhan pembayaran
pajak. Tiga strategi dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui
administrasi perpajakan, yaitu pertama dengan membuat program dan kegiatan
yang diharapkan dapat menyadarkan dan meningkatkan kepatuhan sukarela,
khususnya bagi wajib pajak yang relative sudah patuh seningga tingkat kepatuhan
dapat dipertahankan atau ditingkatkan, ketiga meningkatkan kepatuhan dengan
program dan kegiatan yang dapat memerangi ketidakpatuhan.

Universitas Sumatera Utara

2.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
Pelaporan kewajiban Perpajakan
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia,

baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Jika wajib pajak tidak patuh
maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran,
penyelundupan dan pelalaian pajak, yang pada akhirnya akan menyebabkan
penerimaan pajak Negara akan berkurang.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak untuk menjadi wajib
pajak yang tidak baik (tidak patuh). Beberapa faktor tersebut yaitu seperti
pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan,
pemahaman wajib pajak tentang sistem perpajakan dan pelayanan fiskus dalam
melayani kebutuhan wajib pajak, serta pemahaman akan sanksi perpajakan.

2.5.1 Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Pelaporan Perpajakan
Pengetahuan adalah hasil kerja fikir yang merubah tidak tahu menjadi tahu
dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara. Faktor pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan.
Wajib pajak yang memiliki pengetahuan tentang perpajakan lewat pendidikan yang
lebih tinggi seharusnya memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakan yang
dimiliki lebih baik, apabila dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki
pendidikan yang lebih rendah. Jika intelektualitas tinggi maka pemahaman
kewajiban perpajakan akan lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widayati dan Nurlis (2010)
terdapat beberapa indikator Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan
perpajakan yaitu:
1) Kepemilikan NPWP. Setiap Wajib Pajak yang memiliki penghasilan
wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai salah
satu sarana untuk pengadministrasian pajak.
2) Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai
Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak telah mengatahui kewajibannya
sebagai Wajib Pajak, maka mereka akan melakukannya, salah satunya
adalah membayar pajak.
3) Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan. Semakin
tahu dan paham Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan, maka
semakin tahu dan paham pula Wajib Pajak terhadap sanksi yang akan
diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka. Hal ini tentu
akan mendorong setiap Wajib Pajak yang taat akan menjalankan
kewajibannya dengan baik.
4) Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak.
Dengan mengetahui dan memahami mengenai tarif pajak yang berlaku,
maka akan dapat mendorong Wajib Pajak untuk dapat menghitung
kewajiban pajak sendiri secara benar.
5) Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui
sosialisasi yang dilakukan oleh KPP.
6) Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui
training perpajakan yang mereka ikuti.
2.5.2 Pengaruh Pemahaman pada Sistem Perpajakan terhadap Pelaporan
Kewajiban Perpajakan
Seiring dengan upaya meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat
dalam

membayar pajak, maka diperlukan perubahan atau penyempurnaan dan

perbaikan dalam sistem administrasi modern yang berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Intansi
Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai peningkatan ketertiban administrasi,

Universitas Sumatera Utara

efektivitas, dan kinerja organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak yang mencakup semua lini operasi organisasi secara nasional.
Menurut Widayati dan Nurlis (2010) hal-hal yang mengindikasikan
efektifitas sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh Wajib Pajak antara
lain :
1) Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filling. Wajib Pajak dapat
melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat;
2) Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan Wajib Pajak dapat
melakukan pembayaran dimana saja dan kapan saja;
3) Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai
tempat, tidak harus di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar;
4) Peraturan perpajakan dapat diakses secara lebih cepat melalui internet,
tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP tempat Wajib
Pajak terdatar;
5) Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui eregistration dari website pajak. Hal ini akan memudahkan Wajib Pajak
untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:8) “masyarakat enggan atau pasif
membayar pajak yang dapat disebabkan antara lain perkembangan intelektual dan
moral masyarakat, sistem perpajakan yang sulit dipahami masyarakat dan sistem
kontrol tidak dapat dilakukan dengan baik”.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang
memahami sistem perpajakan secara jelas akan lebih patuh dibandingkan dengan
wajib pajak yang tidak memahami sistem perpajakan dengan baik dan benar. Jelas
bahwa semakin paham wajib pajak terhadap sistem perpajakan, maka semakin jelas
pula wajib pajak untuk mengetahui segala aturan yang ada.

Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Pelaporan Kewajiban Pajak
Salah satu upaya dalam meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan
memberikan suatu pelayanan yang bermutu terhadap wajib pajak selaku pelanggan.
Olehkarena itu pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam
menciptakan kepuasan kepada pelanggan. Suatu layanan dapat dikatakan baik
apabila usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pelayanan yang
berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan
dan

tetap

dalam

batas

memenuhi

standar

pelayanan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus
Menurut Pandiangan (2008:5) bahwa “tuntutan pelayanan yang cepat,
mudah, murah, dan akurat merupakan harapan masyarakat, demikian juga dengan
perpajakan.”
Memberikan palayanan yang prima kepada wajib pajak maka wajib pajak
akan senantiasa memenuhi kewajibannya karena merasa senang dan merasa
dimudahkan serta terbantu dalam penyelesaian kewajiban perpajakannya. Hal
tersebut tentunya tidak lepas dari peran vital yang diemban oleh setiap petugas
pajak. Petugas pajak dituntut untuk mampu melayani setiap wajib pajak dengan
baik, sopan santun, memiliki rasa hormat kepada wajib pajak sebagai pelanggan,
serta memiliki keahlian dan pengetahuan dibidang pajak yang tentunya akan
menujang kualitas dari pelayanan dari petugas pajak kepada wajib pajak. Selain itu,
peralatan yang dimilik oleh kantor pajak tentunya juga diperlukan seperti alat
komunikasi, komputer, ruang tunggu yang bagus, nomor antrian, serta peralatan
penunjang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.5.4 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak akan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kesadaran Perpajakan
Nurmatun (2005:121) menyatakan bahwa penegakan dengan tegas undangundang perpajakan atau yang disebut sebagai tax law and enforcement di bidang
perpajakan telah dirumuskan oleh IBFG (international bureau of fiscal
documentation) sebagai:
action taken by the tax authority to ensure that a taxpayer or potential
taxpayer complies whith the tax law, e.g by rendering returns or account
etc. or providing other relevant information, and paying or otherwise
accounting

for tax which is due. Means of enforcement my include

penalties for failure to render returns etc. interest charged on late payment
of tax, criminal prosecution in cases of evasion or fraud atc.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa penegakan hukum dibidang
perpajakan adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat terkait untuk menjamin
supaya WP dan calon WP memenuhi ketentuan uu pepajakan seperti
menyampaiakn SPT, pembukuan dan informasi lain yang eleven serta membayr
pajak pada waktunya. Sarana melakukan penegakan hukum dapat meliputi sanksi
atas kelalaian menyampaiakan SPT, bunga yang dikenakan atas keterlambatan
pembayaran dan dakwaan pidana dalam hal tejadi penyelundupan pajak.

Sanksi pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk melanggar
Undang-undang Perpajakan. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajaknya bila
memandang bahwa sanksi akan lebih banyak merugikannya. Sanksi pajak

Universitas Sumatera Utara

merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(norma perpajakan) akan ituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Sanksi pajak ada dua macam yaitu sanksi administrasi dan sanki pidana. Sanksi
pidana merupakan pembayaran kerugian kepada Negara, khususnya berupa bunga
atau dendan. Sedangkan sanksi pindana adalah siksaan atau penderitaan yang
merupakan suatu alat hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan
dipatuhi. Misalnya sanksi kurungan atau penjara.

2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini hanya memiliki satu sumber penelitian terdahulu yang berasal
dari Seftiawan (2009) dengan judul : “Analisis Faktor Yang Berpengaruh Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus
Pada Wajib Pajak PBB di Desa Semboro Kabupaten Jember).”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), sanksi, pelayanan pajak, dan jangka waktu
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Penelitian ini
termasuk jenis penelitian survei. Peneliti memperoleh data dan informasi dengan
melalui penyebaran kuisioner. Setelah itu dilakukan analisa regresi berganda untuk
mengetahui tingkat pengaruh, signifikan dan dominan dari empat faktor yang
dikemukakan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 1) faktor SPPT,
sanksi, pelayanan pajak dan jangka waktu berpengaruh positif dan signifikan. 2)
berdasarkan analisa regresi berganda menyatakan bahwa pelayanan pajak

Universitas Sumatera Utara

mempunyai pengaruh dominan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
PBB. Diharapkan dengan adanya system pelayanan pajak yang baik dapat
berpengaruh pada peningkatan kepatuhan wajib pajak serta penerimaan PBB dapat
lebih optimal. Disini peneliti ingin melakukan penilitian dengan objek yang berbeda
yaitu “wajib pajak orang pribadi” sebagai objek penelitian.

2.7 Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2006:57) kerangka konseptual merupakan “sintesa
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan.”
Kerangka konseptual merupakan kesimpulan yang bersifat sementara dari
tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti.
Pajak menjadi sumber penerimaan bagi Negara, mengikuti perkembangan
kehidupan sosial dan ekonomi Negara dan masyarakat dari negara tersebut.
Tuntutan akan penerimaan, penyesuaian, struktur perpajakan serta stabilitas dan
penyehatan ekonomi melalui pendekatan fiskal menjadi alasan dari waktu kewaktu
dilakukan reformasi perpajakan yaitu perubahan yang mendasar di segala aspek
perpajakan. Program reformasi perpajakan dapat berhasil apabila menghasilkan
perubahan mendasar dalam sistem perpajakan yang memiliki dua yang saling
mempengaruhi, yaitu struktur pajak serta mekanisme dan institusi yang mengatur
administrasi perpajakan dan kepatuhan perpajakan.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pajak merupakan sumber utama
penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk

Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai
dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum
seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi
dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.
Sampai sekarang kesadaran masyarakat membayar pajak masih belum
mencapai tingkat sebagaimana yang diharapkan. Umumnya masyarakat masih sinis
dan kurang percaya terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan
upeti, memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan, ketidak
mengertian masyarakat apa dan bagaimana pajak dan sulit menghitung dan
melaporkannya. Namun masih ada upaya yang dapat dilakukan sehingga
masyarakat sadar sepenuhnya untuk membayar pajak dan ini bukan sesuatu yang
mustahil terjadi. Ketika masyarakat memiliki kesadaran maka membayar pajak
akan dilakukan secara sukarela bukan keterpaksaan.
Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem
administrasi perpajakan yang meliputi pelayanan pajak dan meningkatkan
pemahaman wajib pajak. Langkah-langkah perbaikan administrasi diharapkan
dapat mendorong kepatuhan wajib pajak melalui cara yaitu misalnya memberikan
pelayanan yang baik, cepat dan menyenangkan serta wajib pajak akan patuh karena
mereka berfikir bahwa mereka akan mendapatkan sanksi berat akibat pajak yang
tidak mereka laporkan terditeksi oleh sistem informasi dan administrasi perpajakan
serta kemampuan crosscheking informasi dengan instansi lain.
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi pelaporan

Universitas Sumatera Utara

kewajiban pajaknya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak lima
variabel yaitu empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel
independen yang digunakan yaitu, pengetahuan wajib pajak (X1), pemahaman
sistem perpajakan (X2), pelayanan fiskus (X3), dan pemahaman sanksi pajak (X4).
Sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu pelaporan kewajiban
perpajakan (Y). Berdasarkan uraian kerangka konseptual diatas, maka penulis
menggambarkan alur kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Pengetahuan Wajib Pajak
Tentang Perpajakan

Pemahaman Wajib Pajak
Tentang Sistem Perpajakan

Pelaporan kewajiban Pajak

Pelayanan Fiskus

Pemahaman Wajib Pajak Akan
Sanksi Perpajakan

Universitas Sumatera Utara

2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis

dapat juga

didefinisikan sebagai pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat
memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan
diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan. Berdasarkan
kerangka konseptual yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

1. Ada pengaruh pengetahuan wajib pajak tentang peraturan pajak terhadap
pelaporan kewajiban perpajakan
2. Ada pengaruh pemahaman sistem perpajakan terhadap pelaporan kewajiban
perpajakan
3. Ada pengaruh pelayanan fiskus terhadap pelaporan kewajiban perpajakan
4. Ada pengaruh pemahaman akan sanksi pajak terhadap pelaporan kewajiban
perpajakan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA GAYAMSARI SEMARANG).

0 3 15

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)

0 2 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaft

0 1 15

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Surakarta).

0 1 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaft

1 2 15

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Medan Petisah)

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Medan Petisah)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Medan Petisah)

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Medan Petisah) Chapter III V

0 0 35

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Medan Petisah)

0 0 1