8. JAWABAN SANGGAHAN PEK. USG COLOR DOPLER

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
SEKRETARIAT DAERAH
UNIT LAYANAN PENGADAAN
Jln. Sao-Siu Dok II Bawah Jayapura

Nomor
Lampiran
Perihal

:
:
:

08/USG-RSUD/Pokja-ULP/XI/2016
1 (satu) set
Tanggapan Sanggahan atas Pekerjaan Pengadaan USG Color Doppler 4D (DAK) Tahun
2016 Kode Lelang 3456041

Kepada Yth :
Direktur Operasional PT. NONA RULITASARY
d/a. Jl. Puri Rambut Selako 55/1547 Bukit Lama Palembang

di palembang-Sumsel
Bersama ini, kami Pokja ULP Provinsi Papua telah melakukan rapat pembahasan atas
sanggahan yang dilakukan oleh Direktur Operasional perusahaan PT. NONA RULITASARY
Sdra. SOFYAN tanggal 24 Nopember 2016 terhadap paket Pekerjaan Pengadaan USG Color
Doppler 4 D (DAK) di RSUD Jayapura Provinsi Papua, terkait penetapan pemenang yang
dilakukan oleh Pokja ULP terhadap PT. Tabi Anugerah Pharmindo, yang diterima oleh pokja
sesuai waktu server tanggal 24 Nopember 2016 jam 17.36
Perlu kami jelaskan bahwa semua proses yang kami laksanakan telah sesuai dengan dokumen
pengadaan yang mengacu pada Perubahan Perpres No. 54 tahun 2010 tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah, yang terakhir kali telah diubah melalui Perpres No. 04 Tahun 2015,
serta Perpres No. 84 tahun 2012 khusus tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam
rangka percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Berdasarkan perihal tersebut diatas, pokja telah menetapkan PT. Minora Timur Raya adalah
SAH sebagai pemenang lelang, yang berorientasi pada prinsip-prinsip pengadaan pada
Perpres No. 04 Tahun 2015, serta Perpres No. 84 tahun 2012. Penjelasan terinci atas 10
(sepuluh) pertanyaan plus yang saudara Direktur Operasional Bpk Sofyan, dapat kami
jelaskan pada lampiran berikut ini.
Demikian Tanggapan sanggahan ini dibuat dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari dokumen pengadaan dan bersifat mengikat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


Jayapura, 28 November 2016
POKJA ULP PROVINSI PAPUA
Ketua

1

Lampiran 1. Jawaban atas sanggahan Pekerjaan Pengadaan USG Color Doppler 4 D (DAK) (Kode
Lelang 3456041) di RSUD Jayapura
Nomor : 08/USG-RSUD/Pokja-ULP/XI/2016
Tanggal : 28 Nopember 2016
1

(Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Berdasarkan PERKA LKPP RI No. 14 Tahun
2012 Lampiran BAB II.A.2.b.3)(5).(b) pada butir 4 penjelasan dari LKPP RI No. B39/LKPP/DIV.2/01/ 2013 tanggal 07 januari 2013 (copy terlampir) menyatakan bahwa
peralatan yang akan dibeli tidak boleh menjurus kepada merk/produk tertentu kecuali untuk
pengadaan suku cadang (spare part) bukan unit.
Tanggapan Pokja :
(1) Dalam Perka 14/2012, memang disebutkan bahwa boleh menyebutkan merk, apabila : (1)
untuk pengadaan suku cadang, (2) pengadaan langsung karena tidak ada kompetesi, (3)
hanya ada (1) penyedia yang mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan kriteria

keadaan tertentu, atau barang khusus berdasarkan justifikasi dan identifikasi yang telah
dilakukan penunjukan langsung,...pasal 38), (4) pekerjaan konstrksi yang bukan
pekerjaan utama.
(2) Pada perpres 4/2015, disebutkan bahwa ada 2 area yang dapat menyebutkan spesifikasi
teknis, yaitu (1) Lingkup penyusunan Rencana Umum Pengadaan(RUP), dan (2) Lingkup
Rencana pelaksanaan pengadaan(RPP). RUP merupakan tanggungjawab PA, sedangkan
RPP merupakan tanggungawab dari PPK.
Pada Perpres 54/2010 pasal 22 ayat 4, bahwa KAK sebagai bagian dari RUP paling sedikit
memuat :
a. Uraian kegiatan yang dilaksanakan
b. Waktu pelaksanaan
c. Spesifikasi teknis barang/jasa yang akan diadakan.
d. Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.
Pada Perpres 54/2010 pasal 11 ayat(1), tugas pokok dan kewenangan PPK adalah
menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa(RPP), yang meliputi (1)
Spesifikasi teknis barang/jasa, (2) HPS, (3) Rancangan kontrak. Kemudian penjelasan pasal
11 ayat 1 huruf a angka 1) menyebutkan bahwa dalam menetapkan spesifikasi teknis
tersebut, PPK memperhatikan spesifikasi teknis dalam Rencana Umum Pengadaan dan
masukan/rekomendasi dari pengguna/penerima akhir.
Selanjutnya pada pasal 81 tentang sanggahan, pada ayat 1 huruf b, peserta pemilihan

yang memasukkan dokumen kualifikasi atau penawaran yang merasa dirugikan, baik
secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya, dapat mengajukan
sanggahan secara tertulis apabila menemukan salahsatunya adanya rekayasa yang
mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat. Rekayasa tertentu adalah upaya
yang dilakukan sehingga dapat mengakibatkan persaingan tidak sehat.
Jadi yang dilarang adalah bukan menyebutkan merk, tapi yang dilarang adalah
melakukan rekayasa tertentu, sehingga mengakibatkan persaingan tidak sehat. Penyebutan
merk pada spesifikasi(KAK) oleh PPK inilah yang menjadi acuan Pokja. Sehingga bagi
pokja ULP, dapat saja menerima penjelasan tambahan dari Saudara pimpinan PT. NONA
RULITASARY, apabila memang diperlukan.
Bahwa setelah dilakukan jastifikasi oleh Pokja ULP atas Spesifikasi yang tertuang dalam
KAK yang selanjutnya dimasukan oleh Pokja dalam dokumen pengadaan adalah Alat USG
dengan spesifikasi yang sangat dibutuhkan oleh pengguna berdasarkan surat pernyataan
yang dibuat oleh pengguna alat tersebut di Bagian Obstetry dan Ginecology Rumah Sakit
Umum Daerah Jayapura

2

2


(Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Pada Dokumen Pcngadaan
No. 01/USGRSUD/Pokja-ULP/XI/2016 Tanggal 08 Nopember 2016 disini dengan jelas-jelas telah
mengarah kepada
merk-merk/produk
tertentu
karena dengan menuliskan
spesifikasi yang sangat menjurus sekali. dan terakhir setelah pemberian penjelasan

spesifikasi bisa dilakukan perubahan yang berarti Pokja ULP Pemerintah Provinsi Papua
tidak konsisten dengan jawaban yang diberikan;
Tanggapan Pokja :
- Dalam pelelangan, pelarangan penyebutan merek dilarang apabila penyebutan merk hanya
dapat dipenuhi oleh satu peserta pelelangan saja. Bila penyedia bisa memenuhi untuk suatu
merek tertentu dalam suatu pelelangan, hal tersebut tidak melanggar prinsip terbuka.
-

Dalam pelelangan cepat (perpres 4 tahun 2015), penyebutan merek diporbelahkan karena
sifat barangnya sudah standar dan penyedianya banyak. Kalau hanya dapat dipenuhi oleh
satu penyedia, maka dapat dilakukan dengan penunjukan langsung walaupun
dilaksanakan dengan lelang cepat. Sejak awal sudah diketahui spesifikasinya, yang

memang diperuntukkan untuk fasilitas kesehatan(tidak boleh sembarang asal murah
seperti merek buatan Cina, yang melaksanakan pekerjaan ini dapat siapa saja yang penting
memenuhi ketentuan pengadaan dibidang Alkes, maka dapat disebutkan Mereknya.

- Dalam BAB III IKP Point B Pasal 11 : Tentang Perubahan Dokumen Pengadaan :

1. Apabila saat pemberian penjelasan terdapat hal-hal/ketentuan baru atau
perubahan penting yang perlu ditampung, maka Pokja ULP menuangkan ke
dalam Adendum Dokumen Pengadaan yang menjadi bagian tidak terpisahkan
dari Dokumen Pengadaan;
2. Perubahan rancangan kontrak, spesifikasi teknis, KAK, gambar dan/atau nilai
total HPS, harus mendapatkan persetujuan PPK sebelum dituangkan dalam
Adendum Dokumen Pengadaan;
3. Apabila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut tidak dituangkan
dalam Adendum Dokumen Pengadaan maka ketentuan baru atau perubahan
tersebut dianggap tidak ada dan ketentuan yang berlaku adalah yang tercantum
dalam Dokumen Pengadaan yang awal;
4. Setelah Pemberian Penjelasan dan sebelum batas akhir waktu pemasukan
penawaran, Pokja ULP dapat menetapkan Adendum Dokumen Pengadaan,
berdasarkan informasi baru yang mempengaruhi substansi Dokumen

Pengadaan;
5. Setiap Adendum yang ditetapkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Dokumen Pengadaan.
6. Pokja ULP dapat mengumumkan Adendum Dokumen Pengadaan dengan cara
mengunggah (upload) file adendum dokumen Pengadaan melalui aplikasiSPSE
paling lambat 2 (dua) hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran. Apabila
Pokja ULP akan mengunggah (upload) file Adendum Dokumen Pengadaan
kurang dari 2 (dua) hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran, maka
Pokja ULP wajib mengundurkan batas akhir pemasukan penawaran.
7. Peserta dapat mengunduh (download) Adendum Dokumen Pengadaan yang
diunggah (upload) Pokja ULP pada aplikasi SPSE (apabila ada).
3.

Sesuai Pasal 17 PERPRES 54 Tahun 2010 beserta perubahaannya, Pokja ULP
Pemerintah Provinsi Papua Punya Hak dan Kewajiban akan tetapi tidak mau dengan
alasan wewenang PPK/SKPD, buat apa Pasal 17 ditetapkan dalam PERPRES 54 Tahun
2010 beserta perubahannya,disini Pokja ULP Pemerintah Provinsi Papua walaupun
sudah mempunyai sertifikat pengadaan kurang menguasai hak dan kewajiban yang
ditetapkan dalam Pasal 17 PERPRES 54 Tahun 2010 beserta perubahaannya. bukti
jawaban jawaban yang diberikan kepada kami.


3

Tanggapan Pokja :
- Benar, Pasal 17 PERPRES 54 Tahun 2010 beserta perubahaannya, mengatur

-

-

tentang hak dan kewajiban Pokja ULP/Pejabat Pengadaan; namun perlu diingat
bahwa dalam Pasal 17 PERPRES 54 Tahun 2010 beserta perubahannya tidak ada
klausul yang menyatakan behawa Pokja menghimbau distributor untuk
memberikan dukungan kepada penyedia yang mau ikut pelelangan;
Bahwa yang dimaksud dengan tidak ada hubungan dengan pernyataan kami pada
saat penjelasan pekerjaan adalah sehubungan dengan permintaan saudara untuk
pokja menghimbau distributor untuk memberikan dukungan kepada penyedia, jadi
menurut Pokja ULP Provinsi Papua, Pernyataan saudara mengada-ada.
Bahwa sesuai dengan Pasal 17 PERPRES 54 Tahun 2010 beserta perubahaannya
ayat 3 menyatakan bahwa :

Selain tugas pokok dan kewewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam
hal diperlukan Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan dapat mengusulkan kepada
PPK:
a. perubahan HPS; dan/atau
b. perubahan spesifikasi teknis pekerjaan

4. (Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Kami tanggal 10 dan 11 November 2016
mengajukan permohonan dukungan dan harga kepada PT.MULYA HUSADA JAYA 3
(tiga) kali melalui email (bukti terlampir);
Tanggapan Pokja :
(1) Terkait dengan permohonan dukungan dan harga dari PT. NONA RULITASARY ajukan
terhadap PT. MULYA HUSADA JAYA melalui Email, selaku Distributor, pada prinsipnya
kami tidak perlu meneliti sejauh itu, yang terpenting bahwa dari pihak pokja tidak ada
intervensi apapun, terkait permintaan saudara untuk mendapatkan surut dukungan
dimaksud.
(2) Apabila kedepannya memang benar dugaan saudara, bahwa perusahaan distributor
tersebut secara sengaja atau tidak kooperatif permohonan saudara, maka patut
diragukan kemampuan dan kredibilitas dari perusahaan distributor tersebut. Kami
juga sangat menyayangkan tindakan yang diperbuat oleh distributor tersebut,
apabila terbukti menyebabkan persaingan tidak sehat, sekaligus tindakan tersebut

dapat dituntut karna ada indikasi untuk menghalang-halangi penyedia untuk
mengikuti proses pelelangan.
(3) Terkait bukti terlampir yang saudara sampaikan, kami telah membacanya dengan
seksama. Namun perlu kami sampaikan bahwa terkait permohonan dukungan
sebenarnya saudara masih punya waktu yang cukup untuk melakukan komunikasi
baik dengan distributor karna waktu pengumuman yang cukup panjang (± 7 HK)
(4) Secara implisit, pokja tidak dapat melakukan intervensi kepada distributor untuk
membantu saudara dalam mengikuti proses pelelangan ini. Demikian penjelasan
kami.
5

(Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Sesuai IKP BAB III Pasal 4 Dokurnen
Pengadaan No
01/ USG-RSUD/Pokja-ULP/XI/2016 Tanggal 08 Nopember 2016
(didalamnya sudah termasuk PEPRES 84/2012) dengan jelas perbuatan Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme (KKN) serta Diskriminasi dilarang dalam pengadaan ..
Ketentuan in i diadopsi dari Pasal 10, Pasal 17, Pasal 22 dan Pasal 25 Undangundang n o 5 tahun 1999 tentang monopoli. maka dengan tidak memberikan
dukungan dan harga kepada PT Nona Rulitasary adalah salah satu perbuatan
diskriminasi antara peserta/penyedia pengadaan. Kami Menduga pemenang lelang
sudah dipersiapkan.


4

Tanggapan Pokja :
(1). Pada IKP BAB III Pasal 4 Dokumen Pengadaan No. 01/ USG-RSUD/PokjaULP/XI/2016 tanggal 08 nopember (didalamnya sudah termasuk Perpres
84/2012), disebutkan bahwa perbuatan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN)
serta Diskriminasi dilarang dalam pengadaan. Ketentuan ini diadopsi dari Pasal
10, Pasal 17, Pasal 22 dan Pasal 25 Undang-undang n o 5 tahun 1999 tentang
monopoli. Terkait dengan hal ini, kami sangat sepakat dan mendukung pasal
tersebut.
(2). namun demikian, dengan tidak diberikannya surat dukungan dan harga

(3)

6

kepada PT Nona Ruliytasari, kami tidak dapat menilai dan memutuskan bahwa telah terjadi
perbuatan diskriminasi antara peserta/penyedia pengadaan, karena proses untuk mendapat
dukungan dari distributor adalah bagian dari usaha penyedia masing-masing dalam mendapatkan
dukungan dari distributor dan apabilan saudara tidak mendapat dukungan dari PT.MULYA HUSADA
JAYA, perlu saudara klarifikasi kenapa penyedia lain mendapat dukungan sedangkan perusahaan
saudara tidak diberikan dukungan.
Bahwa Penetapan PT. MENORA TIMUR RAYA sebagai pemenang lelang Paket Pekerjaan Pengadaan
USG Color Doppler 4D sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam dokumen pengadaan.

(Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

derajatnya lebih tinggi dari PERPRES, karena PERPRES juga dibuat berdasarkan Undangundang, maka PT.MULYA HUSADA JAYA sudah terbukti melakukan perbuatan
diskriminasi karena hanya memberikan dukungan kepada 2 (dua) perusahaan saja
yaitu : PT. MINORA TIMUR RAYA dan PT. GROVANI UTAMA saja;
Tanggapan Pokja :
(1). Kembali kami tegaskan bahwa kegiatan pelelangan Pengadaan USG COLOR DOPPLER 4D
ini dilakukan atas 7(tujuh) prinsip-prinsip pengadan yaitu Efisien, Efektif, Terbuka dan
bersaing, Transparan, dan Adil/tidak diskriminatif dan akuntable. Khusus pada perbuatan
diskriminasi, kami sampaikan bahwa proses pengadaan ini diperlakukan sama terhadap semua
calon yang berminat sehingga pokja telah berupaya untuk mewujudkan adanya persaingan
sehat dan tidak ada niat yang mengarah kepada pemberian keuntungan kepada pihak tertentu
dengan dan atau alasan apapun.
(2). Terkait UU No 5 Tahun 1999 yang derajatnya lebih tinggi dari Perpres, memang benar bahwa
Perpres juga dibuat bersasarkan Undang-undang. Namun kami tegaskan bahwa kami belum
mengetahui secara pasti dan jelas apakah PT. MULYA HUSADA JAYA telah melakukan
perbuatan diskriminasi. Dan apabila memang menimbulkan sistem persaingan tidak sehat yang
menimbulkan tindakan diskriminasi, silahkan dilaporkan saja kepada Komisi Pengawas
Persingan Usaha (KPPU) RI .
(3). Menurut UU No 5 Tahun 1999, sudah jelas akan larangan praktek monopoli dan persainga n
usaha tidak sehat. Pada pasal 17, dijelaskan bahwa (a) pelaku usaha dilarang untuk melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, (b) Pelaku usaha patut
diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), apabila : (i) barang dan atau jasa yang
bersangkutan belum ada subsitusinya, atau (ii) mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat
masuk kedalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama, atau (iii) satu pelaku usaha
atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar atau jenis barang
atau jasa tertentu.
(4). Pada pasal 18 tentang monopoli, dijelaskan bahwa :
a. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjdi pembeli tunggal atas
barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
b. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang
atau jenis tertentu.
5

(5). Dari penjelasan UU no 5 tahun 1999, pasal 17 dan 18 kami menyimpulkan bahwa kami telah
bekerja melakukan proses tahapan lelang dengan sebaik mungkin sebagaimana dokumen KAK
yang diberikan oleh PPK, namun terkait praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat kami belum dapat menyimpulkan dan penting dilakukan aduan kepada Komisi Pengawas
Persaingan usaha (KPPU), apabila memang diduga melakukan pelanggaran tersebut.

7.

(Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Dimana dalam pembukaan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 dengan jelas menyebutkan bahwa penyusunan spesifikasi yang
menjurus adalah perbuatan MONOPOLI, karena pengadaan USG ini sudah sangat
menjurus kepada Product Voluson 8-E dan di Indonesia banyak Product lain yang
mengikuti pelelangan ini, ada dari Philips dan Siemens;

Tanggapan Pokja :
(1). Dalam
pembukaan
Undang-undang
N0 5 TAHUN 1999 dengan jelas
menyebutkan bahwa adanya larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat, yang mana KPPU menjalankan tugas uuntuk mengawasi perihal, yaitu perjanjian
yang dilarang dengan pihak lain untuk bersama-sama mengontrolproduksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasayang dapat menyebabkan praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga, diskrimiasi harga,
boikot perjanjian tertutup, oligopoli, predatry pricing, pembagian wilayah, kartel,
trust(persekutuan), dan perjanjian dengan pihak luarnegeri yang dapat menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat. Kehadiran KPPU diharapkan dapat mengawal UU No 5
Tahun 1999. Kami selaku pokja sepakat, bahwa apabila terjadi kekeliruan proses lelang
ini akan dibawa ke KPPU.
(2).

Terkait penyebutan spesifikasi teknis yang menjurus, kami jelaskan sebagai
berikut.
Merujuk pada pasal 22 ayat 4 : RUP paling sedikit memuat antara lain uraian
kegiatan yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan, spesifikasi teknis dan total
perkiraan pekerjaan. Sedangkan pada pasal 11 ayat 1 huruf a Perpres 4/2015,
menyebutkan bahwa PPK bertugas/ dan berkewenangan “menetapkan Rencana
Pelaksanaan Pengadaan Barang (yaitu USG Color Doppler 4D)” yang meliputi
“SPESIFIKASI TEKNIS BARANG/JASA. Jadi kami berpendapat bahwa dalam
menetapkan spesifikasi teknis tersebut, PPK telah memperhatikan spesifikasi
teknis dalam RUP, dan telah menerima masukan/rekomendasi dari PA/KPA. Jadi
kami mohon maaf, apabila hal tersebut dianggap oleh penyedia sebagai
“penyusunan
spesifikasi yang menjurus perbuatan monopoli”, yang menurut
pemikiran kami tidaklah demikian.

(4). Pada kegiatan ini, yang dimaksud dengn monopoli adalah penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu
oleh satu kelompok pelaku usaha. Sedangkan praktek monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkandikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Kegiatan yang menjurus kepada produk
Conmed-IM8000-USA adalah upaya untuk menjamin kualitas barang demi
kepentingan pemeriksaan medis, yang benar-benar terjamin dan dapat
dihandalkan, karna dikuatirkan apabila tidak disebutkan akan didapatkan
kualitas barang yang rendah, tidak tahan lama serta berakibat fatal bagi pasien
pada saat dilakukan operasi. Hal inilah yang mendasari dicantumkannya
langsung produknya guna menghindari barang yang asal-asalan dan justru
membahayakan masyarakat.
8

(Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Kami tidak akan berhenti sampai dengan
sanggahan saja, kami akan melanjutkan ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPURI) hingga ke Pengadilan karena dengan jelas-jelas pelelangan menurut kami
6

kuat dugaan telah terjadi pengaturan dengan membuat spesifikasi yang sangat
menjurus sekali dan perlakuan Diskriminasi adalah merupakan perbuatan Monopoli
dapat dimasukkan dalam perbuatan Pidana yang sekarang sedang digalakkan oleh
Presiden Jokowi untuk diberantas.
Tanggapan Pokja :
(1) Kami menyampaikan bahwa selaku Aparat Sipil Negara(ASN), kami sangat mendukung upaya
persaingan usaha yang sehat, dan menghindari monopoli karena memang itulah tujuan utama
kami selaku pokja. Kami juga sangat mendukung upaya menghapus kegiatan monopoli yang
telah disampaikan dari paling kita hormati Bapak Presiden Jokowi. Namun perlu kami
sampaikan pula, bahwa perlu juga pendalaman pemahaman dan pengertian tentang
“Persaingan usaha dan Monopoli”.
(2) Pada prinsipnya, pokja hanya berusaha sebaik mungkin dan secara profesional
mempertaruhkan segala tenaga dan kemampuan untuk mendapatkan produk yang diinginkan
oleh PPK, yaitu barang yang berkualitas tinggi, tahan lama, dan serta mempermudah tenaga
medis menggunakan alat sekalgus meningkatkan persentase pengobatan kepada masyarakat.
(3) Pokja tidak ada niat sedikitpun untuk menghambat penyedia lainnya khususnya PT. NONA
RULITASARY yang berkedudukan di Puri Rambut Selako Bukit Lama Palembang. Kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas segala koreksi dan masukan yang diberikan kepada kami
selaku Pokja.
Kami memohon maaf, apabila ada hal yang kurang berkenan dari penyampaikan, demi
perbaikan yang lebih baik lagi kedepannya.
9.

(Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY). Dengan penunjukkan
pemenang PT.
MENORA TIMUR RAYA, kami duga terjadi penggelebungan harga (mark-up) hampir
Rp. 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah). PPK/Pokja ULP Pemerintah Provinsi Papua sudah
4 D o k u m e n Pengadaan No 01/ USG-RSUD/Pokjamelanggar IKP BAB III Pasal
ULP/XI/2016 Tanggal 08 November 2016 yang dibuat sendiri oleh Pokja serta
melanggar Perka LKPP RI No 14 Tahun 2012 yang merupakan petunjuk pelaksanaan
pelelangan yang ditetapkan oleh LKPP Rl dijelaskan kembali oleh dengan surat LKPP
RI No : B-39/LKPP/DIV.2/01/2013 tanggal 07 Januari 2013.
Tanggapan Pokja :
(1) Pernyataan saudara terkait adanya penggelembungan harga(mark-up), sangat tidak
berdasar, tanpa melakukan klarifikasi lebih dahulu kepada PPK, Pokja ataupun distributor
utama, meskipun saudara menyampaikan bahwa DIDUGA terjadi penggelembungan
harga (mark-up) sebesar Rp. 300.000.000,- Dalam hal ini secara tegas kami sampaikan,
bahwa harga penawaran dari PT. MENORA TIMUR RAYA, merupakan harga yang
terbaik setelah dilakukan proses evaluasi administrasi, teknis dan harga.
(2) Tapi kami perlu jelaskan pula, bahwa dalam penyusunan HPS oleh PPK, telah memenuhi
standart biaya(cost) antara lain : Harga dasar, biaya over head(± 10%), biaya kirim dan
Biaya PPN (10%). Pokja telah memastikan nilai HPS ini telah benar-benar valid dan benar,
sesuai dengan daftar permintaan harga yang dilakukan oleh PPK kepada Distributor. Pokja
telah melakukan finaslisasi nilai HPS melalui Kaji Ulang dokumen pengadaan, sehingga
harga yang tertera pada HPS, sudah memenuhi ketentuan tata cara penyusunan HPS.
(3) Terkait Surat Perka LKPP RI No. 14 tahun 2012, sebagai Petunjuk pelaksanaan pelelangan:
(a) Apabila dipandang perlu, maka dapat dilakukan penjelasan pekerjaan(dikenal
:Aanwizing) lanjutan atau diulang.
(b) Penegasan kepada dokumen apa saksi memaraf dokumen penawaranasli yang bukan
miliknya.
(c) Penegasan walaupun peserta tidak mau menandatangani BA Pembukaan Penawaran,
maka BAPP tersebut tetap sah.
(d) Penegasan tanggal penerbitan Surat Keterangan Fiskal(SKF) yang digunakan sebagai
pemenuhan persyaratan perpajakan, serta
(e) Aturan negosiasi kepada calon pemenang cadangan 1 dan 2, apabila pemenang
mengundurkan diri pada pelelangan umum dihapuskan.

7

10.

SURAT KUASA.
Catatan : (Pertanyaan dari PT. NONA RULITASARY)..........
1. Mengenai Surat Kuasa tolong POKJA ULP Pemerintah Provinsi Papua baca
lampiran surat penawarn kami No 01/USG_Jayapura/XI/2016 t a n g g a l 1 5
November 2016 dengan jelas LKPP RI menjelaskan dalam surat nya No.: B468.I/LKPP/D-IV.1.I/10/2011 tanggal 19 Oktober 2011 (terlampir).
2

Karena Kuasa ini diatur didalam Pasal 103 Undang-undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), disini Pokja sudah sejak
pemberian penjelasan masih kurang membaca literature-literature dan masih
harus belajar kembali tata cara pelelangan yang benar yang diatur didalam
undang-undang yang menjadi dasar hukurn dari pembuatan PEPRES.

3

Maka saya
berhak
untuk menanda
tangani sejak
surat
penewaran
sampai
dengan pengaduan kemanapun karena saya
berdasarkan hukum yang diatur didalam Undang-undang vang derajat
hukum d1 Indonesia jauh lebih tinggi dari PEPRES Jud1 saya TIDAK AKAN
untuk melakukan sesuatu diluar H U K U M .

4. Sebagai konsekuensinya penunjukkan pemenang lelang PT. MENORA TIMUR
Garuda Blok D 182 BTN Skyland Indah Kotaraja Jayapura
telah
RAYA, JI.
melanggar Dokumen Pengadaan yang dibuat secara sah serta PEPRES
54/2010 beserta perubahannya, maka pelelangan harus dibatalkan dan
dilakukan
pemeriksaan
secara
menyeluruh
terhadap
Pokia
ULP Pemerintah
Provinsi Papua,PPK/KPA mengapa perbuatan ini
dilakukan,karena
sebagai
pelaksana
pelelangan Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerinah
sudah lulus
dan mempunyai sertifikat
pengadaan, ada apa???
mengapa tetap melakukan perbuatan ini dan patut dipertanyakan !!!

Tanggapan Pokja :
A.

Terkait Kuasa Direktur.
1. Berdasarkan Pasal 1 UU PT No. 40/2007 pengertian Perseroan Terbatas (Perseroan)
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
ini serta peraturan pelaksanaannya.
2.

Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi ( akta yang dibuat
oleh notaris ) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas,
modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh
menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri
Kehakiman). Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat
sebagai berikut:

Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang
Jadi berdasarkan ketentuan tersebut, sudah jelas bahwa Kuasa Direktur, yang
diberikan kepada Direktur Operasional Sdra. SOFYAN, haruslah yang terdaftar di
Akta Notaris.

B. Terkait Sanggahan dari Penyedia, dijelaskan pada Perpres No 04 tahun 2015, disebutkan :
(33.1) Peserta yang memasukkan penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara
elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada Pokja ULP dalam
waktu yang telah ditetapkan dengan disertai bukti terjadinya penyimpangan dan
8

dapat ditembuskan secara offline (di luar aplikasi SPSE) kepada PPK, PA/KPA dan
APIP sebagaimana tercantum dalam LDP.
(33.2) Sanggahan diajukan oleh peserta apabila terjadi penyimpangan prosedur meliputi:
a. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 beserta petunjuk
teknisnya dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan;
b. rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan usaha yang sehat;
dan/atau
c. penyalahgunaan wewenang oleh Pokja ULP dan/atau pejabat yang berwenang
lainnya.
(33.3) Pokja ULP wajib memberikan Tanggapan secara elektronik atas semua sanggahan
paling lambat [5 (lima) hari kalender (untuk pelelangan umum)]/[3 (tiga)hari
kalender (untuk pemilihan langsung)] setelah menerima surat sanggahan.
(33.4) Apabila sanggahan dinyatakan benar maka Pokja ULP menyatakan pelelangan gagal.
C. Keabsahan Kuasa Direktur.
Pasal 86, sangat jelas disampaikan sebagai berikut :
(1) PPK menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa untuk
ditandatangani.
(2) Penandatanganan
Kontrak
Pengadaan
Barang/Jasa dilakukan setelah
DIPA/DPA ditetapkan.
(2a) Dalam hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului
pengesahan DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau
ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan, proses
pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak
setelah dilakukan
revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dibatalkan.
(3) Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan.
(4) Penandatanganan
Kontrak
Pengadaan
Barang/Jasa yang kompleks
dan/atau
bernilai
diatas Rp100.000.000.000,00
(seratus
miliar
rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak.
(5) Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
atas
nama
Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya
dalam
Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah
didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(6) Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta
Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana
dimaksud
pada ayat (5), dapat
menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang pihak tersebut adalah
pengurus/karyawan perusahaan yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan
mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak
yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
Demikian Tanggapan Pokja atas sanggahan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

9

Lampiran. 2 Contoh Surat Kuasa Direktur dari Notaris.
SURAT KUASA DIREKTUR
Nomor : ...........
... Pada hari ini,......... tanggal ..........................menghadap kepada saya, ..........., Sarjana
Hukum, notaris di ......., dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, --notaris, kenal dan
akan disebutkan pada bagian akhir akta-ini : ---------------------------------------------------- ........................................................Penghadap telah dikenal oleh saya, notaris. -------------Penghadap dengan ini telah memberi kuasa kepada : -------..........................................................---------------------- K H U S U S ----------------------untuk dan atas nama penghadap bertindak sebagaimana ------tersebut di atas
demikian sah mewakili Direktur dari dan -sebagai demikian untuk dan atas nama
perseroan ...........tersebut di atas, mengurus segala hal urusan keuangan ----perseroan
.......... tersebut, termasuk perbankan, khusus-dalam menangani segala pelaksanaan
pekerjaan/proyek : ----Proyek Pengembangan Teknologi Dan Sarana Logistik Rehabilitasi Dolog Jawa Barat.Untuk : --------------------------------------------------a.
menagih dan menerima seluruh pembayaran termin yang ---diperuntukan guna
pekerjaan/proyek tersebut ; ---------b. melakukan segala pembayaran-pembayaran
termasuk -------melunasi segala pembayaran pajak-pajak dan denda-denda-yang
berhubungan dengan pekerjaan/proyek tersebut dan -meminta kwitansi untuk
pembayaran-pembayaran tersebut ;c. membuka rekening atas nama perseroan tersebut
pada ----Cabang ......., secara giro atau dengan cara lain -----mengambil kembali uanguang itu dan untuk itu ---------menanda-tangani dan memberi cheque-cheque, ----------Kewajiban selaku Penyedia.
Pada Perpres No. 04 Tahun 2015, Pasal 19 Ayat (1), disebutkan bahwa Penyedia
pelaksanaan
Pengadaan
Barang/Jasa
wajib memenuhi memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan untuk menjalankan kegiatan/usaha, secara hukum mempunyai kapasitas untuk
mengikatkan diri pada Kontrak;
Jayapura, 28 November 2016
An. POKJA ULP PROVINSI PAPUA
Ttd
Ketua

10