Pelaksanaan Pengalihan Aset Yayasan yang Belum Disesuaikan Dengan Undang-Undang Yayasan (Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana Diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004)

BAB II
KEDUDUKAN ASET YAYASAN SEBELUM TERBITNYA UNDANGUNDANG NO.16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN SEBAGAIMANA
DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO.28 TAHUN 2004 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO.16 TAHUN 2001
A. Dasar Hukum Yayasan
1.

Sejarah Terbentuknya Perundang-undangan Tentang Yayasan
Yayasan, konon kabarnya sudah lama ada sebelum abad Masehi dimulai

sejak jaman Pharaoh di Mesir22, bahkan Yayasan sebagai suatu organisasi jauh lebih
tua dari berbagai organisasi usaha yang lain, misalnya organisasi usaha Perseroan
Terbatas, Firma, Perseroan Komanditer dimana lembaga-lembaga tersebut baru
dikenal di Hindia Belanda pada tahun 1847 yaitu ketika diundangkan beberapa
peraturan perundangan23, akan tetapi ironisnya di Indonesia sampai abad ke 21 (dua
puluh satu), peraturan tentang yayasan ini belum mempunyai peraturan perundangan
yang mengatur secara khusus mengenai Yayasan, padahal disisi lain yayasan sudah
mulai berkembang di Indonesia, sehingga dengan demikian keberadaan yayasan saat
ini merupakan realita yang harus diterima.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, belum ada keseragaman
tentang cara mendirikan yayasan. Pendirian Yayasan hanya didasarkan pada

kebiasaan dalam masyarakat, karena belum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang cara pendirian yayasan, serta keharusan pembentukan yayasan
22

Chatamarrasjid Ais, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Cet I.PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001, halaman 1 dan 2
23
Werboek van Koopenhandle (WvK) atau Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dalam stb 1947
Nomor 23

21

Universitas Sumatera Utara

22

melalui akta Notaris.24Dalam KUHPerdata pengaturan tentang yayasan juga tidak
terdapat, demikian juga dalam KUHDagang dan peraturan-peraturan lainnya pun
tidak mengaturnya. Sebelum hadirnya Undang-Undang No.16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, maka Badan Hukum Yayasan hanya hadir sebagai kebutuhan hukum.

Kehadiran Yayasan hanya ditopang oleh hukum kebiasaan dalam masyarakat dan
Yurisprudensi, belum ada keseragaman peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang tata cara pendirian suatu yayasan, serta keharusan pembentukan
yayasan melalui akta Notaris. Hal ini mengakibatkan perdebatan mengenai status
yayasan sebagai badan hukum atau bukan, masih terus berlangsung.
Pada saat itu masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud untuk
berlindung dibalik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai
tempat mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga
untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus dan Pengawas. Padahal peranan dari
Yayasan bergerak di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan yang keliatan, tetapi
tidak ada satupun Undang-Undang yang mengatur secara terperinci dan tegas tentang
yayasan.
Kemudian kedudukan Yayasan dimasukkan sebagai Badan Hukum. Yayasan
adalah suatu badan hukum yang di lahirkan oleh suatu pernyataan kehendak.
Pernyataan kehendak ini harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu
tujuan tertentu dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan
digunakan.
24

Anwar Borahima, Op.Cit. halaman 22


Universitas Sumatera Utara

23

Yayasan dalam bahasa Belanda disebut stichting, dalam KUHPerdata yang
berlaku di Indonesia tidak terdapat pengaturannya , istilah yayasan dapat dijumpai
dalam beberapa ketentuan yang terdapat dalam Pasal 365, Pasal 899, Pasal 900 dan
Pasal 1680 KUHPerdata25.
Pada masa sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, ada kecenderungan
masyarakat memilih bentuk yayasan antara lain alasan:
1. Proses pendiriannya sederhana;
2. Tanpa pengesahan dari Pemerintah;
3. Adanya Persepsi (yang salah) dari masyarakat bahwa Yayasan bukan
merupakan subyek pajak26.
Akibatnya yang sering terjadi dalam prakteknya dikalangan masyarakat
adalah terdapat beberapa bentuk-bentuk Yayasan dengan peruntukan atau tujuan yang
berbeda-beda, sehingga yayasan-yayasan itu dapat digunakan untuk tujuan apapun
tanpa batasan, dan banyak yayasan yang digunakan sebagai sumber keuntungan
sehingga yayasan tersebut tidak murni sosial tetapi lebih kepada mencari

profit/keuntungan bagi pendirinya dibalik kedok sosial dan kemanusiaan. Tanpa
adanya peraturan tertulis tentang Yayasan, mengakibatkan tidak adanya keseragaman
hukum yang dapat dijadikan dasar bagi suatu yayasan dalam menjalankan
kegiatannya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Keadaan yang seperti ini
tidak luput dari kelemahan yang dimiliki oleh sebuah yayasan. Ada beberapa
25

Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf,. Eresco, Bandung, 1993,
halaman 165
26
Suyud Margono,Badan Hukum Yayasan, Dinamika Praktek,Efektivitas & Regulasi Di Indonesia,
Pustaka Reka Cipta,Bandung, 2015,halaman 4

Universitas Sumatera Utara

24

kelemahan yang dapat ditemui dalam prakteknya, antara lain bahwa yayasan bersifat
tertutup, status hukumnya tidak jelas, dan pengelolaannya belum professional.
Di Indonesia setelah 56 (lima puluh enam) tahun merdeka baru mempunyai

peraturan mengenai yayasan, yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, yang diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2001 dalam Lembaran Negara
RI Tahun 2001 No.112 dan Tambahan Lembaran Negara RI No.4132, dan mulai
berlaku sejak tanggal 6 Agustus 200227. Dalam rangka untuk menjamin kepastian dan
ketertiban hukum agar yayasan berfungsi sebagaimana mestinya maka diharapkan
Undang-Undang tersebut dapat mencapai tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan
dan akuntabilitas kepada masyarakat.
Lahirnya Undang-Undang Yayasan tersebut dipandang tergolong lama, jika
diukur sejak Indonesia merdeka, kelahiran Undang-Undang Yayasan seolah-olah
menunggu setelah adanya Reformasi dan dikatakan baru terpikirkan ketika Negara
memasuki era Reformasi. Lambatnya pengaturan tentang yayasan ini mengakibatkan
lambatnya masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap Undang-Undang tersebut
terutama bagi yayasan yang telah berdiri sebelumnya, karena masyarakat terbiasa
mengelola yayasan dengan cara tradisional yang norma-normanya telah internalized
atau mendarah daging. Sedangkan Undang-Undang Yayasan dibentuk dengan
tujuannya digunakan untuk melakukan perubahan masyarakat (agent of change), agar
yayasan dapat sebagai lembaga yang dikelola professional dan mampu berperan
maksimal di masyarakat28.
27


Gatot Supramono., Op.Cit., halaman 7

28

Ibid.,, halaman 8

Universitas Sumatera Utara

25

Terbitnya Undang-Undang No.16 Tahun 2001 tersebut karena fakta dalam
praktek hukum status dari yayasan tersebut digunakan untuk tumpuan dari kegiatan
yang seharusnya hanya sebatas kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan tetapi dalam
perkembangannya digunakan untuk memperkaya para pendirinya. Oleh karena itu
tujuan dari yayasan itu harus dikembalikan dan untuk inilah maka perlu dibuatlah
Undang-Undang yang mengaturnya. Undang-Undang Yayasan ini dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan
kemudian pula bisa menjamin kepastian dari ketertiban hukum serta mengembalikan
fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuannya tersebut.
Proses pendirian yayasan yang mudah mendorong orang untuk mendirikan

yayasan dalam menjalankan kegiatan mereka. Oleh karenanya yayasan berkembang
di masyarakat tanpa ada aturan yang jelas, banyak yayasan disalahgunakan dan
menyimpang dari tujuan semula yaitu bidang sosial kemanusiaan. Sedangkan status
hukumnya sebagai badan hukum masih sering dipertanyakan oleh banyak pihak,
karena keberadaan yayasan sebagai subyek hukum belum mempunyai kekuatan
hukum yang tegas dan kuat. Dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 27 Juni 1973 Nomor 124K/Sip/1973 berpendapat bahwa yayasan
adalah badan hukum29. Yayasan yang telah ada sebelum berlakunya Undang-Undang
Yayasan tersebut, dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri tetap diakui sebagai
badan hukum. Hal ini merupakan hak yang telah diperoleh yayasan sebelumnya, oleh
karena itu sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku, hak tersebut tidak dapat hilang
29

Ibid., halaman 3

Universitas Sumatera Utara

26

begitu saja. Akan tetapi bagaimana tata cara yang harus dipenuhi oleh pengelola

yayasan untuk memperoleh status badan hukum tersebut masih juga belum secara
jelas diatur dalam peraturan perUndang-Undangan, keberadaan lembaga yayasan
hanya didasarkan pada kebiasaan, doktrin dan yurisprudensi Mahkamah Agung. Hal
ini menunjukkan walaupun tidak disebutkan secara tegas, yayasan di Indonesia telah
diakui pula sebagai badan hukum.
Untuk diakui sebagai badan hukum yayasan harus memenuhi:
a) Syarat materiil yang terdiri dari :
a.

harus ada pemisahan harta kekayaan.

b.

adanya suatu tujuan tertentu.

c.

suatu organisasi.

b) Syarat formil :

a.

dengan akta autentik30.
Umumnya yayasan selalu didirikan dengan akta notaris sebagai syarat

bagi terbentuknya suatu yayasan. Namun ada juga yayasan yang didirikan
oleh badan-badan pemerintah dilakukan atau dengan suatu Surat Keputusan
dari pihak yang berwenang untuk itu atau dengan akta notaris. Didalam akta
notaris yang dibuat tersebut dimuat ketentuan tentang pemisahan harta
kekayaan oleh pendiri yayasan, yang kemudian tidak boleh lagi dikuasai oleh
pendiri. Akta Notaris itu tidak didaftarkan di Pengadilan Negeri dan tidak pula
diumumkan dalam berita negara. Para pengurus yayasan tidak diwajibkan
30

Ali Rido., Op.,Cit. halaman 115

Universitas Sumatera Utara

27


untuk mendaftarkan dan mengumumkan akta pendiriannya, juga tidak
disyaratkan pengesahan aktanya Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia.
Kemudian setelah Undang-Undang Yayasan No.16 Tahun 2001 tersebut
berjalan kurang lebih 2 (dua) tahun, pemerintah merasa ada beberapa pasal yang
kurang dan perlu diubah kembali sehingga dikeluarkanlah Undang-Undang No. 28
Tahun 2004 perubahan atas Undang-Undang No.16 Tahun 2001 pada tanggal 6
Oktober 2004 melalui Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.115 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4430, dan mulai berlaku sejak
tanggal 6 Oktober 2005, satu tahun setelah diundangkan31.
Perubahan yang terjadi terhadap Undang-Undang Yayasan ini sangat cepat,
ini menunjukan bahwa masalah tentang yayasan sangat banyak dan tidak sederhana
sehingga diperlukan aturan yang bisa membatasinya dan mengaturnya secara tegas
dan kuat. Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 ini tidak mengganti
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Perubahan yang dilakukannya hanya
mengganti sebagian pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001. Jadi Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 tidak mengganti
seluruhnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 200132.
Diterbitkannya Undang-Undang tentang Yayasan ini dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat yang benar tentang yayasan. Undang-


31
32

Gatot Supramono, Op.Cit,halaman 8
Ibid., halaman 9

Universitas Sumatera Utara

28

Undang menegaskan bahwa yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai
maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang didirikan
dengan syarat formal yang ditentukan dalam undang-undang ini dan sangat
diharapkan bisa menjadi dasar hukum yang kuat untuk mengatur tata cara pendirian
dan pengelolaan yayasan.
Menurut Sentosa Sembiring, yang menyatakan ada beberapa pandangan
terhadap pernyataan apakah Yayasan boleh mencari untung, pandangan pertama
menyatakan bahwa Yayasan dalam menjalankan kegiatan sosialnya tidak perlu repotrepot dalam mencari sumber dana sebab dana telah tersedia untuk itu. Pada umumnya
jenis yang telah mempunyai sumber dana tetap adalah Yayasan yang dikelola oleh
perusahaan-perusahaan

besar.

Perusahaan

tersebut

menyisihkan

sebagian

keuntungannya untuk kegiatan sosial. Pendapat kedua yang mengemukakan Yayasan
boleh saja mencari untung. Hanya saja keuntungan yang diperoleh harus digunakan
untuk kepentingan Yayasan. Jenis Yayasan seperti ini tampak cocok untuk Yayasan
yang belum mempunyai dana abadi33. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya,
yayasan membutuhkan dana agar yayasan tersebut bisa berjalan dengan lancar, untuk
itu dalam perkembangannya, yayasan diperkenankan untuk mendapat keuntungan
sepanjang itu diperuntukan sebagai dana yang digunakan untuk mempertahankan
keseimbangan yayasan tersebut.

33
Sentosa Sembiring, Himpunan Per Undang-Undangan Republik Indonesia tentang yayasan serta
penjelasannya, Nuansa aulia, Bandung, 2006, halaman 5

Universitas Sumatera Utara

29

Belum adanya peraturan tertulis mengenai yayasan berakibat tidak adanya
keseragaman yang dijadikan dasar bagi sebuah yayasan dalam menjalankan
kegiatannya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Keadaan yang demikian
tidak luput dari kelemahan yang dialami oleh Yayasan. Dalam praktiknya, ada
beberapa kelemahan yaitu:
1. Yayasan bersifat tertutup
2. Status hukum yayasan tidak jelas
3. Pengelolaan secara tradisional34.
Itulah sebabnya dengan kondisi yang demikian Yayasan-yayasan pada masa
sebelum lahirnya UU Yayasan cenderung bermasalah, baik masalah yang berkaitan
dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang
tercantum dalam Anggaran Dasar, sengketa antara Pengurus dengan Pendiri atau
pihak lain, maupun Yayasan yang digunakan untuk menampung kekayaan dari para
pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Berdasarkan
perkembangannya dan mengingat eksistensi Yayasan-yayasan di Indonesia telah
banyak memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa, walapun pendiriannya
selama ini dilakukan berdasarkan hukum kebiasaan dalam masyarakat, karena belum
ada peraturan perundang-undangan yang mengatur, maka untuk menjamin kepastian
dan ketertiban hukum agar Yayasan-yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan
tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat.

34

Ibid., halaman 4-5

Universitas Sumatera Utara

30

2.

Status Badan Hukum Yayasan
Sebelum terbitnya Undang-Undang No.16 Tahun 2001 sebagaimana diubah

dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2004, berstatus tidak jelas karena tidak ada
pengaturan tentang yayasan, apakah sebagai badan hukum atau tidak. Tetapi dalam
beberapa pasal pada KUHPerdata yang menyinggung adanya lembaga yayasan
seperti Pasal 365, Pasal 899, Pasal 9000, Pasal 1680 KUHPerdata35.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia istilah yayasan adalah badan atau
organisasi yang bergerak dalam bidang social, keagamaan dan pendidikan yang
bertujuan tidak mencari keuntungan.
Yayasan dalam bahasa Belanda disebut dengan Stichting, adalah suatu badan
hukum yang berbeda dengan badan hukum perkumpulan atau Perseroan Terbatas,
dimana dalam yayasan tidak mempunyai anggota atau persero, yayasan adalah badan
hukum tanpa diperlukan campur tangan pemerintah.
Menurut Soebekti pengertian badan hukum yaitu suatu badan atau
perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti
menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat, dan menggugat di muka
hakim36.
Suatu organisasi dapat dikatakan sebagai badan hukum, harus melalui suatu
proses yaitu adanya pengesahan dari pemerintah. Dengan tidak adanya pengaturan
secara tertulis pada saat itu mengakibatkan yayasan mengalami kesulitan untuk dapat

35
36

Anwar Borahima.,Op.Cit. halaman 1
Handri Raharjo,Hukum Perusahaan, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2002, halaman 18

Universitas Sumatera Utara

31

mengatakan bahwa yayasan itu adalah badan hukum. Adanya Yurisprudensi yang
menetapkan suatu yayasan sebagai badan hukum sifatnya hanya perkasus saja, dan
pengadilan mempertimbangkan status yayasan dimaksud tidak terlepas dari
penerapan teori badan hukum yang dilakukan oleh Yayasan.Hanya yayasan yang
berperkara dipengadilan dan ditetapkan sebagai badan hukum, sedangkan yang
lainnya masih belum jelas statusnya37.
B. Pendirian Yayasan
1.

Tujuan dan Kegiatan Yayasan
Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat

dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial.38 Dari sejak awal, sebuah
yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan, akan
tetapi tujuannya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan kesejahteraan hidup
orang lain. Yayasan didirikan harus sesuai dengan maksud dan tujuan dalam
Anggaran Dasar Yayasan. Dalam rangka mencapai tujuannya Yayasan dimungkinkan
untuk menjalankan atau melaksanakan kegiatan usaha, termasuk untuk mendirikan
badan usaha dan/atau ikut serta dalam badan usaha.
Keberadaan yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat, yang
menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Dengan adanya yayasan, maka segala keinginan sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, itu diwujudkan di dalam suatu lembaga yang diakui

37
38

Gatot Supramono., op.cit, halaman 5
Ibid., halaman 1

Universitas Sumatera Utara

32

dan diterima keberadaannya39. Tujuan yayasan dapat diarahkan kepada pencapaian
sesuatu yaitu kesejahteraan umum atau untuk kepentingan umum. Sebagai contoh,
tujuan untuk memajukan pendidikan sudah pasti termasuk di dalam tujuan sosial
kemanusiaan, tanpa mempersoalkan asal penerimaan sumbangan pendidikan atau
dengan kata lain sumber penghasilannya, tetapi yang terpenting adalah tujuannya.
Tujuannya adalah untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, memajukan pendidikan
dan/atau meningkatkan mutu pendidikan. Dalam praktiknya yayasan pendidikan
memungut biaya pendidikan (SPP).
Tujuan dibangunnya yayasan merupakan salah satu syarat materiil yang harus
dipenuhi untuk mendirikan suatu yayasan. Tujuan itu harus idiil, tidak boleh
bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepentingan umum.
Tujuan itu tidak boleh diarahkan pada pencapaian keuntungan atau kepentingan
kebendaan lainnya bagi pendirinya. Dengan demikian, tidak diperkenankan pendirian
suatu yayasan yang pada hakikatnya bertujuan sebagai suatu badan usaha
perdagangan.
Keberadaan Yayasan sebelum berlakunya Undang – Undang Nomor 16 Tahun
2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, menimbulkan
berbagai kontroversi sebab yayasan yang pada dasarnya bertujuan untuk kepentingan
masyarakat, seringkali justru dijadikan wadah melakukan perbuatan melanggar
hukum. Yayasan yang demikian, umumnya telah menyimpang dari maksud dan

39

Kusumastuti, Arie & Suhardiadi, Maria, Hukum Yayasan Di Indonesia, Abadi, Jakarta, 2003,

halaman 1

Universitas Sumatera Utara

33

tujuan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasarnya. Usaha yang semula
difokuskan pada usaha yang bersifat sosial dan kemanusiaan itu dibelokkan arahnya
sehingga kepentingan individu yang diprioritaskan. Selain itu, beberapa yayasan
melakukan usaha layaknya badan usaha yang bertujuan mengejar keuntungan.
Dengan mengejar keuntungan, Yayasan itu umumnya tidak segan untuk melakukan
tindakan melawan hukum dan bertentangan dengan kepentingan umum.
Bergesernya fungsi yayasan menjadi suatu badan usaha mengakibatkan tujuan
aslinya menjadi kabur, salah arah, dan hampir tidak terkendali. Tampak disini
yayasan digunakan untuk menjalankan usaha bisnis dan komersial dengan segala
aspek manifestasinya. Dengan ketiadaan peraturan yang jelas ini,maka semakin
berkembang dan bertumbuhanlah yayasan-yayasan di Indonesia dengan cepat,
pertumbuhan mana tidak diimbangi dengan pertumbuhan peraturan dan pranata yang
memadai bagi

yayasan

itu

sendiri,

sehingga

masing-masing pihak

yang

berkepentingan menafsirkan pengertian yayasan secara sendiri-sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan mereka. Dalam rangka menjamin kepastian dan ketertiban
hukum agar yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan
prinsip keterbukaan dan akutabilitas kepada masyarakat.
2.

Tata Cara Pendirian Yayasan Sebelum Terbitnya Undang-Undang Yayasan
Sebelum berlakunya Undang-Undang YayasanNomor 16 Tahun 2001

sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, belum terdapatnya

Universitas Sumatera Utara

34

keseragaman tentang cara mendirikan yayasan40. Pendirian yayasan hanya didasari
oleh kebiasaan dalam suatu masyarakat, karena belum adanya peraturan yang
mengatur tentang tata cara pendirian yayasan, serta keharusan bahwa pembentukan
yayasan harus dengan menggunakan akta notaris. Hal mengakibatkan perdebatan
tentang status hukum dari yayasan itu sendiri, apakah sebagai badan hukum atau
bukan masih terus berlangsung. Ditambah lagi, karena tidak ada suatu ketentuan yang
menyebutkan bahwa yayasan konkordan mengikuti hukum Belanda, apalagi di
Belanda sendiri pengaturan tentang Yayasan di Belanda sudah mengalami perubahan
setelah Indonesia merdeka.
Ada beberapa syarat agar perkumpulan atau badan/badan usaha disebut
sebagai badan hukum. Hal ini berkaitan dengan sumber hukum, khususnya dalam
kaitan dengan sumber hukum formal. Tentang syarat badan hukum yang dikaji dari
sumber hukum formal memberikan beberapa kemungkinan, bahwa badan hukum
tersebut telah memenuhi:
1. Syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Syarat berdasarkan Undang-Undang mendasarkan diri pada ketentuan Pasal
1653 KUHPerdata, maka dapat disimpulkan ada 2 (dua) cara, yaitu:41
a.

Dinyatakan dengan tegas (uitdrukkelijk), bahwa suatu organisasi adalah
merupakan badan hukum.

40
41

Anwar Borahima., Op.Cit, halaman 22
Ibid., halaman 23

Universitas Sumatera Utara

35

b. Tidak secara tegas disebutkan, tetapi dengan peraturan demikian rupa
bahwa badan itu adalah badan hukum. Oleh karena itu dapat ditarik
kesimpulan, bahwa badan itu adalah badan hukum. Jadi untuk mendirikan
suatu badan hukum dibutuhkan pengesahan pemerintah.
2. Syarat berdasar pada hukum kebiasaan dan yurisprudensi.
Kebiasaan dan Yurisprudensi merupakan sumber hukum yang formal,
sehingga apabila tidak ditemukan syarat-syarat badan hukum dalam
perundang-undangan dan doktrin, maka diusahakan untuk mencarinya dalam
kebiasaan dan yurisprudensi. Berdasarkan pada hukum kebiasaan dan
yurisprudensi yang ada, maka suatu badan dikatakan ada bilamana telah
memenuhi syarat sebagai berikut:
a.

Harus terdapat pemisahan kekayaan.

b. Penunjukan suatu tujuan tertentu.
c.

Penunjukan suatu organisasi tertentu42.

Salah satu contoh tentang penentuan badan hukum melalui yurisprudensi.
Putusan Mahkamah Agung No.124 K/SIP/1973, tanggal 27 Juni 1973 tentang
kedudukan suatu yayasan sebagai badan hukum dalam kasus Yayasan Dana Pensiun
HMB. Sehingga Berdasarkan pada hukum kebiasaan dan yurisprudensi, maka suatu
yayasan dikatakan sebagai badan hukum, bilamana telah memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Syarat-syarat materil yang terdiri atas:
42

Ibid.,halaman 24

Universitas Sumatera Utara

36

a.

Harus ada suatu pemisahan kekayaan

b. Suatu tujuan
c.

Suatu organisasi

2. Syarat formal dengan akta otentik.
Para pengurus tidak diwajibkan untuk melakukan pendaftaran dan
mengumumkan akta pendiriannya juga pengesahannya dari Menteri
Kehakiman sebagai tindakan yang preventif yang tidak diisyaratkan.
3. Syarat berdasar pada pandangan doktrin.
Mengenai syarat-syarat yang menentukan suatu suatu organisasi, badan atau
perkumpulan itu adalah badan hukum, maka dikalangan para ahli/doktrin
berpendapat sebagai berikut:43
a.

Menurut Sri Soedewi Masychun Sofwan.
Bahwa status sebagai badan hukum dapat diberikan kepada wujud-wujud
tertentu yaitu :
1.

Kumpulan

orang-orang

yang

bersama-sama

bertujuan

untuk

mendirikan suatu badan, yaitu berwujud perhimpunan;
2.

Kumpulan harta kekayaan yang tersendirikan untuk tujuan-tujuan
tertentu.44

b. Menurut Ali Rido.

43
44

Ibid., halaman 26-27
Ibid., halaman 26

Universitas Sumatera Utara

37

Untuk

dapat

dikatakan

sebagai

badan

hukum,

sesuatu

perkumpulan/perhimpunan harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu :

c.

1.

Adanya harta kekayaan yang terpisah

2.

Mempunyai tujuan tertentu

3.

Mempunyai kepentingan sendiri

4.

Adanya organisasi yang teratur45

Menurut Soeroso.
Untuk keikutsertaannya dalam pergaulan hukum, maka suatu badan
hukum harus mempunyai syarat-syarat yang harus mempunyai syaratsyarat yang telah ditentukan oleh hukum, yaitu:
1.

Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya

2.

Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban
para anggotanya.46

Dari semua syarat yang dipaparkan di atas, baik syarat yang ditetapkan
dalam Undang-Undang, Yurisprudensi, juga Doktrin dapat disimpulkan,
bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan
sebagai badan hukum. Adapun syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
a.

Adanya harta kekayaan yang terpisah
Pemisahan kekayaan ialah melepaskan sesuatu kekayaan (barang)
dari pemilikan orang yang mendirikan Yayasan, sehingga menjadi

45
46

Ibid., halaman 27
Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 1999, halaman 147

Universitas Sumatera Utara

38

milik dari yayasan itu sendiri. Barang itu dapat dipertukarkan atau
dipindahtangankan dengan cara lain, asal saja menguntungkan bagi
yayasan, kecuali jika ada peraturan yayasan tidak mengizinkannya.
Pemisahan kekayaan merupakan syarat yang mutlak untuk suatu
badan hukum, walaupun cara dan akibat pemisahan ini tidak sama
untuk setiap badan hukum.
b.

Mempunyai tujuan tertentu
Setiap orang yang mendirikan suatu badan hukum harus diketahui
maksud dan tujuannya. Tujuan yang hendak dicapai tersebut
hendaknya dirumuskan dengan jelas didalam Anggaran Dasar badan
hukum yang bersangkutan.

c.

Mempunyai kepentingan sendiri
Kepentingan tersebut merupakan hak subjektif sebagai akibat dari
peristiwa huku, sehingga dapat dituntut dan dipertahankan terhadap
pihak ketiga dalam pergaulan hukumnya.47

d.

Ada organisasi yang teratur
Badan hukum adalah suatu kontruksi yuridis. Oleh karena itu badan
hukum hanya dapat melakukan perbuatan hukum dengan perantaraan
organnya. Segala hak atau kewenangan dan kewajiban dari para
organ ditentukan dalam Anggaran Dasar dan peraturan lainnya atau

47

Anwar Borahima, Op.Cit, halaman 29

Universitas Sumatera Utara

39

dalam keputusan rapat anggota.Dengan demikian, badan hukum
mempunyai organisasi.48
a.

Proses Pengesahan Akta Pendirian Yayasan
Pengesahan akta Pendirian sebelum terbitnya Undang – Undang Nomor 16

Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004,
tidak ada aturan yang mewajibkan yayasan melakukan pengesahan akta pendiriannya
kepada Menteri Kehakiman pada saat itu untuk memperoleh status badan hukum
yayasan. Akibatnya banyak yayasan tidak mengesahkan akta pendirian yayasannya
tersebut sehingga yayasan tersebut belum menjadi badan hukum. Syarat mutlak untuk
diakui sebagai badan hukum, yayasan harus mendapat pengesahan dari pemerintah
dalam hal ini diwakili oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia.49
b. Proses Pengumuman Yayasan Sebagai Badan Hukum
Proses pengumuman yayasan sebagai badan hukum pada saat sebelum adanya
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana di ubah dengan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2004, dilakukan oleh pengurus yayasan, namun belum ada
aturan-aturan yang memaksa untuk mengumumkan yayasan tersebut sebagai badan
hukum. Sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui kegiatan apa yang dilakukan
oleh yayasan tersebut. Yayasan tidak bersifat transparan pada saat itu.50Dalam
ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana di ubah dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, pengumuman dilakukan oleh Menteri
48

Ibid, halaman 33
Suyud Margono, Op.Cit.,halaman 63
50
Ibid., halaman 67

49

Universitas Sumatera Utara

40

Hukum dan Hak Azasi Manusia, bukan lagi dilakukan oleh pengurus yayasan. Hal ini
dikarenakan pada masa lalu banyak yayasan yang dengan sengaja tidak mengajukan
permohonan untuk menjadi badan hukum juga tidak melakukan pengumuman pada
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia.
Setelah yayasan memperoleh status badan hukum, selanjutnya akta pendirian
yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia wajib diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Maksud dan tujuan
pengumuman tersebut, agar pendirian sebuah yayasan di ketahui oleh masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa bagi yayasan-yayasan yang lahirnya sebelum UndangUndang Yayasan ada 4 bentuk yayasan, yaitu:
1. Yayasan yang tetap diakui sebagai badan hukum dan telah melaksanakan
kewajiban-kewajibannya untuk melakukan penyesuaian dan pemberitahuan
kepada Menteri.
2. Yayasan yang tetap diakui sebagai badan hukum tetapi belum pernah
melakukan penyesuaian terhadap Undang-Undang Yayasan.
3. Yayasan yang tetap diakui sebagai badan hukum dan telah melakukan
penyesuaian

terhadap

Undang-Undang

Yayasan,

tetapi

belum

memberitahukan kepada Menteri.
4. Yayasan yang tidak diakui sebagai badan hukum.51

51
Henricus Subekti, DR.Mulyoto,Yayasan, Solusi Dengan Berlakunya PP.No.2 Tahun 2013, Cakrawala
Media, Yogyakarta, 2002, hal.1-3

Universitas Sumatera Utara

41

C. Kedudukan Aset Yayasan Sebelum Terbitnya Undang-Undang No.28
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-UndangNo.16 Tahun 2001
tentang Yayasan.
Perundang-undangan sama sekali tidak mengatur tentang badan hukum
Yayasan. Hanya dalam beberapa undang-undang disebut Yayasan, seperti pasal 899,
900, 1680 dan Pasal 365 K.U.H. Perdata, kemudian dalam Pasal 6 ayat 3 dan Pasal
236 Rv. Didalam pasal-pasal tersebut tidak terdapat perumusan tentang Yayasan.
Seorang ahli hukum yang bernama Scholten mengatakan “Yayasan adalah suatu
badan hukum, yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus
berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukan,
bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan”52.
Yayasan adalah suatu badan hukum, yang dilahirkan oleh suatu pernyataan
sepihak, Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan
tertentu, dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan.
Kekayaan yang terpisah itu diperlukan untuk mengejar tercapainya tujuan dan
merupakan sumber dari segala hubungan-hubungan hukum. Walaupun Yayasan
belum diatur dalam suatu Undang-Undang, praktek hukum yang berlaku di Indonesia,
Yayasan selalu didirikan dengan akta Notaris sebagai syarat terbentuknya suatu
Yayasan. Dalam akta pendiriannya memuat anggaran dasar yang memuat:
a. Kekayaan yang dipisahkan
b. Nama dan tempat kedudukan Yayasan
c. Tujuan
52

Ali Rido, Op.Cit, halaman 112

Universitas Sumatera Utara

42

d.

Bentuk dan susunan pengurus serta cara penggantian anggota pengurus

e.

Cara pembubaran

f.

Cara menggunakan sisa kekayaan dari Yayasan yang telah dibubarkan.53

Pemisahan aset yayasan merupakan syarat yang mutlak yang harus dimiliki
oleh Yayasan, harta kekayaan ini diperoleh dari para anggota maupun perbuatan
pemisahan yang dilakukan seseorang untuk suatu tujuan tertentu. Adanya harta
kekayaan ini dimaksudkan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan merupakan tujuan
dan sumber dari segala hubungan hukum.
Yayasan pada saat sebelum terbitnya Undang-Undang Yayasan tahun 2001
landasan hukumnya tidak begitu jelas, karena belum ada aturannya secara tertulis54.
Sifat tertutup tersebut terasa dikalangan masyarakat karena masyarakat pada
umumnya tidak dapat mengetahui tentang struktur organisasi suatu yayasan. Orang
luar tidak mengetahui apa saja yang menjadi organ yayasan itu.
Kemudian, dari segi administrasi pendaftaran, tidak ada kewajiban bagi
yayasan untuk melakukan pendaftaran ke salah satu instansi pemerintah, sehingga
pihak pemerintah tidak dapat melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang
dilakukan oleh Yayasan.
Selain itu, tidak ada kewajiban bagi yayasan untuk mengumumkan dalam
Berita Negara sehingga masyarakat tidak mengetahui secara resmi tentang adanya
Yayasan.

53
49

Ibid., halaman 116
Gatot Supramono., op.cit, halaman 2

Universitas Sumatera Utara

43

Dari segi keuangan, tidak ada kewajiban bagi yayasan untuk mengumumkan
laporan tahunan dengan menempel dipapan pengumuman yayasan atau diumumkan
melalui surat kabar, sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui kondisi suatu
yayasan.
Aset yayasan pada saat sebelum terbitnya Undang-Undang tentang Yayasan
belum ada kejelasan, baik dalam proses pencarian dana untuk kepentingan yayasan
dan bagaimana cara penggunaan dana tersebut. Selanjutnya tidak pula dapat diketahui
dengan jelas tentang bagaimana pengurus mempertanggung jawabkan keuangan
yayasan untuk setiap tahunnya.
Kurang jelasnya struktur organisasi dan masalah mengurus keuangan yayasan,
merupakan salah satu alasan untuk mengatakan bahwa pengelolaan yayasan belum
secara professional alias secara tradisional.Yayasan diciptakan dengan suatu
perbuatan hukum, yakni dengan pemisahan suatu harta kekayaan untuk tujuan yang
tidak mengharapkan keuntungan (altruistische doel) serta penyusunan suatu
organisasi (berikut pengurus), dengan mana sungguh-sungguh dapat terwujud
tujuannya dengan alat-alat itu. Dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
seringkali timbul itulah maka demi kepastian hukum, dipandang perlu yayasan diatur
dengan hukum positif55.
Makna dari memisahkan harta kekayaan pendirinya menunjukkan bahwa
pendiri bukanlah pemilik yayasan karena telah sejak awal semula memisahkan
sebagian dari kekayan pendirinya menjadi milik yayasan. Yayasan sebagai badan
55

Rudi Prasetya, Yayasan dalam Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, halaman 3

Universitas Sumatera Utara

44

hukum harus memiliki kekayaan sendiri, karena kekayaan yayasan digunakan untuk
kepentingan tujuan yayasan di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Hal ini
yang harus menjadi perhatian dari pendiri yayasan. Pendiri yayasan bukanlah pemilik
yayasan, ketika mendirikan yayasan pendiri sudah memisahkan harta kekayaannya,
untuk dijadikan kekayaan awal yayasan. Oleh karena itu orang yang akan mendirikan
yayasan harus memiliki kekayaan yang cukup, dan kekayaan itu harus dipisahkan.
Dengan memisahkan kekayaannya tersebut dan kemudian mendirikan yayasan, maka
harta tersebut sudah beralih menjadi milik yayasan. Hal ini merupakan alasan untuk
berpendapat bahwa yayasan adalah milik masyarakat.
Dengan tidak jelasnya struktur organisasi dan masalah mengurus keuangan
yayasan, merupakan salah satu alasan untuk mengatakan bahwa pengelolaan yayasan
belum secara professional alias secara tradisional.56

56

Ibid., halaman 6

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kekayaan Yayasan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 60 257

Pelaksanaan Pengalihan Aset Yayasan yang Belum Disesuaikan Dengan Undang-Undang Yayasan (Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana Diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004)

0 0 14

Pelaksanaan Pengalihan Aset Yayasan yang Belum Disesuaikan Dengan Undang-Undang Yayasan (Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana Diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004)

0 0 2

Pelaksanaan Pengalihan Aset Yayasan yang Belum Disesuaikan Dengan Undang-Undang Yayasan (Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana Diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004)

0 0 20

Pelaksanaan Pengalihan Aset Yayasan yang Belum Disesuaikan Dengan Undang-Undang Yayasan (Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana Diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004) Chapter III V

0 0 61

Pelaksanaan Pengalihan Aset Yayasan yang Belum Disesuaikan Dengan Undang-Undang Yayasan (Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana Diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004)

0 1 3

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN

0 0 20

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2004 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

0 0 7

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39