Dispensasi Nikah dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Penetapan Pengadilan Agama Medan Nomor : 110 Pdt.P 2011 PA-MDN)

ABSTRAK

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa. Undang-Undang Perkawinan No.
1 Tahun 1974 telah menetapkan dasar dan syarat yang harus dipenuhi dalam
perkawinan. Salah satu di antaranya adalah ketentuan dalam pasal 7 ayat (1) yang
berbunyi: “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Apabila dalam keadaan yang sangat memaksa perkawinan di bawah umur dapat
dilakukan dengan mengajukan dispensasi ke pengadilan agama yang telah ditunjuk
oleh kedua orang tua dari pihak laki-laki atau perempuan, sebagaimana yang
tercantum dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (2). Apabila
penetapan izin pernikahan sudah dikeluarkan oleh pengadilan agama, maka kedua
mempelai bisa melaksanakan perkawinan. Permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah mengenai alasan yang membenarkan dispensasi nikah dapat
dilakukan bagi anak yang masih dibawah umur, prosedur pengajuan dispensasi nikah
di Pengadilan Agama dan analisis Penetapan Pengadilan Agama Nomor:
110/Pdt.P/2011/PA-Mdn.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis normatif. Dalam
metode penelitian yuridis normatif tersebut akan menelaah secara mendalam terhadap

peraturan perundang-undangan, yurisprudensi dan pendapat ahli hukum. Teknik
pengumpulan data dalam tesis ini dilakukan secara studi kepustakaan dan wawancara.
Alasan yang membenarkan dispensasi nikah bagi perkawinan anak di bawah
umur disebabkan karena hamil diluar nikah, kekhawatiran orang tua akan terjadi
kehamilan sebelum perkawinan, faktor ekonomi atau kemiskinan dan faktor
rendahnya pendidikan masyarakat sehingga tidak memiliki keinginan untuk
memotivasi anak-anaknya agar berpendidikan tinggi. Dispensasi nikah diajukan oleh
orang tua pria maupun wanita kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat
tinggalnya, Pengadilan Agama setelah memeriksa dalam persidangan dan
berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk memberikan
dispensasi tersebut, maka Pengadilan Agama memberikan dispensasi nikah dengan
suatu penetapan. Majelis Hakim memberikan penetapan berdasarkan pasal 7 ayat (1)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, dengan pertimbangan untuk menghindari
terjadinya mudharat yang lebih besar seperti kehamilan sebelum perkawinan.

Kata kunci : Dispensasi, Nikah, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Marriage is a bond of matrimony between a man and a wornan as husband
and wife in order to create a happy and last family or household, based on God
Almighty. Law No. l/1974 has stipulated the fundamental and the requirements to be
obeyed in a marriage. One of then is the provision in Article 7, Paragraph I which
says, "A marriage is permitted when the groom is not less than 19 (nineteen) years
old and tle bride is not less tlmn 16 (stxteen) years old- In the emergency situation,
an under aged marriage can be done when dispensation is filed to the Religious
Court, appointed by both parties, as it is stipulated in Article 7, Paragraph 2 of Lan,
No. I/1974. When the permission has been given by the Religious Court, both the
couples then canperform thb marriage. The problems whichwouldbe analyzed in the
researchwere about the reasonfor giving dispensationfor performing a marriage to
under aged couples, procedures of filing dispensation for performing a marriage in
the Religious Court, and the analysis of the Decision of the Religious Court No.
110/Pdt.P/ 2 0 I I /PA-Mdn.
The research used judicial normative method which would analyze deeply the
legal provisions, jarisprudence, and the opinion of legal experts. The data were
gathered by conducting library research and interviews. The reasons for justification

for SrvW marriage dispensation to under aged eouples were teenage pregnsncy prior
to marriage, parents' concern about pregnancy prior to marriage, economic and
poverty factors, ond the faaor of uneducated parents who are not interested in
motivating their children to advance their study. Dispensation for tnarriage is fi.led
by parents of the couple to the Religious Court located in their area. Afier the panel
ofjudges examines the case and is convinced that it is possible to give dispensation,
the provision is issued, based on Article 7, Paragraph I of Law No. I/1974, with the
consideration that pregnancy prior to marriage can be avoided.

Keywords: Dispensation, Marriage, Low No. 1/1974

ii

Universitas Sumatera Utara