Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut Pada Materi Penjumlahan Pecahan | Lambause | Jurnal Kreatif Tadulako Online 4029 12899 1 PB
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang
Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut
Pada Materi Penjumlahan Pecahan
Ariharno A. Lambause, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas 3
SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas 3 SDN 1
Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan dengan menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart.
Penelitian di laksanakan di SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten
Banggai Laut di Kelas 3. Jumlah siswa kelas 3 adalah 42 orang, yang terdiri dari
18 orang siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. PTK ini dilaksanakan dalam
dua siklus kegiatan pembelajaran yang masing-masing terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi terhadap hasil tindakan.
Dari hasil tindakan pada siklus I terdapat 9 orang siswa yang tidak tuntas belajar
dan ketuntasan klasikal baru mencapai 78,57%. Berdasarkan indikator kinerja,
penelitian tindakan pada siklus I belum mencapai ketuntasan yang telah
ditentukan, sehingga perlu ditindak lanjuti ke siklus II. Pada siklus II persentase
ketuntasan klasikal siswa mencapai 97,61%. Dari hasil penelitian tindakan kelas
ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD pada materi penjumlahan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, tipe STAD, Hasil Belajar, Penjumlahan
Pecahan
I.
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah, yang
merupakan pelajaran penentu kelulusan siswa. Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
1
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model maematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjalas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat, dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, peranan guru dalam melaksanakan
materi pelajaran sangatlah besar. Aspek-aspek yang dominan dalam kegiatan
belajar mengajar adalah guru dan peserta didik . Guru dalam mengajar diharapkan
dapat menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik
dapat
melakukan proses belajar mengajar sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
mengikuti pelajaran. Guru harus dapat menentukan posisi dan perannya dalam
proses belajar mengajar seoptimal mungkin. Proses pembelajaran matematika
seperti latihan soal, menghafal, dan ulangan secara memadai akan lebih efektif
apabila dapat mendorong kreativitas peserta didik dengan menanamkan
pengertian dan prinsip-prinsip serta konsep melalui kegiatan pembelajaran
tersebut.
Dari pengalaman melaksanakan pembelajaran matematika kelas III SDN
1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung selama ini, setiap selesai melaksanakan
pembelajaran satu materi pokok, banyak peserta didik
yang mendapat hasil
evaluasi kurang dari batas tuntas yang ditetapkan. Terutama yang berkaitan
dengan aljabar, khususnya materi yang diajarkan pada kelas III SDN 1 Mbeleang
Kecamatan Bangkurung.Keluhan dari
beberapa
peserta
didik
tentang
kekurangtuntasan hasil belajar disebabkan karena materi sulit, kurang latihan soal,
tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran, proses belajar mengajar kurang
optimal, suasana kelas kurang mendukung, dan penyajian materi kurang menarik.
2
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Menurut J. Bruner (Hidayat, 2004) belajar merupakan suatu proses aktif
yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi
yang diberikan kepada dirinya. Selama ini proses pembelajaran Matematika di
kelas III
SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung
kebanyakan masih
mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada
peserta didik
yang pasif. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode
konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk,
diam, dengar, catat dan hafal
(3DCH) Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian peserta didik . Kondisi
seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami
mata pelajaran Matematika. Akibatnya nilai akhir yang dicapai peserta didik
tidak seperti yang diharapkan. Di kelas III
SDN 1 Mbeleang Kecamatan
Bangkurung selama ini peserta didik nya masih kurang aktif dalam hal bertanya
dan menjawab, peserta didik yang yang aktif hanya 55 %, dan peserta didik yang
mempunyai kemampuan menjawab 40% . Pada pelaksanaan ujian Blok, hasil
yang dicapai peserta didik
Bangkurung
kelas III
SDN 1 Mbeleang Kecamatan
sangat jauh dari memuaskan,dimana hanya mendapat daya serap
kurang dari 60% atau nilai rata-rata kls kurang dari 5, berdasarkan analisis
situasi/latar belakang diatas maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki /
mengadakan inovasi pembelajaran.
Memperhatikan
dalam pembelajaran
permasalahan
Matematika
dilakukan
diatas,
suatu
sudah
inovasi.
selayaknya
Jika
dalam
pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing peserta
didik ,maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman
peserta didik
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achiement Division).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
efektif
dalam
pencapaian
tujuan
pendidikan,
khususnya
keterampilan
interpersonal peserta didik (Badeni, 1998). Salah satu pendekatan pembelajaran
kooperatif adalah dengan tipe STAD (Student Team Achiement Division).
3
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Menurut
Trianto
(2011)
yang
Pembelajaran
membutuhkan
persiapan
matang
dilaksanakan.
Persiapan-persiapan
kooperatif
sebelum
tersebut
tipe
kegiatan
antara
lain:
STAD
pembelajaran
1)
Perangkat
pembelajaran, 2) Membentuk kelompok kooperatif, 3) Menentukan skor awal, 4)
Pengamatan tempat duduk, 5) Kerja kelompok
Penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika
dapat menciptakan suasana yang kondusif dan kerjasama antara anggota dalam
satu kelompok maupun dengan kelompok lain. Selain itu, proses interaksi antara
siswa dengan guru juga berjalan dengan baik. Kondisi tersebut sangat sesuai
dengan prinsip pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan oleh
Nurhadi (2003) yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat dan
terjadi saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi positif.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
“Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan
Bangkurung Kabupaten Banggai Laut Pada Materi Penjumlahan Pecahan ?”.
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah: “Untuk
mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan Hasil belajar siswa kelas III
SDN 1 Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan”.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang
akan diajukan adalah bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas III SDN 1 Mbeleang pada
materi penjumlahan pecahan.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Desain
penelitian mengacu kepada model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan
Mc. Taggart (Depdiknas, 2001) yang terdiri atas 4 komponen yaitu (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.
4
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Kegiatan penelitian ini terdiri dalam dua tahap, yaitu tahap pra penelitian
dan tahap pelaksanaan tindakan. Langkah-langkah dalam tahap pra penelitian (a)
melakukan observasi (b) menyiapkan tes awal. Tahap pelaksanakan tindakan
adalah dilakukan secara bersiklus dan terdiri dari empat fase: 1) Perencanaan, 2)
Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam setiap siklus terdiri dari empat fase. 1)
Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a) Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi pelajaran yang akan
diajarkan, b) Menyusun bahan ajar, c) Membuat LKS, e) Membuat lembar
observasi, d) Membuat lembar evaluasi. 2) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang
diiaksanakan pada tahap ini didasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disiapkan, yaitu menggunakan metode kooperatif tipe STAD yaitu a)
Observasi pada tahap ini dilaksanakan proses kegiatan pembelajaran di kelas
dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa maupun
peneliti yang akan dilakukan oleh teman sejawat dari SDN 1 Mbeleang, b)
Refleksi pada tahap ini seluruh hasil dan data yang diperoleh dianalisis dan
direfleksikan, apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III SDN 1 Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan. Hasil refleksi
akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan yang lebih efektif
pada siklus berikutnya.
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan pemberian tes dan
observasi. Pemberian tes digunakan untuk untuk mengumpulkan informasi
tentang pemahaman awal dan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data
yang dilakukan oleh peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dalam proses pelaksanaan tindakan. Data tentang hasil belajar siswa dapat diolah
dan dianalisis dengan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung untuk
mengetahui daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal.
5
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran pada tahap ini menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan pelaksanaan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran.
Hal yang menjadi fokus observasi yaitu observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran serta observasi aktivitas guru/peneliti pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas
dilakukan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan cara mengisi
lembar observasi yang telah disediakan.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I jumlah skor yang
diperoleh adalah 93. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pencapaian ratarata aktivitas siswa sebesar 93%. Hal ini menggambarkan bahwa tindakan yang
diberikan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan tergolong kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I jumlah skor yang
diperoleh adalah 100. Dengan demikian persentase nilai rata-rata 100%, berarti
taraf keberhasilan tindakan guru berdasarkan observasi pengamat termasuk
kategori sangat baik.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I
dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah
pemberian tes. Hasil analisis terhadap evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan
pada akhir siklus 1 menunjukkan tingkatan ketuntasan belajar secara klasikal
adalah 78,57%, dengan ketuntasan individual 33 siswa dan sembilan orang siswa
belum tuntas dengan nilai di bawah 65, hasil ini dilihat berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan, maka dapat dijelaskan bahwa kegiatan
tindakan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 belum mencapai
ketuntasan klasikal sehingga perlu dilanjutkan ke siklus dua. Pada pelaksanaan
siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I, hanya saja beberapa hal
yang dianggap kurang pada siklus I diperbaiki pada siklus II dan disesuaikan
dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh pada siklus ini
dikumpulkan serta dianalisis. Hasilnya digunakan untuk menetapkan suatu
kesimpulan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran.
6
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Pada siklus II hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru
pada siklus II, jumlah skor yang diperoleh masing-masing adalah 100. Dengan
demikian nilai rata-rata 100%. Hal ini menggambarkan bahwa tindakan guru
dalam proses belajar mengajar dapat dinilai berhasil meningkatkan aktivitas siswa
dengan guru dan termasuk dalam kriteria sangat baik.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II
dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah
pemberian tes. Hasil analisis tes akhir siklus II menunjukan adanya peningkatan
belajar siswa secara klasikal yaitu dari 76,92% siklus I meningkat menjadi 97,4%
siklus II. Sedangkan untuk ketuntasan individual 97,4% dari 38 siswa dan satu
orang siswa belum tuntas yang mengikuti kegiatan tindakan pembelajaran yang
telah dilakukan pada siklus II telah mencapai ketuntasan berdasarkan indikator
keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan sebesar 85%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis terhadap evaluasi belajar siswa yang
dilaksanakan pada akhir siklus 1 menunjukkan tingkatan ketuntasan belajar secara
klasikal adalah 78,57%, dengan ketuntasan individual 33 siswa dan sembilan
orang siswa belum tuntas dengan nilai di bawah 65, hasil ini dilihat berdasarkan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka dapat dijelaskan bahwa
kegiatan tindakan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 belum
mencapai ketuntasan klasikal sehingga perlu dilanjutkan ke siklus dua. Sedangkan
Hasil analisis tes akhir siklus II menunjukan adanya peningkatan belajar siswa
secara klasikal yaitu dari 76,92% siklus I meningkat menjadi 97,4% siklus II.
Sedangkan untuk ketuntasan individual 97,4% dari 38 siswa dan satu orang siswa
belum tuntas yang mengikuti kegiatan tindakan pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus II telah mencapai ketuntasan berdasarkan indikator
keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan sebesar 85% dan tidak perlu
melanjutkan ke siklus berikutnya. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif
tipe STAD di anggap representatif dalam memecahkan masalah yang terjadi
dalam pembelajaran, sehingga dalam setiap pembelajaran menyenangkan bagi
setiap peserta didik, berpikir logis dan kritis, berkomunikasi, bekerjasama
7
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
memecahkan sebuah masalah dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar
baik secara individu, maupun kelompok.
Suasana belajar yang mendukung merupakan salah satu motivasi siswa
dalam menjawab pertanyaan. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis
aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukkan bahwa penelitian tindakan
kelas ini semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil
belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi
kriteria yang ditetapkan pada indikator kerja. Siswa merasa senang dan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran., memudahkan siswa memahami
pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan
pengalaman belajar.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa secara kelompok maupun individual siswa kelas III SDN 1
Mbeleang.
2. Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta partisipasi atau interaksi
dalam kerja kelompok dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan persentase
ketuntasan klasikal siklus I sebesar 78,57%, yang mengalami peningkatan pada
siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal 97,61%.
Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian tindakan ini, maka penulis
mengemukakan beberapa saran, yaitu:
1. Kiranya dengan hasil yang telah dicapai melalui penelitian di atas guru
diharapkan lebih kreaktif dan inovatif dalam memilih dan menetapkan strategi
pembelajaran lebih bermakna. Selain itu kiranya penerapan pembelajaran
8
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
strategi kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai referensi dalam Mata
Pelajaran lainnya.
2. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kesesuaian strategi
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada
pokok bahasan yang lain.
Kiranya para guru, khususnya guru Matematika dapat menjadikan hasil
penelitian tindakan ini sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan
kualitas kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Badeni. (1998). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Depdiknas. (2001). Model-model Pembelajaran. Surabaya
Hidayat. (2004). Diktat Kuliah Teori Pembelajaran. Matematika. Semarang :
FMIPA UNNES.
Nurhadi. (2003). Beberapa Pendekatan Baru dalam Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana.
9
ISSN 2354-614X
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang
Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut
Pada Materi Penjumlahan Pecahan
Ariharno A. Lambause, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas 3
SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas 3 SDN 1
Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan dengan menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart.
Penelitian di laksanakan di SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten
Banggai Laut di Kelas 3. Jumlah siswa kelas 3 adalah 42 orang, yang terdiri dari
18 orang siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. PTK ini dilaksanakan dalam
dua siklus kegiatan pembelajaran yang masing-masing terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi terhadap hasil tindakan.
Dari hasil tindakan pada siklus I terdapat 9 orang siswa yang tidak tuntas belajar
dan ketuntasan klasikal baru mencapai 78,57%. Berdasarkan indikator kinerja,
penelitian tindakan pada siklus I belum mencapai ketuntasan yang telah
ditentukan, sehingga perlu ditindak lanjuti ke siklus II. Pada siklus II persentase
ketuntasan klasikal siswa mencapai 97,61%. Dari hasil penelitian tindakan kelas
ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD pada materi penjumlahan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, tipe STAD, Hasil Belajar, Penjumlahan
Pecahan
I.
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah, yang
merupakan pelajaran penentu kelulusan siswa. Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
1
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model maematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjalas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat, dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, peranan guru dalam melaksanakan
materi pelajaran sangatlah besar. Aspek-aspek yang dominan dalam kegiatan
belajar mengajar adalah guru dan peserta didik . Guru dalam mengajar diharapkan
dapat menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik
dapat
melakukan proses belajar mengajar sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
mengikuti pelajaran. Guru harus dapat menentukan posisi dan perannya dalam
proses belajar mengajar seoptimal mungkin. Proses pembelajaran matematika
seperti latihan soal, menghafal, dan ulangan secara memadai akan lebih efektif
apabila dapat mendorong kreativitas peserta didik dengan menanamkan
pengertian dan prinsip-prinsip serta konsep melalui kegiatan pembelajaran
tersebut.
Dari pengalaman melaksanakan pembelajaran matematika kelas III SDN
1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung selama ini, setiap selesai melaksanakan
pembelajaran satu materi pokok, banyak peserta didik
yang mendapat hasil
evaluasi kurang dari batas tuntas yang ditetapkan. Terutama yang berkaitan
dengan aljabar, khususnya materi yang diajarkan pada kelas III SDN 1 Mbeleang
Kecamatan Bangkurung.Keluhan dari
beberapa
peserta
didik
tentang
kekurangtuntasan hasil belajar disebabkan karena materi sulit, kurang latihan soal,
tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran, proses belajar mengajar kurang
optimal, suasana kelas kurang mendukung, dan penyajian materi kurang menarik.
2
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Menurut J. Bruner (Hidayat, 2004) belajar merupakan suatu proses aktif
yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi
yang diberikan kepada dirinya. Selama ini proses pembelajaran Matematika di
kelas III
SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung
kebanyakan masih
mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada
peserta didik
yang pasif. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode
konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk,
diam, dengar, catat dan hafal
(3DCH) Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian peserta didik . Kondisi
seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami
mata pelajaran Matematika. Akibatnya nilai akhir yang dicapai peserta didik
tidak seperti yang diharapkan. Di kelas III
SDN 1 Mbeleang Kecamatan
Bangkurung selama ini peserta didik nya masih kurang aktif dalam hal bertanya
dan menjawab, peserta didik yang yang aktif hanya 55 %, dan peserta didik yang
mempunyai kemampuan menjawab 40% . Pada pelaksanaan ujian Blok, hasil
yang dicapai peserta didik
Bangkurung
kelas III
SDN 1 Mbeleang Kecamatan
sangat jauh dari memuaskan,dimana hanya mendapat daya serap
kurang dari 60% atau nilai rata-rata kls kurang dari 5, berdasarkan analisis
situasi/latar belakang diatas maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki /
mengadakan inovasi pembelajaran.
Memperhatikan
dalam pembelajaran
permasalahan
Matematika
dilakukan
diatas,
suatu
sudah
inovasi.
selayaknya
Jika
dalam
pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing peserta
didik ,maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman
peserta didik
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achiement Division).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
efektif
dalam
pencapaian
tujuan
pendidikan,
khususnya
keterampilan
interpersonal peserta didik (Badeni, 1998). Salah satu pendekatan pembelajaran
kooperatif adalah dengan tipe STAD (Student Team Achiement Division).
3
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Menurut
Trianto
(2011)
yang
Pembelajaran
membutuhkan
persiapan
matang
dilaksanakan.
Persiapan-persiapan
kooperatif
sebelum
tersebut
tipe
kegiatan
antara
lain:
STAD
pembelajaran
1)
Perangkat
pembelajaran, 2) Membentuk kelompok kooperatif, 3) Menentukan skor awal, 4)
Pengamatan tempat duduk, 5) Kerja kelompok
Penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika
dapat menciptakan suasana yang kondusif dan kerjasama antara anggota dalam
satu kelompok maupun dengan kelompok lain. Selain itu, proses interaksi antara
siswa dengan guru juga berjalan dengan baik. Kondisi tersebut sangat sesuai
dengan prinsip pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan oleh
Nurhadi (2003) yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat dan
terjadi saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi positif.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
“Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan
Bangkurung Kabupaten Banggai Laut Pada Materi Penjumlahan Pecahan ?”.
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah: “Untuk
mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan Hasil belajar siswa kelas III
SDN 1 Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan”.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang
akan diajukan adalah bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas III SDN 1 Mbeleang pada
materi penjumlahan pecahan.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Desain
penelitian mengacu kepada model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan
Mc. Taggart (Depdiknas, 2001) yang terdiri atas 4 komponen yaitu (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.
4
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Kegiatan penelitian ini terdiri dalam dua tahap, yaitu tahap pra penelitian
dan tahap pelaksanaan tindakan. Langkah-langkah dalam tahap pra penelitian (a)
melakukan observasi (b) menyiapkan tes awal. Tahap pelaksanakan tindakan
adalah dilakukan secara bersiklus dan terdiri dari empat fase: 1) Perencanaan, 2)
Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam setiap siklus terdiri dari empat fase. 1)
Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a) Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi pelajaran yang akan
diajarkan, b) Menyusun bahan ajar, c) Membuat LKS, e) Membuat lembar
observasi, d) Membuat lembar evaluasi. 2) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang
diiaksanakan pada tahap ini didasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disiapkan, yaitu menggunakan metode kooperatif tipe STAD yaitu a)
Observasi pada tahap ini dilaksanakan proses kegiatan pembelajaran di kelas
dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa maupun
peneliti yang akan dilakukan oleh teman sejawat dari SDN 1 Mbeleang, b)
Refleksi pada tahap ini seluruh hasil dan data yang diperoleh dianalisis dan
direfleksikan, apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III SDN 1 Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan. Hasil refleksi
akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan yang lebih efektif
pada siklus berikutnya.
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan pemberian tes dan
observasi. Pemberian tes digunakan untuk untuk mengumpulkan informasi
tentang pemahaman awal dan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data
yang dilakukan oleh peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dalam proses pelaksanaan tindakan. Data tentang hasil belajar siswa dapat diolah
dan dianalisis dengan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung untuk
mengetahui daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal.
5
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran pada tahap ini menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan pelaksanaan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran.
Hal yang menjadi fokus observasi yaitu observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran serta observasi aktivitas guru/peneliti pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas
dilakukan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan cara mengisi
lembar observasi yang telah disediakan.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I jumlah skor yang
diperoleh adalah 93. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pencapaian ratarata aktivitas siswa sebesar 93%. Hal ini menggambarkan bahwa tindakan yang
diberikan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan tergolong kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I jumlah skor yang
diperoleh adalah 100. Dengan demikian persentase nilai rata-rata 100%, berarti
taraf keberhasilan tindakan guru berdasarkan observasi pengamat termasuk
kategori sangat baik.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I
dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah
pemberian tes. Hasil analisis terhadap evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan
pada akhir siklus 1 menunjukkan tingkatan ketuntasan belajar secara klasikal
adalah 78,57%, dengan ketuntasan individual 33 siswa dan sembilan orang siswa
belum tuntas dengan nilai di bawah 65, hasil ini dilihat berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan, maka dapat dijelaskan bahwa kegiatan
tindakan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 belum mencapai
ketuntasan klasikal sehingga perlu dilanjutkan ke siklus dua. Pada pelaksanaan
siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I, hanya saja beberapa hal
yang dianggap kurang pada siklus I diperbaiki pada siklus II dan disesuaikan
dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh pada siklus ini
dikumpulkan serta dianalisis. Hasilnya digunakan untuk menetapkan suatu
kesimpulan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran.
6
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Pada siklus II hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru
pada siklus II, jumlah skor yang diperoleh masing-masing adalah 100. Dengan
demikian nilai rata-rata 100%. Hal ini menggambarkan bahwa tindakan guru
dalam proses belajar mengajar dapat dinilai berhasil meningkatkan aktivitas siswa
dengan guru dan termasuk dalam kriteria sangat baik.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II
dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah
pemberian tes. Hasil analisis tes akhir siklus II menunjukan adanya peningkatan
belajar siswa secara klasikal yaitu dari 76,92% siklus I meningkat menjadi 97,4%
siklus II. Sedangkan untuk ketuntasan individual 97,4% dari 38 siswa dan satu
orang siswa belum tuntas yang mengikuti kegiatan tindakan pembelajaran yang
telah dilakukan pada siklus II telah mencapai ketuntasan berdasarkan indikator
keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan sebesar 85%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis terhadap evaluasi belajar siswa yang
dilaksanakan pada akhir siklus 1 menunjukkan tingkatan ketuntasan belajar secara
klasikal adalah 78,57%, dengan ketuntasan individual 33 siswa dan sembilan
orang siswa belum tuntas dengan nilai di bawah 65, hasil ini dilihat berdasarkan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka dapat dijelaskan bahwa
kegiatan tindakan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 belum
mencapai ketuntasan klasikal sehingga perlu dilanjutkan ke siklus dua. Sedangkan
Hasil analisis tes akhir siklus II menunjukan adanya peningkatan belajar siswa
secara klasikal yaitu dari 76,92% siklus I meningkat menjadi 97,4% siklus II.
Sedangkan untuk ketuntasan individual 97,4% dari 38 siswa dan satu orang siswa
belum tuntas yang mengikuti kegiatan tindakan pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus II telah mencapai ketuntasan berdasarkan indikator
keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan sebesar 85% dan tidak perlu
melanjutkan ke siklus berikutnya. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif
tipe STAD di anggap representatif dalam memecahkan masalah yang terjadi
dalam pembelajaran, sehingga dalam setiap pembelajaran menyenangkan bagi
setiap peserta didik, berpikir logis dan kritis, berkomunikasi, bekerjasama
7
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
memecahkan sebuah masalah dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar
baik secara individu, maupun kelompok.
Suasana belajar yang mendukung merupakan salah satu motivasi siswa
dalam menjawab pertanyaan. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis
aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukkan bahwa penelitian tindakan
kelas ini semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil
belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi
kriteria yang ditetapkan pada indikator kerja. Siswa merasa senang dan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran., memudahkan siswa memahami
pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan
pengalaman belajar.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa secara kelompok maupun individual siswa kelas III SDN 1
Mbeleang.
2. Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta partisipasi atau interaksi
dalam kerja kelompok dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan persentase
ketuntasan klasikal siklus I sebesar 78,57%, yang mengalami peningkatan pada
siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal 97,61%.
Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian tindakan ini, maka penulis
mengemukakan beberapa saran, yaitu:
1. Kiranya dengan hasil yang telah dicapai melalui penelitian di atas guru
diharapkan lebih kreaktif dan inovatif dalam memilih dan menetapkan strategi
pembelajaran lebih bermakna. Selain itu kiranya penerapan pembelajaran
8
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
strategi kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai referensi dalam Mata
Pelajaran lainnya.
2. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kesesuaian strategi
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada
pokok bahasan yang lain.
Kiranya para guru, khususnya guru Matematika dapat menjadikan hasil
penelitian tindakan ini sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan
kualitas kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Badeni. (1998). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Depdiknas. (2001). Model-model Pembelajaran. Surabaya
Hidayat. (2004). Diktat Kuliah Teori Pembelajaran. Matematika. Semarang :
FMIPA UNNES.
Nurhadi. (2003). Beberapa Pendekatan Baru dalam Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana.
9