Studi Pengaruh Campuran 4 %, 4,5 %, Dan 5 % Polypropylene Pada Aspal Penetrasi 60 70 Terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strenght) Dan Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polypropylene
Polypropylene

merupakan

bagian

dari

plastik

thermoplast

yang

mempunyai densitas (berat jenis) sebesar 0,95 gr/cm3. Polypropylene mempunyai
titik leleh yang berkisar pada suhu 160 – 166 C, sedangkan titik kristalisasinya
o


antara 130 – 135 C. Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia
o

(chemical resistance) yang tinggi, polypropylene mempunyai kekuatan benturan
(impact strength) yang tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap pelarut organik
seperti air, polypropylene sangat tahan terhadap air karena sedikit sekali
menyerap air. Selain itu polypropylene juga tahan terhadap keretakan karena
tekanan (stress cracking), dan memiliki sifat adhesi yang baik.[2]

2.2. Polimer
Polimer sebenarnya sudah ada dan digunakan manusia sejak berabad-abad
yang lalu.Polimer - polimer yang sudah digunakan itu adalah jenis polimer alam
seperti selulosa, pati, protein, wol, dan karet.Istilah polimer pertama kali
digunakan oleh kimiawan dari Swedia, Berzelius (1833).
Polimer adalah suatu rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk
dari pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun
biasanya merupakan organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer
inorganik. Contoh terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA. Meskipun istilah


polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer sebenarnya terdiri
dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan kegunaan yang
beragam. Bahan polimer alami seperti shellac dan amber telah digunakan selama
beberapa abad. Kertas diproduksi dari selulosa, sebuah polisakarida yang terjadi
secara alami yang ditemukan dalam tumbuhan. Biopolimer seperti protein dan
asam nukleat memiliki peranan penting dalam proses kehidupan.[7]

Universitas Sumatera Utara

Istilah plastik dan polimer sering kali dipakai secara bergantian.Faktanya,
plastik adalah suatu material hasil rekayasa yang tidak sederhana dalam struktur
molekulnya melainkan memiliki komposisi yang rumit, yang dengan sengaja
diatur untuk memenuhi aplikasi – aplikasi spesifik yang diinginkan. Plastik
merupakan polimer yang ditambah kan dengan aditif, dimana aditif merupakan
material yang dapat meningkatkan kemampuan (properties) polimer.
Aditif adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan kemampuan
(properties) dari polimer.(Crompton, 1979)
Secara umum polimer memiliki sifat-sifat umum yang khas, diantaranya
adalah :
Mampu cetak yang baik. Pada temperatur relatif rendah bahan dapat dicetak

dengan penyuntikan, penekanan, ekstrusi dan seterusnya akibatnya biaya
pembuatan relatif lebih rendah dibanding pada logam atau keramik.
-

Produk yang kuat dan ringan dapat dibuat. Berat jenis polimer adalah
rendah dianding logam dan keramik, yaitu 1,0 – 1,7 yang memungkinkan
dapat diproduksi barang yang kuat dan ringan.

-

Banyak diantara polimer bersifat isolator yang baik. Polimer mungkin saja
dibuat konduktor dengan jalan mencampurnya dengan serbuk logam,
butiran karbon, serbuk alam dan lain-lain.

-

Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia. Pemilihan bahan
yang baik akan menghasilkan produk yang mempunyai sifat-sifat baik
sekali.


-

Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung
pada cara pembuatannya. Dengan mencampur zat plastis, pengisi dan
sebagainya. Sifat-sifat dapat berubah dalam daerah yang luas.

-

Kekerasan permukaan sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada tetapi
masih jauh dibaah kekerasan logam dan keramik.

-

Kurang tahan terhadap pelarut. Umumnya larut dalam zat pelarut tertentu
kecuali pada bahan tertentu seperti politetrafluoretilen. Kalau tidak larut,
mudah retak karena kontak terus-menerus dengan zat pelarut dan disertai
adanya tegangan. Oleh karena itu perlu perhatian khusus.

-


Beberapa bahan tahan abrasi atau mempunyai koefisien gesek yang kecil
(Surdya, T dan Saito, S, 1986)

2.2.1. Jenis-jenis Polimer

Universitas Sumatera Utara

Senyawa plastik ramah lingkungan sangat diharapkan pada masa
kini, terlebih dengan semakin meningkatnya beban lingkungan karena sampah,
namun perkembangan plastik ramah lingkungan ini sangat lambat dalam menuju
ke plastik komersial. Hal ini disebabkan oleh harganya yang masih mahal dan
sifat yang agak lain dari plastik konvensional. Meski demikian lambatnya
degradasi dari plastik konvensional telah menjadi perhatian oleh banyak orang,
sehingga penggunaan plastiik ramah lingkungan tetap menjadi harapan langkahlangkah perlindungan terhadap lingkungan
Biodegradabel yang berkembang sejak puluhan tahun lalu juga
berkembang sangat lambat, namun dengan harga minyak yang semakin tinggi 145
usd per barel pada saat ini, maka harga bio plastik akan segera kompetitif
dibanding plastik lainya. Kelebihan lain dari biodegradabel plastik adalah
diproduksi dari sumber terbarukan dapat bukan dari minyak dan mempunyai sifat
degradable secara alami. Komisi Eropa untuk studi teknologi prospektif

menyimpulkan kebutuhan plastik ini akan mencapai 1-2% dari pasar polimer
keseluruhan hingga tahun 2010 dan menjadi 5% ditahun 2020.
Banyak polimer yang disebut biodegradabel, namun pada kenyataannya
polimer tersebut adalah ‘bioerodable’, ‘hydro-biodegradable’ atau ‘photobiodegradable’. Untuk itu plastik yang ramah lingkungan dapat disimpulkan
sebagai:

terdegradasi

karena

’biodegradable’,

’compostable’,

’hydro-

biodegradable’, ’photo-biodegradable’, dan ’bioerodable’. Di pasaran jenis plastik
tersebut dapat sebagai Fotodegradable Polymer, Polimer berbasis Pati, Polimer
Terlarut dalam Air, Biodegradabel Poliester.


Berdasarkan sumbernya polimer dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Polimer alami: kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut.
2. Polimer sintetis:
a. Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polypropylene, polistiren

Universitas Sumatera Utara

b. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis
c. Polimer alami yang dimodifikasi:seluloid, cellophane (bahan dasar dari
selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara radikal sehingga
kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya).
Berdasarkan jumlah rantai karbonnya polimer dapat dibagi dalam enam
jenis atau bagian yaitu:
a. 1 - 4 Gas (LPG, LNG)
b. 5 - 11 Cair (bensin)
c. 9 - 16 Cairan dengan viskositas rendah
d. 16 - 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
e. 25 - 30 Padat (parafin, lilin)
f. 1000 - 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll).
Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul

yang menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Manusia
sudah berabad-abad menggunakan polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar,
dan permen karet. Tapi industri polimer modern baru mulai berkembang pada
masa revolusi industri. Diakhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi
sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai
vulkanisasi. Empat puluh tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari
nitrocellulose)

berhasil

dikomersialisasikan.

Munculnya

vinyl,

neoprene,

polystyrene, dan nilon ditahun 1930-an menyebabkan dimulainya penelitian
polimer yang masih berlangsung sampai sekarang.

Polimer seperti kapas, wol, karet, dan semua plastik digunakan dihampir
semua industri. Polimer alami dan sintetik bisa diproduksi dengan beragam
kekakuan, kekuatan, ketebalan, dan ketahanan terhadap panas. Elastomer (polimer
bersifat elastis) memiliki struktur yang saling bersilangan dan longgar. Rata-rata 1
dari 100 molekul saling bersilangan. Saat jumlah rata-rata ikatan saling

Universitas Sumatera Utara

bersilangan itu meningkat (sekitar 1 dalam 30), material menjadi lebih kaku dan
rapuh. Baik karet alami dan sintetis adalah contoh dari elastomer . Di bawah
kondisi temperatur dan tekanan tertentu, plastik yang juga termasuk polimer dapat
dibentuk atau dicetak. Berbeda dengan elastomer , plastik lebih kaku dan tidak
memiliki elastisitas yang dapat dibalik. Selulosa merupakan salah satu contoh
material berpolimer yang harus dimodifikasi secara bertahap sebelum diproses
dengan metode yang biasanya digunakan untuk plastik. Beberapa plastik (seperti
nilon dan selulosa asetat) dibentuk menjadi fiber.
Padatan amorf terbentuk saat rantai memiliki orientasi yang kecil
disepanjang polimer yang besar. Temperatur transisi kaca merupakan titik dimana
polimer mengeras menjadi padatan amorf. Istilah ini digunakan sebab padatan
amorf punya sifat-sifat yang mirip dengan kaca. Dalam proses kristalisasi,


ditemukan bahwa rantai-rantai yang relatif pendek mengorganisir diri mereka
sendiri menjadi struktur kristalin lebih cepat daripada molekul yang lebih panjang.
Dengan begitu, derajat polimerisasi (DP) merupakan sebuah faktor yang penting
dalam menentukan kekristalinan sebuah polimer. Polimer dengan DP yang tinggi
sulit diatur menjadi lapisan-lapisan sebab cenderung menjadi kusut.
Dalam mempelajari polimer dan aplikasinya, penting untuk memahami
konsep temperatur transisi kaca, Tg. Polimer yang temperaturnya jatuh di bawah
Tg akan semakin kusut. Sedang polimer yang temperaturnya naik di atas Tg akan
menjadi lebih mirip dengan karet. Dengan begitu, pengetahuan akan Tg
merupakan hal yang penting dalam memilih bahan-bahan untuk berbagai aplikasi.
Pada umumnya, nilai Tg di bawah temperatur ruangan menentukan bidang
elastomer sedang nilai Tg di atas temperatur ruangan menyebabkan polimer

berstruktur kaku. Perilaku ini bisa dipahami dalam hal struktur bahan berkaca
yang biasanya dibentuk oleh substansi yang mengandung rantai-rantai yang
panjang, jaringan atom-atom yang berhubungan, atau apapun yang memiliki
struktur molekul yang kompleks. Normalnya dalam keadaan cair, bahan-bahan
seperti itu memiliki sifat rekat/kekentalan yang tinggi. Saat temperatur berubah
menjadi dingin dengan cepat, kristalin berada dalam keadaan lebih stabil sedang

pergerakan molekul menjadi terlalu pelan atau geometri terlalu kaku untuk

Universitas Sumatera Utara

membentuk kristalin. Istilah kaca bersinonim dengan keadaan tak seimbang yang
terus-menerus. Sifat polimer lainnya, yang juga sangat tergantung pada
temperaturnya, adalah respons-nya terhadap gaya sebagaimana diindikasikan oleh
dua tipe perilaku yang utama: elastis dan plastik. Bahan-bahan bersifat elastis
akan kembali kebentuk asalnya begitu gaya tidak ada lagi. Bahan-bahan plastik
takkan kembali kebentuk asalnya. Di dalam bahan plastik berlangsung aliran yang
mirip dengan cairan yang sifat rekat/kekentalannya tinggi. Kebanyakan material
mendemonstrasikan kombinasi dari perilaku elastis dan plastik, memperlihatkan
perilaku plastik setelah melebihi batasan elastik.

2.2.2. Sifat/Karakteristik Plastik
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: plastik
thermoplast dan plastik thermoset. Plastik thermoplast adalah plastik yang

dapatdicetak berulang-ulang dengan adanya panas. Yang termasuk plastik
thermoplast antara lain: PE, PP, PS,nylon, PET, BPT, Polyacetal (POM), PCdll.

Sedangkan plastik thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi
tertentu tidak dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan
tigadimensi. Yang termasuk plastikthermoset adalah: PU (Poly Urethene),
UF(Urea Formaldehyde), MF (Melamine Formaldehyde), polyester, epoksi dll.

1. Polypropylene
Polypropylene merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses
polimerisasi gas propilena. Propilena mempunyai specific gravity rendah
dibandingkan dengan jenis plastik lain. Polypropylene mempunyai titik leleh yang
cukup tinggi (160 – 166 C), sedangkan titik kristalisasinya antara 130 – 135 C.
o

o

Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (chemical resistance)
yang tinggi, polypropylene mempunyai kekuatan benturan (impact strength) yang
tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap pelarut organik seperti air,
polypropylene sangat tahan terhadap air karena sedikit sekali menyerap air. Selain

Universitas Sumatera Utara

itu polypropylene juga tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress
cracking), dan memiliki sifat adhesi yang baik.

2. Polistirene
Polistirene adalah hasil polimerisasi dari monomer-monomer stirena,
dimana monomer stirena-nya didapat dari hasil proses dehidrogenisasi dari etil
benzene (dengan bantuan katalis), sedangkan etil benzene-nya sendiri merupakan
hasil reaksi antara etilena dengan benzene (dengan bantuan katalis). Sifat-sifat
umum dari polistirena:
a. Sifat mekanis
Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras,
mempunyai bunyi seperti metallic bila dijatuhkan.
b. Ketahanan terhadap bahan kimia
Ketahanan Polistirene terhadap bahan-bahan kimia umumnya tidak sebaik
ketahanan yang dipunyai oleh PP atau PE. PS larut dalam eter, hidrokarbon
aromatik dan chlorinatedhydrocarbon. PS juga mempunyai daya serap air yang
rendah, dibawah 0,25%.
c. Abrasion resistance
PS mempunyai kekuatan permukaan relatif lebih keras dibandingkan
dengan jenis termoplastik yang lain. Meskipun demikian, bahan ini mudah
tergores.
d. Transparansi
Sifat optis dari PS adalah mempunyai derajat transparansi yang tinggi,
dapat melalui semua panjang gelombang cahaya (Α 90%). Disamping itu dapat
memberikan kilauan yang baik yang tidak dipunyai oleh jenis plastik lain, dimana
bahan ini mempunyai indeks refraksi 1,592.
e. Sifat elektrikal

Universitas Sumatera Utara

Karena mempunyai sifat daya serap air yang rendah maka PS digunakan
untuk keperluan alat-alat listrik. PS foil digunakan untuk spacers, slot liners dan
covering dari kapasitor, koil dan keperluan radar.

f. Ketahanan panas
o

PS mempunyai softening point rendah (90 C) sehingga PS tidak digunakan
untuk pemakaian pada suhu tinggi, atau misalnya pada makanan yang panas. Suhu
o

maksimum yang boleh dikenakan dalam pemakaian adalah 75 C. Disamping itu,
PS mempunyai sifat konduktifitas panas yang rendah.
3. Acrylonitrile butadiene styrene (ABS)
Acrylonitrile butadiene styrene (ABS) termasuk kelompok engineering
thermoplastic yang berisi 3 monomer pembentuk.

Akrilonitril bersifat tahan

terhadap bahan kimia dan stabil terhadap panas. Butadiene memberi perbaikan
terhadap sifat ketahanan pukul dan sifat liat (toughness). Sedangkan stirena
menjamin kekakuan (rigidity) dan mudah diproses. Beberapa grade ABS ada juga
yang mempunyai karakteristik yang bervariasi, dari kilap tinggi sampai rendah
dan dari yang mempunyai impact resistance tinggi sampai rendah. Berbagai sifat
lebih lanjut juga dapat diperoleh dengan penambahan aditif sehingga diperoleh
grade ABS yang bersifat menghambat nyala api, transparan, tahan panas tinggi,
tahan terhadap sinar UV, dll.

4. Polyvinyl chloride
Polyvinyl chloride (polivinil klorida) merupakan hasil polimerisasi
monomer vinil klorida dengan bantuan katalis. Pemilihan katalis tergantung pada
jenis proses polimerisasi yang digunakan.
5. Polyacetal
Polyacetal (poliasetal) merupakan salah satu engineering plastic yang
penting yang banyak digunakan di bidang teletronik, bangunan dan sektor alatalat teknik. Ada 2 tipe poliasetal yaitu homopolimer dan kopolimer. Asetal

Universitas Sumatera Utara

homopolimer merupakan polimerkristalin yang dibuat dari formaldehida. Resin
ini secara teknis disebut polioksi metilena (POM). Asetal homopolimer dapat
dicampur dengan aditif seperti: antioksidan, lubrikan, filler , pewarna, UV
stabilizer ,dll. Resin ini aslinya berwarna putih buram. Sifat-sifat umum resin

asetat adalah:
a. Kekuatan(strenght)
Tanpa adanya modifikasi, resin ini mempunyai kekuatan tarik, kekuatan
kompresi dan ketahanan gesek yang tinggi. Resin ini halus dan deformasinya
rendah jika diberi beban. Resin ini mempunyai batas lelah bengkokan (flexural
fatique) yang tinggi sehingga baik digunakan sebagai bahan baku pegas.

b. Ketangguhan (Toughness)
Resin ini umumnya liat, tahan pukul meskipun pada suhu rendah,
kemulurannya pada suhu kamar mencapai 12% dan pada suhu yang lebih tinggi
mencapai 18%.
c. Panas(Thermal)
Titik leleh homopolimer asetal lebih rendah daripada engineering
thermoplastic lainnya.

d. Elektrikal (tahan terhadap kelistrikan)
Sifat elektrikalnya dipengaruhi oleh kandungan uap air. Konstanta
2

6

dielektrikalnya bervariasi dari frekwensi 10 -10 Hz, dan dielectric strength-nya
tinggi.

e. Kimia(Chemical)
Tahan terhadap bermacam-macam pelarut, eter, minyak pelumas, minyak,
bensin, bahan bakar dari methanol, dll.

Universitas Sumatera Utara

f. Friksi/umur pakai
Sifat pakai dan friksi baik karena permukaannya lebih keras dan koefisien
gesekannya rendah.
g. Flameability
Resin asetal homopolimer ini merupakan material yang terbakar pelanpelan dan sedikit berasap.
h. Stabilitasdimensi
Karena asetal menyerap sangat sedikit uap air, maka perubahan
dimensinyapun sangat kecil.
6. Polycarbonate
Polycarbonate (polikarbonat) merupakan engineering plastic yang dibuat
dari reaksi kondensasi bisphenol A dengan fosgen (phosgene) dalam media alkali.
Polikarbonat mempunyai sifat-sifat: jernih seperti air, impact strength-nya sangat
bagus, ketahanan terhadap pengaruh cuaca bagus, suhu penggunaannya tinggi,
mudah diproses, flameabilitasnya rendah.
7. Nylon
Nylon merupakan istilah yang digunakan terhadap poliamida yang
mempunyai sifat-sifat dapat dibentuk serat, film dan plastik. Struktur nylon
ditunjukkan oleh gugus amida yang berkaitan dengan unit hidrokarbon ulangan
yang panjangnya berbeda-beda dalam suatu polimer. Sifat-sifat nylon:
a. Secara umum nylon bersifat keras, berwarna cream, sedikit tembus cahaya.
b. Berat molekul nylon bervariasi dari 11.000-34.000.
o

c. Nylon merupakan polimer semi kristalin dengan titik leleh 350-570 F. Titik
leleh erat kaitannya dengan jumlah atom karbon. Jumlah atom karbon makin
besar, kosentrasiamida makin kecil, titik lelehnyapun menurun.
d. Sedikit higroskopis: oleh karena itu perlu dikeringkan sebelum dipakai, karena

Universitas Sumatera Utara

sifat mekanis maupun elektriknya dipengaruhi juga oleh kelembaban relatif
dari admosfir.
e. Tahan terhadap solvent organic seperti alcohol, eter, aseton, petroleum eter,
benzene, CCl4 maupun xylene.
f. Dapat bereaksi dengan phenol, formaldehida, alcohol, benzene panas dan
nitrobenzene panas.
g. Nylon relatif tidak dipengaruhi oleh waktu simpan yang lama pada suhu kamar.
Tetapi pada suhu yang lebih tinggi akan teroksidasi menjadi berwarna kuning
dan rapuh. Demikian juga sinar matahari yang kuat akan kurang baik terhadap
sifat mekanikalnya.
h. Penambahan aditif dalam nylon dimaksud untuk memperbaiki sifat-sifat nylon.
8. Polyethylene terephtalate (PET)
Polyethylene terephtalate yang sering disebut PET dibuat dari glikol (EG)
dan terephtalic acid (TPA) atau dimetyl ester atau asam terepthalat (DMT). Sifatsifat PET: PET merupakan keluarga polyester seperti halnya PC. Polymer PET
dapat diberi penguat fiber glass, atau filler mineral. PET film bersifat jernih, kuat,
liat, dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun, permeabilitas terhadap gas,
aroma maupun air rendah.
PET engineer resin mempunyai kombinasi sifat-sifat: kekuatan strength nya tinggi, kaku (stiffness), dimensinya stabil, tahan bahan kimia dan panas, serta
mempunyai sifat elektrikal yang baik. PET memiliki daya serap uap air yang
rendah, demikian juga daya serap terhadap air.[13]

2.3. Aspal Penetrasi 60/70
Aspal penetrasi 60/70 adalah bagian dari aspal keras yang memiliki
densitas (berat jenis) sebesar 1,0 gr/cm3. Aspal penetrasi 60/70 memiliki titik
lembek 48-58 oC, titik leleh 160 oC dan titik nyala 200 oC. Pada aplikasinya aspal

Universitas Sumatera Utara

penetrasi 60/70 ini digunakan untuk pembuatan jalan dengan volume lalu lintas
sedang atau tinggi dan daerah dengan cuaca iklim panas. [10]

2.4. Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan viskoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam
(aspal buton) atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Berdasarkan konsistensinya aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan
aspal cair.
Aspal atau bitumen merupakan suatu cairan kental yang terdiri dari
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal
sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis.
Aspal akan bersifat padat pada suhu ruangan dan bersifat cair bila dipanaskan.
Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum
dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon
jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai
150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun
aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara
kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6%
belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa
molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa pada aspal adalah
senyawa polar.
2.4.1. Fungsi Aspal
Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas
(water proofing, melindungi terhadap erosi).
2. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
3. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan
di atas lapis fondasi sebelum lapis berikutnya.
4. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan
yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di
antara keduanya.
5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan
filler .

2.4.2. Jenis-jenis Aspal
Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan jalan terbagi atas
dua jenis yaitu:
1. Aspal Alam
Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:
a. Batuan = asbuton
b. Plastis = Trinidad
c. Cair = Bermuda

Menurut kemurniannya terdiri dari:
a. Murni = Bermuda
b.Tercampur dengan mineral = asbuton + Trinidad
2. Aspal Buatan

Universitas Sumatera Utara

Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minyak bumi, jadi bahan
baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak
mengandung aspal. Jenis dari aspal buatan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Aspal Keras
Aspal keras digunakan untuk bahan pembuatan AC (Asphalt Concrete).
Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 40,60,80 atau penetrasi
100 yang memenuhi persyaratan aspal keras. Jenis-jenisnya:
- Aspal penetrasi rendah 40/50, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume lalu
lintas tinggi dan daerah dengan cuaca iklim panas.
- Aspal penetrasi rendah 60/70, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume lalu
lintas sedang/tinggi dan daerah dengan cuaca iklim panas.
- Aspal penetrasi tinggi 80/90, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume lalu
lintas sedang/rendah dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
- Aspal penetrasi tinggi 100/110, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume
lalu lintas rendah dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
b. Aspal Cair
Aspal Cair terdiri dari tiga jenis dibedakan berdasarkan kecepatan
penguapannya. Jenis-jenis aspal cair adalah:
- Aspal cair menguap cepat (Rapid Curing, RC)
- Aspal cair menguap sedang (Medium Curing, MC)
- Aspal Cair menguap lambat (Slow Curing, SC)
Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat)
digunakan aspal cair jenis MC (medium Curing): MC-30, MC-70, MC-250 atau
aspal emulsi jenis CMS, MS. Untuk keperluan lapis pengikat (tack coat)
digunakan aspal cair jenis RC-70, RC-250 atau aspal emulsi jenis CRS, RS.
c. Aspal emulsi

Universitas Sumatera Utara

Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke
dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga diperoleh
partikel aspal yang bermuatan listrik positif (cationic), negatif (anionic) atau tidak
bermuatan listrik (nonionic). Jenis-jenisnya adalah:
>Aspal emulsi anionic
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke
dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi anionic sehingga
partikel-partikel aspal bermuatan ion negatif.
- Aspal emulsi anionic mengikat lebih cepat (Quick setting, QS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara
lebih cepat setelah kontak dengan agregat.Meliputi: QS-1h (quick setting-1
hard): Mengikat lebih cepat-1 keras (Pen 40-90).

- Aspal emulsi anionic mengikat cepat (Rapid setting, RS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara
cepat setelah kontak dengan agregat.
- Aspal emulsi anionic mengikat sedang (Medium Setting, MS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara
sedang setelah kontak dengan agregat.
- Aspal emulsi anionic mengikat lambat (Slow Setting, SS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara
lambat setelah kontak dengan agregat.
>Aspal emulsi cationic
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke
dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi jenis cationic
sehingga partikel-partikel aspal bermuatan ion positif.
- Aspal emulsi cationic mengikat lebih cepat (Cationic Quick Setting, CQS)

Universitas Sumatera Utara

Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara
lebih cepat setelah kontak dengan agregat.
- Aspal emulsi cationic mengikat cepat (Cationic Rapid Setting, CRS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara
cepat setelah kontak dengan agregat.
- Aspal emulsi cationic mengikat sedang (Cationic Medium Setting, CMS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara
sedang setelah kontak dengan agregat.
- Aspal emulsi cationic mengikat lambat (Cationic Slow Setting, CSS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara
lambat setelah kontak dengan agregat.

2.4.3. Jenis Campuran Beraspal
Jenis campuran beraspal dapat dibagi tiga berdasarkan jumlah lapisan dan
jenis agregat yang digunakan sebagai konstruksi jalan, yaitu:
1. Latasir (lapis tipis aspal pasir/Sand Sheet)
Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat
halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur,
dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.
2. Lataston (lapis tipis aspal beton/HRS/Hot Rolled Sheet)
Lataston pada dasarnya adalah lapis permukaanberupa mortar pasir aspal
yang diberi sisipan butiran kasar dan terbuat dari agregat yang bergradasi senjang
dengan dominasi pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Lataston terdiri atas dua lapisan
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

- Lapis fondasi (HRS-Base/Hot Rolled Sheet-Base):adalah lapisan pertama yang
berfungsi sebagai fondasi jalan.
- Lapis aus (HRS-WC/Hot Rolled Sheet-Wearing Course): adalah lapisan kedua
yang berfungsi sebagai penahan keausan akibat berat kendaraan, gesekan ban
kendaraan dan pengaruh cuaca.
3. Laston (lapisan aspal beton/AC/Asphalt Concrete)
Laston adalah lapis permukaan atau lapis fondasi yang terdiri atas tiga
lapisan yaitu:
- Lapis fondasi (AC-Base/Asphalt Concrete-Base): adalah lapisan pertama yang
berfungsi sebagai fondasi jalan.
- Lapis permukaan antara (AC-BC/Asphalt Concrete-Binder Course): adalah
lapisan kedua yang berada di antara AC-Base dan AC-WC yang berfungsi untuk
mengikat kedua lapisan tersebut.
- Lapis aus (AC-WC/Asphalt Concrete-Wearing Course): adalah lapisan ketiga
yang berfungsi sebagai penahan keausan akibat berat kendaraan, gesekan ban
kendaraan dan pengaruh cuaca.

2.5. Agregat
Agregat adalah butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik
yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa
ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.

2.5.1. Jenis-jenis Agregat
Agregat dapat berupa material alam atau buatan, agregat menurut proses
pengolahannya dapat dibagi atas tiga jenis:

Universitas Sumatera Utara

1. Agregat alam, dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan
sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi dan
degradasi. Agregat dari alam dapat diklasifikasikan tiga kategori secara
geologis yaitu:
-

Batuan beku (igneous rock), batuan ini umumnya berbentuk kristal yang
dibentuk akibat membekunya material magma pada rekahan bumi.

-

Batuan sedimen, batuan ini terbentuk dari deposit material yang tidak larut
(seperti batuan yang ada pada dasar laut atau danau), material ini terbentuk
karena pemanasan dan tekanan, batuan sedimen biasanya berlapis-lapis
dan diklasifikasi berdasarkan mineral yang dominan seperti, kapur,
marmer, siliseous (chert, sandstone), argillaceous (shale).

-

Batuan metamorphic, batuan ini berasal dari lelehan atau sedimen yang
terkena panas dan tekanan cukup tinggi yang merubah strukturmineralnya
sehingga bebeda dari bentuk asalnya.

2. Agregat melalui proses pengolahan, digunung-gunung atau dibukit-bukit dan
sungai-sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk dan berukuran
besar, sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai agregat pada konstruksi jalan.
3. Agregat buatan, agregat yang merupakan mineral pengisi/filler diperoleh dari
hasil sampingan pabrik-pabrik semen atau mesin pemecah batu.
Agregat berdasarkan ukuran/besar butirannya dapat dibagi atas tiga bagian
yaitu:
1. Agregat kasar, yaitu batuan yang tertahan di saringan No.8 (2,360 mm). dalam
campuran agregat kasar sangat penting dalam membentuk kinerja karena
stabilitas campuran diperoleh dari interlocking antar agregat.
2. Agregat halus, yaitu batuan yang lolos saringan No. 8 (2,360 mm) dan tertahan
pada saringan No.200 (0,075 mm). Fungsi utama agregat halus adalah

Universitas Sumatera Utara

memberikan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari campuran
melalui interlocking dan gesekan antar partikel.
3. Mineral pengisi/filler , yaitu material yang lolos saringan No.200 (0,075 mm).
Filler dapat berfungsi untuk mengurangi jumlah rongga dalam campuran, tapi

jumlah filler harus dibatasi dalam suatu batas yang menguntungkan. Kadar
filler yang terlampau tinggi menyebabkan campuran menjadi getas dan bila

terlalu rendah menyebabkan campuran menjadi lembek pada temperatur yang
relatif tinggi.

2.5.2. Gradasi Agregat
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
merupakan hal yang penting dalam menentukan karakteristik perkerasan. Gradasi
agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan
karakteristik dalam proses pelaksanaan di laboratorium maupun di lapangan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas:
1. Gradasi seragam (uniform graded), adalah agregat dengan ukuran yang hampir
sama/sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga
tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga gradasi
terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan
perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang dan berat volume
kecil.
2. Gradasi rapat, merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
seimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik. Gradasi rapat
akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap
air, sifat drainase jelek dan berat volume besar.
3. Gradasi senjang (gap graded), merupakan campuran yang tidak memenuhi dua
kategori sebelumnya. Agregat bergradasi buruk yang umum digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

lapisan perkerasan merupakan campuran dengan 1 fraksi hilang dan 1 fraksi
sedikit. Gradasi seperti ini juga disebut gradasi senjang. Gradasi senjang akan
menghasilkan lapisan perkerasan yang mutunya terletak antara kedua jenis gradasi
sebelumnya.

2.6. Metode Pengujian Marshall
Konsep dasar dari metode Marshall dalam campuran aspal dikembangkan
Oleh Bruce Marshall seorang insinyur bahan aspal, bersama-sama dengan The
Mississippi State Highway Department. KemudianThe U.S. Army Corp of
Engineers, melanjutkan penelitian dengan intensif dan mempelajari hal-hal yang

ada kaitannya, selanjutnya meningkatkan dan menambah kelengkapan pada
prosedur pengujian Marshall dan pada akhirnya mengembangkan kriteria
rancangan campuran pengujiannya, kemudian distandarisasikan di dalam
American Society for Testing and Material 1989 (ASTM d-1559).Indonesia

kemudian mengadopsi standard ini ke dalam SNI 06-2489-1991.
Dua parameter penting yang ditentukan dalam pengujian tersebut, seperti
beban maksimum yang dapat dipikul benda uji sebelum hancur atauMarshall
Stabilitydan deformasi permanen dari sampel sebelum hancur, yang disebut
Marshall Flow, serta turunan dari keduanya yang merupakan perbandingan antara
Marshall Stabilitydengan Marshall Flow yang disebut dengan Marshall Quotient,

yang

merupakan

nilai

kekakuan

berkembang

(speudo

stiffness),

yang

menunjukkan ketahanan campuran beraspal terhadap deformasi permanen.
Nilai dari Marshall Stability diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Pembacaan arloji tekan � factor calibration proving ring

Dimana pembacaan arloji tekan dapat dilihat pada tabel di lampiran A sedangkan
Faktor kalibrasi senilai 2,75 kgf, diperoleh dari standarisasi marshall. Sedangkan
nilai dari Marshall Flow didapat dari pembacaan dial atau arloji flow (lampiran
A).

Universitas Sumatera Utara

2.7. Pengujian Mekanik
Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, harus dilakukan suatu pengujian
terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji
tarik(Tensile Test), uji tekan (Compression Test), uji torsi (Torsion Test), dan uji
geser (Shear Test).Tapi dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai uji
tekan.

2.7.1. Uji Tekan Statik
Tegangan tekan berlawanan dengan tegangan tarik. Jika pada tegangan
tarik, arah kedua gaya menjauhi ujung benda (kedua gaya saling berjauhan), maka
pada tegangan tekan, arah kedua gaya saling mendekati. Dengan kata lain benda
tidak ditarik tetapi ditekan (gaya-gaya bekerja di dalam benda). Kekuatan tekan
material adalah nilai tegangan tekan uniaksial yang mempunyai modus kegagalan
ketika saat pengujian. Perubahan bentuk benda yang disebabkan oleh tegangan
tekan dinamakan mampatan. Misalnya pada tiang-tiang yang menopang beban,
seperti tiang bangunan mengalami tegangan tekan.
Kekuatan tekan biasanya diperoleh dari percobaan dengan alat pengujian
tekan. Ketika dalam pengujian nantinya, specimen akan menjadi lebih mengecil
seperti menyebar lateral. Prinsip pengujian tekan dapat dilihat pada gambar 2.1.
Pengujian dengan cara seperti ini sering disebut dengan Brazilian Test, Pengujian
ini pada konsepnya adalah untuk menguji kekuatan tekan beton coran:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1.Prinsip Brazilian Test

Brazilian Test digunakan untuk material brittle seperti keramik, gelas,

beton, dan lain-lain.Dalam pengujian ini tegangan (σ) pada saat gagal atau patah
diberikan oleh persamaan:

σ=
A adalah luas penampang, besarnya

���

,




sehingga dengan mensubstitusikan A

ke persamaan didapat:

σ=
Dimana:



���

σ = Tegangan (N/mm2)
F = Gaya maksimum (N)
L = Panjang specimen (mm)

Universitas Sumatera Utara

D = Diameter (mm)

2.7.2. Respon Material Akibat Beban Tekan Statik
Untuk mengoptimalkan specimen perlu diketahui karakteristik material
penyusunnya akibat beban tekan statik. Karakteristik suatu specimen harus
terukur, untuk itu perlu suatu pengujian tekan statik agar karakteristik dapat
diketahui. Karakteristik dapat diketahui dari respon yang dialami oleh material.
Respon diakibatkan oleh adanya gangguan (disturbance) yang diberikan terhadap
sebuah sistem, seperti: F (gaya), T (temperatur), dan lain-lain. Di dalam uji tekan
statik, gaya yang diberikan ditunjukkan pada gambar berikut:

(a).Sebelum uji tekan

(b).Setelah uji tekan

Gambar 2.2. Pengujian beban tekan pada specimen

Berdasarkan respon yang ditunjukkan pada Gambar.2.2. dapat ditentukan respon
mekanik berupa tegangan normal dan regangan akibat beban tekan statik.
Pertimbangan yang paling penting dalam upaya untuk mencegah
terjadinya kegagalan desain suatu struktur adalah tegangan yang terjadi tidak
melebihi dari kekuatan material. Akan tetapi, ada banyak pertimbangan lain yang
harus diperhatikan, misalnya: tegangan yang terjadi dalam jangka waktu yang
lama (fatique), tegangan yang terjadi secara tiba-tiba (impact), dan lain
sebagainya. Penyelidikan respon meliputi beberapa aspek, antara lain: respon

Universitas Sumatera Utara

material dan struktur terhadap pembebanan tertentu, mekanisme perubahan
bentuk yang terjadi pada saat terjadinya beban maksimum, dan lain
sebagainya.Dalam penelitian ini terdapat bahan yang mengalami deformasi plastis
jika terus diberikan tegangan dan bahan ini tidak akan berubah kebentuk semula.

2.7.3. Sifat Mekanik
Banyak hal yang dapat dipelajari dari hasil uji tarik atau tekan. Bila kita
terus menarik atau menekan suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan
profil tarikan atau tekanan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan
pada gambar 2.3. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan atau gaya
tekan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang
memakai bahan tersebut.

Gambar2.3. Kurva F vs Δl

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum
bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut
“Ultimate Compression Strength” dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tekan
maksimum.
Perubahan panjang dalam kurva disebut sebagai regangan teknik(  eng.),
yang didefinisikan sebagai perubahan panjang yang terjadi akibat perubahan statik

Universitas Sumatera Utara

(L) terhadap panjang batang mula-mula (L0).Tegangan yang dihasilkan pada
proses ini disebut dengan tegangan teknik (σeng), dimana didefinisikan sebagai
nilai pembebanan yang terjadi (F) pada suatu luas penampang awal (A0).
Tegangan normal tesebut akibat beban tekan statik dapat ditentukan berdasarkan
persamaan berikut:



F
Ao

Dimana:
σ = Tegangan normal akibat beban tekan statik (N/mm2)
F = Beban tekan (N)

Ao = Luas penampang specimen mula-mula (mm2)
Regangan akibat beban tekan statik dapat ditentukan berdasarkan persamaan
berikut:



L
L

Dimana:
L  L-L0

Keterangan:
ε = Regangan akibat beban tekan statik
L = Perubahan panjang specimen akibat beban tekan (mm)
Lo = Panjang specimen mula-mula (mm)

Universitas Sumatera Utara

Pada prakteknya nilai hasil pengukuran tegangan pada suatu pengujian
tarik dan tekan pada umumnya merupakan nilai teknik. Regangan akibat beban
tekan yang terjadi, panjang akan menjadi berkurang dan diameter pada specimen
akan menjadi besar, maka ini akan terjadi deformasi plastis.
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan pada persamaan berikut:
E=σ/ε
E adalah gradien kurva dalam daerah linier , di mana perbandingan tegangan (σ)

dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas”atau “Young
Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini

kerap disingkat kurvaSS (SS curve). Kurva ini ditunjukkan oleh gambar 2.4.

Gambar 2.4. Kurva tegangan-regangan

2.7.4 Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)
Penyarapan air ialah perbandingan berat air yang dapat di serap poriterhadap
berat agregat kering,dinyatkan dalam persendengan mengacu pada SNI-03-19691990. Untuk mengetahui besarnya penyerapan air oleh aspal polimer, dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�� =

� −�


×

%

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
�� = persentase penyerapan air (%)
Mk = massa sampel kering (g)
Mj = massa jenuh air (g)

2.8. Penelitian yang Pernah Dilakukan
Penelitian tentang pencampuran aspal dengan polimertelah pernah dilakukan
sebelumnya, ada beberapa penelitian aspal polimer yang telah dilakukan seperti
penelitian oleh Pei-Hung (2000) yang memodifikasi aspal dengan polyetylen,
polypropylene, dan karet. Tortum (2004) melakukan modifikasi aspal dengan
karet ban.Yildrim (2005) melakukan penelitian yang mengkombinasikan karet
stirena butadiene, etylen vinil asetat dengan aspal.Yang (2010) melakukan
penelitian reaksi antara aspal dan anhidrat maleat.Thamrin (2011) melakukan
kombinasi aspal dengan plastik bekas yang menggunakan inisiator dicumil
peroksida dan bahan crosslinker (bahan pembentuk jaringan) divinil benzen.
Pada

tahun

2011

Irsyadul

Anam

melakukan

penelitian

yang

mengkombinasikan aspal dengan polypropylene daur ulang dengan menggunakan
proses ekstrusi, dimana penelitian yang dilakukan ini adalah untuk melihat
pengaruh penambahan polypropylene terhadap kekuatan tekan, daya serap air dan
sifat thermal. Pada penelitian ini digunakan polypropylene daur ulang dari
kemasan air minum, aspal dari Iran dengan angka penetrasi 60/70 dan agregat
pasir.
Dari penelitian ini diperoleh hasil kuat tekan optimum sebesar 2,73 MPa,
yang menunjukkan hasil lebih baik dari campuran aspal tanpa campuran
polypropylene yang memiliki kuat tekan sebesar 0,39 MPa, daya serap air sebesar
0,24%, tetapi ditinjau dari sifat thermal tidak menghasilkan suhu dekomposisi
yang lebih baik dimana suhu dekomposisi campur Polypropylene sebesar 454oC
terjadi penurunan sebesar 10,8% dari campuran aspal tanpa polypropylene sebesar
509oC. [2]
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian dengan menggunakan SEM
(Scanning Electron Microscopy) untuk menganalisis struktur permukaan dari

Universitas Sumatera Utara

sampel agar didapat perbandingan perubahan struktur permukaan pada campuran
aspal sebelum dan sesudah penambahan polypropylene, juga sebelum dan sesudah
dilakukan pengujian. Berikut adalah hasil yang diperoleh dari pengujian SEM:

Gambar 2.5. Foto campuran aspal tanpa polypropylene perbesaran 2.500 kali

Dari gambar terlihat struktur morfologi campuran aspal dengan agregat
pasir dimana terlihat aspal berikatan dengan partikel-partikel kecil dari pasir,
permukaan campuran aspal tersebut juga terlihat rapat yang berarti pori-pori yang
dihasilkanpun cukup kecil. Partikel-partikel kecil yang berwarna putih tersebut
adalah pasir, sedangkan yang berwarna hitam dan mendominasi dipermukaan
adalah aspal, dengan adanya partikel-partikel pasir di sekitar permukaan
menyebabkan air lebih mudah masuk ke dalam campuran aspal tersebut

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6. Foto campuran aspal dan polypropylene perbesaran 2.500 kali

Dari gambar telihat perubahan atau perbedaan struktur dari campuran
aspal dengan agregat tanpa polypropylene dan yang dicampur dengan
polypropylene. Dimana terlihat permukaan campuran aspal cukup keras yang
menunjukkan polypropylene telah menyebar di dalam campuran aspal tersebut
dan menyatu, dan terlihat juga partikel-partikel kecil di permukaan yang
merupakan agregat pasir yang terperangkap dalam ikatan yang terjadi antara aspal
dengan polypropylene.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7. Foto campuran aspal dan polypropylene setelah pengujian
perbesaran 2.500 kali

Setelah dilakukan pengujian tekan terlihat pada gambar ada sedikit
kerusakan pada struktur permukaannya, dan adanya bentuk seperti jarum-jarum
kecil yang menunjukkan adanya ikatan antara aspal dengan polypropylene yang
terputus akibat proses pengujian tekan. Hasil SEM tersebut merupakan bagian sisi
dalam dari campuran aspal dengan polypropylene yang mana terlihat
morfologinya lebih rapat dan pori-pori lebih sedikit, dibandingkan dengan
campuran aspal dengan polypropylene sebelum dilakukan pengujian. Hal ini
menunjukkan

bahwa

polypropylene

yang

ditambahkan

berperan

dalam

meningkatkan kekuatan mekanik dari aspal.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

KAJIAN KARAKTER INDIRECT TENSILE STRENGTH ASPHALT CONCRETE RECYCLE DENGAN CAMPURAN ASPAL PENETRASI 60 70 DAN RESIDU OLI PADA CAMPURAN HANGAT

0 24 90

Studi Pengaruh Campuran 4 %, 4,5 %, Dan 5 % Polypropylene Pada Aspal Penetrasi 60/70 Terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strenght) Dan Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)

3 12 104

Perbandingan Indeks Perendaman Antara Campuran Beton Aspal Menggunakan Aspal Penetrasi 60 dan Aspal Penetrasi 80.

0 0 44

Perbandingan Kuat Tarik Tidak Langsung Campuran Beton Aspal Dengan Menggunakan Aspal Penetrasi 60 dan Aspal Penetrasi 80.

0 0 44

STUDI KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS AUS (AC-WC) MENGGUNAKAN ASPAL PENETRASI 60/70 DENGAN PENAMBAHAN LATEKS

1 2 14

Studi Pengaruh Campuran 4 %, 4,5 %, Dan 5 % Polypropylene Pada Aspal Penetrasi 60 70 Terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strenght) Dan Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)

0 0 17

Studi Pengaruh Campuran 4 %, 4,5 %, Dan 5 % Polypropylene Pada Aspal Penetrasi 60 70 Terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strenght) Dan Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)

0 0 2

Studi Pengaruh Campuran 4 %, 4,5 %, Dan 5 % Polypropylene Pada Aspal Penetrasi 60 70 Terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strenght) Dan Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)

0 1 5

Studi Pengaruh Campuran 4 %, 4,5 %, Dan 5 % Polypropylene Pada Aspal Penetrasi 60 70 Terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strenght) Dan Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)

0 0 2

Studi Pengaruh Campuran 4 %, 4,5 %, Dan 5 % Polypropylene Pada Aspal Penetrasi 60 70 Terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strenght) Dan Uji Penyerapan Air (Water Absorption Test)

0 0 8