RPJMD – BAPPELITBANGDA BAB 2 pasca eval OK

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.

Aspek Geografis dan Demografi

2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Purbalingga memiliki wilayah seluas 77.764,122 ha atau
sekitar 2,39 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara
administratif Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 kecamatan, 224 desa, 15
kelurahan, 886 dusun, 1.530 RW, dan 5.058 RT. Adapun batas wilayah
administrasi Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut:


Sebelah utara

:

berbatasan


dengan

Kabupaten

Pemalang

dan

Kabupaten Pekalongan


Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan
Kabupaten Banyumas



Sebelah timur

: berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara




Sebelah barat

: berbatasan dengan Kabupaten Banyumas.

2.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Kabupaten Purbalingga secara geografis terletak di bagian barat daya
wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan posisi pada 109011’ – 109035’ Bujur
Timur dan 7010’ – 7029’ Lintang Selatan.

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 1

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga 2011-2031

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Purbalingga

2.1.3. Kondisi Topografi

Secara

fisiografis,

Kabupaten

Purbalingga

terletak

pada

wilayah

perbatasan antara Zona Serayu Utara dan Zona Vulkanik Kwarter. Wilayah
Kabupaten Purbalingga memiliki ketinggian tempat antara 23 meter – 3.432
meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kondisi topografi, wilayah
Kabupaten Purbalingga dibagi dalam dua kategori wilayah, yakni :
a. Bagian utara merupakan wilayah berbukit-bukit dengan kelerengan lebih
dari 40 persen. Wilayah ini meliputi Kecamatan Karangreja, Karangjambu,

Bobotsari,

Karanganyar,

Kertanegara,

Rembang,

sebagian

wilayah

Kecamatan Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet.
b. Bagian selatan merupakan wilayah dengan tingkat kemiringan berkisar
antara 0–25 persen. Wilayah ini meliputi Kecamatan Kalimanah,
Padamara, Purbalingga, Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan,
sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet.

II - 2


RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.2. Peta Topografi Kabupaten Purbalingga
2.1.4. Kondisi Geologi
Berdasarkan kondisi geologi, wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari
batuan sedimen klasik berupa batuan andesit, sirtu, batu pasir darat, batu
lempung, dan trass dengan persebaran sebagai berikut:
Komposisi litologi batuan yang terdapat di Kabupaten Purbalingga terdiri
atas:


Alluvium endapan rawa dan danau, terutama tersusun oleh lempung,
umumnya bersifat kedap air.



Endapan alluvium gunung api, terdiri dari bahan-bahan tak mengeras,
mengandung bongkah-bongkah batuan gunung api, tersusun oleh andesit

sampai basalt dengan kelulusan terhadap air rendah sampai tinggi.



Lava andesit berongga asal Gunung Slamet dengan kelulusan terhadap air
tinggi sampai sedang.

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 3



Endapan vulkanik tua yang terdiri dari aliran lava yang bersifat andesit
sampai basalt dan breksi. Kelulusan terhadap air rendah sampai sedang.



Batu pasir tufaan, batupasir, konglomerat, tufa, breksi dan lempung
dengan kelulusan terhadap air rendah.




Napal, napal lempungan dan napal globigerina dengan sisipan tipis tufa
pasiran, batu gamping pasiran, batu pasir, batu lempung dan lempung
tufaan dengan kelulusan terhadap air rendah

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.3. Peta Geologi Kabupaten Purbalingga

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Purbalingga dikategorikan menjadi
9 jenis dengan karakteristik yang berbeda. Jenis tanah yang mendominasi
wilayah Kabupaten Purbalingga adalah latosol coklat dan regosol coklat seluas
14.943,75 ha (19,22%) dari seluruh wilayah Kabupaten Purbalingga dan yang

II - 4

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021


terkecil adalah jenis tanah litosol yang hanya sebesar 568,75 ha (0,73%).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1. ini.
Tabel 2.1.
Jenis Tanah di Kabupaten Purbalingga
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Luas Wilayah
Ha
%
14.943,750
19,22

13.837,500
17,79

Jenis Tanah
Latosol coklat dan Regosol coklat
Aluvial Coklat tua
Latosol coklat dari bahan induk
Vulkanik
Latosol merah kuning
Latosol coklat tua
Andosol coklat
Litosol
Padmolik merah kuning
Gromosol kelabu
Jumlah

8.490,625

10,92


4.498,375
6.237,500
5.662,500
568,750
10.050,000
13.475,122
77.764,122

5,78
8,02
7,28
0,73
12,92
17,33
100

Sumber: RTRW Kabupaten Purbalingga 2011-2031




Tanah Latosol
Di Kabupaten Purbalingga tanah latosol dirinci menjadi: Tanah Latosol
coklat yang berasosiasi dengan regosol coklat; Tanah Latosol coklat dari
bahan induk vulkanik; Tanah latosol merah kuning; dan Tanah Latosol
coklat tua



Tanah alluvial
Tanah ini biasanya berwarna kelabu, coklat, dan hitam, bersifat peka
terhadap erosi, karena merupakan endapan tanah liat dan pasir, maka
terdapat di sepanjang sungai yang cukup besar, seperti Sungai Gintung
bagian tengah dan hilir, Sungai Klawing, Sungai Pekacangan dan Sungai
Serayu bagian tengah dan hilir.

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 5



Tanah Andosol
Jenis tanah ini berbentuk dari batuan bekuan dan intermedior, mempuyai
sifat peka terhadap erosi, berwarna coklat atau hitam kelabu. Jenis tanah
ini banyak terdapat di sekitar puncak Gunung Slamet.



Tanah litosol
Tanah ini berbentuk dari batuan endapan dan bekuan, sangat peka
terhadap erosi, kurang baik untuk pertanian. Jenis tanah ini banyak
terdapat di Kecamatan Rembang bagian timur.



Tanah Gromosol
Tanah ini berbentuk dari endapan liat dan bekuan. Berwarna kelabu
sampai hitam, bersifat peka terhadap erosi, dapat dijadikan tanah
pertanian dan perkebunan. Jeni tanah ini banyak terdapat di Kecamatan
Karangreja, Bobotsari, Karanganyar, Karangmoncol dan Rembang

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.4. Peta Jenis Tanah Kabupaten Purbalingga

II - 6

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

2.1.5. Kondisi Klimatologi
Wilayah Kabupaten Purbalingga yang terletak di lereng bagian selatan
Gunung Slamet sampai dengan dataran rendah di bawahnya memiliki ratarata curah hujan 3.337 mm/tahun dan suhu udara berkisar antara 22 0C –
330C.

2.1.6. Kondisi Hidrologi
Kabupaten Purbalingga termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)
Serayu, Sub-DAS Pekacangan dan Klawing dengan anak-anak sungai sebagai
berikut :
1. Sungai Ponggawa
2. Sungai Gemuruh
3. Sungai Kajar
4. Sungai Lemberang
5. Sungai Tlahap
6. Sungai Soso
7. Sungai Lebak
8. Sungai Tungtunggunung
9. Sungai Laban
10. Sungai Kuning
11. Sungai Wotan
12. Sungai Gintung
13. Sungai Tambra
14. Sungai Muli

2.1.7 Kondisi Hidrogeologi
Air tanah dan akuifer di Kabupaten Purbalingga menurut peta
hidrogeologi Indonesia dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan, terdiri
atas:

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 7



Akuifer produktif dengan penyebaran luas
Akuifer ini berupa akuifer dengan keterusan sedang, tinggi
psiometri atau air tanah diatas atau dekat muka tanah sampai
lebih dari 5 m. Debit sumur umumnya 5 – 10 liter/detik.



Akuifer dengan produktivitas tinggi dengan penyebaran luas
Akuifer

ini

berupa

akuifer

dengan

keterusan

dan

kisaran

kedalaman muka air tanah beragam. Debit sumur umumnya lebih
dari 5 liter/detik


Akuifer dengan produktivitas kecil setempat berarti
Akuifer ini berupa akuifer dengan keterusan rendah sampai sangat
rendah. Air tanah setempat dalam jumlah terbatas dapat diperoleh
pada daerah lembah atau zona pelapukan.



Daerah air tanah langka

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.5. Peta Hidrogeologi Kabupaten Purbalingga

II - 8

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

2.1.8. Wilayah Rawan Bencana
a. Di Kabupaten Purbalingga terdapat 5 Kawasan rawan bencana alam,
meliputi kawasan rawan bencana banjir; kawasan rawan bencana
tanah longsor; kawasan rawan bencana kekeringan; kawasan rawan
bencana letusan Gunung Api Slamet; dan kawasan rawan bencana
angin topan. Kawasan rawan bencana banjir seluas kurang lebih
12.245 hektar meliputi:
1. Desa Kalialang, Desa Muntang, Desa Sumilir, dan Desa Jetis yang
berada di Kecamatan Kemangkon;
2. Desa Toyareja, Desa Jatisaba, dan Kelurahan Bancar yang berada
di Kecamatan Purbalingga;
3. Desa Lamongan, Desa Penaruban, Desa Tejasari, dan Desa
Cilapar yang berada di Kecamatan Kaligondang;
4. Desa Galuh dan Desa Banjaran yang berada di Kecamatan
Bojongsari;
5. Desa Kaliori, Desa Margasana, dan Desa Kalijaran yang berada di
Kecamatan Karanganyar;
6. Desa Bajong dan Desa Bukateja yang berada di Kecamatan
Bukateja;

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 9

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.6. Peta Rawan Bencana Banjir

b. Kawasan rawan bencana tanah longsor memiliki luas kurang lebih
16.510 hektar meliputi:
1. Desa Jetis, Desa Kedungbenda, dan Desa Pegandekan yang
berada di Kecamatan Kemangkon;
1. Desa Sidareja dan Desa Cilapar yang berada di Kecamatan
Kaligondang;
2. Desa Karangjambu, Desa Sirandu, Desa Sanguwatang, Desa
Purbasari, Desa Jingkang, dan Desa Danasari yang berada di
Kecamatan Karangjambu;
3. Desa Kaliori, Desa Kalijaran, Desa Maribaya, Desa Brakas, dan
Desa Banjarkerta yang berada di Kecamatan Karanganyar;
4. Desa Kertanegara, Desa Adiarsa, Desa Darma, Desa Langkap,
Desa

Margasana

dan

Desa

Karangasem

yang

berada

di

Kecamatan Kertanegara;
5. Desa Banjaran yang berada di Kecamatan Bojongsari;

II - 10

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

6. Desa Banjarsari dan Desa Karangmalang yang berada di
Kecamatan Bobotsari;
7. Desa Sindang dan Desa Tangkisan yang berada di Kecamatan
Mrebet;
8. Desa Wlahar, Desa Tanalum, Desa Bodaskarangjati, Desa
Bantarbarang, Desa Wanogara Wetan, Desa Panusupan, Desa
Gunungwuled,

Desa

Sumampir,

Desa

Makam,

dan

Desa

Karangbawang yang berada di Kecamatan Rembang; dan
9. Desa Sirau, Desa Tajug, Desa Kramat, Desa Karangsari, dan Desa
Pepedan berada di Kecamatan Karangmoncol.

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.7. Peta Rawan Bencana Tanah Longsor

c.

Kawasan rawan bencana kekeringan memiliki luas kurang lebih
29.044 hektar meliputi:

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 11

1. Desa Pengadegan, Desa Karangjoho, Desa Larangan, Desa
Panunggalan, Desa Bedagas, Desa Tumanggal, Desa Tegalpingen,
Desa Tetel, dan Desa Pasunggingan yang berada di Kecamatan
Pengadegan;
2. Desa

Langgar,

Desa

Timbang,

Desa

Nangkasawit,

Desa

Pandansari, Desa Pangempon, Desa Kejobong, Desa Gumiwang,
Desa Krenceng, dan Desa Lamuk yang berada di Kecamatan
Kejobong;
3. Desa Kalialang, Desa Muntang, Desa Sumilir, Desa Kedungbenda,
Desa Bokol, Desa Pelumutan, Desa Majatengah, dan Desa
Kedunglegok yang berada di Kecamatan Kemangkon;
4. Desa Slinga, Desa Arenan, Desa Sidanegara, Desa Pagerandong,
Desa Sidareja, Desa Selakambang, Desa Sinduraja, dan Desa
Kaligondang yang berada di Kecamatan Kaligondang;
5. Desa Sangkanayu, Desa Sindang, Desa Campakoah, Desa
Pengalusan, dan Desa Binangun yang berada di Kecamatan
Mrebet;
6. Desa Kalapacung, Desa Gunungkarang, dan Desa Banjarsari yang
berada di Kecamatan Bobotsari;
7. Desa Kutabawa, Desa Serang, Desa Siwarak, Desa Karangreja,
Desa Tlahab Lor, dan Desa Tlahab Kidul yang berada di
Kecamatan Karangreja;
8. Desa Kaliori, Desa Banjarkerta, Desa Karanganyar, Desa Kalijaran,
Desa Karanggedang, dan Desa Maribaya yang berada di
Kecamatan Karanganyar;
9. Desa Langkap yang berada di Kecamatan Kertanegara;
10. Desa

Bumisari,

Desa

Pekalongan,

Desa

Banjaran,

Desa

Metenggeng, dan Desa Pagedangan yang berada di Kecamatan
Bojongsari;
11. Desa Wlahar dan Desa Bantarbarang yang berada di Kecamatan
Rembang; dan

II - 12

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

12. Desa Karangsari, Desa Pepedan, Desa Rajawana, Desa Tajug,
Desa Pekiringan, dan Desa Tamansari yang berada di Kecamatan
Karangmoncol.

d. Kawasan rawan bencana letusan Gunung Api Slamet seluas kurang
lebih 8.015 hektar meliputi:
1. Desa Serang, Desa Siwarak, Desa Kutabawa, Desa Karangreja,
Desa Tlahab Lor, dan Desa Tlahab Kidul yang berada di
Kecamatan Karangreja;
2. Desa Pengalusan, Desa Binangun, dan Desa Sangkanayu yang
berada di Kecamatan Mrebet;
3. Desa Bumisari dan Desa Metenggeng yang berada di Kecamatan
Bojongsari; dan
4. Desa Karangjengkol, Desa Candinata, Desa Candiwulan, dan Desa
Cendana yang berada di Kecamatan Kutasari.

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.8. Peta Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 13

e. Kawasan rawan bencana angin topan seluas kurang lebih 41.532
hektar meliputi:
1. Desa Kedungbenda, Desa Bokol, Desa Majasem, Desa Senon,
Desa Pelumutan, dan Desa Jetis yang berada di Kecamatan
Kemangkon;
2. Desa Pagerandong, Desa Sidanegara, Desa Arenan, Desa Sempor
Lor, Desa Brecek, dan Desa Cilapar yang berada di Kecamatan
Kaligondang;
3. Desa Karangreja, Desa Candinata, Desa Karangklesem, Desa
Karangcegak, Desa Sumingkir, Desa Meri, Desa Kutasari, dan
Desa Munjul yang berada di Kecamatan Kutasari;
5. Desa Pekalongan, Desa Beji, Desa Metenggeng, dan Desa
Bumisari yang berada di Kecamatan Bojongsari;
6. Desa

Banjarsari,

Desa

Tlagayasa,

Desa

Majapura,

Desa

Karangduren, Desa Kalapacung, Desa Pakuncen, dan Desa
Gunungkarang yang berada di Kecamatan Bobotsari;
7. Desa Serang, Desa Kutabawa, Desa Karangreja, Desa Siwarak,
Desa Tlahab Lor, dan Desa Gondang yang berada di Kecamatan
Karangreja;
8. Desa

Sanguwatang,

Desa

Purbasari,

Desa

Sirandu,

Desa

Karangjambu, Desa Jingkang, dan Desa Danasari yang berada di
Kecamatan Karangjambu;
9. Desa Ponjen, Desa Krangean, Desa Langkap, Desa Kalijaran, Desa
Brakas,

dan

Desa

Maribaya

yang

berada

di

Kecamatan

Karanganyar;
10. Desa Sangkanayu, Desa Pengalusan, dan Desa Cipaku yang
berada di Kecamatan Mrebet;
11. Desa Kejobong, Desa Pangempon, Desa Langgar, Desa Nangkod,
dan Desa Kedarpan yang berada di Kecamatan Kejobong;
12. Desa Tetel, Desa Tumanggal, Desa Bedagas, Desa Larangan, dan
Desa Karangjoho yang berada di Kecamatan Pengadegan;

II - 14

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

13. Desa Gunungwuled, Desa Losari, Desa Bantarbarang, Desa
Wanogara Wetan, Desa Wlahar, Desa Tanalum, Desa Panusupan,
dan Desa Wanogara Kulon yang berada di Kecamatan Rembang;
14. Desa Kramat, Desa Tunjungmuli, dan Desa Tamansari yang
berada di Kecamatan Karangmoncol;
15. Desa Purbayasa, Desa Bojanegara, dan Kelurahan Karangsentul
yang berada di Kecamatan Padamara;
16. Desa Bukateja, Desa Bajong, dan Desa Kutawis yang berada di
Kecamatan Bukateja; dan
17. Kelurahan

Kalikabong,

Kelurahan

Karangmanyar,

Kelurahan

Mewek, Desa Selabaya, dan Desa Babakan yang berada di
Kecamatan Kalimanah.

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031

Gambar 2.9. Peta Rawan Bencana Angin Topan

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 15

2.1.9. Kondisi demografi
Penduduk Kabupaten Purbalingga hasil proyeksi BPS tahun 2015
berjumlah 898.376 jiwa yang terdiri dari 443.915 laki-laki dan 454.461
perempuan, atau tumbuh sebesar 0,48 persen dari tahun sebelumnya.
Selama kurun waktu 5 (lima) tahun laju penduduk Kabupaten
Purbalingga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 1,36 persen
pada tahun 2010 turun secara bertahap menjadi 1,14 persen tahun
2011; 1,11 persen tahun 2012; 1,10 persen tahun 2013; 1,06 persen
pada tahun 2014 dan 0,48 persen tahun 2015. Secara rinci jumlah
Penduduk Kabupaten Purbalingga menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin Tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga menurut Kecamatan
dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2014
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

2012

2013

2014

L
P
Kemangkon
26.547
27.587
Bukateja
33.545
34.239
Kejobong
21.253
22.548
Pengadegan
17.928
18.536
Kaligondang
27.635
29.783
Purbalingga
28.026
29.621
Kalimanah
25.602
26.297
Padamara
20.124
21.121
Kutasari
28.333
28.572
Bojongsari
28.914
28.614
Mrebet
33.546
34.253
Bobotsari
23.945
24.337
Karangreja
20.295
20.397
Karangjambu
12.240
12.078
Karanganyar
17.539
17.640
Kertanegara
15.257
15.695
Karangmoncol
25.412
25.663
Rembang
29.406
29.303
Jumlah
435.547 446.284

Jumlah
L
P
54.134
26.588
27.665
67.784
33.654
34.322
43.801
21.336
22.612
36.464
17.993
18.577
57.418
27.718
29.885
57.647
28.090
29.663
51.899
25.750
26.426
41.245
20.276
21.256
56.905
28.452
28.726
57.528
29.064
28.740
67.799
33.708
34.376
48.282
24.010
24.389
40.692
20.377
20.458
24.318
12.303
12.116
35.179
17.562
17.656
30.952
15.290
15.715
51.075
25.466
25.698
58.709
29.436
29.330
881.831 437.073 447.610

Jumlah
L
P
54.253
26.870
27.959
67.976
34.014
34.689
43.948
21.556
22.848
36.570
18.176
18.765
57.603
28.014
30.207
57.753
28.411
30.000
52.176
26.048
26.735
41.532
20.526
21.515
57.178
28.799
29.075
57.804
29.415
29.088
68.084
34.056
34.735
48.399
24.289
24.668
40.835
20.577
20.661
24.419
12.431
12.241
35.218
17.721
17.816
31.005
15.422
15.853
51.164
25.678
25.907
58.766
29.703
29.594
884.683 441.706 452.356

Kecamatan

Jumlah
54829
68703
44404
36941
58221
58411
52783
42041
57874
58503
68791
48957
41238
24672
35537
31275
51585
59297
894.062

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Purbalingga pada tahun
2014 sebesar 1.150 jiwa/km2, tertinggi di Kecamatan Purbalingga
sebesar 3.963 jiwa/km2, selanjutnya Padamara 2.436 jiwa/km2, dan
Kecamatan Kalimanah sebesar 2.434

jiwa/km2. Sementara itu

kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah

II - 16

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

Kecamatan Karangjambu 571 jiwa/km2, selanjutnya Kecamatan
Karangreja 839 jiwa/km2. Sex ratio atau rasio jenis kelamin rasio jenis
kelamin Kabupaten Purbalingga tahun 2014 tercatat sebesar 97,65
yang artinya diantara 100 penduduk perempuan terdapat kurang lebih
98 penduduk laki-laki atau dengan kata lain penduduk perempuan
lebih banyak daripada laki-laki. Kepadatan dan Sex ratio Penduduk
Kabupaten Purbalingga menurut Kecamatan dapat dilihat pada tabel
2.3.

Tabel 2.3.
Kepadatan Penduduk, Sex Ratio dan Laju Pertumbuhan
Penduduk Tahun 2012-2014
No

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Kemangkon
Bukateja
Kejobong
Pengadegan
Kaligondang
Purbalingga
Kalimanah
Padamara
Kutasari
Bojongsari
Mrebet
Bobotsari
Karangreja
Karangjambu
Karanganyar
Kertanegara
Karangmoncol
Rembang
Jumlah

KP
1.200
1.599
1.096
8 74
1.136
3.914
2.307
2.276
1.495
1.967
1.524
1.853
8 28
6 60
1.175
1.158
1.119
9 49
1.330

2012
SR
96,23
97,97
94,26
96,72
92,79
94,62
97,36
95,28
99,16
101,04
97,94
98,39
99,50
101,34
99,43
97,21
99,02
100,35
97,59

LPK
1,99
2,04
2,26
2,15
2,07
2,24
2,54
3,13
2,20
2,42
2,22
2,12
2,10
2,52
1,96
1,88
1,46
1,47
2,14

KP
1202
1603
1099
876
1140
3921
2319
2292
1502
1977
1530
1858
831
663
1176
1159
1121
950
1334

2013
SR
96,11
98,05
94,36
96,86
92,75
94,70
97,44
95,39
99,05
101,13
98,06
98,45
99,60
101,54
99,47
97,30
99,10
100,36
97,65

LPK
0,22
0,28
0,34
0,29
0,32
0,18
0,53
0,70
0,48
0,48
0,42
0,24
0,35
0,42
0,11
0,17
0,17
0,10
0,32

KP
1.215
1.522
984
819
1.290
1294
1170
932
1282
1296
1524
1085
914
547
787
693
1143
1314
1150

2014
SR
96.11
98.05
94.35
96.86
92.74
94.70
97.43
95.40
99.05
101.12
98.05
98.46
99.59
101.55
99.47
97.28
99.12
100.37
97.65

LPK
1.06
1.07
1.04
1.01
1.07
1.14
1.16
1.23
1.22
1.21
1.04
1.15
0.99
1.04
0.91
0.87
0.82
0.90
1.06

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015

2.2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai
tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan
di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 17

aktivitas

ekonomi

dalam

suatu

periode

tertentu

tanpa

memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau
non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan
pendekatan

yaitu

pendekatan

produksi,

melalui 3 (tiga)

pengeluaran,

dan

pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga
konstan (riil). PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan
PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode
penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan
harga pada tahun dasar

tertentu dan bertujuan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi; pada saat ini menggunakan tahun dasar
2010.
Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000
(2000=100) menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia
1990 (KLUI 1990) dimana aktivitas ekonomi dibagi atas 9 sektor
lapangan usaha,

sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010

(2010=100) menggunakan KBLI 2009, yang membagi aktivitas
ekonomi menjadi 17 kategori.
Capaian

PDRB

di

Kabupaten

Purbalingga

mengalami

peningkatan dalam kurun waktu 2011-2015. Kenaikan tersebut
terjadi baik kepada capaian PDRB ADHB dan ADHK atas Dasar Tahun
2010. Perkembangan capaian PDRB dapat dilihat pada gambar 2.10.

II - 18

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

18000000
15946676,6

16000000

14169966,6

14000000
12000000
10000000

12700951,3

12205358,9

13554296,8

10858631,5
12138445,3

11474221,2

12819159,7

10858631,5

8000000
6000000
4000000
2000000
0
2010

2011

2012

PDRB ADHB

2013

2014

PDRB ADHK

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015

Gambar 2.10. PDRB ADHB dan ADHK Tahun Dasar 2010

Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kabupaten
Purbalingga

telah

bergeser

dari

lapangan

usaha

Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang
terlihat dari penurunan peranan setiap tahunnya

terhadap

pembentukan PDRB Kabupaten Purbalingga. Walaupun demikian
kategori Pertanian masih memegang peranan yang cukup besar di
Kabupaten Purbalingga, tercatat hingga 2015 peranannya masih
bertengger di 29,80 persen. Peranan terbesar selanjutnya diisi oleh
kategori C yaitu Industri Pengolahan yang berada pada kisaran 25,72
persen. Peranan terendah terjadi pada kategori D, Pengadaan Listrik
dan Gas tahun 2015 hanya memberikan peran sebesar 0,04 persen.
Perkembangan

peranan/sumbangan

sektor

PDRB

Kabupaten

Purbalingga Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel 2.4.

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 19

Tabel 2.4.
Distribusi PDRB ADHB Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2015
2011

Sektor

2012

2013

Rp.juta
%
Rp.juta
%
3.732.268,2 30,80 3.897.421,0 30,96
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
574.065,9
4,70
598.817,1
4,71
Pertambangan
dan Penggalian
2.949.207,8 24,16 3.031.830,5 23,87
Industri
Pengolahan
6,892.6
0,06
6,666.0
0,05
Pengadaan
Listrik dan Gas
17,087.2
0,14
17,114.8
0,13
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, limbah
& daur ulang
692,857.4
5,68
720,635.9
5,67
Konstruksi
1.723.920,0 14,12 1.778.387,0 14,00
Perdagangan
Besar & Eceran,
Reparasi Mobil
dan Spda Motor
371.718,2
3,05
372.335,3
2,93
Transportasi dan
Pergudangan
277.406,3
2,27
284.256,3
2,24
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
200.232,0
1,64
199.933,1
1,57
Informasi dan
Komunikasi
272.076,6
2,23
298.556,6
2,35
Jasa Keuangan
dan Asuransi
129.577,2
1,06
129.680,1
1,02
Real Estate

Rp.juta
4.288.657,6

659.801,8
3.364.117,9

2014
%

Rp.juta

2015
%

Rp.juta

%

30,00

5.532.716

29,80

805.636,0

5,05

944.402

5,09

23,74 3.748.176,5

23,50

4.774.915

25,72

30,55 4.730.399,9

4,66

6,980.8

0,05

7,739.0

0,05

8.164

0,04

17,364.6

0,12

17,822.9

0,11

19.445

0,10

5,69
916,797.3
13,88 2.265.959,7

5,75
14,21

1.054.505
2.285.564

5,68
12,31

806,235.4
1.967.342,3

404.707,6

2,86

466.545,9

2,93

572.650

3,08

314.237,2

2,22

343.884,5

2,16

423.066

2,28

234.234,8

1,65

250.427,4

1,57

288.717

1,56

324.450,1

2,29

357.919,1

2,24

391.919,1

2,11

139.242,2

0,98

156.402,8

0.98

191.346

1,03

Jasa Perusahaan

17.144,4

0,14

17.853,4

0,14

20.653,3

0,15

24.967,5

0,16

30.504

0,16

Adm. Pmtahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Jasa Pendidikan

372.399,3

3,05

419.518,9

3,30

441.084,8

3,11

489.698,5

3,07

516.111

2,78

510,761.2

4,18

553,295.8

4,36

766,189.7

5,41

878,095.5

5,51

1.022.436

5,51

103,630.4

0,85

110,924.1

0,87

132,930.8 `

0,94

148,330.0

0,93

183.181

0,99

227,216.8

1,86

229,300.1

1,81

240,883.0

1,70

284,211.0

1,78

325.434

1,75

Jasa Kesehatan
dan Keg Sosial
Jasa Lainnya

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2014

Pertumbuhan

ekonomi

memberikan

gambaran

tingkat

perubahan ekonomi di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dihitung
menggunakan rumusan pertumbuhan PDRB ADHK atas dasar tahun
2010. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga selama 5
(lima)

tahun

terakhir

cenderung

fluktuatif.

Pada

tahun

2011

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga sebesar 5,67 persen
kemudian naik menjadi 5,67% pada tahun 2011. Pada tahun 2012

II - 20

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

mengalami pertumbuhan sebesar 5,79 persen,

namun pada tahun

2013 menurun menjadi 5,61 persen, dan pada tahun 2014 naik lagi
menjadi sebesar 5,86 persen, dan tahun 2015 pertumbuhan adalah
5,39 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga pada tahun
2014 berada pada peringkat ke-3 diantara kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga sudah diatas capaian Jawa
Tengah

sebesar

5,42

persen.

Perbandingan

pertumbuhan

ekonomi

Kabupaten Purbalingga dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain dan
capaian Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik yang tersaji dibawah ini:

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kab. Semarang
Kab. Kebumen
Kab. Purbalingga
Kab. Sragen
Kab. Pemalang
Kota Pekalongan
Kab. Klaten
Kab. Brebes
Kab. Batang
Kota Semarang
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kota Surakarta
Kab. Rembang
Kab. Temanggung
Kab. Karanganyar
Kab. Kendal
Kab. Banjarnegara
Kab. Boyolali
Kota Tegal
Kab. Tegal
Kab. Pekalongan
Kota Magelang
Kab. Magelang
Kota Salatiga
Kab. Banyumas
Kab. Jepara
Kab. Purworejo
Kab. Pati
Kab. Blora
Kab. Demak
Kab. Kudus
Kab. Wonosobo
Kab. Grobogan
Kab. Cilacap

7
6
5
4
3
2
1
0

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015)

Gambar 2.11. Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Purbalingga dengan Kabupaten/Kota Lain di Jawa
Tengah dan Capaian Jawa Tengah Tahun 2015
2.2.2. Laju Inflasi
Inflasi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk
melihat stabilitas

ekonomi suatu

wilayah

atau

daerah

yang

menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum
yang dihitung dari indeks harga konsumen. Inflasi berpengaruh
terhadap daya beli masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan
tetap serta mempengaruhi besarnya produksi barang.

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 21

Apabila dilihat perkembangan inflasi tahun kalender setiap
tahunnya, tren perubahan yang terjadi di Purbalingga, Purwokerto,
Cilacap dan Jawa Tengah serta nasional menunjukkan pola yang
hampir sama. Pada tahun 2014 terjadi inflasi yang cukup tinggi pada
bulan November dan Desember yang antara lain disebabkan oleh
kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM jenis premium dan solar
yang berimbas pada kenaikkan harga sejumlah komoditas terutama
dikelompok transportasi dan bahan makanan.
Pada tahun 2015 tingkat inflasi di Kabupaten Purbalingga
tergolong cukup rendah. Kondisi semacam ini patut dipertahankan
pada tahun-tahun mendatang agar inflasi tidak terlalu tinggi yang
dapat mempengaruhi daya beli masyarakat. Tingkat inflasi yang
tinggi dapat menjadikan masyarakat yang berpenghasilan rendah
menjadi miskin. Beberapa langkah kebijakan dapat diambil antara
lain dengan meningkatkan pemantauan pasokan barang dan tingkat
harga di pasaran, melakukan operasi pasar pada waktu-waktu
tertentu

agar

harga

komoditas

pangan

utama

tetap

stabil.

Ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi
dan komunikasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah
provinsi dan pemerintah pusat tentunya perlu ditingkatkan agar
tingkat inflasi dapat terjaga pada level yang wajar.

II - 22

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

9
8,5

8
7
6

5,87

5
4,47

4

4,34

3
2
1

0,66

0
2011

2012

2013

2014

2015

Laju InflasiPurbalingga

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015

Gambar 2.12. Laju Inflasi Tahun Kalender Kabupaten Pubalingga
Tahun 2011-2015 (Oktober)

2.2.3. PDRB Perkapita
Produktivitas penduduk di sebuah wilayah dapat dihitung
menggunakan pendekatan PDRB per Kapita, yaitu sebuah model
matematis yang membagi antara pendapatan regional terhadap
jumlah masyarakat pada tengah tahun. PDRB ADHB per kapita
Kabupaten Purbalingga pada kurun waktu 2010-2014 cenderung
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, PDRB per kapita
Kabupaten Purbalingga mencapai Rp. 10.858.631,5 meningkat
sebesar 12,40% menjadi Rp. 12.205.358,9 pada tahun 2011. Pada
tahun 2012,

terjadi kenaikan capaian PDRB per kapita sebesar

4,06% menjadi Rp. 12.700.951,3. Pada tahun 2013 kembali terjadi
kenaikan sebesar 11,57% menjadi Rp. 14.169.966,6 dan pada tahun
2014 terjadi kenaikan sebesar 12,54% menjadi Rp. 15.946.676,6.

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 23

PDRB ADHB Per Kapita
18.000.000
16.000.000
15.946.677

14.000.000
14.169.967

12.000.000
10.000.000
8.000.000

12.205.359

12.700.951

10.858.632

6.000.000
4.000.000
2.000.000
0
2010

2011

2012

2013

2014

PDRB ADHB Per Kapita

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015

Gambar 2.13. Perkembangan PDRB ADHB per Kapita Kabupaten
Purbalingga Tahun 2010-2014

2.2.4. Indeks Gini
Indeks Gini merupakan sebuah indikator yang digunakan untuk
menghitung ketidakmerataan atau ketimpangan agregat yang
angkanya mencakup antara 0 hingga 1. Ketimpangan yang diukur
menggunakan Indeks Gini biasanya bervariasi, tergantung kepada
kebutuhan. Salah satu indikator yang dapat dihitung menggunakan
indeks gini adalah ketimpangan terhadap pendapatan. Capaian
Indeks Gini yang menunjukkan angka 0 menunjukkan ketiadaan
ketimpangan pendapatan diantara satu penduduk dengan penduduk
yang lain, sedangkan apabila menunjukkan angka 1 maka dipastikan
terjadi kesenjangan pendapatan yang sangat tinggi antara penduduk
satu dengan yang lainnya. Ketimpangan yang terjadi berdasarkan
perhitungan menggunakan Indeks Gini dapat dibagi menjadi 3
kategori, yaitu rendah apabila capaian Indeks Gini berada dibawah
0,3; sedang apabila capaian Indeks Gini antara 0,3-0,4; dan tinggi
apabila capaian Indeks Gini mencapai lebih dari 0,4.

II - 24

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah gini ratio untuk
Kabupaten Purbalingga adalah sebesar 0,30 pada tahun 2014 yang
artinya ketimpangan cukup rendah atau pemerataan cukup tinggi
karena masih dibawah 0,35. Sementara itu gini ratio untuk Provinsi
Jawa Tengah tercatat sebesar 0,38 pada tahun 2014.
2.2.5. Penduduk Miskin
Persentase penduduk miskin di Kabupaten Purbalingga pada
tahun 2014 sebesar 19,75 atau sejumlah 176.040 jiwa, menurun
dari tahun 2013 sebesar 20,53 persen atau 181.100 jiwa. Kinerja
penurunan kemiskinan di Kabupaten Purbalingga tahun 2011-2014
cukup baik, hal ini terlihat dari persentase penduduk miskin dan
jumlah penduduk miskin yang selalu menurun setiap tahun.
Tabel 2.4.

Data Kemiskinan Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 – 2014
No
1
2
3
4
5

Uraian
Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)
Persentase Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan (Rp/kp/bln)
Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2)

2011
196.000
23,06
230,461
3,11

2012
184.900
21,19
247,508
3,72

2013
181.100
20,53
265,262
3,20

2014
176.040
19,75
275,022
2,81

0,67

0,96

0,73

0,63

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2011-2014).

Berdasarkan tabel 2.4 diatas, dapat diketahui bahwa persentase
penduduk miskin di Kabupaten Purbalingga walaupun semakin
menurun

namun

masih

tergolong

cukup

besar.

Upaya

penanggulangan kemiskinan tentunya perlu ditingkatkan melalui
berbagai program yang mengarah pada pemenuhan hak dasar
mencakup bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih dan
sanitasi, dan pangan; perluasan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha; dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Diharapkan dengan adanya program-program yang pro poor dapat

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 25

mengurangi jumlah

dan

persentase

penduduk

miskin

secara

signifikan. Perbandingan persentase penduduk miskin Kabupaten/
Kota di Jawa Tengah secara rinci dapat dilihat pada grafik yang
tersaji dibawah ini

Kab/Kota

Nasional (10,96%)

Provinsi Jawa Tengah (13,58%)

Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Rembang
Kab. Pati
Kab. Kudus
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kota Magelang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kota Tegal

14,21
17,45
19,75
17,77
20,50
14,41
21,42
12,98
12,36
14,56
9,18
13,09
12,62
14,87
13,86
13,66
19,50
12,06
7,99
8,55
14,60
8,05
11,55
11,80
11,13
12,57
18,44
9,87
20,00
9,14
10,95
5,93
5,04
8,02
8,54

Sumber: BPS, diolah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015

Gambar 2.14.

Perbandingan angka kemiskinan Kabupaten/Kota

se Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2014.

2.2.6. Indeks Pembangunan Manusia
Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Purbalingga cenderung mengalami peningkatan dalam kurun waktu
tahun 2010-2015. Pada tahun 2010, IPM Kabupaten Purbalingga
mencapai 63,61 meningkat menjadi 64,33 pada tahun 2011.
Peningkatan juga terjadi pada tahun 2014 dan 2015 dimana masingmasing capaian IPM mencapai 66,23 dan 67,02.

II - 26

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

Empat komponen penghitungan IPM adalah angka harapan
hidup,

harapan

lama

sekolah,

rata-rata

lama

sekolah,

dan

pengeluaran perkapita. Angka harapan hidup Kabupaten Purbalingga
terus mengalami kenaikan dari 72,56 pada tahun 2010 menjadi
72,63 pada tahun 2011, dan terus meningkat lagi hingga menjadi
72,80 pada tahun 2015. Ini memberikan gambaran bahwa ada
peningkatan derajat kesehatan di Kabupaten Purbalingga. Begitu
juga di bidang pendidikan yang diukur dari harapan lama sekolah
dan rata-rata lama sekolah. Untuk harapan lama sekolah ada
peningkatan dari 10,71 pada tahun 2010 menjadi 10,84 pada tahun
2011 dan terus naik pada tahun 2015 menjadi 11,78. Rata-rata lama
sekolah untuk penduduk 25 tahun ke atas Kabupaten Purbalingga
tahun 2010 adalah 6,22 tahun, naik menjadi 6,68 pada tahun 2013
dan naik lagi menjadi 6,85 pada tahun 2015. Sementara itu besarnya
paritas daya beli penduduk Kabupaten Purbalingga tahun 2015
adalah 8.938 ribu rupiah. Perbandingan IPM Kabupaten Purbalingga
Tahun 2015 dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dapat
dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5

Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Surakarta
Kota Magelang
Sukoharjo
Karanganyar
Klaten
Kota Tegal
Kudus
Kota Pekalongan
Semarang
Boyolali
Sragen
Purworejo
Jepara
Banyumas
Demak
Kendal
Pati
Rembang
Grobogan
Cilacap
Wonogiri
Pekalongan
Magelang
Temanggung
Purbalingga
Kebumen
Blora
Wonosobo
Batang
Tegal
Banjarnegara
Pemalang
Brebes

80,96
80,23
80,14
76,39
74,53
74,26
73,81
72,96
72,72
72,69
71,89
71,74
71,10
70,37
70,02
69,89
69,75
69,57
68,51
68,18
68,05
67,77
67,76
67,40
67,13
67,07
67,03
66,87
66,22
65,70
65,46
65,04
64,73
63,70
63,18

Data IPM Kabupaten/Kota Provinsi Jawa tengah Tahun 2015

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 27

2.2.7. Angka

Partisipasi

Kasar

(APK)

Pendidikan

Dasar

dan

Menengah
Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
partisipasi sekolah penduduk adalah Angka Partisipasi Kasar (APK).
Angka ini dihitung berdasarkan perbandingan antara anak yang
sekolah pada tingkat pendidikan tertentu dibagi dengan penduduk
umur yang seharusnya anak duduk pada tingkat pendidikan tertentu.
Pada kurun waktu 3 tahun terakhir, APK SD terus mengalami
kenaikan dari 108,58 pada tahun 2012 meningkat menjadi 112,53
pada tahun 2013 dan 118,84 pada tahun 2014. APK SD berada
diatas 100 persen yang artinya jumlah penduduk yang sedang
bersekolah di tingkat SD lebih besar dibandingkan jumlah penduduk
kelompok umur 7-12 tahun.Hal ini disebabkan adanya siswa yang
berumur diatas 12 tahun tetapi saat ini masih bersekolah di tingkat
SD

dikarenakan

kasus

tinggal

kelas

atau

terlambat

masuk

sekolah.Selain itu, juga adanya siswa yang lebih muda dibanding
umur standar yang duduk di suatu jenjang pendidikan menunjukkan
siswa tersebut masuk sekolah di umur yang lebih muda (kurang dari
7 tahun).
Untuk APK SMP dan SM mengalami penurunan pada tahun
2013 namun dapat kembali meningkat pada tahun 2014. APK SMP
yang masih dibawah nilai 100 menunjukkan bahwa pada kelompok
umur 13-15 tahun belum keseluruhan penduduknya bersekolah di
tingkat SMP. Hal yang sama terjadi juga pada kelompok umur 16-18
tahun yang belum keseluruhan penduduknya bersekolah di tingkat
SM (Sekolah Menengah).
Jika dilihat menurut jenis kelamin pada tahun 2014, APK SD
dan SMP pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Hal ini
menunjukkan bahwa partisipasi sekolah di SD dan SMP bagi kaum
perempuan lebih besar dibanding laki-laki.Sedangkan pada APK SM
laki-laki lebih tinggi dari perempuan.

II - 28

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

2.2.8. Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Dasar dan
Menengah
Ukuran lain yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
partisipasi sekolah penduduk adalah Angka Partisipasi Murni (APM).
APM menunjukkan proporsi anak sekolah di suatu kelompok umur
tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok
umurnya. Angka ini dihitung dengan perbandingan antara jumlah
murid umur tertentu pada pendidikan tertentu dibagi jumlah
penduduk kelompok umur pendidikan yang bersangkutan. APM
Kabupaten Purbalingga tahun 2014 untuk tingkat Sekolah Dasar
adalah 97,28; untuk SMP adalah 79,78 dan untuk tingkat SM adalah
44,08. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa untuk APM SD 97,28
menandakan penduduk Kabupaten Purbalingga sudah tepat waktu
dalam menyekolahkan anak-anaknya ke SD setelah anak berumur 7
tahun.
Selama kurun waktu 2012-2014, angka partisipasi murni di
Kabupaten Purbalingga mengalami peningkatan terutama APM SD
dan SLTP. Pada tahun 2012 ada sebanyak 92,13 persen penduduk
umur 7-12 tahun yang sedang bersekolah di SD, sedangkan
penduduk 13-15 tahun yang sedang bersekolah di SMP sebanyak
73,44 persen. Pada tahun 2013 persentase penduduk umur 7-12
tahun yang sedang sekolah di SD sebanyak 96,76 persen sedangkan
penduduk umur 13-15 tahun yang sedang sekolah di SMP sebanyak
74,07 persen. Sementara itu untuk APM SM mengalami penurunan
pada tahun 2013 sebesar 34,97 persen namun kembali meningkat
pada tahun 2014 menjadi sebesar 44,08 persen.

2.2.9

Kasus Kematian Ibu
Kasus kematian Ibu mencerminkan banyaknya ibu yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 29

kehamilan atau penanganan (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidental) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42
hari setelah melahirkan) tanpa menghitung lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup.
Kecenderungan Kasus Kematian Ibu dalam kurun waktu tahun
2010-2015 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2014 mengalami
penurunan dari tahun 2013 sebanyak 26 kasus menjadi 14 kasus
pada Tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 20 kasus
atau 135,78 per 100.000 kelahiran hidup.
Kematian ibu terjadi karena kurangnya akses masyarakat
terhadap
pelayanan

pelayanan

kesehatan

kegawatdaruratan

tidak

yang

berkualitas,

tepat

waktu

sehingga
disebabkan

keterlambatan mengenal tanda bahaya dan pengambilan keputusan.
Selain itu penyebab kematian ibu juga tidak terlepas dari kondisi ibu
itu sendiri yang terkait dengan tingkat sosial, ekonomi, dan tingkat
pendidikan yang sering diistilahkan dengan 4 (empat) terlalu dan 3
(tiga) terlambat yakni (terlalu tua pada saat hamil; terlalu muda
pada saat hamil; terlalu banyak anak; terlalu rapat jarak kehamilan)
dan (terlambat mengambil keputusan sehingga terlambat tertangani;
terlambat sampai ke tempat rujukan karena kendala transportasi;
dan terlambat mendapatkan penanganan karena terbatasnya sarana
dan sumber daya manusia).

2.2.10 Angka Kematian Bayi (AKB)

Perkembangan AKB di Kabupaten Purbalingga selama Tahun
2011-2015 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014, AKB di Kabupaten
Purbalingga

sebesar

162

kasus.

Jumlah

tersebut

menurun

dibandingkan 4 (empat) tahun sebelumnya yaitu tahun 2010, 2011,
2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar 171 kasus, 168 kasus,
182 kasus dan 172 kasus. Pada tahun 2015 AKB tercatat 149 kasus
atau 10,18 per 1.000 KH. Namun demikian, angka tersebut masih

II - 30

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

cukup tinggi disebabkan antara lain kehamilan resiko tinggi,
kurangnya asupan gizi pada ibu hamil sehingga menyebabkan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR), kelainan konginental pada bayi dan
kehamilan yang tidak dikehendaki.

2.2.11 Prevalensi Gizi Buruk
Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Purbalingga dalam
kurun waktu 2011-2015 cenderung fluktuatif, dari 0,07 persen pada
Tahun 2011, 0,11 persen pada Tahun 2012, naik lagi menjadi 0,81
persen pada tahun 2013, dan mengalami penurunan menjadi 0,13
persen pada Tahun 2014, serta 0,11 pada tahun 2015. Penurunan
tersebut terjadi karena berbagai upaya telah dilakukan diantaranya
melalui pemberian makanan tambahan dan perawatan kepada balita
gizi buruk.

2.2.12 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan perbandingan
antara penduduk yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan
dengan angkatan kerja. Data Sakernas 2014 mencatat bahwa tingkat
pengangguran Kabupaten Purbalingga sebesar 5,13 yang artinya
terdapat sebanyak 5,13 persen penduduk usia kerja yang termasuk
dalam kelompok penganggur. Menurut Sakernas, pengangguran
mencakup mereka yang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan
usaha baru, dan mereka yang tidak mencari pekerjaan karena putus
asa sudah berkali-kali mencari pekerjaan namun belum berhasil.
Pada tahun 2014 persentase laki-laki yang menganggur lebih
banyak dibanding perempuan demikian juga pada tahun 2013.
Namun demikian jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi
penurunan pengangguran yang cukup besar pada perempuan yaitu
dari 5,22 persen menjadi 2,80 persen pada tahun 2014. Dengan kata
lain penurunan tingkat pengangguran pada tahun 2014 lebih

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 31

dipengaruhi oleh penurunan tingkat pengangguran perempuan
seiring dengan menurunnya penduduk usia kerja perempuan yang
mencari pekerjaan.

2.2.13 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan
jumlah angkatan kerja yaitu jumlah penduduk yang bekerja dan
mencari pekerjaan terhadap jumlah seluruh penduduk usia kerja (15
tahun ke atas). TPAK Kabupaten Purbalingga tahun 2014 tercatat
sebesar 70,95 yang mengindikasikan bahwa terdapat 70,95persen
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di Kabupaten
Purbalingga. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan
tenaga kerja yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa
dalam perekonomian Kabupaten Purbalingga pada tahun 2014.
Bila dibandingkan dengan tahun 2013, TPAK Kabupaten
Purbalingga tahun 2014 mengalami penurunan sejalan dengan
menurunnya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yaitu dari
73,76 pada tahun 2013 menjadi 70,95 pada tahun 2014. Jika diamati
lebih teliti, maka penurunan TPAK ini lebih banyak terjadi pada
tenaga kerja perempuan kurang lebih 4 persen yaitu dari 62,40
menjadi 58,36; sementara TPAK laki-laki hanya turun kurang lebih 1
persen.

2.2.14 Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Indeks Pembangunan Gender (IPG) menurut BPS merupakan
indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang
sama seperti IPM dengan memperhatikan ketimpangan gender. IPG
digunakan untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama
dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM, namun lebih
diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan
perempuan.

II - 32

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

Perkembangan capaian IPG Kabupaten Purbalingga pada kurun
waktu 2013-2014 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Capaian IPG Kabupaten Purbalingga pada tahun 2013 adalah 89,12
meningkat sebesar 1,00 pada tahun 2014 menjadi 90,12.
Indikator komposit IPG pada dasarnya sama dengan indikator
komposit IPM hanya saja penghitungan capaiannya dibedakan antara
laki-laki dan perempuan. Pembagian ini dilakukan dalam rangka
mengetahui

ketimpangan

yang

terjadi

antara

laki-laki

dan

perempuan. Data yang ada menunjukkan bahwa masih terjadi
ketimpangan antara laki-laki dan perempuan pada masing-masing
indikator komposit IPG. Dilihat dari capaiannya, perempuan masih
tertinggal jauh dibelakang laki-laki dalam bidang pendidikan dan
pengeluaran perkapita yang disesuaikan yang ditunjukkan dari masih
tingginya kesenjangan harapan lama sekolah dan rata-rata lama
sekolah antara laki-laki terhadap perempuan. Harapan lama sekolah
perempuan pada tahun 2014 sebesar 10,74 tahun, sedangkan
harapan lama sekolah laki-laki sebesar 12,00 tahun pada tahun
2014. Sementara rata-rata lama sekolah tahun 2014 untuk
perempuan sebesar 5,98 tahun, masih jauh tertinggal dengan ratarata lama sekolah laki-laki sebesar 7,25 tahun. Dari sektor
pengeluaran perkapita tahun 2014, perempuan hanya menyumbang
sebesar 8.503 ribu sedangkan laki-laki sebesar 11.862 ribu rupiah.

2.2.15 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
IDG atau juga disebut Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
adalah indikator yang dikembangkan oleh UNDP yang bertujuan
untuk mengukur kemajuan perempuan terutama partisipasi dalam
forum-forum politik dan ekonomi. IDG menganalisis sejauh mana
perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi dalam dunia politik dan
ekonomi dan mengambil bagian dalam pengambilan keputusan.
Adapun komposit IDG adalah keterlibatan perempuan di parlemen,

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 33

perempuan sebagai tenaga profesional, dan sumbangan pendapatan
perempuan.
IDG Kabupaten Purbalingga mengalami perkembangan yang
fluktuatif dalam kurun waktu 2010-2014. Pada tahun 2010 capaian
IDG Kabupaten Purbalingga mencapai 63,98 meningkat tajam hingga
menjadi 67,47 pada tahun 2012 namun kembali mengalami
penurunan pada tahun 2013 menjadi 61,74. Dan meningkat menjadi
71,03 pada tahun 2014. Adapun capaian masing-masing indikator
komposit adalah keterlibatan perempuan di parlemen sebesar 26,67
persen, perempuan sebagai tenaga profesional 38,06 presen dan
sumbangan pendapatan perempuan sebesar 29,23 persen.

2.3.

Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar
1.

Pendidikan
Pembangunan pendidikan memiliki fungsi strategis untuk
meningkatkan

kualitas

sumberdaya

manusia.

Keberhasilan

pembangunan pendidikan akan mampu memberikan kontribusi bagi
terciptanya insan yang mandiri dan bermartabat. Pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi masyarakat terutama
kemampuan memecahkan masalah.
a. Pendidikan Dasar
1) Angka Partisipasi Sekolah
Capaian Angka Partisipasi Sekolah tahun 2011-2014
pada jenjang SD/MI selalu meningkat, dari 97,69 pada tahun
2011 menjadi 100,00 pada tahun 2014a. Pada jenjang
SMP/MTs, Angka Partisipasi Sekolah 84,76 (Tahun 2011)
menjadi 94,27 (Tahun 2014). Perkembangan Angka Partisipasi
Sekolah di Kabupaten Purbalingga sebagaimana Tabel 2.6.

II - 34

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

Tabel 2.5.
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah
Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Purbalingga
Tahun 2011-2014
Tahun
No
Jenjang Pendidikan
2011
2012
2013
2014
1
SD/MI (7-12 th)
97,69 98,22 98,67 100,00
2
SMP/MTs (13-15 th)
84,76 85,42 85,65
94,27
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015

2) Rasio Ketersediaan Sekolah
Rasio Ketersediaan sekolah/ penduduk adalah jumlah
sekolah jenjang pendidikan tertentu per 10.000 penduduk usia
sekolah. Rasio ini mengindikasikan sejauh mana ketersediaan
sekolah dapat menampung seluruh penduduk usia sekolah.
Pada kurun waktu 2011-2012 dan sejalannya dengan
upaya

pemenuhan

Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM),

ketersediaan sekolah pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI
dan SMP/MTs) mengalami peningkatan. Pada jenjang SD/MI
dari 646 unit menjadi 647 unit, namun pada Tahun 2014
mengalami penurunan menjadi 644 unit untuk SD/MI dan 111
unit untuk SMP/MTs. Perkembangan pada tahun 2010-2014,
sebagaimana Tabel 2.6.
Tabel 2.6.
Jumlah Sekolah dan Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Purbalingga
Tahun 2010-2014
No
1
2
3

4

Uraian
Jumlah SD/MI
Jumlah
SMP/MTs
Jumlah
penduduk usia 7
s.d 12 th
Jumlah
penduduk usia
13 s.d 15 th

Tahun
2010

2011

2012

2013

2014

647

646

647

647

644

111

112

114

113

111

99.346

97.329

98.383

99.105

89.560

49.201

48.737

49.265

53.222

55.752

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015

RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021

II - 35

Berdasarkan data rasio ketersediaan sekolah SD/MI per
10.000 penduduk usia 7-12 tahun, pada kurun waktu tahun
2013-2014, rasio tersebut mengalami peningkatan dari 65,28
menjadi 71,91. Kondisi tersebut menunjukan bahwa rasio
ketersediaan SD/MI di Kabupaten Purbalingga cukup memadai.
Sedangkan untuk SMP/MTs, dalam kurun waktu 2012-2014
mengalami penurunan dari 22,56 tahun 2010 menjadi 19,91
pada

tahun

2014.

Data

rasio

ketersediaan

sekolah

selengkapnya tertuang dalam Tabel 2.7.
Tabel 2.7.
Rasio Ketersediaan Sekolah
Penduduk Usia Sekolah SD/MI dan SMP/MTs
Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2014
Tahun
No

1

2

Uraian
Rasio SD/MI per 10.000
penduduk Usia 7-12
tahun
Rasio SMP/MTs per
10.000 penduduk Usia
13-15 tahun

2010

2011

2012

201
3

201
4

65,13

66,37

65,76

65,28

71,91

22,56

22,98

23,14

21,23

19,91

Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, 2015 (diolah)

3) Rasio Guru terhadap Murid
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru per
10.000 jumlah murid berdasarkan jenjang pendidikan tertentu.
Rasio ini mengindikasikan ketersediaan jumlah pendidik dan
jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai proses
pembelajaran yang berkualias.
Pad