Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3 -5 Tahun Di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada
beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat
mikrobiologis.Tetapi, sebelum faktor–faktor lain dipertimbangkan, secara visual
faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang–kadang sangat menentukan.Selain
faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator
kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara
pengolahan dapat di tandai dengan adanya warna yang seragam dan merata
(Cahyadi, 2009).
Kita hendaknya berhati–hati dalam menkonsumsi makanan.Tidak semua
pewarna sintesis baik untuk kesehatan walaupun tidak semua pula berbahaya bagi
kesehatan.Tindakan selektif dalam memilih makanan dengan mengenal berbagai
pewarna

yang

mungkin

ditambahkan


oleh

produsen

sangat

kita

perlukan.Mendampingi buah hati anda saat membeli makanan adalah hal yang
penting karena jajanan anak – anak seringkali mengandung bahan – bahan
berbahaya bagi kesehatan termasuk pewarna sintesis (Yuliarti, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan,
terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang
dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna
buatan juga di temukan pada berbagai jenis makanan yang dibuat oleh industri
besar.Hampir setiap makanan olahan telah di campur dengan pewarna sintesis

mulai dari jajanan anak, tahu, kerupuk, terasi, cemilan bahkan buah dingin
terutama mangga (Yuliarti, 2007).

1

Pewarna dicampur dalam makanan untuk menimbulkan warna tertentu
yang diharapkan dapat membangkitkan selera, tetapi tidak banyak zat pewarna
yang diharapkan. Zat pewarna yang tidak di anjurkan antara lain :
(102)tertrazine,(104)quinolinyellow,(110)susetyellow,(122)azorubine,(123)amara
nth,(124)ponceu4R,(127)erythrosine,(129)allura

red

(132)indigiotine,

(133)brilliant blue,(food green s,(131)brillian black BN (155) brown HT, dan
(160b) annatto extracts (arisman, 2009).
Badan pengawas obat dan makanan di dunia World Health Organization
(WHO) secara kontinyu memantau dan mengatur zat pewarna agar tetap aman
dikonsumsi. Jika ditemukan adanya potensi risiko terhadap kesehatan, badan

pengawas obat dan makanan akan mengevaluasi pewarna tersebut dan
menyebarkan informasinya ke seluruh dunia.Di Indonesia tugas ini diemban oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Hermayana, 2010).
Bedasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/ Per/ IX/
88, yang di maksud dengan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan
yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan

Universitas Sumatera Utara

merupakan komposisikhas makanan yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi yang dengan segaja ditambahkan ke dalam makanan (cahyadi 2009).
Sedangkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Men.Kes/Per/V/1985,
menetapkan zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan barbahaya dan
dilarang di gunakan dalam obat, makanan, dan komestika (Sartono, 2002).
Zat Pewarna terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek
racun,berpotensi memicu kanker, alergi, dan diare pada anak-anak dan ginjal
akibat terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang akhirnya dapat merusak
jaringan atau organ tertentu, karena tingginya kadar bahan pewarna, maka hati
akan bekerja keras untuk merobek agar dapat dikeluarkan dari hati. Menurut data
WHO penderita kanker karena zat pewarna adalah 80 % dari penderita kanker,dan

angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir.Saat ini 30%
orang di negara berkembang menderita alergi.6 juta menderitadermatitis (alergi
kulit)pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin
bisa terjadi.Saat ini morbiditas angka kejadian diare akibat zat pewarna makanan
di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang
tertinggi di antara negara-negara di ASEAN (Anonymous, 2006 dalam
hermayanan 2010).
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare
sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis
dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak
1.436 orang. Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di

Universitas Sumatera Utara

rumah sakit menderita diare akibat makanan zat pewarna sedangkan penyakit
ginjal ialah 56,6 % (Depkes RI, 2008 dalam Hermayana, 2010).
Data pukesmas kecamatan tanah jambo aye kab. Aceh utara prov. Aceh
menunjukan 178 kasus diare dan 105 kasus asma di tahun 2011 dan meningkat di
tahun 2012 menjadi 220 kasus diare dan 110 kasus asma ini di perkirakan akan

terus meningkat (Pukesmas Tanjay, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2003) menunjukkan bahwa
dari 25 sampel makanan dan minuman jajanan yang beredar di wilayah kota
Bandung, terdapat 5 sampel yang positif mengandung zat pewarna yang di larang
pemerintah, yaitu rhodamin B (produk sirup jajanan kerupuk dan terasi merah),
sedangkan untuk methanyl yellow tidak terdapat dalam sampel. Beberapa
pedagang karena ketidaktahuannya telah menggunakan beberapa bahan pewarna
yang dilarang digunakan untuk pangan, seperti rhodhamin B,menthanyl yellow
dan amaranth. Dari 251 jenis minuman yang di ambil sebagai contoh di daerah
Bogor dan rangkasblitung mengandung rhodamin B, dengan persentase di Bogor
14,5% dan Rangkasbitung 17 %, sedangkan di kota – kota kecil dan di desa –
desa sebanyak 24% minuman yang berwarna merah ternyata mengandung
rhodamin B. Tetapi beberapa pedangang ada pula yang menggunakan pewarna
alami, seperti karamel, cokelat, dan daun suji (Cahyadi, 2009).
Usia 3 – 5 tahun, dimana inisiatif anak mulai berkembang dan anak
ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal di sekitarnya. Anak - anak
mulai mencoba makanan dan minuman yang bervariasi (Jahja, 2011) anak – anak
memang sangat menyukai makanan dengan warna yang menarik dan aroma yang

Universitas Sumatera Utara


sangat menyegat, terlebih bila makanan itu di iklankan di televisi yang mereka
tonton setiap hari(Yuliarti, 2007).
Menurut Moehji (2008), Ibu perlu meningkatkan pengetahuannya
terhadap bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak. Sebaiknya ibu
mengunakan pewarna makanan yang alami misalnya daun pandan atau daun suji
untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning karena tidak mengandung
bahan kimia yang dapat mempunyai efek racun, berpotensi memicu kanker,
alergi, dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) dalam
tubuh yang akhirnya dapat merusak jaringan atau organ tertentu.
Bedasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 24–25
Mei 2013 di Gampong Rawang Itek Kab, Aceh Utara Prov Aceh terdapat 450
ibu–ibu yang memiliki anak usia 3–5 tahun, dari data diatas peneliti merasa perlu
melakuan penelitian dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna
makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalahbagaimana pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna
makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab

Aceh Utara Provinsi Aceh 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Bagaimana Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada
Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun?

1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan
Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun.” Di Gampong Rawang Itek Kec Tanah
Jambo Aye Kab Aceh Utara Provinsi Aceh 2013”.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan
bagi perawat tentang pengetahuan Ibu dalam bahaya zat pewarna makanan pada
kesehatan anak sehingga perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan
tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak.
1.5.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
pengembangan mata kuliah keperawatan anak sehingga institusi pendidikan
dapat mempersiapkan mahasiswa keperawatan untuk memberikan perhatian
tidak hanya pada pasien tetapi juga pada Ibu sehingga Ibu dapat memberikan
pelayanan yang optimal pada keluarga dirumah seperti memilih pewarna
makanan yang sehat untuk keluarga.
1.5.3 Penelitian Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi
penelitian berikutnya yang terkait dengan pengetahuan ibu dalam memilih
makanan yang baik.

1.5.4 Ibu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Ibu - ibu
untuk dapat meningkatkan kemampuan Ibu - ibu dalam memilih zat pewarna
yang baik bagi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara