ADDENDUM RKS PEK KONSTRUKSI PN SKW 2016

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

RENCANA KERJA DAN SYARAT
PASAL 01

: PERATURAN DAN PERSYARATAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, berlaku peraturan-peraturan, persyaratan-persyaratan dan
ketentuan-ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam :

1.1.

Tata cara Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung SNI 1727 - 1 9 8 9 – F.
1.2.

1.2.

Tata cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung SNI 1728-1989-F.

1.4.


Spesifikasi Bahan Bangunan SK SNI S-04-1989-F, SK SNI S-05-1989-F dan SK SNI S06-1989-F.

1.5.

Tata cara pengecatan kayu SK SNI T-11-1990 F.

1.6.

Tata cara pengecatan dinding tembok SK SNI T-11-1990 F.

1.7.

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL ) tahun 1977 yang diterbitkan oleh Yayasan
Normalisasi Indonesia.

1.8.

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961 yang diterbitkan oleh
Yayasan Normalisasi Indonesia.


1.9.

Pada prinsipnya semua material, semua tata cara pelaksanaan pekerjaan dan semua
peralatan kerja harus mendapat persetujuan direksi sebelum dipasang dan atau
digunakan dalam proyek ini.

1.10. Petunjuk – petunjuk harus dari Pemilik/Pengawas Lapangan.

PASAL 02

: DIREKSI LAPANGAN
Dalam pelaksanaan pembangunan ini bertindak sebagai Direksi adalah Pengelola Proyek
yang terdiri dari :
2.1.

Pejabat Pembuat Komitmen Pengadilan Negeri Ketapang Kalimantan Barat

2.2.


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pengadilan Negeri Ketapang.
2.2.1.Perencana :
Perencana berkewajiban mengadakan pengawasan berkala.

2.3.

Pengawas :
2.3.1.

Pengawas

Lapangan

tidak

dibenarkan,

merubah

ketentuan-ketentuan


pelaksanaan pekerjaan sebelum mendapat izin dari Pemilik Kegiatan.
2.3.2.

Bila

Pengawas

Lapangan

menemui

kejanggalan-kejanggalan

atau

menyimpang dari RKS dan Gambar Kerja supaya segera memberitahukan
kepada Pemilik Kegiatan.
2.3.3.


Mengambil tindakan dalam hal yang dianggap perlu untuk kemajuan dan

1

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

keselamatan pekerjaan.
2.4.

Kontraktor Pelaksana :

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan-ketentuan peraturan yang
ada dan berlaku.
Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli dan berpengalaman untuk mengatur
Iancarnya

pekerjaan

sehingga


perintah/petunjuk

Pengawas

Lapangan

dapat

dilaksanakan dengan segera dan sebaik mungkin.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas hasil pekerjaannya.
Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan untuk disampaikan kepada
Pemilik Kegiatan.

PASAL 03

: PENJELASAN DAN GAMBAR
3.1.

Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS)

termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.

3.2.

Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat /berlaku adalah ketentuan yang ada dalam RAB. Bila suatu gambar tidak
cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang
berlaku.

3.3.

Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam
pelaksanaan menimbulkan kesalahan, maka kontraktor wajib menanyakan kepada
konsultan pengawas / Direksi dan kontraktor harus mengikuti keputusannya.

3.4.

Pekerjaan yang dilaksanakan untuk tahapan ini terdiri atas :
• Pekerjaan Pondasi dan slop sebagaimana tertuang dalam RAB


PASAL 04

: JADWAL PELAKSANAAN
4.1.

Sebelum memulai pekerjaan yang nyata di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib membuat
rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bart-chari dan Curve 'S'
yang telah mendapat persetujuan terieblh dahulu dari Direksi / Konsultan Pengawas

4.2.

Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja per hari rangkap 4 (empat) kepada Direksi
/ Konsultan Pengawas. Satu salinan dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan
pekerjaan (prestasi Kerja) di lapangan.

4.3.

Konsultan pengawas / Direksi akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (request) perharinya tersebut


PASAL 05

: KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1.

Dilapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa kontraktor atau biasa

2

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

disebut Manajer Proyek yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaanpekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor, berpendidikan dan memiliki sertifikat
keahlian sebagaimana tercantum dalam dokumen penawawan / Kontrak pekerjaan ini.
Penunjukan atau penugasan tenaga ahli yang bertugas di lapangan ditujukan kepada Pemberi
Tugas dan Pengelola Teknis serta Direksi sebagal tembusannya
5.2.


Dengan adanya pelaksana lapangan, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab
sebaglan maupun keseluruhan kewajibannya

5.3.

Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada pengelola Teknis Proyek dan Direksi,
Nama dan Jabatan pelaksana untuk mendapat persetujuan

5.4.

Bila kemudian hari, menurut pendapat Pengelola Proyek dan Direksi pelaksana kurang mampu
atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara
tertulis untuk mengganti pelaksana lapangan tersebut

5.5.

Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli maupun pendukung sebagaimana yang tercantum
dalam dokumen penawarannya/ kontrak. Untk membantu kelancaran dan efektifitas
komunikasi antara pengawas dan pihak Kontraktor


5.5.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, kontraktor harus sudah
menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab/direktur perusahaan)
yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan

PASAL 06

: TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN DIREKSI KEET
6.1.

Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar Jam kerja (lembur) apabila
terjadi hal-hal yang mendesak, kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis
kepada Pengelola Proyek dan Direksi Pengawas

6.2.

Alamat kontraktor atau pelaksana diharapkan tidak berpindah-pindah selama
pekerjaan.

Bila

terjadi

perubahan

alamat,

kontraktor/pelaksana

wajib

memberitahukan secara tertulis
6.3.

Kontraktor harus menyediakan direksi keet yang layak, yang memiliki meja, kursi dan
penerangan yang cukup serta aman dari cuaca seperti hujan dan panas pada lokasi
proyek untuk dipergunakan sebagai tempat berkoordinasi, antara pelaksana,
pengawas, owner dan pelelola teknis

PASAL 07

: PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
7.1.

Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik
proyek, Direksi Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada dilapangan.

7.2.

Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum,
menjadi tanggung Jawab kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam blaya pekerjaan
tambahan.

7.3.

Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung Jawab atas akibatnya baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor harus
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan pada
tempat yang mudah dijangkau.

3

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

PASAL 08

: JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
8.1.

Kontraktor diwajibkan menyediakan obat - obatan menurut syarat-syarat pertolongan
pertama pada kecalakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan
pekerja di lapangan

8.2.

Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syaratsyarat kesehatan dan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua petugas
dan pekerja yang ada di lapangan membuat tempat penginapan didalam lapangan
pekerjaan untuk penjaga keamanan.

8.3.

Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan pada pekerja wajib
diberikan kontraktor sesuai dengan peraturan yang berlaku.

8.4.

Kontraktor wajib menyediakan perangkat keselamatan kerja (SMK3) pada lokasi
proyek dan cukup dipergunakan oleh semua tenaga kerjanya

8.5.

Kontraktor wajib menyediakan spanduk terkait dengan keamanan dan keselamatan
pengguna jalan disekitar proyek, hal ini untuk mengantisipasi keselamatan pengguna
jalan akibat keluar masuknya kendaraan proyek

PASAL 9

: SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
9.1

Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan

9.2

Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib memberitahukan

9.3

Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh-contoh
ini harus mendapat persetujuan dari pengawas

9.4

Bahan bangunan yang telah didatangkan kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi
ditolak pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam penolakan

9.5

Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ditolak oleh
pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang telah ditetapkan oleh pengawas

PASAL 10

: PEMERIKSAAN PEKERJAAN
10.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai, akan
tetapi belum diperiksa oleh pengawas, kontraktor wajib meminta persetujuan kepada
pengawas. Baru apabila pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut,
kontraktor dapat meneruskan pekerjaan
10.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari diterima Surat
Permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari raya / Iibur) tidak dipenuhi oleh

4

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

pengawas, kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya
diperlksa dianggap telah setuju Pengawas minta perpanjangan waktu
10.3. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, pengawas berhak, menyuruh membongkar
bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran
dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab kontraktor
10.4. Pemeriksaan kemajuan pekerjaan dan volume capaian kemajuan pekerjaan mengikut
ketentuan

penghitungan

pemeriksaan

volume

untuk

pembayaran

sebagaiman

ketentuan yang berlaku.

PASAL 11

: PEKERJAAN TAMBAH KURANG
11.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam
buku harian oleh pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas
11.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah
tertulis dari pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas
11.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar Harga Satuan
pekerjaan, yang dimasukkan oieh kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang
pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhlr
11.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan
yang dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut
oieh pengawas bersama-sama kontraktor dengan persetujuan pemberi tugas
13.5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi pengawas/Bimbingan Teknik Pembangunan (BTP) dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

PASAL 12

: URAIAN PEKERJAAN

12.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan BQ terlampir

PASAL 13

: PEKERJAAN PERSIAPAN

13.1. Sebelum Pekerjaan di mulai
Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai pekerjaan
sehingga semua kotoran, sampah, dan bongkaran. Sehingga situasi tempat kerja
kelihatan bersih.
13.2. Setelah Pekerjaan Selesai
Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan kepada Pemilik,
Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segala macam kotoran, puing-puing
dan semua peralatan yang digunakan selama masa konstruksi. Kotoran-kotoran
tersebut

harus

dikeluarkan

dari

job

site

atas

beban

kontraktor.

Pekerjaan

pembersihan merupakan baglan dari progress pekerjaan sehingga bila hal inl belum
diselesaikan secara tuntas maka pekerjaan tidak akan dianggap selesai 100 %.

5

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

13.3. Selama Pekerjaan Berlangsung
Kontraktor

bertanggung

Jawab

atas

kebersihan

Job

site

selama

pekerjaan

berlangsung. Kebersihan yang dimaksud di sini meliputi :
13.3.1. Kebersihan terhariap kotoran – kotoran yang ditimbulkan oleh sisa-sisa
pembuangan berbagai Janis sampah.
13.3.2. Kebersihan terhariap kotoran-kotoran yang disebabkan oleh sampah sisa-sisa
bahan bangunan, pecahan-pecahan batu dan atas serpihan kayu dan lainlain.
13.3.3. Kebersihan dalam artl keraplan pengaturan material dan peralatan sehingga
menunjang mobilisasl pelaksanaan di job site.

PASAL 14

: PEKERJAAN TANAH

14.1. Penggalian tanah
14.1.1. Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk Juga pembuangan semua benda
dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan
pembangunan.
14.1.2. Kemiringan pada penggalian harus pada sudut kemiringan yang aman.

14.1.3. Galian dan penyangga harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat
ruang yang cukup untuk bekerja, bekisting dan hal lainnya selain untuk
pondasi.

14.1.4. Kontraktor harus menyediakan, menempatkan dan menjaga penyangga dan
penumpukan yang mungkin diperlukan untuk bagian samping galian.
14.1.5. Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air dengan
jalan menimba, memompa atau dengan cara-cara lain yang dianggap baik
atas beban dan biaya kontraktor.

14.1.6. Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapl setelah galian disetujui
direksi segera mulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya

PASAL 15

: PEKERJAAN PONDASI ( Tidak Dikerjakan Tahap ini )

15.1. Penggalian tanah
15.1.1

Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk Juga pembuangan semua benda
dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan
pembangunan.

15.1.2

Pekerjaan galian tanah untuk pondasi tidak boleh dimulai sebelum bouwplank
serta tanda tinggi dasar ± 0.00, sumbu dinding dan tiang disetujul oleh
direksi

15.1.3

Kemiringan pada penggalian harus pada sudut kemiringan yang aman.

15.1.4

Galian dan penyangga harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat ruang

6

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

yang cukup untuk bekerja, bekisting dan hal lainnya selain untuk pondasi.

15.1.5

Kontraktor harus menyediakan, menempatkan dan menjaga penyangga dan
penumpukan yang mungkin diperlukan untuk baglan samping galian.

15.1.6

Kontraktor harus menjaga agar seluruh gallan tidak digenangi air dengan
jalan menimba, memompa atau dengan cara-cara lain yang dianggap balk
atas beban dan biaya kontraktor.

15.1.7

Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapi setelah galian
disetujul Direksi segera mulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya.

15.2. Pengurugan Kembali
15.2.1. Pengurugan kembali tidak boleh dijatuhkan langsung pada setiap struktur.
15.2.2. Pengurugan kembali dilakukan sampai ke permukaan tanah asal galian.
15.3. Pengurugan Pasir Bawah Pondasi dan Bawah Lantai
15.3.1. Uraian
Pekerjaan pengurugan terdiri dari pengurugan pasir sesuai dengan syaratsyarat yang ditetapkan dan tercantum pada gambar rencana untuk
mendapatkan kedudukan, kemiringan dari bagian-bagian dan dimensl —
dimensi berdasarkan petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
15.3.2. Sumber dan penggunaan material
Material untuk timbunan harus berkualitas baik, dengan persetujuan Direksi
agar didapatkan kepadatan seperti apa yang diinginkan.
15.3.3. Bila terjadi penyimpangan, haruslah dibasahi atau dikeringkan terlebih
dahulu hingga dicapal kadar air yang tepat.
15.3.4. Penghamparan dan Pemadatan.
Material untuk pengurugan dihamparkan lapis demi lapis secara horizontal
dengan tebal yang sama meliputi lebar yang sesuai dengan ketentuan —
ketentuan pada gambar rencana lalu dipadatkan.

PASAL 16

: PEKERJAAN BETON BERTULANG

16.1. Lingkup Pekerjaan
16.1.1. Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, aquipment, peralatan
dan bahan untuk semua pekerjaan beton biasa, penyelesaian dan lain-lain.
Pekerjaan

pembetonan

sesuai

dengan

gambar-gambar

rencana

dan

persyaratannya.

16.1.2. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang menyangkut
pekerjaan pembetonan, yaitu seperti :
Pekerjaan kayu, tembok dan logam dan lain-lain sebagainya yang ada
kaitannya dengan pekerjaan beton, sehingga menghasilkan pekerjaan
yang sesuai dengan gambar rencana
16.2. Standard Pekerjaan
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan:

7

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

a.

NI 3/1970 dan NI 8/1964 PUBB

b.

NI 3/1071 PBI, kecuali ditentukan lain.

Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambargambar dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton akan ditolak, kecuali dilaksanakan
dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan dan mutu bahan, cara pengerjaan
cetakan, cara pengecoran, kepadatan, texture finishing dan kualitas secara keseluruhan.

Semua bahan dan konstruksi apabila tidak diberi catatan khusus harus memenuhi
standar yang berlaku dan dipakai di Indonesia. Untuk struktur digunakan mutu beton
K yang sesuai dengan ketentuan dalam perencanaan. Dengan persetujuan dari
Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan cor beton dengan
menggunakan sistem beton dengan adukan molen (mix concrete) yang teriebih
dahulu memberikan data – data spesifikasi mutu beton kepada Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan.
16.3

Mutu Beton
Mutu beton struktur adalah harus sesuai dengan perencanaan yang ada, dan mutu
karakteristik merupakan syarat mengikat
Kontraktor wajib melakukan uji tekan terhadap konstruksi beton yang dibuatnya dengan
biaya yang dibebankan padanya.

16.4. Persyaratan Bahan
16.4.1. Portland Cement ( PC )
16.4.1.1. Semen yang dipakai harus portland semen yang telah disetujui oleh
Konsultan Perencana, dan memenuhi syarat menurut standari
Semen Indonesia (SNIS-04-1989-F).
16.4.1.2. Untuk seluruh pekerjaan beton harus menggunakan mutu semen
yang balk dari satu Janis merk atas persetujuan Direksi/Pengawas.
16.4.1.3. Semen

yang

telah

mengeras

sebagian/seluruhnya

tidak

diperkenankan untuk dipergunakan.
16.4.1.4.

Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemlkian rupa
sehingga

bebas

dari

kelembaban

dimana

gudang

tempat

penyimpanan mempunyai ventilasi cukup dan tidak kena air,
diletakan pada tempat yang ditinggikan paling sediklt 30 cm dari
lantai Tddak boleh ditumpuk sampal tingginya meiampaui 2 m
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan setlap pengiriman
semen bare harus diplsahkan dari semen yang lama dan diberi tanda
dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.
16.4.2. Split/ Pasir
1.

Split dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak
mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang
cukup banyak, yang dapat memperiemah kekuatan beton.

2.

Split harus memenuhi syarat-syarat pada SNI 1734-1989-F, atau daftar

8

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

berikut ini :
Split
Ayakan

% Lewat Ayakan

30 mm
25 mm
15mm
5mm
2.5 mm

(Berat Kering)
100
90 -100
25-60
0-10
0-5

Pasir
Ayakan

% Lewat Ayakan

10 mm
5mm
2,5mm
1,2mm
0,6 mm
0,3 mm
0,15mm

(Berat Kering )
100
90 -100
80-100
50-90
25-60
10 - 30
10

16.3.3. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan kotoran lain
dalam jumlah yang cukup besar. Sebalknya dipakal air yang dapat diminum.

16.4. Pekerjaan Penulangan Baja
16.4.1. Lingkup Pekerjaan
Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang tulangan baja
sesuai dengan yang tercantum di dalam spesifikasilgambar. Dalam pekerjaan
penulangan baja termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki ayam
untuk penyangga beton tahu dan segala hal yang periu serta juga
menghasilkan pekerjaan beton sesuai dengan pengalaman teknik yang
terbaik.
16.4.2. Gambar Kerja Sebelum pekerjaan pembengkokan tulangan baja, Kontraktor
mempelajari gambar kerja.
16.4.3. Standarisasi Detail dan pemasangan tulangan baja harus sesuai dengan
peraturan atau standar yang berlaku.
16.4.4. Spesfikasi Tulangan Baja
Khusus untuk beton struktur, besi baja tulangan yang digunakan harus dari
baja mutu U-24 untuk baja lunak dan U-39 untuk baja keras menurut
persyaratan PBI 1971 atau Japaneese Standari Class SR-24 ataupun British
Standari, NI 785-1938.
16.4.5. Pekerjaan Pembengkokan Tulangan Baja
Pekerjaan pembengkokan tulangan baja harus dilaksanakan dengan teliti
sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar. Tulangan baja tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan kembali sedemikian rupa sehingga menjadi
rusak atau carat. Dilarang membengkok tulangan baja dengan cara
pemanasan.
16.4.6. Syarat Pemasangan
1.

Penulangan
Sebelum dipasang, tulangan baja harus bebas dari sisa logam, karat dan
lapisan yang dapat merusak logam atau mengurangi daya ikat Bila
pengecoran beton ditunda, tulangan baja harus diperiksa kembali dan
dibersihkan.

9

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

2.

Pemasangan
Penulangan harus distel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat atau jepitan yang sesuai dengan persilangan dan harus
ditunjang dengan penumpu beton atau Iogam dan penggantung logam.

16.4.7. Syarat Pemasangan
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus
dipasang dengan celah untuk beton tahu sebagai berikut :
a. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan
tanah adalah 3 cm dan semua bidang yang terkena air tanah adalah 5 cm
b. Plat lantai, balok, kolom yang tidak terkena tanah atau air 2,5 cm.
c. Bidang yang kena udara semua bidang interior 2,5 cm
16.4.8. Sambungan
Sistem penulangan dari bangunan secara keseluruhan harus dihubungkan
satu dengan yang lain, dengan cara diikat atau dengan rumus diameter besi
yang digunakan dikalikan 40 atau 40 X D.
16.4.9. Persetujuan dari Konsultan Pengawas
Penulangan baja tersebut di atas harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas
teriebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran. Konsultan Pengawas harus
diberitahu apabila pemasangan penulangan baja sudah siap untuk diperiksa.

16.5. Wiremesh
16.5.1. Umum :
16.5.1.1. Wiremesh yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut
persyaratan PBI'71 atau Japaneese Standard Class SR-24 ataupun
British Standari, No. 785-1938,
16.5.1.2. Ukuran wiremesh sebagaimana yang tersebut di dalam gambar, bila
terjadi penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas
persetujuan

tertulis

dari

Konsultan

Pengawas/Direksi.

Bila

penggantlan disetujui, maka Iuas penampang yang diperlukan tidak
boleh berkurang dengan yang tersebut di dalam gambar atau
perhitungan. Dan dalam hal in( Kontraktor harus melampirkan data
perhitungannya serta data pengurangan volume berat pembesian
yang dikaitkan dengan analisa penawaran.
16.5.1.3. Wiremesh yang digunakan harus bebas dari kotoran, karat, minyak,
cat, serpihan kulit giling serta bahan lain yang dapat mengurangi
daya lekat terhariap beton.
16.5.1.4. Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
min. 1 mm yang telah dipijarkan tertebih dahulu, dan tidak
bersepuh sang, tidak kaku maupun Betas.
16.5.2. Pelaksanaan
16.5.2.1. Memasang wiremesh harus dilakukan dalam keadaan dingin,

10

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

wiremesh dipotong dan dirangkai sesuai dengan gambar.
16.5.2.2. Wiremesh yang telah dirakit harus dipasang sedemikian rupa hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
16.5.2.3. Tebal penutup beton harus dipasang dengan penahan jarak (beton
decking) yang terbuat dari beton dengan mutu paling sediklt sama
dengan mutu beton yang akan dicor dengan jumlah minimum 4
buah tiap M2 cetakan.
16.5.2.4. Pada tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada
tulangan bawah oieh batang penunjang atau ditunjang Iangsung
pada cetakan bawah.
16.5.3. Perawatan
16.5.3.1. Wiremesh tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk Jangka
waktu yang lama.
16.6. Pekerjaan Bekisting
16.6.1. Lingkup Pekerjaan
Bekisting atau perancah harus digunakan blla diperlukan untuk membatasi
adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan
yang diinginkan. Bila bekistlng membahayakan atau Tidak memadai, maka
bekisting tersebut dapat ditolak oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
segera membongkar dan memindahkan bekistng tersebut dari lokasi
pekerjaan dan menggantinya dengan yang baru.

16.6.2. Persyaratan Bahan
Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas. Papan Bekisting dapat digunakan dari papan Kelas
III atau IV yang permukaannya rata dan halus, untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna. Bekisting harus kuat dan kaku terhardap beban
dan lendutan yang masih basah dan getaran terhariap beban konstruksi dan
angin. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip
atau adukan keluar pada sambungan.

16.6.3. Pelaksanaan :
1.

Perencanaan :
Semua Bekisting harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi-instruksi
yang diberikan oleh Direksi Teknik. Gambar Rencana yang terinci yang
menunjukkan bentuk Bekisting harus disetujui oieh Direksi Teknik.
Bekisting harus direncanakan untuk menjamin bahwa pembongkaran
Bekisting Beton tidak akan merusak beton atau perancah. Bekisting beton
harus cukup kuat untuk menahan getaran yang disebabkan oieh alat
getar. Penurunan antar dua peletakan tidak boleh melebihi satu pertiga
ratus (1 / 100) bentang, atau bagaimanapun juga penurunan tidak boleh
Iebih dari 3 mm

2.

Pemasangan Bekisting

11

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

a.

Bekisting untuk dinding vertikal bagian konstruksi yang tipis yang
selama operasi pengecoran akan menyebabkan adukan tersebut
jatuh lebih tinggi dari satu setengah meter harus diiaksanakan
sesuai dengan salah satu dari metode-metode berikut :
Salah satu dari sisi Bekisting harus dibuka dari bawah ke atas
yang

akan

ditutup

berturut-turut

mengikuti

kemajuan

pengecoran dengan cara sedemikian sehingga tinggi adukan
beton yang Jatuh selama pengecoran tidak boleh melebihi dari
1.50 m
Bekisting harus terdiri dari bagian-bagian yang dapat dibuka,
ukurannya Tidak Iebih tinggl dari 1.50 m dan tidak Iebih dari 2
m
Semua Bekisting harus tertutup rapat dan beton dituang melalui
sebuah pipa/corong, dengan ujung dipegang dekat dengan
permukaan beton segar yang dibuang. Pipa/corong tersebut
harus selalu dijaga agar penuh dengan beton selama bekerja.
b.

Segera sebelum pekerjaan pengecoran, Bekisting harus dibersihkan
dari semua kotoran/material lepas, serbuk gergaji, debu dan lainlain. Kerusakan-kerusakan seperti penurunan, deformasi dan lain-lain
harus diperbalki segera. Apabila selama pekerjaan pengecoran,
temyata diamati ada perubahan bentuk Bekisting, beton pada
tempat yang bersangkutan harus dibuang dulu dan Bekisting
diperkuat sesuai dengan instruksi Direksi Teknik

3.

Pembongkaran Bekisting
Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa goncangan, getaran atau
kerusakan pada beton. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah
umur beton telah mencapai umur yang disyaratkan sesuai dengan mutu
beton rencana ( dibuktikan dengan pengujian beton pada umur tertentu )
dan dengan persetujuan Konsultan Pengawas secara tertuiis, atau
dengan pedoman sebagal berikut :
Bagian

Waktu Pengerasan Nomal

Kolom, dinding dan sisi balok
Plat
Balok

28 Hari
28 Hari
28 Hari

16.7. Pekerjaan Beton
16.7.1. Syarat Pengadukan Beton :
Semua beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan umum untuk
perencanaan campuran seperti yang diberikan dalam tabel dibawah ini:

12

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

Kelas

Total semen

Ukuran maximum

Jumlah Air

Agregat (mm)
Kg/m3

Kelas A

Berat Kg/m3

Kelas B

Perbandingan
faktor air
0.42

K 350

425

25.00

19.00

180

K
K
K
K

275
225
175
125

400
350
300
250

25.00
37.00
37.00
50.00

19.00
25.00
25.00
25.00

170
160
150
130

0.42
0.46
0.50
0.52

Beton

400

37.50

210

0.525

25.00 atau

dalam
air

19.00

Catatan :
Untuk beton mutu rendah (beton kurus) digunakan untuk pekerjaan yang tidak struktural, setiap
campuran yang dapat diterima digunakan atas persetujuan Direksi Teknik disediakan bahwa
perbandingan volume agregat campuran (harus dan kasar) dengan semen tidak melebihi 6 : 1
17.7.2. Komposisi Adukan
Komposisl adukan beton dibuat berdasarkan perbandingan volume dengan
macam campuran dan penggunaan seperti tersebut di bawah ini :

No

Perbandingan

Penggunaan

Keterangan

1

2

3

4

1.

2.

1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

Pondasi,Kolom,

(1 Zak Pc : 0,064 m3 Ps : 0.96 Kr)

Lantai,Balok,sloof, Ring Balok

Disesuaikan
dengan gambar

Disesuaikan

1 PC : 3 Ps : 5 Kr
(1 Zak Pc : 0,096 m3 : 0.160 m3 Kr)

dengan gambar

Campuran Percobaan
Kontraktor harus menegaskan perbandingan campuran dan material yang
diusulkannya dengan membuat dan melakukan pengujian campuran percobaan,
dengan disaksikan oleh Direksi Teknik menggunakan tipe alat dan peralatan
yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan. Percobaan campuran
dianggap dapat diterima asalkan hasil test memuaskan dan memenuhi semua
persyaratan-persyaratan proporsi campuran yang ditetapkan.
16.7.3.

Pengadukan Beton
1.

Pencampuran adukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk (beton molen).
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengwasi dari masing-masing bahan
pembentuk

beton.

Perlengkapan

-

perlengkapan

tersebut

dan

Cara

pengerjaannya harus mendapat persetujuan dari Direksi lapangan.

13

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

2.

Lama pengadukan beton dilakukan hingga campuran beton tersebut benarbenar homogen hingga menghasilkan adukan susunan kekentalan dan wama
yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsintensi
dari adukan ke adukan. Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki, tldak dibenarkan.

3.

Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan gerobak dorong atau alat bantu
lainnya ke tempat pengecoran harus diatur sedemikian rupa, sehingga waktu
pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 Jam dan tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dengan yang
akan dicor.

16.7.4.

Pengendalian Mutu Beton
Semua beton yang digunakan pada pekerjaan harus memenuhi persyaratan
kekuatan tekanan dan persyaratan Slump (pengujian-turun abrams) yang ditetapkan
sebagai berikut:

1.

Pengujian Slump Beton
Metode persiapan dan pelaksanaan pengujian slump (slump test) harus sesuai
dengan spesifikasi PBI 1971 dan Bina Marga PC 0101-76. Beton yang tidak
memenuhi persyaratan 'slump tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, kecuali
Direksi Teknik dalam beberapa hal menyetujui pemakaiannya secara terbatas
beton semacam ltu dalam Jumlah yang kecil pada baglan-baglan dengan
tegangan rendah pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Kemampuan untuk dapat dikerjakan dan susunan campuran tersebut harus
sedemikian sehingga dapat dicorkan pada tempat pekerjaan tanpa ada formasi
ruang atau celah-celah yang kosong/berongga atau kosong udara atau gelembung
air, dan sedemikian sehingga pada pembongkaran acuan dihasilkan suatu
permukaan yang halus, seragam, dan padat.

2.

Kuat Tekan Beton

Kelas Beton

Kuat tekan (kg/cm2) t1 bk
Contoh kubus berisi 15 cm
7 hari

28 hari

K 350

230

350

K 275

180

275

K 225

148

225

K 125

82

125

K 175

115

175

14

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

Untuk test kuat tekan yang menggunakan contoh silinder, syarat kekuatan tekan
dikurangi 17%

Apabila hasil pengujian pada umur 7 hari kekuatannya dibawah angka-angka
yang ditentukan pada diatas, maka kontraktor tidak boleh mengecor beton
lebih jauh sampai penyebab hasil kekuatan yang lebih rendah tersebut telah
ditemukan dan la telah mengambil langkah yang akan menjamin produksi
beton yang sesuai dengan spesifikasi sampai Direksi teknik merasa puas.
Beton yang tidak memenuhi kekuatan tekan umur 28 hari yang telah
ditetapkan akan dianggap tidak memuaskan dan pekerjaan harus dibetulkan
seperti yang ditetapkan berikut Inl Kekuatan beton akan dianggap
memuaskan apablla :
Tidak melebihi dari satu basil percobaan diantara 20 basil pemeriksaan
benda kubus berturut-turut, dengan Mai kurang dari kekuatan
karasteristik yang diberikan pada tabe) diatas.
Tidak boleh satupun nllai rata-rata dari 4 basil pemeriksaan benda uji
berturutturut, terjadi dengan nilal kurang dari (bk + 0.82 Sr), bk adalah
kekuatan karasteristik dan Sr adalah deviasi standard.
Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan
benda uji berturut turut, ialah lebih kecil dari 4.3 Sr adalah deviasi
standard. Deviasi standard akan ditentukan oieh Direksi Teknik
berdasarkan data pekerjaan beton sebelumnya yang dilaksanakan oleh
Kontraktor

16.7.5.

Pengecoran
1.

Pelaksanaan pengecoran menggunakan beton mixer yang diaduk dengan
molen.

2.

Pengecoran beton harus dengan ijin Konsuitan Pengawas dan dilaksanakan
pada waktu Konsultan Pengawas ada di tempat.

3.

Adukan beton yang tidak memenuhi syarat dengan spesifikasi yang ditetapkan
harus ditolak dan segera dikeivarkan dari tempat pekerjaan dengan biaya
kontraktor,

4.

Beton Tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk.

5.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melaluil pembesian atau ke dalam papan
bekisting yang tinggi/ dalam, yang dapat menyebabkan teriepasnya
kerikil/spilt dari adukan beton.

6.

Beton Tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang sudah
dicor. Untuk hal tersebut di atas harus disiapkan corong untuk pengecoran
agar dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain.

7.

Tinggi adukan beton tidak boleh melampaui 1.5 m di bawah ujung corong
saluran.

15

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

16.7.6.

8.

Adukan beton harus dicor dengan merata.

9.

Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak.

Pemadatan dan Penggetaran
1.

Setiap lapisan harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum sehingga babas
dari kantong/sarang krikil dan menutup rapat pada semua permukaan dari
cetakan dan material yang melekat.

2.

Menggunakan alat penggetar ( vibrator ).

3.

Melakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai betul-betul mengisi
pada
bekisting atau iubang galian dan menutupi seluruh permukan bekisting

4.

Penggunaan vibrator harus ditakukan dengan benar atau dengan petunjuk
dari konsuttan pengawas dan tidak boleh mengenal bekisting maupun
pembeslan.

16.7.7. Perawatan Beton
1.

Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama
sekurangkurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman
air, karung goni basah atau cara-cara lain yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.

2.

Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhariap sinar matahari
langsung paling sedikit 3 hari setelah pengecoran.

3.

Beton yang mempunyai keadaan seperti di bawah ini :
Rusak
Sejak semula cacat
Cacat sebelum penyerahan pertama
Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan
Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ).
Harus diganti dengan beton baru dan semua biaya ditanggung oleh
Kontraktor.

PASAL 17

: PEKERJAAN MINI FILE

17.1. Lingkup Pekerjaan
17.1.1

Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, aquipment,
peralatan dan bahan untuk semua pekerjaan beton biasa, penyelesaian
dan lain-lain. Pekerjaan pembetonan sesuai dengan gambar-gambar
rencana dan persyaratannya.

17.1.2

Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang
menyangkut pekerjaan pembetonan, yaitu seperti : Pekerjaan kayu,
tembok dan logam dan lain-lain sebagainya yang ada kaitannya

16

✁ ✂✄☎✂☎ ✆ ✁✝☎ ✞☎✂ ✟✠☎✁☎✡
✁☛☞✌✍ ✎☛✏✑✒✓ ✆✌✒✔✕✖ ✟☛✗✑✌✘ ✙✖✕✔✕✔✚✛☛

dengan pekerjaan beton, sehingga menghasilkan pekerjaan yang
sesuai dengan gambar rencana
17.1.3

Pemancangan Mini File dilakuan dengan menggunakan alat penumbuk
yang sasuai sehingga tidakpatah dan tidak hancur pada saat ditumbuk.

17.1.4

Pelaksana melakukan kelendering
Pontianak, April 2016

Diperiksa :
STAFF DINAS TATA KOTA PERTANAHAN DAN
CIPTAKARYA KOTA SINGKAWANG

Dibuat :
CV.TRIWASTU

AIDHIL AZHARA, A.Md
NIP. 197911122003121007

HIDAYAT NAWAWI, ST
Team Leader

17