Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Sejarah Keluarga Berencana

Pada zaman Yunani Kuno Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain atau minyak. Adapula yang memakai alat-alat yang dapat menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim. Umpamanya dengan memasukkan rumput daun-daunan atau sepotong kain perca ke dalam vagina (Arum, 2011).

Di Indonesia sejak dulu sudah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia KB modern mulai dipakai sejak tahu 1953. pada waktu itu sekelompok orang kesehatan kebidanan dan tokoh masyarakat namun dengan sedikit mungkin publisitas dengan obat yang ada tentang KB maka akan membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PBKI) dan bergerak membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan KB yang sampai sekarang masih aktif membantu program KB nasional yang dikoordinir oleh Bidang Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (Arum, 2011).

Arah kebijakan pelayanan KB yang bermutu dituangkan dalam GBHN 1993. Hal serupa tentang pentingnya peningkatan kualitas program KB ditegaskan


(2)

kembali pada GBHN 1999 menjelaskan bahwa kebijaksanaan kependudukan di Indonesia dilakukan melalui upaya-upaya pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, serta peningkatan kualitas program KB. Visi program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera( NKKBS), dengan anak dua cukup, laki-laki perempuan sama saja dikembangkan menjadi Keluarga Berkualitas tahun 2015. Visi ini menekankan pentingnya upaya menghormati hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas Keluarga (Pinem, 2005).

2. Pola Dasar Kebijakan Program Keluarga Berencana

Pola dasar kebijakan program KB pada saat ini adalah :

a. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia 20 tahun

b. Menjarangkan kelahiran dan menganjurkan

a. Catur warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak b. Panca warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak c. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama di dalam usia reproduksi sehat

waktu umur ibu 20 sampai 30 tahun


(3)

3. Definisi Keluarga Berencana

Definisi KB menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dengan membatasi kelahiran. Sedangkan definisi keluarga berencana menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite 1970, adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami untuk :

a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval diantara kelahiran

e. Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dalam unsur suami istri f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Pinem, 2009).

4. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah mencegah terjadinya pembuahan (konsepsi) dengan cara alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).

Syarat-syarat Kontrasepsi

a. aman pemakaiannya dan dipercaya b. efek samping yang tidak merugikan

c. lama kerjanya dapat diatur sesuai dengan keinginan d. tidak mengganggu hubungan seksual

e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya


(4)

f. cara penggunaannya sederhana

g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas

h. dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998)

5. Akseptor Keluarga Berencana a. Pengertian Akseptor

Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti program keluarga berencana (KB) (kamus Besar bahasa Indonesia, Edisi III, 2005).

6. Pengertian Alat Kontrasepsi Implant a. Pengertian implan

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang berjangka waktu lima tahun yang terdiri dari enam batang susuk lembut terbuat dari sejenis karet elastis yang mengandung hormon, (Kamus Kebidanan, 2005).

b. Mekanisme kerja

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 gr levonogestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 gr. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran lendir, servik dan menghalangi migrasi spermatozoa dan menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi (Manuaba, 1998).


(5)

c. Jenis-jenis implant a. Norplant

Norplant adalah alat kontrasepsi terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan lama kerja 5 tahun.

b. Implanon

Implanon adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka panjang yang dapat melindungi pemakai selama 3 tahun. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel.

c. Jadena dan Indoplant

Jadena dan indoplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang melindungi pemakai selama 3 tahun. Jadena dan indoplant ini terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogestrel.

(Pinem, 2009)

d. Indikasi dan kontra indikasi KB implant

a. Indikasi metode KB implant

• Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak.

• Mengiginkan kontrasepsi dengan efektivitasa tinggi dan jangka panjang.

b. Kontra indikasi metode KB implant

 Kehamilan atau diduga hamil

 Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya


(6)

 Penyakit hati akut

 Tumor hati jinak atau ganas

 Karsinoma payudara atau tersangka karsinoma payudara

 Tumor atau neoplasma ginekologik

 Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus (Pinem, 2009).

e. Keuntungan dan Kerugian KB Implant

a. Keuntungan Metode KB Implant yaitu :

a) Efektivitas tinggi 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan. b) Perlindungan jaka panjang (sampai 5 tahun).

c) Pengebalian kesuburan yang cepat. d) Tidak perlu pemeriksaan dalam.

e) Tidak mengandung horm estrogen, sehingga tidak mengandung efek samping yang disebabkan oleh estrogen.

f) Tidak menggagu kegiatan senggama. b. Kerugian Metode KB implant

a) Perdarahan haid yang tidak teratur, seperti amenore, perdarahan bercak.

b) Perubahan perasaan mood dan kegelisaan .

c) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.

d) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menularan seksual termasuk HIV/AIDS.


(7)

f) Efektivitas menurun bila menggunakan obat-abatan tuberculosis atau obat epilepsy(Ellya, 2010)

f. Waktu Pemasangan KB Implant

Waktu terbaik untuk insersi atau pemasangan KB implant adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5-7 hari setelah haid

g. Efek samping KB implant

a. Pengertian efek samping

Efek samping adalah suatu kelainan yang terjadi akibat suatu pemakaian alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi. Jadi yang dimaksud dengan efek samping KB implant adalah semua kelainan yang terjadi akibat pemakaian alat kontrasepsi KB implant (Sarwono, 1999).

b. Bentuk Efek Samping KB implant

c. Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah gangguan menstruasi atau perubahan pola haid, terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian yang terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi (Mochtar, 1998).

Yang paling sering terjadi karena efek samping KB implant ini adalah: a) Bertambahan hari-hari perdarahan dalam 1 siklus.

b) Perdarahan bercak (spotting) c) Berkurangnya panjang siklus haid

d) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan bercak.


(8)

Umumnya perubahan-perubahan haid tidak mempunyai efek yang membahayakan akseptor, meskipun terjadi perdarahan lebih sering dari pada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak berubah, perdarahan hebat jarang terjadi, dan efek samping lainnya dari pemakaian implant ini adalah sedikit peningkatan berat badan (Hartanto, 2004).

h. Teknik Insersi/Pemasangan dan Pencabutan KB Implant

Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau lengan bawah, kira-kira 6 – 8 cm di atas atau di bawah siku melalui insersi tunggal, dalam bentuk kipas dan dimasukkan tepat di bawah kulit (Hartanto, 2004). Menurut Manuaba (1998) prinsip pemasangan susuk KB adalah “dipasang pada lengan kiri atau pemasangan seperti kipas mekar dengan enam kapsul”. Sebelum tehnik insersi KB implant dilakukan maka harus dipersiapkan misalnya : kontrasepsi implant yang terdiri dari enam kapsul silastik dengan panjang masing-masing 34 mm dan lebar 2,4 mm serta lebih kurang 36 mg levonogestrel.

1) Sabun antiseptik 2) Kasa steril 3) Cairan antiseptik 4) Anastesi lokal 5) Kain steril 6) Sebuah trokar

7) Sepasang sarung tangan steril 8) Satu set kapsul implant (6 buah)


(9)

9) Sebuah skalpel dengan ujung yang tajam

a. Teknik pemasangan implant yaitu :

1) Cuci daerah insersi, lakukan tindakan antiseptic dan tutup sekitar daerah insersi dengan kain teril.

2) Lakukan anastesi lokal (lidocain 1%) pada daerah insersi, mula-mula lakukan suntikan anastesi pada daerah insisi, kemudian anastesi diperluas sampai keenam atau dua daerah sepanjang 4 – 4,4 cm

3) Daerah pisau scapel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku.

4) Masukan ujung trokar melalui insisi, terdapat dua garis tanda batas pada trokar, satu dekat ujung trokar, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm. trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan di atas dan tanpa merubah sudut pemasukan.

5) Masukan implant ke dalam trokarnya. Dengan batang pendorong implant di dorong perlahan-lahan ke ujung trokar sampai terasa adanya tahanan, dengan batang pendorong tetap stasioner, trocar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas dekat ujung trokar terlihat pada insisi dan terasa implantnya “meloncat keluar” dari trokarnya. Jangan dikeluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implant sudah berada pada tempatnya dengan baik.

6) Ubah arah trokar sehingga implant berikutnya berada 150 dari implant sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implant sebelumnya. Masukan kembali trokar sepanjang pinggir jari tengah sampai ke garis batas dekat pangkal trokar. Masukan implant ke dalam trokar, selanjutnya sampai pada


(10)

butir kelima, ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implant telah terpasang.

7) Setelah semua implant terpasang lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan lalu kedua pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plaster.

8) Luka insisi ditutup dengan kering, lalu lengan dibalut dengan kasa steril untuk mencegah perdarahan. Daerah insisi dibiarkan kering dan tetap bersih selama tiga hari(Hartanto, 2004).

b. Teknik Pencabutan KB Implant

Alat yang diperlukan sama dengan alat insersi, hanya ditambah dengan dua pasang forceps, satu model lurus dan satu model bengkok. Teknik pencabutan KB implant yaitu:

1) Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku) kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila jarak tersebut sama, maka insisi dibuat pada tepat insisi waktu pemasangan. Sebelum menentukan lokasi pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada di bawah insisi lama (hal ini mencegah terpotongnya kapsul pada saat insisi). 2) Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih kurang

4 mm dengan menggunakan scalpel, jangan membuat insisi yang besar.

3) Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat tempat insisi.

4) Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi. Masukan klem lengkung (mosquito atau crile) dengan kelengkungan jepitan mengarah ke atas, kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut.


(11)

5) Masukan klem lengkung melalui luka insisi dengan lingkungan jepitan mengarah ke kulit teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilinginya.

6) Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi, sambil menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Masukan lagi klem lengkung (lingkungan jepit mengarah ke kulit) sampai berada di bawah ujung kapsul di dekat ujungnya (5-10 mm) dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi.

7) Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-gosok dengan kain steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul. Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok pakai kain steril, dapat dengan menggunakan skapel secara ber hati-hati. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam dari skapel waktu membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi kapsul.

8) Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua , lepas klem pertama, dan cabut kapsul secara perlahan, dan hati-hati dengan klem kedua. Kapsul akan mudah dicabut karena jaringan ikat yang mengelilinginya tidak melekat pada kawat silikon. Bila kapsul sulit dicabut pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa dan skapel.

9) Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut, gunakan tehnik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya. Sebelum mengakhiri tindakan,


(12)

hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut, tunjukkan keenam kapsul kepada klien, hal ini sangat penting untuk menyakinkan klien.

Metode pencabutan KB implant tehnik “U” :

Klem yang dipakai mencabut kapsul pada teknik "U", merupakan modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem di-perkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm. (Gambar 1)

Gambar 1. Klem pemegang implant Norplant

Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara hati-hati untuk menentukan dan menandai kapsul. Selanjutnya cuci tangan dan pakai sarung tangan steril atau DTT. Usap lengan dengan larutan antiseptik dan suntikkan obat anestesi lokal seperti yang telah diuraikan sebelumnya (Persiapan dan Tindakan sebelum pencabutan).


(13)

a. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 mm dari ujung kapsul dekat siku.

Gambar 2. Lokasi insisi pada tehnik U

b. Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan skalpel.

c. Masukkan ujung klem pemegang implant Norplant secara hati-hati melalui luka insisi. (Dengan teknik ini tidak perlu memisahkan jaringan secara tumpul se-perti pada metode standar).

d. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.


(14)

e. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih kurang 5 mm di atas ujung bawah kapsul (Gambar 20-39). Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi (1) dan balikkan pegangan klem 180° ke arah bahu klien (2) untuk memaparkan ujung bawah kapsul.

Gambar 4. Menjepit kapsul dan membalik klem

f. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok--gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut (Gambar 20-32). Bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel.

g. Gunakan klem lengkung (Mosquito atau Crile) untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang Norplant dan cabut kapsul dengan pelan-pelan dan hati-hati (Gambar 20-35). Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil yang berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang.

Kapsul akan keluar dengan mudah karena jaringan ikat tidak melekat pada kapsul. Bila kapsul tidak bisa ke luar dengan mudah, bersihkan kembali


(15)

jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam dari scalpel.

h. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya.

Metode pencabutan KB implant tehnik “Pop Out” (Darney, Klaise, dan Walker):

Cara ini merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak terlalu muda untuk mengerjakannya.

a. Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya. Dorong ujung bagian atas kapsul (dekat bahu klien) yang telah dipilih tadi dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku) tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2 - 3 mm) di atas ujung kapsul dengan menggunakan skalpel.


(16)

b. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah tempat insisi.

Gambar 6. Menempatkan posisi ujung bawah kapsul berada di bawah insisi

c. Masukkan ujung tajam skapel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk.


(17)

d. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.

Gambar 8. Memaparkan ujung bawah kapsul

e. Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul (pop out) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut.


(18)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap KB Implant a) Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), Pendidikan adalah suatu kemahiran menyerap pengetahuan. Sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemampuan ini sangat berhubungan erat dengan sikap seseorang pengetahuan seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya, sedangkan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola fikir dan perilaku masyarakat menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

b. Tujuan Pendidikan

Adapun tujuan pendidikan menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), adalah suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan dan pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

c. Sasaran Pendidikan

Sasaran pendidikan merupakan objek dari pendidikan melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik.


(19)

d. Tingkat Pendidikan

Dalam sistem pendidikan nasional mulai tahun 1992 dicanangkan wajib belajar 9 tahun untuk sekolah dasar dan lanjutan tingkat pertama (Depdikbud, 1992), kemudian ditetapkan jenjang pendidikan formal yaitu: a) Sekolah Dasar (SD/MI) dan pendidikan yang sederajat.

b) Sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP) dan pendidikan yang sederajat.

c) Sekolah Menengah Umum (SMU/MA) dan pendidikan yang sederajat d) Perguruan Tinggi

b) Pengetahuan

Menurut Mubarak(2011) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Mubarak (2011) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5 tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus) dan trial (mencoba) serta adoption (subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng


(20)

(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(21)

4) Analisis (analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.


(22)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

c) Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dengan kategori:

a. Tenaga kesehatan

b. Media elektronik

c. Media cetak

d. Keluarga

d) Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, cakupan urusan keuangan rumah tangga (organisasi negara). Persoalan yang bersifat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi seseorang dalam suatu masyarakat biasanya adalah persoalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.


(23)

Penggolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu :

1) Tingkat atas (Upper Class)

Yang menduduki upper class (tingkat atas) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang tinggi dan juga mereka yang memiliki barang berharga seperti uang, tanah, emas, mobil, dan sebagainya. Biasanya pekerjaan mereka seperti wiraswasta, banker, manager dan sebagainya.

2) Tingkat menengah (Middle Class)

Yang menduduki middle Class (tingkat menengah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi kepemilikan barang-barang berharga terbatas seperti tabungan. Pekerjaan mereka pada umumnya pegawai negeri, pedagang dan sebagainya.

3) Tingkat bawah (Lower Class)

Yang menduduki lower class (tingkatan bawah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka pun tidak tetap. Biasanya pekerjaan mereka seperti buruh, pedagang dan sebagainya.

Ekonomi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut penghasilan perbulan responde menurut Berdasarkan hasil Survei Sosial


(24)

Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2010 dari BPS Kota Medan di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Rendah apabila penghasilan kurang dari Rp 1.000.000

b. Menengah apabila penghasilan Rp 1.100.000 – Rp 3.000.000 c. Tinggi apabila penghasilan lebih dari 3.000.000

e) Sikap

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2005), Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap ini merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Allport (1954) yang dikutip oleh Mubarak (1997) menjelaskan bahwa sikap IBI mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan


(25)

keyakinan dan emosi sangat memegang peranan penting sebagai contoh misalnya seorang ibu mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya) pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dam keyakinan ibu bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya, untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Seperti halnya dalam pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang untuk mengerjakan /mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek tersebut, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus objek tersebut.


(26)

Pada variabel sikap ini peneliti menggunakan skala linkert sebagai alat ukur variabel. Pada skala linkert disediakan lima alternatif jawaban, dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam skala linkert item ada yang bersifat

favorable (positif) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya, ada juga yang bersifat unfavorable (negatif) terhadap masalah yang diteliti. Alternatif yang positif terhadap masalah penelitian :

 Sangat setuju skore 5

 Setuju skore 4

 Ragu-ragu skore 3

 Tidak setuju skore 2

 Sangat tidak setuju skore 1

Alternatif penelitian terhadap item yang negatif terhadap permasalahan penelitian :

 Sangat setuju skore 1

 Setuju skore 2

 Ragu-ragu skore 3

 Tidak setuju skore 4

 Sangat tidak setuju skore 5

Untuk penelitian yang netral yakni angka 3 boleh dihilangkan, sehingga jenjang menjadi empat (Machfoedz, 2005)


(1)

4) Analisis (analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat


(2)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

c) Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dengan kategori:

a. Tenaga kesehatan

b. Media elektronik

c. Media cetak

d. Keluarga

d) Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, cakupan urusan keuangan rumah tangga (organisasi negara). Persoalan yang bersifat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi seseorang dalam suatu masyarakat biasanya adalah persoalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.


(3)

Penggolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu :

1) Tingkat atas (Upper Class)

Yang menduduki upper class (tingkat atas) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang tinggi dan juga mereka yang memiliki barang berharga seperti uang, tanah, emas, mobil, dan sebagainya. Biasanya pekerjaan mereka seperti wiraswasta, banker, manager dan sebagainya.

2) Tingkat menengah (Middle Class)

Yang menduduki middle Class (tingkat menengah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi kepemilikan barang-barang berharga terbatas seperti tabungan. Pekerjaan mereka pada umumnya pegawai negeri, pedagang dan sebagainya.

3) Tingkat bawah (Lower Class)

Yang menduduki lower class (tingkatan bawah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka pun tidak tetap. Biasanya pekerjaan mereka seperti buruh, pedagang dan sebagainya.

Ekonomi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut penghasilan perbulan responde menurut Berdasarkan hasil Survei Sosial


(4)

Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2010 dari BPS Kota Medan di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Rendah apabila penghasilan kurang dari Rp 1.000.000

b. Menengah apabila penghasilan Rp 1.100.000 – Rp 3.000.000 c. Tinggi apabila penghasilan lebih dari 3.000.000

e) Sikap

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2005), Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap ini merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Allport (1954) yang dikutip oleh Mubarak (1997) menjelaskan bahwa sikap IBI mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan


(5)

keyakinan dan emosi sangat memegang peranan penting sebagai contoh misalnya seorang ibu mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya) pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dam keyakinan ibu bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya, untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Seperti halnya dalam pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang untuk mengerjakan /mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek tersebut, proses selanjutnya akan menilai atau


(6)

Pada variabel sikap ini peneliti menggunakan skala linkert sebagai alat ukur variabel. Pada skala linkert disediakan lima alternatif jawaban, dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam skala linkert item ada yang bersifat

favorable (positif) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya, ada juga yang bersifat unfavorable (negatif) terhadap masalah yang diteliti. Alternatif yang positif terhadap masalah penelitian :

 Sangat setuju skore 5

 Setuju skore 4

 Ragu-ragu skore 3  Tidak setuju skore 2  Sangat tidak setuju skore 1

Alternatif penelitian terhadap item yang negatif terhadap permasalahan penelitian :

 Sangat setuju skore 1

 Setuju skore 2

 Ragu-ragu skore 3  Tidak setuju skore 4  Sangat tidak setuju skore 5

Untuk penelitian yang netral yakni angka 3 boleh dihilangkan, sehingga jenjang menjadi empat (Machfoedz, 2005)


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

5 151 91

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

5 79 91

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 26

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 3